Anda di halaman 1dari 29

ARTIKEL KEPRIBADIAN DAN GAYA HIDUP

Disusun Untuk Memenuhi Ujian Tengah Semester mata


kuliah perilaku konsumen
Nama Dosen: Zulkifli, SE, MSi

Dibuat oleh:
Dita Safitri
2061201015

UNIVERSITAS WIDYA GAMA MAHAKAM SAMARINDA


FAKULTAS EKONOMI
PROGRAM STUDI S1-MANAJEMEN
2022

1
2
KATA PENGANTAR

Pertama-tama penulis menyampaikan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa
karena atas rahmat dan karunianya sehingga terselesainya artikel ini ini sebagai persyaratan
ujian tengah semester mata kuliah perilaku konsumen Kedua penulis menyampaikan banyak
terima kasih kepada dosen pengampu mata kuliah ini Bapak Zulkifli, SE, MSi bersyukur
karena bisa mendapat banyak ilmu mengenai di setengah semester ini, Penulis juga
mengucapkan mohon maaf ada kesalahan dalam penulisan artikel ini baik secara tertulis,
maupun tata bahasa dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang
membacanya. Ketiga penulis menyadari atas ketidaksempurnaan dalam pembuatan artikel ini
sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran untuk perkembangan pembuatan artikel
selanjutnya.
Akhir kata Semoga artikel ini dapat menjadi referensi bagi penelitian selanjutnya bagi
semua pihak yang membutuhkan.

Samarinda, 23 April 2022


Penulis, Dita Safitri

3
DAFTAR ISI
Cover 1

Kata Pengantar 2

Daftar Isi 3

ISI ARTIKEL

A.Pengertian Kepribadian 4

B.Faktor Yang Mempengaruhi 5

C.Tipe Kepribadian 6

D.Pengertian Gaya Hidup 12

E.Jenis Gaya Hidup 13

F.Faktor Yang Mempengaruhi 14

G.Studi Kasus 16

PENUTUP

Kesimpulan 26

Saran 26

DAFTAR PUSTAKA

4
ISI ARTIKEL

A.Pengertian Kepribadian
Kepribadian dalam bahasa inggrisnya yaitu personality berasal dari kata persona.
Kata ini menuju pada arti sebagai kedok atau topeng yang berarti sebuah penutup muka yang
banyak digunakan dalam pentas-pentas drama di panggung. Sehingga hal tersebut berkaitan
dengan perilaku, kepribadian dan watak dari orang tertentu. Topeng tersebut banyak
digunakan di dalam permainan drama saat zaman romawi. Bagi bangsa roma sendiri, pesona
memiliki arti sebagai bagaimana orang tersebut tampak di hadapan orang lain.
Dalam praktik umumnya, kepribadian orang tertentu sangat menunjukkan bagaimana
seseorang dapat tampil serta memberikan kesan bagi orang lain. Sehingga kepribadian secara
umum bersifat lemah, dikarenakan hanya menilai pada perilaku seseorang dan dapat diamati
dan tidak menganggap bahwa semua ciri dapat berubah seiring berjalannya waktu. Dan
bersifat evaluatif dikarenakan dapat menilai.dan tidak bisa dinilai dengan baik atau buruknya
seseorang dikarenakan hal ini bersifat netral. Menurut Agus Sujanto (2015) menjelaskan
bahwa kepribadian seseorang adalah totalitas dari psikofisik yang kompleks dari tiap
individu. Dan akan tampak didalam tingkah laku seseorang yang unik. Sedangkan menurut
Kartini Kartono dan Dali Gulo (2012) menjelaskan bahwa kepribadian adalah tingkah laku
dan sifat khas dari seseorang yang dapat membedakan dengan orang lain. Sedangkan
personality adalah integrasi dari karakteristik yang terdapat struktur, minat, serta pola dan
tingkah laku, kemampuan dan juga potensi yang dimiliki seseorang dan itu berarti semua hal
didalam diri seseorang yang dapat diketahui orang lain. Sedangkan Allport mengartikan
personality adalah susunan dari sistem psikofisik yang dapat bersifat dinamis dari seseorang.
Hal ini menentukan penyesuaian seseorang dengan lingkungannya. Sistem psikofisik ini
dapat terdiri dari sikap, emosional, keyakinan, kebiasaan, nilai, keadaan dan juga motif yang
bersifat psikologis. Namun memiliki dasar fisik, saraf sampai keadaan seseorang tersebut
dalam fisik.
Kepribadiaan menurut ilmu psikologi, menurut teori dari George Kelly (2016)
memandang kepribadian dari tiap orang unik dari tiap individu dalam pengartian pengalaman
yang ada dalam hidup orang tersebut. Sedangkan menurut Gordon Alport (1964) menjelaskan
kepribadian adalah sesuatu yang ada dalam diri tiap seseorang yang akan memberikan arahan
dan bimbingan pada semua tingkah laku seseorang.

5
Kepribadian juga merupakan suatu hal yang bersifat dinamis dari sistem psikologi
seseorang yang dapat menentukan pikiran dan tingkah laku seseorang secara khas. Dalam
teori ini juga menggunakan sistem psikofisik dan dapat menunjukkan raga dan jiwa manusia
yang merupakan sebuah sistem secara terpadu dan tidak dapat dipisahkan.Dari kedua hal
tersebut selalu menjadi interaksi dalam mengarahkan tingkah laku dari seseorang. Didalam
teori ini juga khas berarti semua orang mempunyai keunikan mereka masing-masing. Tidak
akan seseorang yang satu dengan yang lain memiliki kepribadian yang sama dan berperilaku
yang sama. Kepribadian juga memiliki tiga macam sistem yaitu sistem id, superego dan ego.
Definisi dari tingkah laku adalah hasil dari konflik dan rekonsiliasi ketiga sistem kepribadian.

B.Faktor yang Mempengaruhi Kepribadian


Ada beberapa faktor yang membentuk kepribadian yang berbeda satu dengan yang
lain diantaranya keturunan,lingkungan, pengalaman kelompok, unik maupun kebudayaan.

1. Keturunan
Faktor ini memberikan pengaruh dalam pembentukan kepribadian dari seseorang dari
fisik dan psikologis orang dari watak, temparemen, kecerdasan, postur tubuh, warna
kulit sampai bentuk rambut.Namun secara psikologis sendiri ada 3 hal yang sangat
dipengaruhi kejiwaan, temperamen, sampai sikap dan watak
2. Lingkungan
Sifat-sifat kepribadian juga sangat dipengaruhi oleh lingkungan yaitu ketekunan,
kejujuran, ambisi dan perilaku yang menyimpang atau tidak. Misalnya orang yang
batak cenderung dibentuk oleh lingkungan memiliki suara lantang dan keras
dibandingkan daerah lain.
3. Kebudayaan
Kebudayaan juga merupakan faktor pembentuk kepribadian dari proses kebiasaan
secara terus menerus dan pengembangan kepribadian ke arah tertentu. Contohnya
orang Jogjakarta memiliki kepribadian halus sedangkan flores kepribadiannya keras.
4. Pengalaman kelompok

6
Dimana pengalaman dari seseorang dari kelompok sosial, keluarga, teman
sepermainan, kerja mempunyai budaya dan moral masing-masing. Ada kalanya
perbedaan pengalaman kelompok satu dengan lain berbeda missal lingkungan
keluarga dan teman berbeda dan semua kepribadiannya tergantung dari tiap individu.
5. Pengalaman Unik
Setiap orang pasti memiliki pengalaman masing-masing dan memiliki keunikan yang
berbeda dengan yang lain. Dan tentu dari pengalaman tersebut menjadi pembelajaran
dari kepribadiaan seseorang.

C.Tipe Kepribadian

Setiap manusia memiliki tipe kepribadian yang berbeda satu sama lain. Ada seseorang
yang memiliki pribadi yang lemah lembut, ada yang periang, ada pula yang ramah, ada yang
pemalu, bahkan ada pribadi yang keras kepala dan menyebalkan.

1. Tipe kepribadian menurut Hipprocarates dan Galenus (2018) terdiri dari empat
macam diantaranya:
a. Sanguinis

7
Tipe kepribadian ini mengambarkan seseorang yang memiliki sifat yang hangat ,
bersemangat, lincah, meluap-luap dan seseorang yang sangat menyenangkan.
Seseorang dengan kepribadian ini sangat mudah terpengaruh dan mudah dipengaruhi
oleh pikiran dan perasaan yang sangat meledak. Namun tipe kepribadian ini adalah
orang yang ramah sehingga seseorang tersebut dianggap ekstrovert.
b. Koleris
Tipe kepribadian ini menggambarkan orang yang lebih hangat, aktif serta pasif, serba
cepat, berkemauan keras serta independen. Seseorang tersebut akan cenderung lebih
tegas dan berpendirian keras.Seseorang dengan kepribadian koleris cenderung sangat
dapat membuat keputusan tegas baik bagi diri sendiri maupun orang lain. Seseorang
tersebut tidak memerlukan Gerakan dari luar. Orang yang memiliki kepribadian
koleris akan dapat mempengaruhi lingkungan dengan pendapat atau gagasannya
maupun rencananya dan juga ambisinya tidak akan pernah berhenti.
c. Plegmatis
Tipe kepribadian dengan tipe plegmatis menunjukkan seseorang yang hidupnya yang
tenang, gampangan dan tidak penah merasa terganggu karena orang lain. Orang
dengan pribadi ini tidak mudah marah, mereka juga memiliki sifat mudah bergaul dan
pribadi yang sangat menyenangkan. Bagi mereka dengan pribadi ini hidup adalah
suatu kegembiraan dan mereka akan cenderung menjauhkan diri dari hal-hal yang
tidak menyenangkan. Mereka adalah orang yang Nampak tenang dan cukup pendiam
dan cenderung tidak Nampak terhasut dengan hal apapun yang ada di sekitarnya.
d. Melankolis
Tipe kepribadian ini adalah seseorang yang lebih suka berkorban dan bersifat
perfeksionis,analisis yang akurat, dan sifat emosional yang sangat sensitif. Seseorang
melankolis akan sangat menyukai hal-hal yang berbau dengan seni dan mengungguli
dari semua tipe.Akan tetapi jika seseorang itu merasa mood yang buruk maka mereka
akan berubah menjadi kepribadian yang jahat.

8
2.Tipe kepribadian menurut C.G. Jung (2017) terdiri dari dua yaitu:

1. Introvert
Seseorang yang memiliki tipe pribadi ini akan lebih berfokus didalam diri sendiri dan
lebih cenderung memiliki kecemasan, kekhawatiran, pemalu, canggung dan lebih
suka menyendiri dan melakukan apapun sendiri. Orang dengan tipe ini akan susah
menyesuaikan diri dan jiwanya cenderung tertutup.
2. Extrovert

Tipe kepribadian ini berkebalikan dari introvert dimana orang dengan tipe kepribadian
ini akan mengarahkan diri pada luar dirinya sendiri. Ciri atau sifat dari tipe ekstrovert
adalah mudah bergaul, lancar bergaul dan berbicara dengan banyak orang, ramah,
suka bersosialisasi dan mampu menyesuaikan diri pada lingkungan sekitar.

3.Tipe kepribadian menurut Gerart Heymans (2012) terdiri dari tujuh yaitu:

9
a. Gapasioneerden

Ciri-ciri seseorang dengan tipe ini adalah memiliki sifat-sifat ambisius, egois,
ambisius dan bersikap keras. Namun memiliki rasa kekeluargaan yang baik dan
cenderung lemah dalam rasa tolong menolong.

b. Choleric

Orang dengan tipe kepribadian ini cenderung lebih bersifat agresif, pemberani, giat
dalam bekerja, optimis tinggi dan suka dengan hal yang objektif. Namun orang
dengan tipe ini cenderung boros dan ceroboh.

c. Sentimentil

Orang dengan tipe ini akan cenderung emosional, pandai dan cakap dalam berbicara,
menyukai hal-hal yang bersifat alam namun tidak terlalu suka dengan keramaian.

d.Nerveuzen

Kepribadian orang dengan tipe ini akan cenderung mudah naik darah atau orang yang
suka marah, suka memprotes sesuatu dan tidak mudah berpikir lama, namun orang
dengan tipe ini bukanlah orang pendedam.

e. Flegmaticti

Kepribadian orang dengan tipe ini cenderung sabar,tenang, tekun bekerja, memiliki
pemikiran yang luas, rajin serta cekatan dalam melakukan kegiatan.

f. Sanguinis

Kepribadian seseorang yang memiliki sifat seperti anak-anak. Orang dengan tipe ini
cenderung plin plan dalam mengambil keputusan, ragu-ragu dalam melakukan
Tindakan dan lebih suka menyendiri.

g. Amorfem

Terakhir orang dengan tipe amorfem akan bersifat picik, tingkat intelektual yang
rendah, tidak memiliki jati diri, praktis dan gampang terombang-ambing.

10
D. Fungsi Kepribadian

Kepribadian memiliki dua fungsi yaitu deskriptif serta prediktif. Fungsi deskriptif
adalah kepribadian yang secara lengkap menjelaskan serta memberikan gambaran perilaku
pribadi manusia secara terperinci, lengkap dan sistematis. Pertanyaan-pertanyaan yang
diberikan mengenai apa saja, mengapa dan bagaimana perilaku manusia dapat dijawab
dengan fungsi deskriptif. Kedua adalah fungsi prediktif yaitu menjelaskan apa, mengapa,
bagaimana tingkah laku manusia dialami dalam kehidupan sehari-hari. Didalam teori ini juga
dapat memperkirakan dan menentukan prediksi di kemudian hari.

E. Ciri-Ciri Kepribadian

Kepribadian memiliki dua ciri-ciri yaitu kepribadian yang sehat dan kepribadian tidak
sehat.Penulis akan menjelaskan perbedaannya.

Kepribadian sehat adalah kepribadian dengan ciri-ciri sebagai berikut:

1. Dapat menilai dirinya sendiri secara realistis, dapat menilai diri sendiri dengan apa
adanya, jujur mengenai kelebihan dan kekurangannya baik pengetahuannya,
fisiknya, bahkan keterampilannya.
2. Dapat menilai situasi maupun kondisi secara realistis dengan baik, mampu
menghadapi situasi atau kondisi kehidupan yang dialami secara realistis dan
mampu menerima secara wajar.
3. Berbahagia dimana mereka memiliki hidup dan suasana bahagia yang didukung
dari beberapa faktor dari prestasi, diterima keberadaan yang baik serta kasih
sayang.
4. Mempunyai filsafat hidup yang bersumber dari agama dan keyakinan yang
dianutnya.
5. Penerimaan sosial dimana selalu ikut serta atau berpartisipasi dengan kegiatan-
kegiatan berbau sosial dan suka membantu serta mempunyai sahabat dalam
hubungan dengan orang-orang sekitarnya.
6. Berorientasi tujuan dimana dapat menentukan tujuan dalam aktivitas sehari-hari
berdasarkan pertimbangan dari dalam diri yang sudah dipikir ulang dengan
matang dan tidak ada paksaan dari dalam maupun luar dan terus berusaha untuk

11
mencapai tujuannya sendiri dalam mengembangkan wawasannya, pengetahuan
serta keterampilannya.
7. Berorientasi keluar (ekstrovert) dimana respek atau peduli dan mempunyai sifat
empati terhadap orang lain, memiliki sikap peduli terhadap situasi ataupun
masalah terhadap lingkungan bersifat fleksibel dalam pola pikir, menghargai
sesama maupun memberikan rasa nyaman dan tidak membiarkan diri sendiri
dimanfaatkan oleh ornag sekitarnya.
8. Berorientasi tujuan: seseorang dapat menetapkan tujuan dalam aktivitasnya sehari-
hari berdasarkan pertimbangan dalam dirinya secara matang, tidak ada paksaan
dari luar maupun dalam dan berupaya mencapai tujuannya sendiri dengan
pengembangan wawasan, tujuan dan pengetahuan serta keterampilan yang
dimiliki.
9. Pengendalian emosi yang baik, merasa nyaman terhadap emosinya dan bisa
mengontrol diri baik saat frustasi, depresi dan stress dengan kegiatan yang positif
bukan yang buruk.
10. Memiliki kepribadian bertanggung jawab dimana mengatasi masalah tertentu
dengan berdoa kepada Tuhan, kemandirian baik pola pikir, cara bertindak,
pengambilan keputusan, pengembangan dan pengarahan diri serta penyesuaian
diri sendiri dengan norma yang berlaku dalam lingkungannya.

Kepribadian yang tidak sehat adalah kepribadian dengan ciri-ciri sebagai berikut:

1. Susah untuk tidur (insomnia)


2. Hiperaktif
3. Membenci dan memusuhi semua otoritas
4. Suka mengkritik orang lain
5. Kebiasaan berbohong
6. Memiliki kekhawatiran dan kecemasan berlebihan
7. Mudah marah atau tersinggung
8. Mudah tertekan atau stress atau depresi
9. Mempunyai sikap yang jahat dan mengganggu orang lain maupun hewan
10. Tidak bertanggung jawab
11. Pesimis dalam hidup
12. Kurang memiliki rasa gairah dalam menjalankan kehidupan

12
13. Memiliki kesadaran yang kurang dari ajaran agama maupun norma
14. Tidak dapat menghindari perilaku menyimpang dari hukum
15. Sering merasa sakit kepala

G. Pengertian Gaya Hidup


Gaya hidup dari Bahasa inggrisnya lifestyle dimana memberikan gambaran
tingkah laku, pola dan cara hidup yang ditunjukkan bagaimana aktivitas seseorang ,
minat dan ketertarikan dan apa yang dipikirkan dari mereka sendiri sehingga
membedakan statusnya dengan orang lain maupun lingkungan melalui lambing-
lambang sosial yang mereka miliki. Menurut Kamus besar Bahasa Indonesia (2020)
gaya hidup adalah pola tingkah laku seseorang dalam masyarakat, sedangkan kalau
dari pengertian ekonomi identik orang yang boros atau suka membelanjakan uang dan
bagaimana cara mereka alokasi waktu dengan baik.
Gaya hidup juga berkaitan erat dengan perkembangan zaman dan teknologi.
Gaya hidup merupakan suatu upaya dalam membuat diri menjadi eksis dengan cara
tertentu yang berbeda dengan kelompok lain. Berdasarkan pengalaman-pengalaman
yang ada dibandingkan realitas sosial, individu dapat memilih serangkai Tindakan dan
penampilan mana yang sesuai dan tidak sesuai untuk ditampilkan dengan ruang sosial.
Gaya hidup seseorang juga digambarkan sebagai kegiatan, minat serta opini
dari orang tertentu. Gaya hidup seseorang tidak selalu permanen dan cenderung
berubah-ubah. Seseorang dapat dengan cepat merubah model dan merek-merek
fashionnya dari pakaian, jam tangan, tas, kacamata dan lain-lain untuk menyesuaikan
perubahan hidupnya. Gaya hidup juga dapat diidentifikasi bagaimana orang
menghabiskan waktu untuk melakukan aktivitas yang penting dalam hidupnya dan
pemikiran terhadap dunia ini. Pola hidup seseorang di dunia ini juga dapat
diekspresikan didalam aktivitas, minat dan pendapatnya dan menggambarkan
aktivitas mereka dalam melakukan interaksi dengan dunia.

13
H. Jenis Gaya Hidup
Menurut Mowen dan minor dalam Sumarwan (2015:45) ada 8 jenis gaya
hidup diantaranya:
1. Subsisters adalah tingkat sosial ekonomi yang rendah. Persentase kehidupan
seseorang dengan kesejahteraan di atas rata-rata. Dari kebanyakan mereka berasal
dari keluarga dengan pencari nafkah dan orang tua tunggal berada jumlahnya
diatas rata-rata kelompok minoritas.
2. Sustainers adalah kelompok orang dewasa atau tua yang sudah pensiun dengan
tingkat pendapatan dan pendidikan rendah untuk dibelanjakan kehidupan sehari-
hari dan alkohol.
3. The golden years adalah kebanyakan para pensiun namun memiliki pendapatan
tertinggi ketiga dan membeli tempat tinggal kedua. Pengeluaran mereka besar
pada produk-produk modal dan hiburan.
4. Moral Majority adalah orang dengan pengeluaran yang besar untuk organisasi
Pendidikan, tempat ibadah, bahkan masalah politik. Mereka dengan gaya hidup ini
memiliki pendapatan tertinggi kedua dan pencari nafkah tunggal.
5. Succeders adalah orang yang memiliki rumah tangga yang mapan, berusia
setengah baya dan memiliki pendidikan tinggi. Pendapatannya tinggi dari
kesembilan kelompok serta menghabiskan banyak waktu pada Pendidikan dan
kemajuan diri dan menghabiskan uangnya dengan hal-hal yang berhubungan
dengan pekerjaan.
6. Experientals adalah orang yang memiliki pembelanjaan di atas rata-rata dari
hiburan, hobi, dan kesenangan. Pendidikan rata-rata diatas rata-rata karena mereka
merupakan pekerja kantor.
7. Aspirers adalah orang yang memiliki fokus dalam menikmati gaya hidup yang
tinggi dengan pembelanjaan di atas rata-rata untuk barang bermerek khususnya
tempat tinggal dan mereka cenderung menikah tanpa anak.
8. Nurturers adalah anak muda dan memiliki pendapatan rendah, mereka memiliki
fokus mendidik serta membesarkan anak mereka dan baru membangun rumah
tangga dan menerapkan nilai-nilai dalam keluarga. Dan mereka memiliki
Pendidikan diatas rata-rata.
9. Functionalist adalah mereka yang menghabiskan uang dengan hal-hal yang
penting memiliki Pendidikan serta pendapatan rata-rata dan kebanyakan

14
merupakan pekerja kasar (buruh). Mereka juga memiliki usia kurang dari 55
tahun dan telah menikah dan mempunyai anak.

I. Faktor yang Mempengaruhi Gaya Hidup

Menurut Amstrong (2012), ada beberapa faktor yang mempengaruhi gaya


hidup seseorang diantaranya sikap, pengalaman, dan pengamatan, kepribadian,
konsep diri, motif, persepsi, kelompok referensi, kelas sosial, kebudayaan dan
keluarga. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi gaya hidup diantaranya:

a. Sikap adalah suatu keadaan jiwa dan pikiran seseorang yang telah disiapkan
dalam pemberian tanggapan dari suatu objek yang telah diorganisasikan melalui
pengalaman dan pengaruh secara langsung terhadap perilaku. Keadaan ini sangat
dipengaruhi oleh kebiasaan, dan kebudayaan, tradisi serta lingkungan sosial.
b. Kepribadian adalah karakteristik dari seseorang dan cara perilaku untuk
menentukan perbedaan perilaku tiap individu.

Kepribadian Gaya Hidup

Jadi dapat disimpulkan kepribadian seseorang akan menentukan gaya hidup mereka
masing-masing. Jika kepribadian baik seseorang tersebut akan cenderung memiliki
gaya hidup yang baik dan sebaliknya jika kepribadiannya buruk dari seseorang
tersebut maka mereka akan cenderung memiliki gaya hidup yang buruk.
c. Konsep diri adalah faktor lain yang menentukan seseorang dan memiliki
pendekatan yang luas untuk menghubungkan konsep diri konsumen dengan
image merek. Bagaimana seseorang dapat memandang dirinya dan mempengaruhi
minatnya terhadap suatu objek tertentu. Konsep diri juga merupakan inti pola
hidup pribadi seseorang dan menentukan perilaku seseorang dalam menghadapi
permasalahan.
d. Pengalaman dan pengamatan: adalah pengalaman yang merupakan pengamatan
sosial didalam suatu perilaku seseorang dan diperoleh dari masa lalu, dapat
dipelajari melalui pengalaman dan membentuk pandangan suatu objek.
e. Motif adalah perilaku seseorang yang muncul akibat motif atas kebutuhan rasa
aman dan gaya hidup yang cenderung mengarah pada gaya hidup hedonism.

15
f. Persepsi adalah proses dimana seseorang melakukan pemilihan, pengaturan, dan
peginterpretasian informasi dari dunia.

g. Indikator dan Pengukuran Gaya Hidup

Menurut Sunarto (2012) menjelaskan bahwa ada 3 indikator dalam gaya hidup
seseorang yaitu:
1. Opini dimana merupakan pandangan atau pendapat dari konsumen dalam
menanggapi isu-isu global, lokal, ekonomi dan merupakan pendeskripsian,
penafsiran, harapan serta evaluasi dari kepercayaan dan maksud orang lain,
antisipasi dengan peristiwa masa depan dan konsekuensi serta ganjaran yang
menjadi jalan alternatifnya.
2. Minat dimana objek peristiwa atau topik dalam tingkat kegairahan yang
meliputi perhatian khusus maupun terus menerus dan konsumen dianggap
menarik dan meluangkan waktu serta mengeluarkan uang. Minat adalah faktor
paling penting dari pengambilan keputusan.
3. Kegiatan dimana orang melakukan apa yang dikerjakan konsumen, produk apa
yang dibeli digunakan dan mengisi waktu luangnya. Kegiatan tersebut dapat
diamati dengan alasan Tindakan tersebut jarang dapat diukur secara langsung.

16
J. Studi Kasus
Studi Kasus Kepribadian

Sumber: Solopos
Penulis mengambil studi kasus kepribadian dengan judul “ Kisah Anak Broken
Home: Trauma Berkepanjangan Sampai Takut Menikah.”
Dengan isi:
“Solopos.com, SOLO — Perceraian dari tahun ke tahun menunjukkan
peningkatan. Hal ini menjadi tantangan besar karena dampak perceraian salah satunya
akan memunculkan anak broken home.
Broken home adalah kondisi hilangnya perhatian keluarga atau kurangnya kasih
sayang dari orang tua yang disebabkan oleh beberapa hal, salah satunya
adalahperceraian.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat sepanjang 2013-2016 jumlah talak dan
cerai di Indonesia terus meningkat. Pada 2013 jumlah talak dan cerai sebanyak
324.247 kejadian. Kemudian 2014 menjadi 344.237 kejadian, pada 2015 bertambah
menjadi 347.256 kejadian. Pada 2016, jumlahnya mencapai 365.633 kejadian.
Sedangkan Badan Peradilan Agama (Badilag) Mahkamah Agung menyebutkan

17
tingkat perceraian keluarga Indonesia terus mengalami peningkatan yang sangat
signifikan.
Data perceraian pada 2016 misalnya, angka perceraian mencapai 19,9% dari
1,8 juta peristiwa. Sementara data 2017, angkanya mencapai 18,8% dari 1,9 juta
peristiwa. ”Jika merujuk data 2017, lebih 357.000 pasang keluarga yang bercerai
tahun itu. Jumlah yang tidak bisa terbilang sedikit. Dari jumlah itu bisa dipastikan
menyimpan masalah sosial yang tinggi. Apalagi terpapar bukti bahwa perceraian
terjadi lebih banyak pada usia perkawinan di bawah 5 tahun,” sebagaimana dikutip
dari laman Kementerian Agama, beberapa waktu lalu. Anak broken home yang
menjadi korban perceraian memiliki cerita beragam mengenai nasib yang dialami
keluarga mereka. Nawa, 22, warga Jebres, Solo, salah satu anak broken home
mengisahkan bagaimana awal mula keretakan keluarga mereka. ”Dulu waktu saya
kecil orang tua saya sering cekcok. Sering bertengkar. Beda pendapat. Saya ingat itu
waktu saya SD. Saya pernah dikunci di kamar mandi saat mereka bertengkar, entah
apa penyebabnya saya lupa. Tapi saya ingat betul saya ketakutan sekali waktu itu,”
kata dia.
Trauma
Kejadian yang menimpa orang tuanya saat Nawa masih kecil masih terus
membayanginya hingga dia berusia 20 tahun lebih. Ketakutan, trauma dengan
pertengkaran orang tua belum lenyap sepenuhnya. Sampai-sampai, Nawa berpikir
untuk tidak akan menikah. ”Saya tidak tahu nanti menikah atau tidak. Sepertinya
tidak. Kan kalau menikah itu pada dasarnya mencari pasangan untuk teman hidup.
Karena anak-anaknya pasti ninggalin. Kayaknya saya enggak pengen. Punya anak
saja tetapi enggak menikah,” ujar dia.
Cerita lain juga dilontarkan oleh Awa, 21, warga Blitar, Jawa Timur mengaku
dirinya down saat orang tuanya bercerai. ”Karena terbiasa bersama. Tiba-tiba
berpisah. Ditambah lagi kedua belah pihak yang tidak akur. Saya tambah stres,” kata
dia.
Dia masih ingat betul saat kecil segala aktivitasnya dibatasi karena orang tuanya
menuruti egonya masing-masing. Dia yang saat itu masih kecil hanya mengikuti saja
dan tidak tahu harus berbuat apa.
Seiring berjalannya waktu, Awa mulai terbiasa menjadi anak broken home.
Apalagi, masing-masing orang tuanya menikah lagi. Kedua orang tuanya mulai
memahami bermusuhan itu tidak baik jika diteruskan.

18
”Ya, siapa ya yang ingin berpisah. Dan itu juga berpengaruh terhadap psikis anak.
Untung saja saya dan saudara-saudara saya kuat. Tetapi kalau hatinya kecil bisa gila
dengan keadaan itu,” tambah dia.
Awa pun punya impian saat menikah nanti akan menemukan pendamping hidup yang
pengertian yang siap diajak susah senang bersama.
”Cukup saya saja yang mengalami kejadian ini. Anak saya jangan. Kejadian tersebut
[perceraian orang tua] membuat saya waspada sebelum akhirnya memutuskan.
Daripada menyesal.” Keluarga broken home kerap berdampak buruk terhadap anak.
Anak akan cenderung lebih emosional hingga memiliki pikiran yang negatif. Anak
broken home yang stres biasanya membuat prestasi menurun.

Seluk Beluk Prostitusi Artis, Ada Kelas dan Tarif Khusus


Ada pula kecemasan yang tinggi membuat sang anak cenderung sulit untuk
berinteraksi dengan orang sekitar. Mereka biasanya kehilangan sosok panutan, nilai-
nilai dalam keluarga akan dirasa hilang sehingga anak broken home merasa kesepian,
frustasi, dan lebih sensitif. Komunitas Hamur Kondisi ini menjadi keprihatinan
bersama hingga memunculkan komunitas bernama Hamur di Jogja pada Februari
2015. Sebagaimana dikutip dari laman Hamur, komunitas ini mewadahi survivor
broken home (sebutan bagi anak-anak dari keluarga bercerai) dengan sasaran remaja
dewasa. Hingga Maret 2018 mereka memiliki 120 anggota yang tersebar di seluruh
Indonesia. Hamur memiliki dua agenda utama yaitu kegiatan formal (training dan
kelas inspirasi) dan kegiatan nonformal (anjangsana, kunjungan, dan lainnya).
Komunitas ini diinisiasi Dian Yuanita Wulandari (founder) bersama dua
sahabatnya Nofendianto Rahmaan (co-founder) dan Abdul Jalil (co-founder).
Mereka menyebut Hamur didirikan karena semakin maraknya tren perceraian orang
tua yang kemudian menyisakan beberapa hal pada anak. Bagi anak-anak yang mampu
menerima keadaan dengan baik maka akan mampu survive bahkan melesat dengan
sangat cemerlang.
Sedangkan beberapa anak-anak yang lain mungkin masih dalam taraf salah pergaulan
sehingga masih banyak masyarakat yang melabeli anak-anak dari keluarga bercerai
memiliki masa depan yang suram.
”Sangat banyak, survivor yang rendah diri dengan takdir keluarganya yang bercerai.
Mengecam hidupnya sendiri, seolah dialah yang hanya punya masalah sehingga tidak
bergairah dalam menjalani kehidupan,” sebut mereka.

19
4. DukunganSosial

Dukungan sosial bisa meliputi empat aspek yaitu emosional yang ditunjukkan
melalui ungkapan empati, simpati, perhatian dan kepedulian kepada seseorang
sehingga individu merasa nyaman, berarti dan dikasihi.
Ada pula dukungan penilaian dan penghargaan yang dapat menjadi masukan bagi
individu sehingga dapat mendorong rasa percaya dirinya dalam menghadapi masalah.
Termasuk juga adanya dukungan bantuan langsung.
”Dukungan bantuan secara langsung dapat berupa benda-benda materi atau jasa,
misanya meminjam uang, memberikan tumpangan, atau membantu menyelesaikan
pekerjaan,” sebut mereka sebagaimana dikutip dari laman eprints.uad.ac.id.

Yang terakhir dukungan informasi yang berupa p pemberian nasihat, arahan,


atau umpan balik atas apa yang sedang dilakukan oleh atau terjadi pada individu.
Mereka menyebut subjek atau anak broken home yang diteliti awalnya terpuruk
hingga melakukan perbuatan menyimpang.
Mereka menuliskan dalam komunitas Hamur, anak broken home banyak
mendapatkan dukungan sosial dari teman-teman yang mempunyai pengalaman yang
sama.
Akhirnya, banyak yang kembali mencari jati diri, mencapai tahap aktualisasi
diri dalam pemenuhan kebutuhan, hingga meraih prestasi. Hamur pun menyebut anak
broken home adalah pejuang hidup yang ulung. ”Dengan menghadapi masalah
keluarga yang lebih pelik dari orang lain, kami terbiasa untuk berkali-kali lipat lebih
kuat. Berkali-kali lipat lebih tangguh, berkali-kali lipat lebih sabar.” ”Derasnya air
mata yang mungkin saja selalu mengiringi perjalanan hidup para survivor boleh saja
terjadi. Tapi itulah yang kemudian membentuk mentalnya menjadi pejuang hidup
yang ulung,” sebut Hamur.

Analisis kasus:

Dari kasus itu kita dapat banyak belajar Hal-hal yang menjadi tantangan besar
karena dampak perceraian salah satunya akan memunculkan anak broken home.
Broken home adalah kondisi hilangnya perhatian keluarga atau kurangnya kasih
sayang dari orang tua yang disebabkan oleh beberapa hal, salah satunya adalah
perceraian Anak broken home yang menjadi korban perceraian memiliki cerita
beragam mengenai nasib yang dialami keluarga mereka. Mereka yang saat itu masih

20
kecil hanya mengikuti saja dan tidak tahu harus berbuat apa.Seiring berjalannya
waktu, Awal mula terbiasa menjadi anak broken home. Untung saja saya dan saudara-
saudara saya kuat. Daripada menyesal." Keluarga broken home kerap berdampak
buruk terhadap anak-anak broken home yang stres biasanya membuat prestasi
menurun.Seluk Beluk Prostitusi Artis, Ada Kelas dan Tarif Khusus. Ada pula
kecemasan yang tinggi membuat sang anak cenderung sulit untuk berinteraksi dengan
orang sekitar. Sebagaimana dikutip dari laman Hamur, komunitas ini mewadahi
survivor broken home (sebutan bagi anak-anak dari keluarga bercerai) dengan sasaran
remaja dewasa.. Hamur memiliki dua agenda utama yaitu kegiatan formal (training
dan kelas inspirasi) dan kegiatan nonformal (anjangsana, kunjungan, dan
lainnya).Komunitas ini diinisiasi Dian Yuanita Wulandari (founder) bersama dua
sahabatnya Nofendianto Rahmaan (co-founder) dan Abdul Jalil (co-founder).Mereka
menyebut Hamur didirikan karena semakin maraknya tren perceraian orang tua yang
kemudian menyisakan beberapa hal pada anak. Bagi anak-anak yang mampu
menerima keadaan dengan baik maka akan mampu survive bahkan melesat dengan
sangat cemerlang.Sedangkan beberapa anak-anak yang lain mungkin masih dalam
taraf salah pergaulan sehingga masih banyak masyarakat yang melabeli anak-anak
dari keluarga bercerai memiliki masa depan yang suram."Sangat banyak, survivor
yang rendah diri dengan takdir keluarganya yang bercerai. Mengecam hidupnya
sendiri, seolah dialah yang hanya punya masalah sehingga tidak bergairah dalam
menjalani kehidupan," sebut mereka.DukunganSosial Dukungan sosial bisa meliputi
empat aspek yaitu emosional yang ditunjukkan melalui ungkapan empati, simpati,
perhatian dan kepedulian kepada seseorang sehingga individu merasa nyaman, berarti
dan dikasihi.Ada pula dukungan penilaian dan penghargaan yang dapat menjadi
masukan bagi individu sehingga dapat mendorong rasa percaya dirinya dalam
menghadapi masalah.

Mereka menyebut subjek atau anak broken home yang diteliti awalnya
terpuruk hingga melakukan perbuatan menyimpang.Mereka menuliskan dalam
komunitas Hamur, anak broken home banyak mendapatkan dukungan sosial dari
teman-teman yang mempunyai pengalaman yang sama.Akhirnya , banyak yang
kembali mencari jati diri, mencapai tahap aktualisasi diri dalam pemenuhan
kebutuhan, hingga meraih prestasi.Hamur pun menyebut anak broken home adalah

21
pejuang hidup yang ulung. "Dengan menghadapi masalah keluarga yang lebih pelik
dari orang lain, kami terbiasa untuk berkali-kali lipat lebih kuat.

Dari kasus tersebut menurut penulis kepribadian anak broken home cenderung
lebih tidak sehat dibandingkan anak yang keluarganya utuh, sehingga faktor-faktor
yang membuat anak tersebut buruk dari prostitusi, stres, narkoba bahkan tindak
pidana lain karena lingkungan disini yaitu keluarga dimana kedua orang tua mereka
memutuskan berpisah sehingga membentuk perilaku seseorang anak menjadi buruk.
Ditambah lagi pengalaman kelompok dan keunikan mereka dimana mereka mendapat
pengalaman unik mungkin di suatu sekolah yang tidak ada yang anak memiliki latar
belakang broken home sehingga menjadi olok-olokan dari teman-temanya sehingga
anak tersebut mendapatkan pengalaman kelompok yang buruk dengan bergaul dengan
lingkungan yang salah dan menjadikan mereka memiliki pribadi yang tidak sehat.

Dari tipe kepribadian, anak broken home cenderung menjadi anak introvert
bahkan di kasus menimbulkan trauma bertemu lawan jenis dan trauma untuk menikah
padahal hal tersebut penting untuk mereka. Mereka jadi susah bersosialisasi dengan
lingkungan karena banyaknya cemohoan dan keluarga juga bukan merupakan tempat
mereka bertumbuh serta berkembang. Tipe lainnya anak broken home cenderung
melankolis dimana mereka sangat menjadi orang yang sangat rapuh dengan
perasaannya yang luka.

Studi Kasus Gaya Hidup

22
Sumber: Sindo.com

23
Dengan isi:

Iqbal Mochtar Dokter dan Doktor Bidang Kedokteran dan Kesehatan,


Pengurus Pusat IAKMI dan Anggota PERDOKI TAK terasa bulan Ramadan segera
memasuki sepuluh hari ketiga. Ia bergerak cepat bagai time-machine. Ini saat tepat
untuk kembali me-reviu dan mengevaluasi refleksi puasa. Supaya ritual penting ini
tidak terlewati tanpa makna. Berpuasa adalah ancient ritual; telah dilakoni manusia
sejak dulu. Cuma praktiknya berbeda dari zaman ke zaman dan dari agama ke agama.
Ada yang berpuasa hanya beberapa jam sehari (simple fasting) dan ada juga berpuasa
hingga hingga 1-2 hari selama beberapa hari. Jenis pantangannya juga bervariasi. Ada
yang pantang segala makanan dan minuman tetapi ada pula yang pantang makanan
dan minuman tertentu saja. Awalnya, berpuasa hanya terkait dengan tujuan religius
dan sosial. Sejalan perubahan waktu, manusia mulai memanfaatkan puasa untuk
tujuan tertentu. Pada abad ke-5M, bapak dunia kedokteran Hipocrates telah
menganjurkan penderita penyakit tertentu untuk berpuasa. Ini menandai
berkembangnya tujuan puasa; bukan hanya tujuan religius dan sosial tetapi juga
kesehatan. Dari hari ke hari makin banyak yang menggunakan puasa untuk tujuan
kesehatan. Istilahnya puasa terapeutik.

Pada 1915, Folin dan Denis mulai memperkenalkan puasa singkat beberapa
hari untuk mengurangi kegemukan. Circa pada 1945 mulai menganjurkan intermitten
fasting untuk mempertahankan kesehatan tubuh. Lantas, apa yang membedakan puasa
Ramadhan dengan puasa yang lain? Pertama, sifatnya wajib. Siapa pun yang mengaku
muslim, sehat dan memenuhi kriteria berpuasa harus melaksanakannya. Kedua,
kewajiban ini dilakukan dalam periode 28-30 hari. Di luar itu, puasa bisa dilakukan
tetapi tidak wajib. Ketiga, sifatnya berkelanjutan. Puasa perlu dijalankan setiap bulan
Ramadan. Artinya, sepanjang waktu terus bergulir, Ramadan akan terus datang dan
puasa akan tetap dilakukan. Esensi ketiga sifat unik ini memberi sinyal bahwa
Ramadan bukan hanya momen ibadah tetapi juga sebuah periode latihan yang ketat,
terukur dan berkelanjutan (intense, measured and continuing training) untuk tujuan
tertentu.

Dalam Alquran, tujuan berpuasa Ramadan jelas; untuk mencapai takwa


(laallakum tattaqun) dan syukur (laallakum tasykurun). Kedua tujuan ini adalah main
goal puasa Ramadan. Di luar itu, ada tujuan perantara dan tambahan. Salah satunya

24
adalah revolusi gaya hidup. Dalam bulan Ramadan, orang makan maksimal dua kali,
yaitu saat sahur dan berbuka. Ini berbeda dengan kebiasaan umum orang yang makan
tiga kali sehari atau lebih. Pertanyaannya: apakah memang manusia didesain untuk
makan tiga kali sehari atau cukup dua kali? Tradisi makan tiga kali sehari tercatat
dimulai pada abad ke-19 (burgeouis model), diadopsi berbagai bangsa dan kemudian
dianggap normatif. Sayangnya, hingga saat ini belum kesimpulan konklusif terkait
efek kesehatan makan dua atau tiga kali. Banyak studi yang mendukung manfaat dua
kali dan banyak pula yang mendukung tiga kali.

Baru-baru ini, Dietary Guidelines Advisory Committee di Amerika melakukan


reviu isu tersebut. Sayangnya, mereka belum bisa menyimpulkan secara tegas efek
makan dua atau tiga kali terhadap kegemukan, risiko diabetes dan penyakit jantung.
Faktanya, dibanding orang makan tiga kali, orang makan dua kali mengkonsumsi
lebih sedikit kalori dan proses pemanfaatan gula darahnya lebih efektif. Diberbagai
negara, banyak populasi yang hanya makan dua makan sehari. Di Perancis, 12-15%
orang makan hanya dua kali sehari. Di Amerika, hampir sepertiga populasi makan dua
kali sehari. Ramadan mengajarkan bahwa makan dua kali ternyata sesuatu yang
possible dan tidak memberi efek kesehatan serius. Bahkan banyak studi melaporkan
penurunan signifikan berat badan serta perbaikan tekanan darah, kadar lemak dan
kadar gula pada orang yang berpuasa Ramadan. Dalam bulan Ramadan, umat muslim
dianjurkan makan sahur. Pesannya, muslim dilatih bangun subuh. Bukan bangun saat
matahari sudah meninggi. Banyak keuntungan yang didapat bangun subuh hari. Dari
aspek kesehatannya, tubuh dan pikiran segar dan energi dinamis. Dr Roy Kohler, ahli
sleep medicine di Amerika berkomentar bahwa yang dibutuhkan manusia untuk sehat
adalah jumlah tidur yang cukup, bukan waktunya. Sepanjang tidur 6-8 jam, waktu
bangun tidak bermasalah. Artinya, bangun subuh tidak bermasalah sepanjang jumlah
tidur cukup. Dari aspek non-kesehatan, bangun pagi memberi kesempatan melakukan
aktivitas dan pekerjaan lebih awal dengan distraksi yang kurang dan lebih konsentrasi.
Bangun subuh adalah ritme rutin Nabi Muhammad SAW.

Dalam bulan Ramadan, ada kewajiban mengeluarkan zakat fitrah. Wajib


memberikan beras atau uang tertentu kepada orang yang berhak. Bila tidak dilakukan,
amalan puasa tidak sempurna. Ini mengajarkan empati sosial; bahwa manusia
memiliki tanggung jawab moral untuk berbagi dengan orang sekeliling dan tidak
boleh bakhil. Selain zakat fitrah, dianjurkan juga mengeluarkan zakat harta dan

25
sedekah dibulan Ramadan. Alasannya, dalam harta yang dimiliki ada porsi tertentu
milik orang lain. Banyak kebiasaan-kebiasaan bermanfaat yang diajarkan dan diuji
kepatenannya dalam bulan Ramadan. Ini sinyal bahwa kebiasaan-kebiasaan tersebut
mestinya dapat dipraktikkan dalam kehidupan keseharian. Kebiasaan makan tiga hari
sehari sebenarnya bisa dikurangi dua kali. Kebiasaan bangun setelah matahari terbit
bisa diganti dengan kebiasaan bangun subuh. Sifat bakhil bisa dihilangkan setelah
mendapat pelatihan zakat. Artinya, Ramadan menawarkan sebuah revolusi gaya
hidup; mengganti kebiasaan lama dengan kebiasaan baru yang lebih bermanfaat.
Selama sebulan manusia diajarkan dan diuji menjalani alternatif gaya hidup dan
ternyata bisa dilakukan. Uji cobanya sukses. Ramadan berhasil mengetes revolusi
gaya hidup. Sisa umat muslim menentukan, apakah akan mengadopsinya atau tidak.

Analisis kasus:

Penulis bersyukur terlahir menjadi orang muslim dan menunaikan ibadah


puasa setiap sebelum Ramadhan seperti sekarang. dimana sejalan perubahan waktu,
manusia selalu mulai memanfaatkan puasa untuk tujuan tertentu. Ini saat tepat untuk
kembali me-reviu dan mengevaluasi refleksi puasa.Ini menandai berkembangnya
tujuan puasa; bukan hanya tujuan religius dan sosial tetapi juga kesehatan. Dari hari
ke hari makin banyak yang menggunakan puasa untuk tujuan kesehatan. Lantas, apa
yang membedakan puasa Ramadhan dengan puasa yang lain?. Puasa perlu dijalankan
setiap bulan Ramadan. Esensi ketiga sifat unik ini memberi sinyal bahwa Ramadan
bukan hanya momen ibadah tetapi juga sebuah periode latihan yang ketat, terukur dan
berkelanjutan (intense, measured and continuing training) untuk tujuan tertentu.
Dalam Alquran, tujuan berpuasa Ramadan jelas; untuk mencapai takwa (laallakum
tattaqun) dan syukur (laallakum tasykurun). Kedua tujuan ini adalah main goal puasa
Ramadan.. Dalam bulan Ramadan, orang makan maksimal dua kali, yaitu saat sahur
dan berbuka. Ini berbeda dengan kebiasaan umum orang yang makan tiga kali sehari
atau lebih. Pertanyaannya: apakah memang manusia didesain untuk makan tiga kali
sehari atau cukup dua kali?. Sayangnya, hingga saat ini belum kesimpulan konklusif
terkait efek kesehatan makan dua atau tiga kali. Banyak studi yang mendukung
manfaat dua kali dan banyak pula yang mendukung tiga kali. Faktanya, dibanding
orang makan tiga kali, orang makan dua kali mengkonsumsi lebih sedikit kalori dan
proses pemanfaatan gula darahnya lebih efektif.

26
Diberbagai negara, banyak populasi yang hanya makan dua makan sehari.
Ramadan mengajarkan bahwa makan dua kali ternyata sesuatu yang possible dan
tidak memberi efek kesehatan serius. Banyak juga keuntungan yang didapat bangun
subuh hari.

Dari kasus tersebut kita banyak belajar bahwa puasa dapat membentuk
kepribadian yang baik secara rohani dan membentuk gaya hidup sehat jasmani dan
rohani bagi tiap orang yang menunaikannya dengan baik. Puasa dilakukan tiap semua
muslim dan Muslimah di semua negara spesifiknya di Indonesia, dilakukan siapapun
tanpa memandang semua jenis gaya hidupnya, terlepas dari jenis kelaminya, status
sosial, ekonomi bahkan usianya. Faktor yang membentuk gaya hidup yang baik dari
puasa adalah sikap, dan kepribadian serta konsep diri yang lebih baik dan terus
berkembang lebih dari sebelumnya mencontoh nabi kita nabi Muhammad SAW dan
pedoman Alquran. Puasa juga membentuk pengalaman dan pengamatan yang baik
sehingga gaya hidup sehat tidak makan secara rakus, pola makan terjaga sehingga
Kesehatan juga terjamin bahkan di kasus disebutkan 2 kali makan dalam sehari cukup
sehingga memunculkan motif dan persepsi yang baik untuk semua orang agar
berpuasa dan menjalankan semua kewajibannya sebagai seorang muslim sejati.

27
PENUTUP

Kesimpulan
Dari Artikel ini kita dapat belajar untuk terus menerus menjadi orang dengan
kepribadian dan gaya hidup yang baik. Kepribadian dan gaya hidup terdapat banyak faktor-
faktor yang menyebabkan terjadinya dan beberapa indikator pendukung serta tipe-tipe yang
berbeda satu sama lain. Bisa jadi kepribadian dan gaya hidup anda sama dengan penulis
karena sama-sama anak muda milenial, namun bisa jadi kepribadian dan gaya hidup anda
lebih baik daripada penulis dan sebaliknya kepribadian dan gaya hidup anda lebih buruk dari
saya. Kepribadian yang baik dari seseorang akan menimbulkan gaya hidup yang baik dan jika
buruk juga menimbulkan gaya hidup yang buruk.

Saran
Mari kita selalu terus menjadi pribadi yang lebih baik dan lebih baik dibandingkan
sebelumnya apalagi di tengah bulan Ramadhan atau bulan kemenangan ini. Insyaallah gaya
hidup dan kepribadian kita akan terus dapat menjadi pribadi yang suci seperti nabi kita nabi
Muhammad SAW. Karena kepribadian dan gaya hidup yang baik merupakan amal dan
ibadah kita di dunia ini agar masuk ke Surganya kelak.

28
DAFTAR PUSTAKA

Agus Sujanto, 2004 dkk, Psikologi Kepribadian. Jakarta : PT Bumi Aksara.


Allport,G.W. 2016. Pattern and Growth in Personality. New York: Holt
Alwisol. Psikologi Kepribadian. Malang: UMM Perss, 2014.
Amalia, Sofri. R & Widodo, An Nur. A. (2018). Analisis Kemampuan Pemecahan
dari Kepribadian Topologi Hippocrates, Galenus Tipe Cholearis dan
Phlegmantis. AKSIOMA, 9 (1) : 1 – 10.
Fordham Frieda. 2017. Pengantar Psikologi C.G. Jung (teori-teori dan teknik
Friedman, H. S. dan Schustack, M. W. 2008. Kepribadian: Teori klasik dan riset
modern. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Hall, Calvin S. Dan Gardner Lindzey. Psikologi Kepribadian 1 Teori-teori
Psikodiaknostik (Klinis).Terj. A. Supratiknya. Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 2000
Kamus Besar Bahasa Indonesia. 2020. KKBI.Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan
Dan Pengembagan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,Jakarta:
Balai Pustaka.
Kartono dan Gulo. 2012. Kamus Psikologi, Bandung, Penerbit Pionir
Masalah Mahasiswa Melalui Model Pbl Berbasis Etnomatematika Ditinjau
Mowen, J.C. dan Minor, M. 2002. Gaya hidup. Yahya, D.K., penerjemah: Mahanani,
N., penyunting. Jakarta. Erlangga. Terjemahan dari: Consumer Behaviour.247
hal.
Mujid, Abdul. Teori Kepribadian Perspektif Psikologi Islam. Jakarta: Rajawali Pers,
2017.
psikologi). Bharata Karya Aksara. Jakarta
Sindo.com diakses 23 April 2022 diakses pukul 07.30
Solopos.com diakses 23 April 2022 diakses pukul 07.30
Susianto, H. 2017. Studi Gaya Hidup Mahasiswa, Universitas Kristen Petra. Jurnal
Ekonomi, No.2 Juli 1999. Hal 2-9
Umami, Riskiyatul dan Nurchayati. “Gambaran Perilaku Konsumtif Pada Perempuan
Dewasa Awal, Sebuah Life History”. Jurnal Character (2013), Vol. 01, No. 02: 1-
6.

29

Anda mungkin juga menyukai