PEMBUKAAN
1.Latar belakang
dalam sebuah perekonomian islam, permintaan terhadap uang akan lahir terutama dari motif
transaksi dan tindakan berjaga-jaga yang ditentukan pada umumnya oleh tingkatan pendapatan
uang dan distribusinya . Permintaan terhadap uang karena motif spekulatif pada dasarnya di
dorong oleh fluktuasi suku bunga pada perekonomian kapitalis. Suatu penurunan dalam suku
bunga dibarengi dengan harapan tentang kenaikannya akan mendorong individu dan perusahaan
untuk meningkatkan jumlah uang yang dipegang. Karena suku bunga seringkali berfluktuasi
pada perekonomian kapitalis, terjadilah perubahan terus-menerus dalam jumlah uang yang di
pegang oleh publik.
Di Negara-negara anggota OECD terdapat pergeseran dari suku bunga sebagai target perantara
kebijakan moneter menuju norma-norma kuantitatif untuk pertumbuhan uang beredar. Bahawa
manipulasi suku bunga tidak selalu membuktikan sebagai suatu cara yang memuaskan untuk
mencapai hambatan moneter dan menstabilkan ekspansi moneter dalam kondisi ekspansioner
dan kebijakan kebijakan yang dibimbing oleh tujuan-tujuan kuantitatif untuk mencapai basis
moneter yang dibawahnya tingkatan suku bunga adalah suatu produk turunan atau dapat dilihat
sebagai produk turunan.
BAB II
PEMBAHASAN
Untuk menjamin bahwa pertumbuhan moneter mencukupi dan tidak berlebihan perlu
memonitor secara hati-hati tiga sumber utama ekspansi moneter yaitu :
1. Defisit Fiskal
Tak ada kontroversi di kalangan ekonomi mengenai apakah defisit fiskal dapat dan
memang telah di lakukan menjadi sumber penting bagi ekspansi moneter "ekspansif". Upaya-
upaya yang dilakukan oleh pemerintah untuk mengambil sumber-sumber riil pada laju yang
lebih cepat dari yang berkesinambungan pada tingkat harga yang stabil, dapat menimbulkan
peningkatan defisit fiskal dan mempercepat penawaran uang sehingga menambah laju inflasi.
Bahkan di Negara-negara industri uatama, defisit fiskal yang besar telah menjadi sebab uatam
kegagalan memenuhi target suplai uang.
Hal ini cenderung menggeser beban perjuangan dalam menghapuskan inflasi pada
kebijakan moneter. Akan tetapi, seperti yang secara sangat tepat dinyatakan oleh para ekonom
yang tergabung dalam Economists Advisory Group Bussiness Research Study, "Makin besar
ketergantungan sektor pemerintah kepada
system perbankan, makin sukar bagi bank sentral untuk melakukan suatu kebijakan
moneter yang konsisten. Karena itu, kalau tidak ingin kebijakan moneter menjadi kurang
efektif atau terlalu restriktif, harus ada koordinasi antara kebijakan moneter dan fiskal untuk
merealisasikan tujuan-tujuan nasional. Ini menggaris bawahinya perlunya suatu kebijakan
fiskal yang noninflasioner dan realistis di Negara-negara muslim.
Dalam bukunya Chapra mengatakan bahwa, bank sentral harus menjadi pusat
sistem perbankan, ia harus menjadi sebuah institusi pemerintah yang otonom, yang
bertanggung jawab untuk merealisasikan sasaran-sasaran ekonomi Islam di bidang keuangan
bank. Dalam upaya untuk pencapaian tujuan tersebut bank harus dapat menggunakan
instrumen dan metode apapun yang diperlukan dan tidak bertentangan dengan ajaran Islam.
Bank sentral tidak dapat merealisasikan sasaran stabilitas moneter tanpa bantuan pemerintah
Karena itu, suatu pemerintahan muslim yang bersungguh-sungguh komitmen kepada
pencarian sasaran ini harus melakukan suatu kebijakan fiskal yang konsisten dengan
sasarannya. Ini lebih penting karena pasar-pasar uang di Negara-negara muslim relative
terbelakang dan kebijakan moneter tidak dapat berperan efektif dalam meregulasi suplai uang,
seperti Perlunya mengeliminasi pengeluaran yang tidak produktif dan mubazir merupakan
kewajiban bagi setiap manusia.
Sesudah semua pengeluaran yang tidak perlu dan mubazir dieliminasi, neraca
pengeluaran pemerinatah dapat dibagi menjadi tiga bagian :
1) pengeluaran rutin,
2) pengeluaran proyek, dan
3) pengeluaran darurat.
Bank menurut Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 1998 adalah Badan Usaha yang
menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada
masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan
taraf hidup rakyat banyak.
Karena deposit derivative cenderung menigkatkan penawaran uang dengan cara yang
sama seperti uang yang dikeluarkan pemerintah atau bank sentral. Akan tetapi Deposito
derivative mempunyai potensi inflasioner, sehingga ekspansi dalam deposito derivative harus
diatur jika ingin pertumbuhan moneter dapat dicapai.
Deposito bank komersial merupakan bagian penting dari penawaran uang sebagai
kemudahan untuk analisis, deposito ini dapat dibagi menjadi dua bagian:
Deposito primer yang menyediakan system perbankan dengan basis uang (uang kontan
dalam bank + deposito di bank sentral).
1) Deposito derivative yang dalam sebuah system cadangan proporsional mewakili uang
yang diciptakan oleh bank komersial dalam proses perluasan kredit dan merupakan
sumber utama ekspansi moneter dalam perekonomian dengan kebijakan perbankan yang
sudah maju.
Kredit harus sesuai dengan target moneter dan menciptakan kompetisi yang sehat antar
bank komersial. Ini dapat dilakukan dengan mengatur penyediaan uang pokok bagi bank-
bank komersial dan membatasi bank untuk membuat cadangan kas tidak efektif.
Dalam sistem kredit dan keuangan , bank-bank komersial yang memilki hak istimewa
untuk meminta deposito, harus beroperasi berdasarkan cadangan 100%. Cadangan-
cadangan ini kebanyakan didepositokan dalam sistem perbankan pusat atau secara aktual
ditarik dari peredaran. Bila tidak bank-bank itu menyediakan semua jasa lain tanpa
bunga.
2.KEBIJAKAN MONETER
Kebijakan moneter adalah keputusan yang diambil oleh pemerintah dalam rangka
menunjang aktivitas ekonomi melalui berbagai hal yang berkaitan dengan penetapan jumlah
peredaran uang di masyarakat.
1. KebijakanMoneterEkspansif
Jenis kebijakan moneter yang melakukan pengelolaan dan pengaturan peredaran uang
dalam aktivitas ekonomi disebut sebagai kebijakan moneter ekspansif. Dalam hal ini,
tujuan utamanya meningkatkan peredaran uang di masyarakat sehingga roda
perekonomian meningkat.
2. Wujud dari jenis kebijakan moneter ini melalui peningkatan pembelian sekuritas
pemerintah oleh Bank Indonesia, penurunan suku bunga, menurunkan persyaratan
cadangan untuk bank. Dampak kebijakan ini tak hanya merangsang kegiatan bisnis atau
daya beli konsumen, tetapi juga mengurangi tingkat pengangguran.
3. KebijakanMoneterKontraktif
Berikutnya, jenis kebijakan moneter adalah kebijakan moneter kontraktif dimana
kebijakan diambil sebagai langkah mengurangi peredaran uang di masyarakat saat terjadi
inflasi. Hal ini diwujudkan melalui penjualan obligasi pemerintah, peningkatan suku
bunga bank, dan meningkatkan persyaratan cadangan untuk bank.
Dalam praktiknya, banyak sekali aturan yang terselenggara akibat dari kebijakan
moneter di Indonesia. Di bawah ini merupakan contoh kebijakan moneter di Indonesia.
1. Pelaksanaan Kredit Langsung oleh Bank Indonesia
Pertama, contoh kebijakan moneter adalah Bank Indonesia mengadakan kredit langsung.
Pemberian kredit langsung kepada berbagai sektor atau proyek yang memerlukan dana
secara mendesak. Hal ini dapat meningkatkan jumlah uang yang beredar karena harus
membiayai kegiatan dengan segera.
2. PenyediaanFasilitasOverdraft
Saat Bank Indonesia membantu bank umum yang mengalami kesulitan likuiditas jangka
pendek, maka hal ini termasuk contoh kebijakan moneter di Indonesia melalui fasilitas
overdraft. Bantuan yang diberikan berupa pinjaman jangka pendek dengan suku bunga
tinggi. Hal ini diharapkan mampu mengontrol peredaran uang agar tetap stabil.
3. PenerbitanSuratUtangNegara
Selanjutnya, contoh kebijakan moneter adalah menerbitkan surat utang negara. Dalam hal
ini, pemerintah berusaha menghimpun dana dari masyarakat agar uang yang beredar di
masyarakat mengalami penurunan.
4. ProgramIntervensiRupiah
Program intervensi rupiah merupakan contoh kebijakan moneter di Indonesia yang
dilakukan oleh Bank Indonesia dengan cara proses pinjam meminjam dana secara
langsung di Pasar Uang Antar Bank dalam periode 7 hari. Hal ini dilakukan sebagai
upaya mendukung instrumen kegiatan operasi pasar terbuka.
Salah satu penyebab terjadinya peredaran uang yang terlalu tinggi karena adanya
defisit anggaran yang ditutup dengan pinjaman. Karenanya diperlukan suatu kebijakan
anggaran agar tidak inflasioner dan realistis dinegara-negara muslim.
Ini penting karena pasar uang yang di negara muslim relatif terbelakang saat ini, dan
kebijakan moneter tidak dapat berperan aktif dalam meredam peredaran uang.
Neraca pengeluaran pemerintah dapat dibagi menjadi 3 bagian yakni (1) pengeluaran
rutin (2) pengeluaran proyek (3) pengeluaran darurat. Semua pengeluaran rutin didanai dari
penerimaan pajak. Sedangkan proyek-proyek yang berorientasi komersial dapat didanai
dengan skema bagi hasil atau melalui penjualan saham kepada lembaga-lembaga finansial dan
publik.
Dalam sistem perbankan komersial, deposito dapat dibagi menjadi dua diantaranya
deposito primer dan deposito derivatif. Deposito primer adalah deposito yang berbasis uang
yang nyata ada di bank dan di bank sentral.
Sedangkan deposito derivatif adalah deposito yang dalam sebuah sistem cadangan
proporsional mewakili uang yang diciptakan oleh bank komersial dalam proses perluasan
kredit dan merupakan sumber utama ekspansi moneter.
Pada Negara yang mengalami Surplus , ekspansi moneter terjadi apabila pemerintah
menguangkan surplus dengan membelanjakannya secara domestik, Sedangkan Negara yang
mengalami defisit ekspansi moneter yang tidak sehat dikosumsi dari sektor swasta dan
pemerintah sehingga terjadinya kebocoran dalam tanah dan defisit transaksi terus berjalan.
BAB III
PENUTUP
1.KESIMPULAN
Salah satu penyebab terjadinya peredaran uang yang terlalu tinggi karena adanya
defisit anggaran yang ditutup dengan pinjaman. Karenanya diperlukan suatu kebijakan
anggaran agar tidak inflasioner dan realistis dinegara-negara muslim.
Untuk menjamin bahwa pertumbuhan moneter mencukupi dan tidak berlebihan perlu
memonitor secara hati-hati tiga sumber utama ekspansi moneter yaitu :
1. Defisit Fiskal
Tak ada kontroversi di kalangan ekonomi mengenai apakah defisit fiskal dapat dan
memang telah di lakukan menjadi sumber penting bagi ekspansi moneter "ekspansif". Upaya-
upaya yang dilakukan oleh pemerintah untuk mengambil sumber-sumber riil pada laju yang
lebih cepat dari yang berkesinambungan pada tingkat harga yang stabil, dapat menimbulkan
peningkatan defisit fiskal dan mempercepat penawaran uang sehingga menambah laju inflasi.
Bahkan di Negara-negara industri uatama, defisit fiskal yang besar telah menjadi sebab uatam
kegagalan memenuhi target suplai uang.
Hal ini cenderung menggeser beban perjuangan dalam menghapuskan inflasi pada
kebijakan moneter. Akan tetapi, seperti yang secara sangat tepat dinyatakan oleh para ekonom
yang tergabung dalam Economists Advisory Group Bussiness Research Study, "Makin besar
ketergantungan sektor pemerintah kepada