Anda di halaman 1dari 24

TUGAS KELOMPOK 2

PEREKONOMIAN
INDONESIA
semester 2 kelas B
KEUANGAN DAN PERBANKAN
INDONESIA
A. SEJARAH PERKEMBANGAN DAN KEBIJAKAN PERBANKAN

Kebijakan represi keuangan pemerintah Orde Baru meliputi program stabilitas dan rehabilitas,
sedangkan dalam jangka panjang diarahkan dalam bentuk program pembangunan. Untuk menunjang
program tersebut, pada tanggal 3 Oktober 1966 pemerintah mengeluarkan peraturan yang berisi antara
lain :
Peninjauan kembali kredit perbankan dengan memberikan batasan dalam jumlah kredit,agunan,
dan tingkat suku bunga.
Diberlakukan prinsip anggaran pendapatan dan belanja negara berimbang sebagai salah satu upaya
pengendalian inflasi.
Adanya kebijakan debirokratisi yang ditunjukan untuk mengurangi intervensi pemerintah dalam
perekonomian agar tercipta sistem ekonomi yang demokratis.
Kebijakan di bidang perdagangan luar negeri yang bertujuan memberikan porsi yang lebih besar
bagi eksportir dan mengurangi intervensi pemerintrah dalam tata niaga ekspor dengan sistem
insetif ekspor.
Kebijakan penundaan pembayarn utang luar negeri dan penarikan utang-utang luar negeri baru
yang tujuannya untuk mengurangi tekanan neraca pembayaran.
B. DEREGULASI PERBANKAN

Pada periode sebelum krisis yakni tahun 1983 sampai 1997 terdapat beberapa kebijakan perbankan yang
berpengaruh luas terhadap perekonomian. Paket kebijakan yang pertama adalah Paket Kebijakan Juni 1983
(Pakjun'83) dan yang kedua adalah Paket Kebijakan Oktober 1988 (Pakto'88). Paket Kebijakan Juni 1983
ditunjukan untuk mendorong ekspor non-mogas sebagai antisipasi atas merosotnya penerimaan devisa dari
minyak. Kebijakan ini diharapkan dapat mendorong perbankan untuk menerapkan prinsip prinsip manajemen
yang berorientasu pada pasar. Bentuk-bentuk susidi bunga dibatasi dan hanya diberikan untuk skal prioritas
tertentu, sedangkan penentuan suku bunga kredit non prioritas diserahkan pada pasar. Isi Paket Kebijakan
Juni 1983 adalah :
1. Penghapusan pagu kredit sehingga perbankan dapat memberikan kredit secara lebih fleksibel sesuai dengan
kemampuan.
2. Bank diberi kebebasan dalam menentukan suku bunga, baik deposito, tabungan maupun kredit dalam
meningkatkan mobilitasi dana dari dan kepada masyarakat.
3. pengaturan volume kredit linkuiditas dapat mengurangi ketergantungan bank-bank kepada bank sentral
dengan memperkenalkan alat kebijakan moneter berupa Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dan fasilitas
diskonto.
Sementara itupakes kebijakan yang kedua (Pakto'88) dilakukan untuk: pertama meningkatkan pengerahan
dana masyarakat, kedua memperluas jangkauan layanan bagi masyarakat terutama pelaku ekspor, ketiga
mendorong tercapainya efisian dan profesionalisme dalam pengelolaan bank dengan kompetisi yang sehat.
Isi Paket Kebijakan Oktober 1988 adalah :
1. Pembukaan pasar bagi industri perbankan nasional dengan cara memberi kemudahan perijinan bagi bank
devisa dan kemudahan untuk membuka kantor cabang.
2. Penetapan pajang atas bunga deposito sebesar 15 persen, sama halnya dengan pajak keuntungan dari
sekuritas dan obligasi.
3. Penurunan Giro Wajib Minimum (GWM) dari 15 persen utang lancar menjadi 2 persen dari DPK (Dana
Pihak Ketiga).
4. Penentuan BMPK (Badan Maksimum pemberian Kredit) dengan batasan sampai dengann 20 persen dari
total modal kepada peminjaman tunggal atau 50 persen kepada peminjam grup.
5. Penempatan dan BUMN din bank-bank pemerintah sampai 50 persen dan 20 persen pada setiap bank
lainnya.
6. Diperdidikannya bank-bank untuk melakukan diferensiasi produk DPK baik dalam tabungan maupun
deposito.
7. Adanya kelonggaran persyaratan untuk memperoleh ijin perdagangan valuta asing.
C. perbankan pada periode krisis
moneter 1977/1998

krisis moneter yang terjadi di indonesia merupakan dampak dan krisis moneter
yang melanda Asia pada tahun 1997.krisis perekonomian indonesia yang mencapai
puncaknya pada tahun 1997-1998 itu, telah melahirkan perdebatan publik,
khususnya mengenai pilihan kebijakan (policy response) yang di ambil pemerintah
waktu itu.

ciri - ciri yang memperkuat indikasi tersebut antara lain : pertama, rendahnya rasio modal
terhadap aktiva produktif, kedua rendahnya persyaratan modal minimum untuk mendirikan
suatu bank di indonesia (merupakan yang terendah di Asia saat itu), dan faktor ketiga
adalah tingginya jumlah kredit yang bermasalah.
logo
penyaluran BLBI

istilah BLBI dikenal sejak tanggal 15 Januari 1998 sebagaimana


ditegaskan pemerintah dalam letter of intent kepada International
Monetary Fund (IMF). Dalam surat yang ditandatangani oleh Menko
Ekuin itu, pemerintah menyatakan pentingnya bantuan likuiditas
(liquidity support) BI kepada perbankan sehingga secara jelas dapat
disimpulkan BLBI merupakan program pemerintah yang di-
acknowledge oleh IMF bahkan menjadi comditionality yang ditetapkan
oleh IMF.
D. DAMPAK KRISIS TERHADAP
PERBANKAN
Adapun beberapa cara yang telah ditempuh pemerintah untuk menyehatkan perbankan Indonesia, yaitu :
1.Likuiditasi Bank
Kondisi krisis keuangan dan ekonomi yang pernah terjadi di Amerika Latin menunjukan beberapa hal:
Panic Buying terhadap barang-barang tahan lama karena uang tunai memiliki time value of money yang
negatif.
Melebarnya defisit neraca perdagangan.
Capital flight yang mendorong masyrakat tidak percaya terhadap lembaga intermediasi finansial
domestik.
Nilai mata uang akan mengalami depresiasi yang besar dan fluktuasinya sangat sulit dikendalikan.

2. Penggabungan Bank (Merger)


Salah satu cara menyebabkanbank adalah dengan menggabungkan beberapa bank yang dinilai efektif untuk
menghasilkan bank yang kuat dan tahan terhadap goncangan ekonomi. Merger akan meningkatkan efisiensi
yang berasal dari penghematan biaya operasional bank. Pemerintah melalui Peraturan Pemerintah No. 40
tahun 1997 dapat memnrikan kewenangan kepada Bank Indonesia untuk melaksanakan segala
kewenangan pemegang saham untuk melakukan penggabungan, peleburan, atau pengambilan bank
tanpa melalui Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).

3. Restrukturisasi Perbankan
Restrukturisasi perbankan bertujuan untuk mengubah perbankan dari yang tidak sehat menjadi sehat
dengan berbagai strategi. Untuk jangka pendek restrukrurisasi ditunjukan untuk, memulihakn
keprcayaan pasar terhadap sistem keuangan, penggunaan sumber daya secara efisien, dan memiliki
investor dan pengelola yang profesional. Dalam jangka panjang, restrukturisasi ditunjukan untuk
menciptakan stabilitassistem keuangan jangka panjang dan menciptakn pelaku ekonomi dan keuangan
yang handal.

4. Rekapitalisasi Perbankan
Untuk mengikuti skema rekapitalisasi, bank diwajibkan dapat mecapai CAR tidak kurang dari 25
persen. Target adanya rekapitalisasi adalah menjadikan bank domestik mencapai CAR sampai 4 persen
pada saat setelah krisis. Besarnya CAR ini setengahnya dari standar yang ditetapkan oleh BIS (Bank
for International Settlement), yakni 8 persen.
F. ARSITEKTUR PERBANKAN INDONESIA
(API)

Mengingat API merupakan bagian tidak terpisahkan dari program restrukturisasi


perbankan maupun white paper penyehatan perbankan nasional pasca IMF, maka Bank
Indonesia akan mulai mengimplementaikan API pada tahun 2004.
Adapun enam pilar sistem perbankan nasional dalam API yaitu:
struktur perbankan yang sehat.
sistem pengaturan yang efektif.
sistem pengawasan yang independen dan efektif.
industri perbankan yang kuat.
infrastruktur pendukung yang mencukupi.
perlindungan konsumen.
Pada tahun 2013 Bank Indonesia akan mengklasifikasikan bank-bank di Indonesia
menjadi empat kelas yaitu:
Bank internasional dengan jumlah modal Rp. 50 triliun ke atas.
Bank nasional dengan jumlah modal antara Rp. 10 milyar - Rp.50 triliun.
Bank dengan fokus, yaitu memiliki modal Rp.0,1 triliun-Rp. 10 triliun.
Bank dengan kegiatan usaha terbatas yang meliputi BPR dan bank bank kecil yang
modalny a di bawah Rp.100 milyar.

,Mencermati rancangan blue prime API dengan strategi jangka panjangnya dan syarat
bagi perbankan pada tahun 2013 kemungkinan bank-bank akan kesulitan untuk
mencapainya. Hal itu mengingat pertumbuhan dan kemampuan dari bank-bank di
Indonesia, masih belum mencukupi untuk ditargetkan sedemikian besarnya.
G. PERBANKAN DAN PEMBERDAYAAN
EKONOMI RAKYAT

Pengembangan ekonomi rakyat merupakan cara untuk menanggulangi kemiskinan ini.


Menanggulangi kemiskinan berarti memberikan akses pada si miskin untuk bisa terlibat dalam
produksi dan distribusi tersebut. Namun demikian, keterbatasan aset produktif yang dimiliki dan
keterbatasan pendidikan serta ketrampilan telah membatasi si miskin untuk terlibat dalam
aktivitas ekonomi ini.

Peran penting lain dari ekonomi rakyat adalah dalam penyerapan tenaga kerja, yang sangat
terkait dengan permasalahan kemiskinan. Masalah kekurangan kapital (invetasi0 yang
dihadapi Indonesia dipecahkan dengan pola investasi yang padat tenaga kerja. Data empirik
menunjukan dengan investasi terbatas unit usaha ekonomi rakyat bisa menciptakan lebih
banyak unit usaha dan juga kesempatan kerja.
H. KEUANGAN MIKRO

Peningkatan akses dan pengadaan saran penyimpanan, pembiyaan, dan asumsi yang efisien
dapat membangun keberdayaan kelompok miskin dan peluang mereka untuk ke luar dari
kemiskininan, melalui :
tingkat konsumsi yang lebih pasti dan tidak befluktuasi.
mengelola resiko dengan lebih baik.
secara bertahap memiliki kesempatan untuk membangun aset.
mengembangkan kegiatan usaha mikronya.
menguatkan kapasitas perolehan pendapatannnya.
dapat merasakan tingkat hidup yang lebih baik.
I. Otoritas Jasa Keuangan

Otoritas Jasa Keuangan dibentuk pada tahun 2011 berdasarkan


Undang-undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa
Keuangan.Dalam Undang-undang tersebut disebutkan bahwa
OJK adalah lembaga yang independen dan bebas dari campur
tangan pihak lain, yang mempunyai fungsi, tugas, dan
wewenang pengaturan, pengawasan, pemeriksaan, dan
penyidikan.
Visi Misi Otoritas Jasa
Keuangan

visi OJK adalah menjadi lembaga pengawas industri jasa keuangan yang
terpecaya melindungi kepentingan konsumen dan masyarakat, dan mampu
mewujudkan industri jasa keuangan menjadi pilar perekonomian nasional yang
berdaya saing global serta dapat memajukan kesejahteraan umum. Sedangkan
Misi OJK adalah :
1. mewujudkan terselenggaranya seluruh kegiatan di dalam sektor jasa
keuangan secara teratur, adil, transparan, dan akuntabel.
2. mewujudkan sistem keuangan yang tumbuh secara berkelanjutan dan stabil.
3. melindungi kepentingan konsumen dan masyarakat.
Tujuan Otoritas Jasa Keuangan

Otoritas Jasa Keuangan dibentuk dengan tujuan agar keseluruhan kegiatan di dalam sektor
jasa keuangan :
1. Terselenggara secara teratur, adil, transparan, dan akuntabel.
2. mampu mewujudkan sistem keuangan yang tumbuh secara berkelanjutan dan stabil,
dan
3. mampu melindungi kepentingan konsumen dan masyarakat.

OJK mempunyai fungsi menyelenggarakan sistem pegaturan dan pengawasan yang


terintegrasi terhadap keseluruhan kegiatan di sektor keuangan.OJK mempunyai tugas
melakukan pengaturan dan pengawasan terhadap kegiatan jasa keuangan di sektor
perbankan, sektor pasar modal, dan sektor IKNB
Keuangan Negara dan APBN

A. KONSEP DASAR KEUNGAN NEGARA

Dalam pembukaan UUD 1945 dijelaskan bahwa tujuan negara atas tujuan
nasional bangsa adalah :
1. melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah indonesia.
2. memajukan kesejahteraan umum
3. mencerdaskan kehidupan bangsa
4. ikut menjaga ketertiban dunia berdasar kemerdekaan, perdamaian abadi,
dan keadilan sosial.
Pengertian & Tujuan APBN

APBN sering diartikan sebagai daftar terinci mengenai penerimaan dan


pengeluaran suatu negara selama periode satu tahun. Untuk membiayai
pencapaian tujuan nasional, pemerintah yang memperoleh amanat dari rakyat,
menggali sumber-sumber penerimaan seperti halnya pajak, penggalian sumber
daya alam, dan laba Badan Usaha Milik Negara (BUMN).

Dapat dipahami bahwa tujuan penyusunan APBN adalah untuk mendorong


terwujudnya tujuan-tujuan nasional diatas.Dalam arti lain, APBN berfungsi sebagai
sarana (alat) untuk membiayai pencapaian tujuan untuk meningkatkan
kesejahteraan rakyat.
B. KEBIJAKAN ANGGARAN

kebijakan anggaran yang berpijak pada pencapaian tujuan nasional di


atas perlu diterapkan dengan penuh kesadaran, komitmen, dan
tanggung jawab. Misalnya saja, perlu kebijakan untuk menaikkan
anggaran pendidikan, kesehatan, pemberdayaan penduduk miskin,
modal bagi ekonomi rakyat, pertahanan dan keamanan, dan bidang-
bidang yang menyangkut hajat hidup rakyat banyak lainnya.
C. MASALAH PENGELOLAAN
KEUANGAN NEGARA

Riset tentang indek korupsi dunia yang dilakukan oleh lembaga


Transparansi International pada tahun 1999 di 99 negara menempatkan
Indonesia sebagai negara paling korup di Asia, dan nomor tiga teratas di
dunia (di bawah kamerun dan Nigeria). pada tahun 2001, survei yang sama
masih menunjukkan bahwa dari 91 negara yang disurvei, Indonesia
menempati posisi keempat paling korup setelah Bangladesh, Nigeria, dan
Unganda. Pada tahun 2003, dengan sampel negara lebih banyak, yakni 133
negara, Indonesia menempati peringkat keenam sebagai negara terkorup di
dunia
(Hamid, 2005).
1. Pajak

pajak selain mempunyai fungsi budgeter juga berfungsi sebagai alat


untuk melakukan redistribusi pendapatan. Penerimaan pajak
pemerintah hingga saat ini masih relatif lebih rendah. hal ini disebabkan
banyak faktor, di antaranya adalah (1) pemegang NPWP masih sedikit
dibandingkan populasi total (2) administrasi pajak masih relatif tinggi
dan kurang kompetitif untuk investor (3) administrasi pajak masih
kompleks dan belum optimal (4) banyaknya kasus penyelewengan pajak
(tax evasion) karena sistem pengawasan perpajakan belum bekerja
optimal.
2. subsidi

Dana subsidi diambil dari APBN yang sumber penerimaan utamanya berupa
pajak yang dibayar oleh masyarakat. Dengan begitu, subsidi berfungsi sebagai
salah satu alat untuk melakukan redistribusi (pemerataan) pendapatan,
terutama dari si kaya kepada si miskin.

subsidi bertujuan untuk memenuhi hak-hak, memberdayakan, dan memberi


kesempatan kepada rakyat banyak (terutama penduduk miskin) di Indonesia
untuk mengembangkan diri dan ekonomi mereka. subsidi diharapkan dapat
memperkecil kesenjangan (ketimpangan) ekonomi antargolongan ekonomi
dalam masyarakat. Di eropa dan amerika, subsidi di antaranya diberikan
dalam bentuk jaminan sosial kepada penganggur dan penduduk miskin.
3. Asumsi dalam APBN

penetapan asumsi APBN dipandang masih belum terencana dengan baik,


hal ini dapat dilihat dari besarnya frekuensi perubahan asumsi APBN.
Tingginya frekuensi perubahan asumsi APBN ini dapat menimbulkan
pertanyaan terhadap pemerintah mengenai mekanisme cara
pemerintah menetapkan asumsi APBN.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai