Anda di halaman 1dari 12

BAB 1

PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Sejak krisis keuangan melanda Asia pada akhir tahun 1990-an dan era jatuhnya rezim
Presiden Suharto di Indonesia, menyebabkan penurunan ekonomi yang besar dan searah
dengan pengeluaran masyarakat, dimana utang dan subsidi meningkat secara drastis, sementara
itu belanja pembangunan dikurangi secara tajam.
Sekarang ini, Indonesia berhasil keluar berdasarkan krisis & berada pada situasi
dimana negara ini mempunyai asal daya keuangan yang relatif buat memenuhi kebutuhan
pembangunan. Perubahan ini terjadi lantaran kebijakan makroekonomi yang hati-hati & yang
paling krusial defisit aturan juga sangat rendah. Lalu cara pemerintah membelanjakan dana
sudah mengalami transformasi melalui hal lain yang sama pentingnya, dalam tahun 2001,
hargaminyak internasional yang terus semakin tinggi mengakibatkan subsidi minyak domestik
"Indonesia tidak mampu dikontrol, mengancam stabilitas makroekonomiyang sudah susah
payah dicapai. Walaupun masih ada risiko politik bahwa kenaikanharga minyak yang tinggi
akan mendorong taraf in(lasi sebagai lebih besar, pemerintah merogoh keputusan yang berani
buat memotong subsidi minyak.
Tahun 2013 merupakan tahun penuh perubahan dan tantangan bagi perekonomian
Indonesia di tengah berbagai masalah struktural yang belum terselesaikan, perubahan kondisi
ekonomi global di tahun 2013 memunculkana ncaman terhadap stabilitas makroekonomi dan
kesinambungan pertumbuhan ekonomi. Respons bauran kebijakan yang ditempuh Bank
Indonesia dan Pemerintah mampu mendorong ekonomi bergerak ke tingkat yang lebih
seimbangdan mengembalikan stabilitas makroekonomi. Ke depannya, perekonomian"ndonesia
diperkirakan bias lebih baik, meskipun berbagai risiko perlu terus diantisipasi Kebijakan Bank
Indonesia di tahun 2014 akan tetap fokus pada upaya menjaga stabilitas makroekonomi sipaya
upaya ini tetap harus didukung oleh percepatan reformasi struktural dalam rangka mencapai
pertumbuhan ekonomiyang berkelanjutan.
Kebijakan moneter merupakan salah satu bagian integral dari kebijakan ekonomi
makro. Kebijakan moneter ditujukan untuk mendukung tercapainya sasaran ekonomi makro,
yaitu pertumbuhan ekonomi yang tinggi, stabilitas harga, pemerataan pembangunan, dan
keseimbangan neraca pembayaran.
Bank Indonesia memiliki tujuan untuk mencapai dan memelihara kestabilan nilai
rupiah. Tujuan ini sebagaimana tercantum dalam UU No. 3 tahun 2004 Pasal 7 tentang Bank
Indonesia. Hal yang dimaksud dengan kestabilan nilai rupiah antara lain adalah kestabilan
terhadap harga-harga barang dan jasa yang tercermin pada inflasi. Untuk mencapai tujuan
tersebut, sejak tahun 2005 Bank Indonesia menerapkan kerangka kebijakan moneter dengan
inflasi sebagai sasaran utama kebijakan moneter (Inflation targeting framework) dengan
menganut sistem nilai tukar yang mengambang (free floating). Peran kestabilan nilai tukar
sangat penting dalam mencapai stabilitas harga dan sistem keuangan. Oleh karenanya Bank
Indonesia juga menjalankan kebijakan nilai tukar untuk mengurangi volatilitas nilai tukar yang
berlebihan, bukan untuk mengarahkan nilai tukar pada level tertentu . Dalam pelaksanaannya,
Bank Indonesia memiliki kewenangan untuk melakukan kebijakan moneter melalui penetapan
sasaran-sasaran moneter (seperti uang beredar atau suku bunga) dengan tujuan utama
menjaga sasaran laju inflasi yang ditetapkan oleh pemerintah.
Secara operasional, pengendalian sasaran-sasaran moneter tersebut menggunakan
instrumen-instrumen, antara lain operasi pasar terbuka di pasar uang baik rupiah maupun
valuta asing, penetapan tingkat diskonto, penetapan cadangan wajib minimum, dan
pengaturan pinjaman atau pembiayaan. Bank Indonesia juga dapat melakukan cara-cara
pengendalian moneter berdasarkan prinsip syariah. Dalam penelitian ini saya menggunakan
uang primer, BI Rate, indeks harga konsumen (IHK) dan pinjaman sebagai variabel bebas di
dalam kebijakan moneter. Kerangka kerja kebijakan moneter Inflation Targeting Framework
(ITF) diterapkan secara formal sejak Juni 2005, setelah sebelumnya menggunakan kebijakan
moneter yang menerapkan uang primer (Money Base Targeting Framework) sebagai sasaran
kebijakan moneter. Dengan kerangka ini, Bank Indonesia secara eksplisit mengumumkan
sasaran inflasi kepada publik dan kebijakan moneter diarahkan untuk mencapai sasaran inflasi
yang ditetapkan oleh pemerintah tersebut. Untuk mencapai sasaran inflasi, kebijakan moneter
dilakukan secara forward looking, artinya perubahan stance kebijakan moneter dilakukan
melalui evaluasi apakah perkembangan inflasi ke depan masih sesuai dengan sasaran inflasi
yang telah dicanangkan. Dalam kerangka kerja ini, kebijakan moneter juga ditandai oleh
transparansi dan akuntabilitas kebijakan kepada publik. Dalam beberapa tahun terakhir,
terdapat kecenderungan sejumlah bank-bank sentral di dunia menggunakan inflation targeting
framework dalam kebijakan moneter sebagai rasa ketidakpuasan terhadap penggunaan
besaran-besaran moneter yang bersifat forward looking, dengan memfokuskan secara
langsung pada kestabilan harga atau inflasi yang rendah sebagai sasaran tunggal akhir.
Pemilihan inflasi sebagai sasaran akhir sejalan dengan kecenderungan perkembangan
terakhir bank-bank sentral di dunia, dimana banyak bank sentral yang beralih untuk lebih
memfokuskan diri pada upaya pengendalian inflasi. Secara operasional, stance kebijakan
moneter dicerminkan oleh penetapan suku bunga kebijakan (BI Rate) yang diharapkan akan
memengaruhi suku bunga pasar uang dan suku bunga deposito dan suku bunga kredit
perbankan.
Perubahan suku bunga ini pada akhirnya akan memengaruhi output dan inflasi (Bank
Indonesia, 2013). Menghitung nilai barang dan jasa (output) yang dihasilkan oleh
perekonomian suatu negara dalam periode satu tahun sering menggunakan Pendapatan
Domestik Bruto sebagai salah satu pengukuran tingkat pendapatan nasional suatu negara.
Jika besaran PDB nominal selalu mengalami peningkatan, namun krisis yang terjadi dapat
membawa dampak negatif terhadap nilai PDB riil. Hal ini disebabkan oleh tingginya tingkat
inflasi sebagai salah satu dampak menurunnya nilai tukar rupiah. Oleh karena inflasi tersebut,
meningkatnya PDB nominal tidak dapat dijadikan sebagai ukuran peningkatan ekonomi
maupun penyebaran di setiap strata ekonomi. Tidak hanya inflasi, permasalahan pinjaman
perbankan juga memainkan peran penting dalam perubahan sektor riil dan perkembangan
dunia usaha. Peran perbankan sangat diperlukan sebagai penyedia dana bagi perusahaan
dalam berbagai bentuk pinjaman usaha yang nantinya akan digunakan untuk operasional
perusahaan. Apabila hal tersebut dapat terjadi secara berkesinambungan, maka perusahaan
akan turut membangun perekonomian. Perusahaan yang terus berkembang akan menjadi
target bagi para investor dalam menanamkan dana dalam berbagai bentuk investasi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kebijakan Monoter
1. Pengertian Kebijakan Monoter
Kebijakan moneter merupakan kebijakan bank sentral atau otoritas moneter
dalam bentuk pengendalian besaran moneter dan suku bunga untuk mencapai
perkembangan kegiatan perekonomian yang diinginkan. Kegiatan perekonomian
tersebut ialah kegiatan ekonomi makro yang tercermin dalam kestabilan harga
(rendahnya laju inflasi), membaiknya perkembangan pertumbuhan ekonomi dan
luasnya kesempatan kerja yang tersedia. Kebijakan moneter yang dimaksud di atas
merupakan bagian integral dari kebijakan ekonomi makro yang pada umumnya
dilakukan dengan mempertimbangkan siklus ekonomi, sifat perekonomian suatu
negara (terbuka atau tertutup) serta faktor faktor fundamental ekonomi lainnya.
2. Peran Kebijakan Monoter
Berikut adalah peran kebijakan monoter:
a. Mempertahankan Iklim Investasi
Dengan tingkat inflasi yang rendah, maka iklim investasi akan tetap
hidup. Jika inflasi rendah maka suku bunga bank juga cenderung rendah. Rendahnya
suku bunga bank akan mendorong orang untuk melakukan investasi.
b. Memperluas kesempatan kerja
Kebijakan moneter dapat menciptakan iklim kondusif bagi berlangsungnya
kegiatan ekonomi. Setiap kegiatan ekonomi membutuhkan tenaga kerja. Adanya
kegiatan ekonomi berarti pula memperluas kesempatan kerja.
c. Menciptakan pertumbuhan ekonomi yang tinggi
Keadaan ekonomi yang kondusif memungkinkan terjadinya pertumbuhan
ekonomi. Adanya kestabilan nilai kurs mata uang serta kestabilan harga barang dan
jasa sangat dibutuhkan para investor dan pengusaha dalam menjalankan kegiatan
ekonomi. Kegiatan ekonomi yang berjalan baik maka mencetakan pertumbuhan
ekonomi yang tinggi.
d. Memperbaiki kondisi neraca pembayaran.
Neraca pembayaran nasional dikatakan baik jika mengalami surplus atau nilai
ekspor melebih nilai impor. Untuk mencapai kondisi tersebut. kebijakan moneter yang
terkait dengan nilai kursi mata uang) sangat diperlukan. Kebijakan moneter dapat
mempertahankan stabilitas kurs maupun menurunkan ke tingkat yang diinginkan.
Dengan suatu tingkat kurs tertentu, diharapkan barang-barang produksi dalam negeri
akan bisa lebih murah dibanding produk dari negara lain. Kondisi ini meningkatkan
daya saing produk dalam negeri sehingga pada akhirnya akan memperbesar volume
ekspor (menciptakan neraca pembayaran yang surplus).
e. Menjaga kestabilan nilai kurs mata uang
Untuk menjaga agar nilai kurs mata uang stabil sesuai yang diharapkan, maka
Bank Indonesia melakukan kebijakan moneter berupa operasi pasar terbuka. Dalam
keadaan apabila nilai kurs mata uang rupiah merosot tajam dibanding dollar Amerika
Serikat, maka Bank Indonesia melakukan intervensi pasar dengan menjual dollar.
f. Menjaga kestabilan harga barang dan jasa
Masyarakat membutuhkan keadaan dimana harga barang dan jasa tetap stabil
sehingga dapat menjalankan usahanya. Untuk menciptakan keadaan seperti itu, maka
Bank Indonesia dapat melakukan kebijakan moneter berupa menaikkan atau
menurunkan suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI). Tujuan kebijakan ini adalah
untuk menurunkan atau menaikkan jumlah uang yang beredar (JUB). Apabila harga
barang dan jasa naik terus-menerus (tidak stabil) maka Bank Indonesia menaikkan
suku bunga Sertifikat Bank Indonesia agar jumlah uang yang beredar berkurang
sehingga laju kenaikan harga barang dan jasa dapat dikurangi.
g. Menurunkan laju inflasi
Apabila terjadi inflasi yang tinggi, Bank Indonesia dapat melakukan kebijakan
moneter untuk menurunkan jumlah uang yang beredar (JUB). Untuk menurunkan
jumlah uang yang beredar, kebijakan moneter yang diambil dapat berupa menaikkan
atau menurunkan suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) atau pun dengan
kebijakan moneter lainnya yaitu reserve requirements. Untuk menurunkan laju inflasi
berarti jumlah uang yang beredar harus dikurangi. Untuk itu, dengan kebijakan reserve
requirements Bank Indonesia menetapkan kenaikan cadangan minimum dari bank-
bank umum.
3. Fungsi kebijakan moneter
Kebijakan moneter berfungsi sebagai cara untuk mempengaruhi
perekonomian. Dipergunakan untuk mencapai tujuan atau sasaran ekonomi yang
diharapkan, di antaranya ialah untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi, mengatasi
pengangguran, memperbaiki neraca pembayaran yang defisit dan menjaga stabilitas
nilai uang.
4. Tujuan kebijakan moneter
a. Memelihara Stabilitas Harga
Kebijakan moneter mempunyai sasaran untuk menyeimbangkan penawaran
dan permintaan uang agar tidak terjadi kelebihan atau kekurangan uang yang dapat
berakibat pada ketidakstabilan harga.
b. Mendukung pertumbuhan ekonomi yang rill yang mantap
Mantapnya kegiatan investasi dan usaha peningkatan produksi merupakan
prasyarat tercapainya pertumbuhan ekonomi yang mantap. Pertumbuhan ekonomi
yang ingin dicapai adalah pertumbuhan rill yakni pertumbuhan dalam ukuran jumlah
barang dan jasa yang dihasilkan bukan pertumbuhan dalam hitungan uang semata-
mata.
c. Mendukung tercapainya tingkat pengangguran yang rendah
Pengangguran yang tinggi merupakan musuh setiap perekonomian. Setiap
negara berusaha melakukan kebijakan untuk menguranginya, antara lain dengan
kebijakan moneter.
Kebijakan moneter yang dilakukan dalam rangka pengendalian jumlah uang
beredar (JUB), dapat dilakukan melalui beberapa instrumen. Adapun instrumen
kebijakan moneter di Indonesia sebagai berikut:
1. Kebijakan Moneter Kualitatif ialah kebijakan moneter yang dilakukan oleh Bank
Indonesia dalam bentuk himbauan moral kepada para pemimpin. bank-bank umum
agar ikut mengamankan apa yang menjadi kebijakan Bank Indonesia. Wujud
kebijakan moneter kualitatif ini antara lain:
 Bujukan Moral
 Kredit Selektif dan Lain-Lain
2. Kebijakan Moneter Kuantitatif ialah kebijakan moneter dalam rangka
pengendalian jumlah uang yang beredar melalui pengendalian besaran moneter
yang berujud angka-angka. Wujud kebijakan moneter kuantitatif antara lain:
 Politik diskonto adalah kebijakan pemerintah untuk mempengaruhi jumlah
uang yang beredar dengan cara menaikkan atau menurunkan tingkat
menurunkan tingkat bunga pada bank. Tingkat bunga yang dapat diatur
pemerintah adalah tingkat bunga pinjaman dari bank sentral kepada bank-
bank umum.
 Politik operasi pasar terbuka merupakan kebijakan pemerintah untuk
mempengaruhi jumlah uang yang beredar dengan cara menjual atau
membeli surat-surat berharga milik negara..
 Kebijakan syarat cadangan kas pada bank ialah ijakan pemerintah untuk
mempengaruhi jumlah uang yang beredar dengan cara menetapkan jumlah
minimum cadangan kas yang harus ada pada setiap bank.
Kebijakan moneter dapat dilakukan dengan menjalankan instrumen kebijakan
moneter, antara lain:
1. Operasi Pasar Terbuka (Open Market Operation)
Operasi pasar terbuka adalah cara mengendalikan uang yang beredar dengan
menjual atau membeli surat berharga pemerintah (government securities). Jika ingin
menambah jumlah uang beredar, pemerintah akan membeli surat berharga pemerintah.
Namun, bila ingin jumlah uang yang beredar berkurang. maka pemerintah akan
menjual surat berharga pemerintah kepada masyarakat. Surat berharga pemerintah
antara lain diantaranya adalah SBI atau singkatan dari Sertifikat Bank Indonesia dan
SBPU atau singkatan atas Surat Berharga Pasar Uang
2. Fasilitas Diskonto (Discount Rate)
Fasilitas diskonto adalah pengaturan jumlah uang yang beredar dengan
memainkan tingkat bunga bank sentral pada bank umum. Bank umum kadang kadang
mengalami kekurangan uang sehingga harus meminjam ke bank sentral. Untuk
membuat jumlah uang bertambah, pemerintah menurunkan tingkat bunga bank sentral,
serta sebaliknya menaikkan tingkat bunga demi membuat uang yang beredar berkurang
3. Rasio Cadangan Wajib (Reserve Requirement Ratio)
Rasio cadangan wajib adalah mengatur jumlah uang yang beredar dengan
memainkan jumlah dana cadangan perbankan yang harus disimpan pada pemerintah
Untuk menambah jumlah uang, pemerintah menurunkan rasio cadangan wajib. Untuk
menurunkan jumlah uang beredar, pemerintah menaikkan rasio.
4. Imbauan Moral (Moral Persuasion)
Himbauan moral adalah kebijakan moneter untuk mengatur jumlah uang
beredar dengan jalan memberi imbauan kepada pelaku ekonomi. Contohnya seperti
menghimbau perbankan pemberi kredit untuk berhati-hati dalam mengeluarkan kredit
untuk mengurangi jumlah uang beredar dan menghimbau agar bank meminjam uang
lebih ke bank sentral untuk memperbanyak jumlah uang beredar pada perekonomian.
B. Uang dan Inflasi
1. Uang
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) uang merupakan alat tukar atau standar
pengukur nilai (kesatuan hitungan) yang sah, dikeluarkan oleh pemerintah suatu negara
berupa kertas, emas, perak, atau logam lain yg dicetak dengan bentuk dan gambar tertentu.
Uang memiliki peranan penting dalam menetukan kegiatan ekonomi masyarakat suatu
negara. Sudah sejak lama para ahli ekonomi sepakat bahwa uang bisa berakibat baik bagi
perekonomian begitupun sebaliknya, dan para ahli ekonom juga sepakat bahwa uang yang
tersedia dalam perekonomian sangat besar pengaruhnya dalam menentukan kesetabilan dan
pertumbuhan ekonomi suatu negara. udah sejak lama para ahli ekonomi sepakat bahwa uang
bisa berakibat baik bagi perekonomian begitupun sebaliknya, dan para ahli ekonom juga
sepakat bahwa uang yang tersedia dalam perekonomian sangat besar pengaruhnya dalam
menentukan kesetabilan dan pertumbuhan ekonomi suatu negara.
Uang merupakan benda yang disetujui oleh masyarakat umum sebagai alat perantara
tukar menukar dalam perdagangan. Fungsi uang dalam perekonomian :
a. Sebagai alat pertukaran
b. Sebagai pengukur dan menyimpan nilai 3. Sebagai perhitungan dan akuntansi.
Motif masyarakat menyimpan uang:
a. Motif transaksi
b. Motif berjaga-jaga
c. Motif spekulasi
Penggunaan uang memungkinkan roda perekonomian berjalan lancar. Hal ini terjadi
karena perekonomian menghasilkan produk lebih banyak dan mengurangi waktu yang
digunakan oleh para penjual dan pembeli dalam mengatur perekonomian dan transaksi.
2. Inflasi
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) inflasi merupakan kemerosotan nilai
uang (kertas) karena banyak dan cepatnya uang (kertas) beredar sehingga menyebabkan
naiknya harga barang-barang.
Inflasi merupakan kecenderungan naiknya harga umum barang dan jasa secara terus
menerus akibat dari tidak ada keseimbangan arus barang dan arus uang. Ciri-ciri terjadinya
inflasi pada suatu negara sebagai berikut:
a. Pada umumnya harga-harga dalam keadaan naik secara terus-menerus
b. Banyaknya uang yang beredar melebihi kebutuhan
c. . Pergerakan barang relatif sedikit
d .nilai uang ( daya beli uang menurun
Pencegahan inflasi telah lama menjadi salah satu tujuan utama dari kebijaksanaan
ekonomi makro pemerintahan dan bank sentral disetiap negara. Karena inflasi dianggap
sebagai bencana bagi perekenomian khususnya pada masyarakat yang memiliki pendapatan
rendah, kegiatan pinjam meminjam (pemberi pinjaman beruntung, peminjam merugi),
spekulasi dan persaingan dalam perdagangan internasional. Negara berkembang yang
mengalami defisit nerca perdagangan dan menganut APBN defisit, biasanya melakukan
penambahan dengan mencetak uang untuk membiayai pengeluaran pemerintah. Apabila
penctakan uang tidak diimbangi dengan kenaikan pendapatan nasional (GNP). Kenaikan
harga atau inlfasipun tidak akan terjadi secara langsung dirasakan pada tahun pencetakan
tahun tersebut, tetapi akan terasa setelah beberapa tahun (di Indonesia dampak inflasi
dirasakan setelah 2 3 tahun) dari tahun saat terjadi penambahan uang dengan pencekan uang
baru fenomena ini sesuai dengan teori kuantitas Irving Fisher. Jadi dapat dikatakan bahwa
teori kuantitas uang ini merupakan fondasi dari teori-teori ekonomi saat ini.
Fenomena inflasi di Indonesia menurut pandangan koynes adalah inflasi yang terjadi
akibat kenaikan gaji pegawai negeri. Jika Pemerintah Indonesia mengumumkan gaji
pegawai negeri, maka pemerintah menambah pengeluaran rutinnya. Kenaikan gaji tersebut
biasanya akan diikuti kenaikan harga - harga bahan pokok seperti beras dan minyak goreng.
Kenaikan harga barang-barang lain menyebabkan pengusaha swasta menaikan investasi
karena ada keuntungan akibat harga tersebut. Kenaikan harga bahan pokok yang diikuti
kenaikan harga barang barang lainnya menyebabkan tuntutan karyawan dan buruh untuk
menaikan upahnya menyesuaikan kenaikan harga bahan pokok dan barang barang lainnya.
Pada realitanya, tuntutan karyawan dan buruh seperti ini jarang sekali dapat dipenuhi karena
posisi tawaran yang rendah. Inflasipun sebenarnya bersifat relatif. karena ukuran berat atau
ringannya hergantung pada kekuatan masyarakat dan negara yang mengalami inflasi
Pengaruh positif inflasi terjadi apabila inflasi masih dibawah persentasi tingkat bunga kredit
yang berlaku bagi negara maju, hal demikian akan mendorong kegiatan ekonomi dan
pembangunan karena pengusaha dinegara mani dapat memanfaatkan kenaikan harga untuk
berinvestasi, memproduksi, serta menial barang stan jasa.
C. Undang-Undang Tentang Kebijakan Pemerintah
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 Tentang Bank Indonesia Pasal 10 yang
berbunyi:
(1) Dalam rangka menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 8 huruf a, Bank Indonesia berwenang :
a. menetapkan sasaran‑sasaran moneter dengan memperhatikan sasaran laju inflasi;
b.melakukan pengendalian moneter dengan menggunakan cara‑cara yang termasuk
tetapi tidak terbatas pada:
1) operasi pasar terbuka di pasar uang baik rupiah maupun valuta asing;
2) penetapan tingkat diskonto;
3) penetapan cadangan wajib minimum;
4) pengaturan kredit atau pembiayaan.
Undang-undang Nomor 3 Tahun 2004 tentang Perubahan atas Undang-undang
Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1999 Tentang Bank Indonesia. Undang-undang dibuat
untuk menegaskan independensi BI sebagai Bank Sentral yang bebas dari campur tangan
Pemerintah dan atau pihak lain dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya.
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 Tentang Bank Indonesia Pasal yang berbunyi:
a. Tujuan Bank Indonesia adalah mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah.
b. Untuk mencapai tujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Bank Indonesia
melaksanakan kebijakan moneter secara berkelanjutan, konsisten, transparan, dan
harus mempertimbangkan kebijakan umum pemerintah di bidang perekonomian
BAB III
PEMBAHASAN
Ekonomi Moneter merupakan suatu cabang ilmu ekonomi yang membahas tentang
peranan uang dalam mempengaruhi tingkat harga-harga dan tingkat kegiatan ekonomi dalam
suatu negara.
Kebijakan moneter adalah upaya untuk mencapai tingkat pertumbuhan ekonomi yang
tinggi secara berkelanjutan dengan tetap mempertahankan kestabilan harga. Untuk mencapai
tujuan tersebut Bank Sentral atau Otoritas Moneter berusaha mengatur keseimbangan antara
persediaan uang dengan persediaan barang agar inflasi dapat terkendali, tercapai kesempatan
kerja penuh dan kelancaran dalam pasokan/distribusi barang.Kebijakan moneter dilakukan
antara lain dengan salah satu namun tidak terbatas pada instrumen sebagai berikut yaitu suku
bunga, giro wajib minimum, intervensi dipasar valuta asing dan sebagai tempat terakhir bagi
bank-bank untuk meminjam uang apabila mengalami kesulitan likuiditas.
Kebijakan moneter pada dasarnya merupakan suatu kebijakan yang bertujuan untuk
mencapai keseimbangan internal (pertumbuhan ekonomi yang tinggi, stabilitas harga,
pemerataan pembangunan) dan keseimbangan eksternal (keseimbangan neraca pembayaran)
serta tercapainya tujuan ekonomi makro, yakni menjaga stabilisasi ekonomi yang dapat diukur
dengan kesempatan kerja, kestabilan harga serta neraca pembayaran internasional yang
seimbang. Apabila kestabilan dalam kegiatan perekonomian terganggu, maka kebijakan
moneter dapat dipakai untuk memulihkan (tindakan stabilisasi). Pengaruh kebijakan moneter
pertama kali akan dirasakan oleh sektor perbankan, yang kemudian ditransfer pada sektor riil.
Kebijakan ekonomi memiliki peran yang sangat penting dalam suatu tatanan negara
sebagai penstabilan ekonomi. Pemerintah menjalankan kebijakan fiskal adalah dengan maksud
untuk mempengaruhi jalannya perekonomian, atau dengan kata lain, kebijakan fiskal
pemerintah berusaha mengarahkan jalannya perekonomian menuju keadaan yang
diinginkannya. Sehingga, dengan adanya kebijakan fiskal ini pemerintah berharap dapat
mengendalikan dan mengawasi keadaan ekonomi.
BAB IV
PENUTUP
1. Kesimpulan
Jadi keadaan seperti ini akan menyusahkan rakyat kecil dimana di Indonesia sendiri
belum mendapatkan solusi yang tepat karena pertumbuhan penduduk tidak sejalan dengan
lapangan pekerjaan yang terbuka, sehingga pengangguranpun tidak dapat dihindari. Akan
tetapi dari penjelasan singkat diatas, kebijakan moneterlah yang menjadi penentu baik atau
buruknya perekonomian sebuah negara, karena setiap negara memiliki permasalahan ekonomi
tersendiri.
2. Saran
Kepada pemerintah dan Bank Indonesia agar senantiasa mengawasi dan menjaga
efisiensi lembaga keuangan karena hanya dengan kekonsistenan bersama lembaga tersebut
dapat mengendalikan laju inflasi.

Anda mungkin juga menyukai