Anda di halaman 1dari 4

Nama : Fitriani Timbalemba

Kelas : Perbankan syariah B

Soal

1. Untuk menstabilkan nilai rupiah 3 kebijakan bank Indonesia, yaitu kebijakan moneter, kebijakan
fiskal dan kebijakan non moneter fiskal

2. Saya membeli 2 buah motor dgn harga masing² 10jt, saya menjual kembali moto pertama dgn cara
dicicil selama 12 bln dgn tambahan cicilan 1%/bln cicilan brp harga motor dimasa akhir cicilan?
Motor kedua dijual dgn cara yg sama cicilan 12 bln dgn harga 30jt, pertanyaan yg mana masuk
kategori jual-beli rubah dan jelaskan alasannya

3. Jelaskan secara singkat perbedaan Antara BI dan bank BUMN, bagaimana kedudukan BI dibanding
dgn kementrian keuangan dan OJK

4. Apa yg anda pahami dari kasus BLBI yg tidak selesai sampai saat ini

5. Menurut anda apa penyebab sehingga dinegara kita yg mayoritas muslim bank syariah tdk
berkembang pesat, dan jelaskan secara singkat perbedaan bank mualah dan BSI

Jawaban

1. a. Kebijakan Moneter adalah kebijakan yang berkaitan dengan upaya pemerintah dalam
mengendalikan jumlah uang yang beredar, diantaranya dengan mengadakan penetapan
persediaan kas, politik diskonto, dan operasi pasar terbuka.

b. Kebijakan fiskal adalah kebijakan yang dilaksanakan melalui perubahan pengeluaran dan
penerimaan pemerintah, di antaranya dengan mengurangi pengeluaran pemerintah dan
meningkatkan tarif pajak.

c. Kebijakan Nonmoneter dan Nonfiskal adalah kebijakan lain selain kebijakan moneter dan
kebijakan fiskal untuk mengatur inflasi, diantaranya dengan meningkatkan hasil produksi,
mempermudah masuknya barang impor, menstabilkan pendapatan masyarakat (tingkat
upah), menetapkan harga maksimum, serta melakukan pengawasan dan distribusi barang.

2. Diketahui:
Harga motor pertama:
Rp. 10.000.000,00
Periode:
12 bulan
Bunga:
1%
10.000.000 x 0,01 / 12
= 8.333
8.333
833.333+8.333 = 841.660
841.666 x 12= 10.099.992
Menurut saya yang termasuk riba adalah penjualan motor yang kedua, karena harga motor
yang diperjualbelikan berlipat ganda dan tidak jelas biaya-biaya yang menggandakan harga
awal motor sejumlah 10jt menjadi 30jt.
3. Bank Indonesia (BI) merupakan bank sentral negara Indonesia yang bertugas untuk
mengawasi dan menjaga kestabilan harga atau nilai rupiah melalui berbagai kebijakan antara
lain kebijakan moneter, kebijakan fiskal dan kebijakan non moneter dan non fiskal.
Sedangkan Bank Badan Usaha Milik Negara merupakan bank umum yang dimana
memberikan jasa perbankan kepada masyarakat secara luas mulai dari menghimpun dana
masyarakat dalam bentuk simpanan mulai giro, tabungan, dan deposito, dan memberikan
kredit atau pembiayaan. Tugas-tugas tersebut tak dilakukan oleh Bank Indonesia sebagai
bank sentral. Bank Indonesia sebagai Bank Sentral negara Indonesia, BI di dalam undang-
undang tersebut diberi status dan kedudukan sebagai lembaga negara yang independen.
Artinya, BI dalam melakukan tugasnya bebas dari campur tangan pemerintah dan atau pihak
lain, kecuali untuk hal-hal yang tegas diatur di dalam undang-undang tersebut. Wewenang
OJK adalah pengaturan dan pengawasan secara microprudential, yang merupakan
pengaturan dan pengawasan detail mengenai kelembagaan, kesehatan, aspek kehati-hatian
dan pemeriksaan bank, sedangkan wewenang BI merupakan pengaturan dan pengawasan
secara macroprudential, yakni pengaturan dan pengawasan pada sistem perbankan yang
digunakan. Hal ini digunakan BI untuk mengambil kebijikan moneter. Singkatnya Bank
Indonesia dan OJK terdapat lintas koordinasi sedangkan untuk Kementrian Keuangan lebih
mengarah kepada perumusan terkait peraturan pemerintah.
4. Penyelesaian kasus penagihan utang Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI) masih terus
menggantung hingga saat ini. Pengusutan kasus BLBI kerap maju-mundur sejak Badan
Pemeriksa Keuangan (BPK) menemukan adanya kerugian negara mencapai Rp 138 triliun
pada Agustus 2000 Yang terlibat dalam kasus Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI)
adalah para konglomerat yang sangat erat hubungannya dengan pemegang kekuasaan
khususnya di masa lalu. Butuh keberanian besar untuk membongkar semua ini, Jika
pemerintah saat ini berhasil menarik utang BLBI, jadi menurut saya itu akan berimplikasi baik
untuk kehidupan bernegara, khususnya bagi pendanaan anggaran yang kini tertatih di masa
pandemi Covid-19.
5. Pertama, bahwa market share ekonomi dan keuangan syariah itu relatif rendah. Tercatat saat
ini bahwa total aset yang dimiliki keuangan syariah hanya 9,9% dari total keuangan
konvesional.
Kedua, di mana literasi keuangan syariah saat ini sangat rendah.
Ketiga, masih memiliki produk syariah yang terbatas. Seperti saham syariah, reksadana
syariah, sukuk koperasi, pembiayaan syariah, asuransi syariah, dan surat berharga negara.
Sedangkan, lembaga konvesional dianggap memiliki produk yang lebih lengkap di banding
lembaga syariah.
Keempat, belum menggunakan teknologi yang memadai. Menurut Wimboh Santoso, ia
mengatakan bahwa sejumlah lembaga syariah masih belum memanfaatkan sepenuhnya
dalam menggunakan kecanggihan teknologi untuk memperkuat oprasional bisnis.
Kelima, sumber daya manusia yang belum memupuni. Ini sangat di sayangkan, karena SDM
merupakan bagian yang sangat penting dalam perkembangan teknologi dalam melahirkan
inovasi-inovasi yang mampu menggerakan roda kemajuan lembaga syariah.
Sedangkan perbedaan bank Muamalat dan BSI Secara garis besar, layanan bank BSI
dan Muamalat sama saja. Anda bisa menabung, mengajukan kredit atau bekerja sama
dengan keduanya sekaligus. Namun demikian, Perbedaan yang paling kentara antara
lembaga pendanaan milik BSI dan Muamalat ini adalah sumber permodalan. Lembaga
pendanaan dari pemerintah umumnya memiliki potensi modal yang lebih besar karena bisa
mengakses bantuan dari APBN (BUMN) atau APBD (BPD) secara langsung.
Dulu, sumber permodalan BSI hanya terbatas dari pemerintah pusat saja dan tidak
ditujukan untuk mendapatkan profit. Namun kini semua perusahaan keuangan BUMN
tersebut sudah melakukan initial public offering (IPO) sehingga sebagian sahamnya bisa
dimiliki oleh masyarakat baik itu warga negara Indonesia (WNI) maupun warga negara asing
(WNA) dan punya fokus yang lebih besar terhadap profit dibandingkan sebelumnya. Hal ini
sah-sah saja selama kepemilikan pemerintah pusat masih di atas 51%.
Di sisi lain seluruh modal bank Muamalat diperoleh dari masyarakat luas. Hal ini
membuat lembaga pendanaan Muamalat ini lebih susah mendapatkan bantuan permodalan
sehingga lebih mudah beralih kepemilikan dibandingkan lembaga pendanaan dari
pemerintah di atas. Namun demikian, terdapat beberapa kasus yang membuat perusahaan
ini mendapatkan bailout (bantuan pendanaan) dari BI.

Anda mungkin juga menyukai