Sejak 17 Mei 1999, Bank Indonesia memasuki babak baru yang jauh berbeda dari
periode sebelumnya. Babak baru tersebut ditandai dengan diterapkannya Undang-Undang
(UU) No.23/1999 tentang Bank Indonesia yang mereformulasi tujuan dan tugas Bank
Indonesia secara lebih jelas dan terfokus. Tujuan Bank Indonesia sesuai dengan pasal 7 UU
No.23/1999 adalah mencapai dan memelihara kestabilan nilai Rupiah. Kebijakan moneter
yang digariskan dalam UU tersebut secara implisit telah menempatkan kebijakan moneter
Bank Indonesia dalam suatu kerangka kebijakan moneter yang dikenal dengan inflation
targeting (IT) framework.
kebijakan moneter adalah peraturan dan ketentuan yang dikeluarkan oleh otoritas
moneter untuk mengontrol uang beredar, inflasi, dan untuk memelihara stabilitas ekonomi
suatu negara. Hal tersebut dapat dicapai dengan berbagai cara, seperti perubahan suku
bunga, operasi pasar terbuka, serta rasio amandemen cadangan aset simpanan tertentu.
Sesuai Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999, Bank Indonesia sebagai bank sentral
memiliki wewenang untuk melaksanakan kebijakan moneter. Jenis-jenis Kebijakan Moneter
Kebijakan moneter dibedakan menjadi dua, yakni kebijakan yang bersifat kuantitatif dan
kualitatif.
1. Kebijakan Moneter Kuantitatif Kebijakan ini dilakukan oleh bank sentral untuk
memengaruhi jumlah penawaran uang dan suku bunga dalam perekonomian.
Kebijakan moneter kuantitatif dapat dilakukan dengan menggunakan tiga
instrumen berikut:
a. Operasi pasar terbuka: Cara ini dilakukan untuk mengendalikan uang
yang beredar dengan menjual atau membeli Sertifikat Bank Indonesia
(SBI).
b. Politik diskonto: Cara ini dilakukan dengan memainkan tingkat suku
bunga bank sentral pada bank umum.
c. Giro wajib minimum: Cara ini dilakuan dengan mengatur jumlah uang
yang beredar dengan memainkan jumlah dana cadangan perbankan yang
harus disimpan pada bank sentral.
2. Kebijakan Moneter Kualitatif Kebijakan moneter kualitatif adalah kebijakan
moneter bank sentral yang bertujuan mengawasi bentuk-bentuk pinjaman dan
investasi yang digarap oleh bank-bank perdagangan. Tujuan utama kebijakan ini
adalah untuk memengaruhi jenis-jenis pinjaman yang diberikan institusi
keuangan. Kebijakan moneter kualitatif bisa dibagi menjadi dua jenis, yaitu:
a. Pengawasan pinjaman secara terpilih: Bank sentral melakukan
pengawasan supaya pinjaman dan investasi yang dilakukan sesuai
dengan ketentuan pemerintah.
b. Imbauan moral: Imbaun dilakukan oleh bank sentral dengan
menganjurkan bank-bank untuk melakukan penyesuaian dalam
mengalokasikan dananya.
Tujuan akhir kebijakan moneter adalah menjaga dan memelihara kestabilan nilai
Rupiah yang salah satunya tercermin dari tingkat inflasi yang rendah dan stabil. Untuk
mencapai tujuan itu, Bank Indonesia menetapkan suku bunga kebijakan BI-7 Day Reverse
Repo Rate (BI7DRR) sebagai instrumen kebijakan utama untuk memengaruhi aktivitas
kegiatan perekonomian dengan tujuan akhir pencapaian inflasi. Proses tersebut atau
transmisi dari keputusan BI-7 Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sampai dengan pencapaian
sasaran inflasi tersebut melalui berbagai channel dan memerlukan waktu (time lag).
Mekanisme transmisi kebijakan moneter ini memerlukan waktu (time lag). Time lag
masing-masing jalur bisa berbeda. Dalam kondisi normal, perbankan akan merespons
kenaikan/penurunan BI-7 Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) dengan kenaikan/penurunan
suku bunga perbankan. Namun demikian, apabila perbankan melihat risiko perekonomian
cukup tinggi, respons perbankan terhadap penurunan suku bunga BI-7 Day Reverse Repo
Rate (BI7DRR) akan lebih lambat. Sebaliknya, apabila perbankan sedang melakukan
konsolidasi untuk memperbaiki permodalan, penurunan suku bunga kredit dan peningkatan
permintaan kredit tidak selalu direspons dengan menaikkan penyaluran kredit. Di sisi
permintaan, penurunan suku bunga kredit perbankan juga tidak selalu direspons oleh
meningkatnya permintaan kredit dari masyarakat apabila prospek perekonomian sedang
lesu. Efektivitas transmisi kebijakan moneter dipengaruhi oleh kondisi eksternal, sektor
keuangan dan perbankan, serta sektor riil.
Mekanisme transmisi kebijakan moneter ini memerlukan waktu (time lag). Time lag
masing-masing jalur bisa berbeda. Dalam kondisi normal, perbankan akan merespons
kenaikan/penurunan BI 7DRR dengan kenaikan/penurunan suku bunga perbankan. Namun
demikian, apabila perbankan melihat risiko perekonomian cukup tinggi, respons perbankan
terhadap penurunan suku bunga BI 7DRR akan lebih lambat. Sebaliknya, apabila perbankan
sedang melakukan konsolidasi untuk memperbaiki permodalan, penurunan suku bunga
kredit dan peningkatan permintaan kredit tidak selalu direspons dengan menaikkan
penyaluran kredit. Di sisi permintaan, penurunan suku bunga kredit perbankan juga tidak
selalu direspons oleh meningkatnya permintaan kredit dari masyarakat apabila prospek
perekonomian sedang lesu. Efektivitas transmisi kebijakan moneter dipengaruhi oleh
kondisi eksternal, sektor keuangan dan perbankan, serta sektor riil.
Sumber :
1. https://katadata.co.id/intan/berita/620cba89a4abb/kebijakan-moneter-adalah-
jenis-kerangka-dan-tujuannya
2. https://www.bi.go.id/id/fungsi-utama/moneter/default.aspx
3. https://www.bi.go.id/id/bi-institute/policy-mix/ITF/Documents/Disain-Kerangka-
Kerja-Kebijakan-Moneter-di-Indonesia-Pasca-Krisis-Flexible-Inflation-Targeting-
Framework.pdf