Anda di halaman 1dari 13

BAB V

PERKEMBANGAN PERBANKAN DI INDONESIA

Bank adalah sebuah lembaga intermediasi keuangan umumnya didirikan dengan


kewenangan untuk menerima simpanan uang, meminjamkan uang, dan menerbitkan promes
atau yang dikenal sebagai banknote. Kata bank berasal dari bahasa Italia banca yang berarti
tempat penukaran uang. Sedangkan menurut Undang-undang Negara Republik Indonesia
Nomor 10 Tahun 1998 Tanggal 10 November 1998 tentang perbankan, yang dimaksud
dengan bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk
simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-
bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

Industri perbankan telah mengalami perubahan besar dalam beberapa tahun terakhir.
Industri ini menjadi lebih kompetitif karena deregulasi peraturan. Saat ini, bank memiliki
fleksibilitas pada layanan yang mereka tawarkan, lokasi tempat mereka beroperasi, dan tarif
yang mereka bayar untuk simpanan deposan. Sejarah perbankan di Indonesia tidak terlepas
dari zaman penjajahan Hindia Belanda. Pada masa itu De javasche Bank, NV didirikan di
Batavia pada tanggal 24 Januari 1828kemudian menyusul Nederlandsche Indische Escompto
Maatschappij, NV pada tahun 1918 sebagai pemegang monopoli pembelian hasil bumi dalam
negeri dan penjualan ke luar negeri serta terdapat beberapa bank yang memegang peranan
penting di Hindia Belanda.

Di Indonesia, praktek perbankan sudah tersebar sampai ke pelosok


pedesaan. Lembaga keuangan berbentuk bank di Indonesia berupa Bank Umum, Bank
Perkreditan Rakyat(BPR), Bank Umum Syariah, dan juga Bank Pembiayaan Rakyat
Syariah (BPRS).

Dalam Bab V ini akan dibahas mengenai Perkembangan Perbankan di


Indonesia.Sebagai tujuan dalam pembelajaran bab ini adalah mahasiswa dapat pemahaman
yang jelas mengenai perkembangan perbankan dan jenis bank di Indonesia.

A. Perkembangan perbankan di Indonesia

            Kondisi dunia perbankan di Indonesia telah mengalami banyak perubahan. Perubahan
ini selain disebabkan perkembangan internal dunia perbankan juga tidak terlebas dari
pengaruh perkembangan di luar dunia perbankan. Perkembangan faktor-faktor internal dan
eksternal perbankan tersebut menyebabkan kondisi perbankan di Indonesia secara umum
dapat dikelompokan dalam empat periode. Keempat periode itu adalah:
a.    Kondisi sebelum Deregulasi
Perbankan pada masa ini sangat dipengaruhi oleh berbagai kepentingan ekonomi dan politik
dari penguasa, yang dalam hal ini adalah pemerintah. Berikut ini merupakan fungsi utama
perbankan pada masa penjajahan adalah:
1)     Memobilisasikan dana dari investor untuk membiayai kebutuhan dana investasi dan
modal kerja perusahaan-perusahaan besar milik kolonial.
2)     Memberikan jasa-jasa keuangan kepada perusahaan-perusahaan besar milik kolonial,
seperti giro, garansi bank, pemindahan dana dan lain-lain.
3)     Membatu pemindahan dana jasa modal dari wilayah kolonial ke negara penjajah.
4)     Sebagai tempat sementara dari dana hasil pemungutan pajak, baik pajak dari
perusahaan-perusahan maupun dari masyarakat pribumi, untuk kemudian dikirim ke negara
penjajah.
5)     Mengadminitrasikan anggaran pemerintah untuk membiayai kegiatan pemerintah
kolonial.

Berikut ini merupakan fungsi utama perbankan pada masa setelah kemerdekaan sampai
dengan sebelum adanya deregulasi adalah:
1)     Memobilisasikan dana dari investor untuk membiayai kebutuhan dana investasi dan
modal kerja perusahaan-perusahaan besar milik pemerintah dan swasta.
2)     Memberikan jasa-jasa keuangan kepada perusahaan-perusahaan besar.
3)     Mengadminitrasikan anggaran pemerintah untuk membiayai kegiatan pemerintah.
4)     Meyalurkan dana anggaran untuk membiayai program dan proyek pada sektor-sektor
yang ingin dikembangkan pemerintah.

Dan yang selanjutnya adalah keadaan perbankan saat ini, yaitu:


1)     Tidak adanya peraturan perundangan yang mengatur secara jelas tentang perbankan di
Indonesia
Hingga akhir tahun 1960-an peraturan menegenai perbankan  hanya Undang-undang
Nomor 13 Tahun 1968. Undanng-undang tersebut tidak mengatur sejara jelas mengenai
perbankan namun, lebih cenderung memperlihatkan campur tangan pemerintah dalam
perbankan di Indonesia.
2)     Kredit Likuiditas Bank Indonesia (KLBI) pada bank-bank tertentu.
KLBI diberikan terutama untuk bank-bank pemerintah ini disalurkan untuk mendanai
pemberian kredit kepada debitur  dan dalam hal ini bunga yang harus dibayar oleh bank
penerima KLBI relatif rendah.
3)     Bank banyak menanggung program-prorogram pemerintah.
Terutam bank-bank pemerintah memperoleh berbagai macam fasilitas khusus, bank
tersebut juga harus menjalankan kegiatan perbankan yang berkaitan dengan program atau
proyek pemerintah.
4)     Intrumen pasar uang yang terbatas.
Banyak bank yang menyalurkan dana atau mencari tambahan dana pada saat
kekurangan dan tidak dengan cara-cara tradisional yaitu melakukan kredit dan simpanan
masyarakat. Bank Indonesia belum secara aktif mendiskontokan berbagai macam surat
berharga jangka pendek dan pasar uang pada waktu itu juga belum mengenal SBI, sehingga
instrument pasar uang menjadi terbatas.
5)     Jumlah bank swasta yang relatif sedikit.
Dari waktu ke waktu masa itu perkembangan jumlah bank swasta tidak mengalami
kenaikan. Bank-bank swasta yang ada umumnya bank-bank kecil. Bank-bank milik
pemerintah yang berupa BUMN mendominasi kegiatan perbankan di Indonesia.
6)     Sulitnya pendirian bank baru
Dominasi bank pemerintah yang sangat kuat dengan segala fasilitas dan
kemudahannya menyebabkan sulit sekali bagi bank swasta baru untuk masuk dalam
persaingan apalagi untuk berkembang menjadi bank yang besar.
7)     Persaingan antarbank yang tidak ketat
Kemudahan-kemudahan sebuah bank banyak diterima oleh bank-bank pemerintah
pada masa itu. Kemudahan yang didapatkan dari tahap menghimpun dana sampai dengan
penyaluran dana. Hal tersebut membuat posisi bank pemerintah relatif sangat kuat
dibandingkan bank-bank swasta, sehingga iklim persaingan sama sekali tidak muncul. 
Adanya kebijakan bahwa tingkat bunga simpanan dan pinjaman secara sepihak ditentukan
oleh bank sentral semakin menyebabkan tidak adanya iklim persaingan.
8)     Posisi tawar-menawar bank relatif lebih kuat daripada nasabah
Bank seolah-olah tidak merasa membutuhkan nasabah, nasabahlah yang
membutuhkan bank. Bank tidak terlalu mememrlukan dana dari masyarakat Karena telah
memperoleh dana dengan mudah dari pemerintah dan BUMN.
9)     Prosedur berhubungan dengan bank yang rumit
Karena bank merasa tidak terlalu membutuhkan nasabah, maka bank juga merasa
tidak perlu memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya kepada nasabahnya. Pelayanan yang
diberikan cenderung rumit seperti birokrasi pemerintah dan sebagi efek sampingannya adalah
tingkat efisiensi pengelolaan dana yang rendah..
10) Bank bukan merupakan alternatif utama bagi masyarakat luas untuk menyimpan dan
meminjam dana.
Prosedur berhubungan dengan bank yang rumit dan lemahnya posisi tawar-menawar
nasabah menyebabkan masyarakat kuarang tertarik untuk berhubungan dengan baik.
Masyarakat kecil lebih banyak berhubungan dengan pegadaian dan rentenir.
11) Mobilisasi dana lewat perbankan yang sangat rendah

b.    Kondisi sesudah Deregulasi


Tingkat inflasi yang tinggi serta kondisi ekonomi makro secara umum yang tidak bagus
terjadi bersamaan dengan kondisi perbankan yang tidak dapat memobilisasikan dana dengan
baik. Untuk mengatasi situsi tersebut tidak menguntungkan ini cara yang ditempuh
pemerintah pada waktu adalah dengan melakukan serangkaian kebijakan berupa deregulasi di
sector rill dan sektor moneter. Kebijakan deregulasi yang telah dilakukan dan terkait dengan
perbankan antara lain adalah:
1)     Paket 1 Juni 1983 yang berisi tentang:
a)     Penghapusan pagu kredit dan pembatasan aktiva lain sebagai instrument
pengendali Jumlah Uang Beredar (JUB)
b)     Pengurangan KLBI kecuali untuk sektor-sektor tertetu.
c)      Pemberian kebebasan bank untuk menetapkan suku bunga simpanan dan
pinjaman kecuali untuk sector-sektor tertentu.
2)     Bank Indonesia sejak 1984 mengeluarkan SBI
3)     Bank Indonesia sejak 1985 mengeluarkan ketentuan perdagangan SBPU dan fasilitas
diskonto oleh BI.
4)     Paket 27 Oktober 1988 yang berisi tentang:
a)     Pengerahan dana masyarakat, yang meliputi:
-         Kemudahan pembukaan kantor bank.
-         Kejelasan aturan pendirian bank swasta.
-         Bank dan lembaga keuangan bukan bank bisa menerbitkan sertifikat
deposito tanpa memerlukan izin.
- Semua bank dapat memberikan layanan Tabanas dan tabungan lainnya.
b)        Efisiensi lembaga keungan , yang meliputi:
-         BUMN dan BUMD bukan bank dapat menempatkan sampai dengan
50% dananya pada bank nasional mana pun.
-       Batas maksimum pemberian kredit (BMPK) bagi bank dan lembaga
keuangan bukan bank.
c)         Pengendalian kebijakan moneter, yang meliputi:
-         Likuiditas wajib minimum perbankan dan lembaga keungan bukan bank
diturunkan dari 15% menjadi 2% dari jumlah dana pihak ketiga.
-        SBI dan SBPU yang semula berjangka waktu 7 hari sekarang ditambah
dengan berjangka waktu sampai dengan 6 bulan.
-         Batas maksimum pinjaman antarbank ditiadakan.
d)        Pengembangan pasar modal, yang meliputi:
-      Bunga depisito berjangka dan sertifikat deposito dikenakan pajak
penghasilan sebesar 15% agar dunia perbankan mendapatkan perlakuan
yang sama dengan pasar modal.
-      Penangguhan pengenaan pajak penghasilan terhadap bunga tabungan.
-       Perluasan modal bank dan lembaga keungan bukan bank dapat dilakukan
dengan penjualan saham baru melalui pasar modal di samping
peningkatan penyertaan oleh pemegang saham.
5)     Paket 20 Desember 1988 yang berisi tentang:
a)     Aturan penyelenggaraan baru efek oleh swasta.
b)     Alternatif sumber pembiayaan berupa sewa guna usaha, anjak piutang, modal
ventura, perdagangan surat berharga, kartu kredit dan pembiayaan konsumen.
c)      Bank dan Lembaga Keuangan Bukan Bank dapat melakukan kegiatan
perdagangan surat berharga, kartu kredit anjak piutang dan pembiayaan
konsumen.
d)     Kesempatan pendirian perusahaan asuransi kerugian, asuransi jiwa, reasuransi,
broker asuransi, adjuster asuranis dan aktuaria.
6)     Paket 25 Maret 1989 yang berisi tentang:
a)     Penyempurnaan paket sebelumnya.
b)     Bank dan Lembaga Keuangan Bukan Bank dapat memiliki net open position
maksimum sebesar 25% dari modal sendiri.
7)     Paket 29 Januari 1990 yang berisi tentang penyempurnaan program perkreditan kepada
usaha kecil agar dilakukan secara luas oleh semua bank.
8)     Paket 28 Februari 1991 yang berisi tentang penyempurnaan paket sebelumnya menuju
penyelenggaraan lembaga keungan dengan prinsip kehati-hatian, sehinggadapat tetep
mempertahankan keoercayaan masyarakat terhadap lembaga keuangan.
9)     UU Nomer 7 Tahun 1992 tentang perbankan.
10) Paket 29 Mei 1993 yang berisi tentang penyempurnaan aturan kesehatan bank meliputi:
a)     Rasio kecukupan modal
b)     Batas maksimum pemberian kredit (BMPK)
c)      Kredit Usaha Kecil (KUK)
d)     Pembentukan cadangan piutang
e)     Rasio pinjaman terhadap dana pihak ketiga.

Ciri-ciri perbankan pada masa setelah diregulasi adalah:


1)     Peraturan yang memberikan kepastian hokum.
2)     Jumlah bank swasta bertambah banyak.
3)     Tingkat persaingan bank yang semakin kuat, karena:
a)     Pemberia KLBI untuk kesulitan nonlikuiditas semakin dikurangi.
b)     Bank lebih leluasa menentukan sektor-sektor yang ingin dikembangan.
c)      BUMN bebas menyalurkan 50% penempatan dana ke semua bank nasional.
d)     Bunga bebas ditentukan oleh masing-masing bank.
4)     Sertifikat Bank Indonesia dan Surat Berharga Pasar Modal. Merupakan salah satu
sumber alternatif penghimpun dana dan penyalura dana. Hal tersebut menyebabkan
kegiatan perbankan lebih luwes terhadap perubahan situasi.
5)     Kepercayaan masyarakat terhadap bank yang meningkat.
6)     Mobilisasi dana melalui sektor perbankan yang semakin besar.

c.      Kondisi saat krisis ekonomi mulai akhir tahun 1990-an


1)     Tingkat kepercayaan masyarakat dalam dan luar negeri terhadap perbankan di Indonesia
menurun drastis.
2)     Sebagian besar bank dalam keadaan tidak sehat.
Peraturan kesehatan bank sulit sekali untuk diterapkan dalam kondisi krisis ekonomi
ini, sebab apabila aturan diterapkan apa adanya maka sebagian besar bank sudah tidak
lagi layak untuk meneruskan kegiatan usahanya.pelanggaran  yang paling menonjol
adalah tidak terpenuhinya rasio kecukupan modal dan batas maksimum pemberian
kredit.
3)     Adanya spread negatif.
Kepercayaan masyarakat sangat rendah terhadap perbankan serta kebijakan uang ketat
oleh otoritas moneter melalui pernaikan suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI)
menyebabkan perbankan tidak mempunyai alternative lain umtuk menghimpun dan
menyalurkan dana. Konsekuensi dari kebijakan spread negative ini adalah bank harus
menanggung rugi dalam kegiatan usaha penghimpunan dan penyaluran dananya
4)     Munculnya penggunaan peraturan perundangan yang baru.
Peraturan dan perundangan baru yang ditetapkan setelah adanya krisis ekonomi ini
antara lain adalah:
a)     Undang-undang Nomer 3 Tahun 2004 tentang Perubahaan atas Undang-undang
Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia.
b)     Undang-undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia.
c)      Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang perubahan atas Undang-undang
Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan.
d)     Surat Keputusan Direksi BI Nomor 32/33/KEP/DIR tanggal 12 Mei 1999 tentang
Bank Umum.
e)     Surat Keputusan Direksi BI Nomor 32/34/KEP/DIR tanggal 12 Mei 1999 tentang
Bank Umum Berdasarkan prinsip Syariah.
f)       Surat Keputusan Direksi BI Nomor 32/35/KEP/DIR tanggal 12 Mei 1999 tentang
Bank Perkreditan Rakyat.
g)     Surat Keputusan Direksi BI Nomor 32/36/KEP/DIR tanggal 12 Mei 1999 tentang
Bank Perkreditan Rakyat prinsip Syariah.
h)      Surat Keputusan Direksi BI Nomor 32/37/KEP/DIR tanggal 12 Mei 1999 tentang
Bank Persyaratan dan Tata Cara Pembukaan Kantor Cabang, Kator Cabang
Pembantu, dan Kantor Perwakilan dari Bank Yang Berkedudukan di Luar Negeri.
i)       Surat Keputusan Direksi BI Nomor 32/50/KEP/DIR tanggal 14 Mei 1999 tentang
Persyaratan dan Tata Cara Pembelian Saham Bank Umum.
j)       Surat Keputusan Direksi BI Nomor 32/51/KEP/DIR tanggal 14 Mei 1999 tentang
Persyaratan dab Tata Cara Merger, Konsolidasi dan Akusisi Bank Umum.
k)      Surat Keputusan Direksi BI Nomor 32/52/KEP/DIR tanggal 14 Mei 1999 tentang
Persyaratan dab Tata Cara Merger, Konsolidasi dan Akusisi Bank Perkreditan
Rakyat.
l)       Surat Keputusan Direksi BI Nomor 32/53/KEP/DIR tanggal 14 Mei 1999 tentang
Tata Cara Pencabutan Izin Usaha, Pembubaran dan Likuidasi Bank Umum.
m)   Surat Keputusan Direksi BI Nomor 32/53/KEP/DIR tanggal 14 Mei 1999 tentang
Tata Cara Pencabutan Izin Usaha, Pembubaran dan Likuidasi Bank Perkreditan
Rakyat.
5)     Jumlah bank menurun.
Kondisi sektor rill yang sanngat lemah, proporsi kredit bermasalah yang semakin besar,
dan likuditas yang semakin rendah menyebabkan bank makin lama makin sulit untuk
meneruskan usaha.

d.  Kondisi terakhir
Tiga hal penting menandai kondisi terakhir sector perbankan di Indonesia. Ketiga hal
tersebut adalah:
1)     Selesainya penyusutan Arsitektur Pernbankan Indonesia (API). Munculnya API ini
dipicu oleh adanya krisis perbankan dan krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia mulai
tahun 1997.
2)     Serangkaian rencana dan komitmen pemerintah, DPR dan Bank Indonesia untuk
membentuk atau menyusun:
a)     Lembaga penjamin simpanan
b)     Lembaga pengawas perbankan yang idependen
c)      Otoritas jasa keuangan
3)     Kinerja perbankan yang lebih menunjukan kondisi masa peralihan atau awal masa
pemulihan dari krisis ekonomi kea rah kondisi perbankan yang lebih sesuai dengan
praktik-praktik perbankan yang lebih baik. Praktik perbankan yang lebih baik ini antara
lain mengarah kepada:
a)     Manajemen pengelolaan risiko yang lebih baik.
b)     Struktur perbankan nasonal yang lebih baik.
c)      Penerapan prinsip kehati-hatian yang konsisten.
4)     Penyaluran dana masyarakat kearah yang lebih mencerminkan bank sebagai perantara
keuangan dengan tetap berlandaskan prinsip kehati-hatian.

B. Jenis-Jenis Bank :
1. Bank Sentral
Bank sentral adalah bank yang didirikan berdasarkan Undang-undang nomor 13 tahun
1968 yang memiliki tugas untuk mengatur peredaran uang, mengatur pengerahan dana-dana,
mengatur perbankan, mengatur perkreditan, menjaga stabilitas mata uang, mengajukan
pencetakan / penambahan mata uang rupiah dan lain sebagainya. Bank sentral hanya ada satu
sebagai pusat dari seluruh bank yang ada di Indonesia.
2. Bank Umum
Bank umum adalah lembaga keuangan yang menawarkan berbagai layanan produk
dan jasa kepada masyarakat dengan fungsi seperti menghimpun dana secara langsung dari
masyarakat dalam berbagai bentuk, memberi kredit pinjaman kepada masyarakat yang
membutuhkan, jual beli valuta asing / valas, menjual jasa asuransi, jasa giro, jasa cek,
menerima penitipan barang berharga, dan lain sebagainya.
3. Bank Perkreditan Rakyat / BPR
Bank perkreditan rakyat adalah bank penunjang yang memiliki keterbatasan wilayah
operasional dan dana yang dimiliki dengan layanan yang terbatas pula seperti memberikan
kridit pinjaman dengan jumlah yang terbatas, menerima simpanan masyarakat umum,
menyediakan pembiayaan dengan prinsip bagi hasil, penempatan dana dalam sbi / sertifikat
bank indonesia, deposito berjangka, sertifikat / surat berharga, tabungan, dan lain sebagainya.
Sejak diberlakukannya Undang-Undang nomor 10 tahun 1998, jenis bank dapat
dibedakan menjadi Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat.
1. Bank Umum
Bank Umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan
atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalulintas
pembayaran. Sifat jasa yang diberikan adalah umum. Bank Umum sering juga disebut Bank
Komersial.
Usaha-usaha bank umum yang utama antara lain:
a. menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk giro, deposito, sertifikat deposito,
tabungan;
b. memberikan kredit;
c. menerbitkan surat pengakuan hutang;
d. memindahkan uang;
e. menempatkan dana pada atau meminjamkan dana dari bank lain;
f. menerima pembayaran dari tagihan atas surat berharga;
g. menyediakan tempat untuk menyimpan barang dan surat berharga.

Bank umum di Indonesia dilihat dari kepemilikannya terdiri atas:


a. Bank pemerintah, seperti BRI, BNI, BTN.
b. Bank Pembangunan Daerah (BPD), seperti BPD DKI Jakarta.
c. Bank Swasta Nasional Devisa, seperti BCA, NISP, Bank Danamon.
d. Bank Swasta Nasional Bukan Devisa.
e. Bank Campuran, contoh Sumitomo Niaga Bank.
f. Bank Asing, seperti Bank of America, Bank of Tokyo.
Bank umum ada yang disebut Bank Devisa dan Bank Non Devisa:
- Bank Umum Devisa artinya yang ruang lingkup gerak operasionalnya sampai ke luar
negeri.
- Bank Umum Non Devisa artinya ruang lingkup gerak operasionalnya di dalam negeri saja.

2. Bank Perkreditan Rakyat (BPR)


Menurut Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998 tentang Perbankan, Bank Perkreditan
Rakyat didefinisikan sebagai bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional
dan/atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam
lalu lintas pembayaran.
Kegiatan usaha Bank Perkreditan Rakyat, diantaranya:
1. menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa deposito berjangka, dan
tabungan;
2. memberi kredit;
3. menyediakan pembiayaan dan penempatan dana berdasarkan prinsip syariah sesuai dengan
ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia; dan
4. menempatkan dananya dalam bentuk sertifikat Bank Indonesia (SBI), deposito berjaangka,
dan/atau tabungan pada bank lain.
Di samping kegiatan-kegiatan yang dapat dilaksanakan BPR di atas, terdapat juga
kegiatan-kegiatan yang merupakan larangan bagi BPR sebagai berikut :
1. Menerima simpanan berupa giri dan ikut serta dalam lalu lintas moneter.
2. Melakukan kegiatan usaha dalam valuta asing.
3. Melakukan penyertaan modal.
4. Melakukan usaha perasuransian.
5. Melakukan usaha lain di luar kegiatan usaha sebagaimana dimaksud di atas.
Pembagian bank selain didasarkan Undang-Undang Perbankan dapat juga dibagi menurut
kemampuan bank menciptakan alat pembayaran, yang meliputi:
1. Bank Primer yaitu bank yang dapat menciptakan alat pembayaran baik berupa uang kartal
maupun uang giral. Bank yang termasuk kelompok ini adalah:
a. Bank Sentral atau Bank Indonesia sebagai pencipta uang kartal. Selain itu tugas Bank
Sentral diantaranya:
- menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter;
- mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran; dan
- mengatur dan mengawasi bank.
b. Bank Umum sebagai pencipta uang giral (uang yang hanya berlaku secara khusus dan
tidak berlaku secara umum).
2. Bank Sekunder yaitu bank yang tidak dapat menciptakan alat pembayaran dan hanya
berperan sebagai perantara dalam perkreditan yang tergolong dalam bank ini adalah Bank
Perkreditan Rakyat.
Sedangkan jenis bank menurut target pasar dapat digolongkan menjadi tiga :
1. Retail Bank
2. Corporate Bank
3. Retail-Corporate bank
BENTUK DAN PRODUK-PRODUK BANK
Beberapa bentuk produk perbankan berupa pemberian kredit, pemberian jasa
pembayaran dan peredaran uang, serta bentuk jasa perbankan lainnya. Untuk penjelasannya
sebagai berikut:
1.Pemberian kredit dengan berbagai macam bentuk jaminan atau tanggungan misalnya
tanggungan efek
2. Memberikan jasa-jasa dalam lalulintas pembayaran dan peredaran uang yang terdiri:
a. Lalu lintas pembayaran dalam negeri seperti transfer, inkaso.
b. Lalulintas pembayaran luar negeri seperti pembukaan L/C (Letter of Credit) yaitu surat
jaminan bank untuk transaksi ekspor-impor.
3. Jasa-jasa perbankan lainnya yang meliputi:
a. Jual-beli cek perjalanan (travellers cheque)
b. Jual-beli uang kertas (bank note)
c. Mengeluarkan kartu kredit (Credit Card)
d. Jual-beli valuta asing.
e. Pembayaran listrik, telepon, gaji, pajak
f. Menyiapkan kotak pengaman simpanan (safe deposite box)
4. Bentuk-bentuk simpanan di Bank
a. Giro adalah simpanan pada bank yang dapat digunakan sebagai alat pembayaran.
b. Deposito Berjangka adalah simpanan pada bank yang penarikannya hanya dapat
dilakukan dalam jangka waktu tertentu
c. Sertifikat Deposito adalah deposito berjangka yang bukti simpanannya dapat
diperdagangkan.
d. Tabungan adalah simpanan pada bank yang penarikannya hanya dapat dilakukan
menurut syarat-syarat tertentu yang disepakati
Ilustrasi

BAB VI

Aktivitas

Coba anda jelaskan perkembangan perbankan di Indonesia

Rangkuman bab V

1.Kondisi dunia perbankan di Indonesia telah mengalami banyak perubahan. Perubahan ini
selain disebabkan perkembangan internal dunia perbankan juga tidak terlebas dari
pengaruh perkembangan di luar dunia perbankan.

2. Kondisi perbankan di Indonesia secara umum dapat dikelompokan dalam empat periode.
Keempat periode itu adalah:
a.Kondisi sebelum Deregulasi
b. Kondisi sesudah deregulasi
c. Kondisi saat krisis ekonomi mulai akhir tahun 1990-an
d. Kondisi terakhir
3. Jenis-jenis bank di Indonesia adalah Bank Sntral, Bank Umum dan Bank Perkreditan
Rakyat (BPR)
4. Beberapa bentuk produk perbankan berupa pemberian kredit, pemberian jasa pembayaran
dan peredaran uang, serta bentuk jasa perbankan lainnya.

Test Formatif
1. Kondisi perbankan di Indonesia secara umum dapat dikelompokan dalam empat periode.
Jelaskan keempat periode kondisi perbankan tersebut!
2. Jelaskan perbedaan kegiatan usaha antara Bank Umum dengan BPR?
3. Jelaskan beberapa produk perbankan !

Anda mungkin juga menyukai