Anda di halaman 1dari 7

KEBIJAKAN MONETER di INDONESIA & PROBLEM KEBIJAKAN MONETER

EKONOMI MONETER
Kelompok 1 :
1. Teuku Ramadhani Bugis - 2212070253
2. Chyntia Octaviani Kaban - 2212070233
3. Dinda Ayu Nurmalina - 2212070239
4. Nurul Hidayah - 2212070271

1. Tujuan Kebijakan Moneter


Kebijakan moneter adalah keputusan yang diambil oleh pemerintah dalam rangka
menunjang aktivitas ekonomi melalui berbagai hal yang berkaitan dengan penetapan jumlah
peredaran uang di masyarakat.

Tujuan utama kebijakan moneter adalah menjaga dan memelihara stabilitas nilai tukar
Rupiah, yang salah satunya tercermin dari tingkat inflasi yang rendah dan stabil. Sebagaimana
yang dijelaskan dalam UU No. 3 Tahun 2004 tentang Kebijakan Moneter Bank Indonesia,
tujuan kebijakan moneter yang utama yakni menjaga kestabilan nilai rupiah. Demi
mewujudkan hal tersebut, banyak aspek yang berpengaruh dalam pengambilan keputusan
kebijakan moneter Bank Indonesia. Berbagai tujuan kebijakan moneter diantaranya yaitu :

1. Menjamin Stabilitas Ekonomi


Pertumbuhan ekonomi suatu negara harus berjalan dengan terkontrol dan
berkelanjutan melalui keseimbangan arus barang/jasa dengan peredaran uang. Oleh
karena itu, tujuan kebijakan moneter adalah menjaga stabilitas ekonomi melalui
pengaturan dan penetapan terkait peredaran uang di masyarakat.

2. Mengendalikan Inflasi
Agar inflasi dapat ditekan, maka Bank Indonesia menetapkan kebijakan bertujuan
mengurangi uang yang beredar di masyarakat dan menjaga ketersediaan uang di bank.
Sehingga, salah satu tujuan kebijakan moneter adalah mengendalikan inflasi.

3. Meningkatkan Lapangan Pekerjaan


Tujuan kebijakan moneter Bank Indonesia berikutnya yaitu meningkatkan lapangan
pekerjaan. Kestabilan peredaran uang membuat aktivitas produksi meningkat. Dengan
naiknya kegiatan produksi, maka diperlukan sumber daya manusia dalam
pengelolaannya. Sehingga hal ini mampu menyerap tenaga kerja dengan ketersediaan
lapangan pekerjaan.

4. Melindungi Stabilitas Harga Barang di Pasar


Tujuan kebijakan moneter diharapkan mampu melindungi stabilitas harga pasar.
Ketika harga stabil maka menumbuhkan rasa percaya masyarakat terhadap tingkat
harga sekarang dan di masa mendatang. Sehingga tingkat daya beli antar periode tetap
sama. Kestabilan harga ini bisa diatur melalui keseimbangan peredaran uang,
permintaan barang, dan produksi barang.

5. Menjaga Keseimbangan Neraca Pembayaran Internasional


Kebijakan moneter tidak hanya berpengaruh terhadap aktivitas ekonomi dalam negeri
saja, namun juga luar negeri. Salah satu tujuan kebijakan moneter adalah menjaga
keseimbangan neraca pembayaran Internasional. Hal ini dapat diwujudkan melalui
kestabilan jumlah barang ekspor dan impor sama besarnya. Oleh sebab itu, tak heran
pemerintah sering melakukan devaluasi dalam hal ini.

6. Mendorong Pertumbuhan Ekonomi


Seluruh dampak atas kebijakan moneter diharapkan mampu mendorong pertumbuhan
ekonomi. Sebab demi mencapai tujuan tersebut, diperlukan berbagai kesuksesan tiap
komponen. Misalnya seperti, tersedia lapangan pekerjaan, kontrol tingkat inflasi,
aktivitas produksi dan permintaan barang.

Kemudian menurut Bank Indonesia, Tujuan utama kebijakan moneter yang dilaksanakan
oleh Bank Indonesia adalah untuk mencapai stabilitas nilai Rupiah, memelihara stabilitas
sistem pembayaran, serta turut menjaga stabilitas sistem keuangan guna mendukung
pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan sebagaimana tercantum dalam pada pasal 7 UU
No.23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia dan sebagaimana telah beberapa kali diubah
terakhir dengan UU No. 4 Tahun 2023 tentang Pengembangan dan Penguatan Sektor
Keuangan. Dimana yang dimaksud dengan "stabilitas nilai Rupiah" adalah kestabilan harga
barang dan jasa serta nilai tukar Rupiah.

Konsep stabilitas nilai Rupiah mencakup kestabilan harga barang dan jasa serta nilai
tukar Rupiah. Kestabilan harga barang dan jasa secara umum diukur dari inflasi yang rendah
dan stabil. Sementara itu, kestabilan nilai tukar Rupiah diukur dari kestabilan nilai rupiah
terhadap mata uang negara lain.

Kestabilan nilai Rupiah dalam artian inflasi yang rendah, dan stabil, serta kestabilan nilai
tukar Rupiah sangat penting bagi tercapainya pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
Kestabilan nilai tukar Rupiah diperlukan dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
upaya untuk mendukung tercapainya inflasi yang rendah dan stabil.

Dalam upaya mencapai tujuan tersebut, Bank Indonesia menerapkan kerangka kebijakan
moneter yang disebut Inflation Targeting Framework (ITF) sejak 1 Juli 2005. Dalam kerangka
tersebut, inflasi menjadi sasaran yang diutamakan (overriding objective).

Bank Indonesia terus melakukan penyempurnaan kebijakan moneter guna memperkuat


efektivitasnya. Hal ini dilakukan agar Bank Indonesia dapat menangani dinamika dan
tantangan perekonomian yang terus berubah. Sebagai lembaga yang mengatur kebijakan
moneter di Indonesia, Bank Indonesia memiliki peran penting dalam menjaga stabilitas nilai
Rupiah dan mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
2. Pencapaian Tujuan Kebijakan Moneter

Bank Indonesia(BI) sebagai Bank Sentral nasional bertugas untuk menjaga dan
memelihara kestabilan harga di Indonesia melalui pelaksanaan kebijakan moneter,
dengan kata lain BI berusaha menjaga tingkat inflasi berada dalam target yang ditetapkan
oleh pemerintah setelah berkoordinasi dengan BI. Untuk target Inflasi Kebijakan Moneter
Tahun 2023 adalah 3,0±1%.

Untuk mencapai target inflasi tersebut, BI menetapkan suku bunga kebijakan BI


atau biasa disebut BI Rate sebagai instrumen utama untuk mempengaruhi aktivitas
kegiatan perekonomian, untuk BI Rate pada Kebijakan Moneter Triwulan I dan II Tahun
2023 adalah sebesar 5,75%. Keputusan untuk menentukan tingkat BI Rate diputuskan
dalam Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia. Pengambilan keputusan terutama
didasari oleh prospek pencapaian inflasi dan kisaran targetnya.

Penentuan tingkat BI rate ini akan mempengaruhi ekonomi dan inflasi dimasyarakat
apabila Rapat Dewan Gubernur BI melihat indikasi resiko meningkat dalam
perekonomian, antara lain:

a. Jumlah uang beredar terlalu banyak;


b. Defisit transaksi membesar;
c. Hutang luar negeri meningkat;
d. Tekanan inflasi ke depan diperkirakan lebih tinggi dalam kisaran targetnya dan risiko
faktor-faktor lain yang penting.

Maka, BI akan menaikkan suku bunga BI Rate untuk mengendalikan risiko inflasi
tersebut dan menjaga ekspektasi masyarakat. Sebaliknya, jika BI memandang tekanan
inflasi terjaga, uang beredar cukup dalam perekonomian, serta resiko ekonomi terjaga, BI
Rate dapat diturunkan .

Selain itu, inflasi di Indonesia juga dapat ditentukan oleh faktor lainnya, yaitu :

a. harga bahan makanan atau volatile food;


b. harga barang akibat kebijakan atau administered price;

Selain itu, dalam rangka menjaga inflasi di daerah tetap stabil, BI bekerjasama dan
berkoordinasi dengan Pemerintah melalui forum kerjasama yang dinamakan tim
pengendalian Inflasi daerah(TPID).

Dalam upaya mempengaruhi tingkat inflasi, BI Rate tersebut akan ditransmisikan


melalui berbagai jalur seperti:

a. Jalur suku bunga;


b. Jalur nilai tukar;
c. Jalur harga aset;
d. Jalur ekspektasi.

Jalur-jalur tersebut dinamakan transmisi kebijakan moneter. Kesimpulannya,


kebijakan BI dalam menaikkan dan menurunkan BI Rate merupakan upaya mempengaruhi
tingkat inflasi dalam rangka untuk menciptakan kestabilan harga dan perekonomian demi
kesejahteraan masyarakat Indonesia.

3. Permasalahan Dalam Kebijakan Moneter

Permasalahan dalam kebijakan moneter mencakup beberapa hal, antara lain:

A. Efektivitas transmisi kebijakan: Salah satu permasalahan dalam kebijakan moneter


adalah sejauh mana kebijakan tersebut dapat mempengaruhi kegiatan ekonomi secara
efektif. Mekanisme transmisi kebijakan moneter harus berjalan dengan baik agar
perubahan kebijakan dapat mencapai tujuan yang diinginkan, seperti mengendalikan
inflasi atau merangsang pertumbuhan ekonomi.

B. Penentuan sasaran: Menentukan sasaran tingkat bunga atau uang yang beredar juga
merupakan permasalahan dalam kebijakan moneter. Keputusan mengenai sasaran
tersebut harus mempertimbangkan berbagai faktor, termasuk kondisi ekonomi, inflasi,
pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas keuangan.

C. Ketidakpastian: Kebijakan moneter seringkali dihadapkan pada ketidakpastian kondisi


ekonomi dan risiko yang terkait. Perubahan dalam faktor-faktor ekonomi seperti tingkat
inflasi, suku bunga internasional, dan gejolak pasar keuangan dapat mempengaruhi
keberhasilan kebijakan moneter.

D. Kontrol inflasi dan pertumbuhan ekonomi: Salah satu tujuan utama kebijakan moneter
adalah mengendalikan inflasi dan mendorong pertumbuhan ekonomi yang stabil.
Namun, mencapai keseimbangan antara kedua tujuan ini dapat menjadi tantangan,
terutama ketika inflasi dan pertumbuhan ekonomi saling bertentangan.

E. Dampak distribusi: Kebijakan moneter juga dapat memiliki dampak distribusi yang
tidak merata terhadap berbagai sektor dan kelompok masyarakat. Misalnya, pengetatan
kebijakan moneter dapat memberikan beban ekstra pada sektor usaha dan masyarakat
dengan utang, sementara melonggarkan kebijakan moneter dapat meningkatkan risiko
inflasi.

Dalam menghadapi permasalahan-permasalahan ini, bank sentral dan otoritas moneter harus
mempertimbangkan berbagai faktor dan melakukan analisis yang mendalam untuk mengambil
keputusan yang tepat dalam merancang kebijakan moneter.
4. Problem Pencapaian Kebijakan Moneter
a. Kebijakan Ekspansif (Kebijakan Uang Longgar / Easy Money Policy).
Penurunan suku bunga akan mendorong aktivitas perekonomian, dan secara
multiplier akan mendorong sektor lainnya. Perekonomian yang meningkat akan
disenangi oleh publik dan dapat berlangsung dalam periode waktu yang lama.
Pertumbuhan perekonomian yang lebih cepat dari tingkat normal dapat
mendorong terjadinya inflasi.

b. Kebijakan Kontraktif (Kebijakan Uang Ketat / Tight Money Policy).


Ketika kebijakan kontraktif diterapkan untuk menekan laju inflasi yang lebih
dari batas toleransi yang ditetapkan oleh bank sentral maka tingkat suku bunga
akan ditingkatkan. Namun konsekuensi dari penerapan kebijakan ini ialah
penurunan daya beli masyarakat yang selanjutnya akan menyebabkan barang
dan jasa yang telah diproduksi kurang diminati sehingga industri memutuskan
untuk menurunkan produksi dan memangkas beban operasional dengan
mengurangi jumlah karyawan.

Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) yang meningkat, maka akan mengakibatkan


angka pengangguran naik. Masyarakat yang terkena PHK akan sulit untuk
memenuhi kebutuhan karena tidak ada penghasilan dan juga sulit untuk
mendapatkan pekerjaan karena minimnya lapangan pekerjaan.

Hal ini dapat menyebabkan pemulihan ekonomi akan semakin sulit dan potensi
kontraksi (penurunan) ekonomi dalam periode waktu yang lama (resesi) terjadi.
Terjadi trade-off dalam penerapan kebijakan moneter dengan mengorbankan
sasaran kebijakan lain.

Pencapaian sasaran pertumbuhan ekonomi akan mengakibatkan kesulitan


dalam pengendalian inflasi. Sulit untuk terhindar dari target ganda dalam
penerapan kebijakan moneter. Namun kebijakan moneter tetap dapat diterapkan
secara efektif dengan membuat kebijakan lain untuk mendukung kebijakan yang
dikorbankan.

5. Studi Kasus
a. Gambaran umum
Pada tanggal 22 Desember 2022, Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia
mengambil kebijakan moneter untuk meningkatkan suku bunga acuan BI 7-Day
Reverse Repo Rate (BI7DRR) menjadi 5,50%, meningkat 25bps. BI telah
meningkatkan suku bunga acuannya dari 3,5% menjadi 5,5% sejak 5 bulan terakhir.
Kebijakan moneter ketat dipilih oleh BI dengan harapan untuk menekan laju inflasi di
tengah-tengah masalah geoekonomi dan geopolitik global. Terjadi ketimpangan rantai
pasok global yang mengakibatkan keterbatasan bahan baku, krisis pangan, krisis energi
imbas dari paska Covid-19, perang Rusia-Ukraina, ketegangan Rusia - NATO, dan
kebijakan zero covid di China sehingga memperburuk perekonomian global dan
mendorong laju inflasi. Walaupun sebenarnya beberapa indikator menunjukan
fundamental makro ekonomi Indonesia masih relatif stabil hingga kuartal tiga 2022.

b. Tantangan yang akan dihadapi


Terdapat tantangan terhadap pengendalian laju inflasi di Indonesia yaitu dari sisi
eksternal, inflasi barang impor akibat tekanan geopolitik dan geoekonomi
mengakibatkan ketimpangan rantai pasok global sehingga memicu laju inflasi negara.
Dari sisi internal, terdapat liburan akhir tahun, hari raya Natal, dan peningkatan
konsumsi masyarakat pada bulan puasa dan lebaran Idul Fitri yang terjadi pada kuartal
pertama 2023 menjadi tantangan tersendiri bagi negara.
Keputusan RDG BI untuk meningkatkan suku bunga acuan diyakini telah
mempertimbangkan seluruh isu yang akan terjadi, sehingga diharapkan mampu
mengembalikan target inflasi inti ke angka 3,0±1% dan mengendalikan jumlah uang
yang beredar dan stabilitas nilai tukar IDR.

c. Respon Kebijakan
Untuk menyeimbangkan keputusan untuk meningkatkan suku bunga, maka
dikembangkan sejumlah kebijakan untuk menjaga stabilitas (pro-stability) dan
mendorong pertumbuhan (pro-growth) untuk mempercepat pemulihan ekonomi,
seperti:
1. Intervensi moneter di pasar valas melalui transaksi spot, domestic non
deliverable forward (DNDF), dan jual beli Surat Berharga Negara
(SBN) di pasar sekunder. Hal ini bertujuan untuk menjaga stabilitas nilai
tukar rupiah dan mengendalikan inflasi barang impor.
2. Memaksimalkan Devisa Hasil Ekspor (DHE) Sumber Daya Alam untuk
mendukung stabilitas nilai tukar rupiah .
3. Penguatan kebijakan Makroprudensial yang inklusif dan berkelanjutan
untuk kredit perbankan melalui insentif Giro Wajib Minimum (GWM),
khususnya pada sektor yang belum pulih pasca pandemi Covid-19.
4. Kebijakan untuk memperpanjang pemberlakuan Merchant Discount
Rate (MDR) QRIS pada Usaha Mikro sebesar 0% hingga 30 Juni 2023
untuk mendorong peningkatan transaksi pembayaran digital yang lebih
luas.
Referensi.

Bank Indonesia . (2008). https://www.bi.go.id/. Retrieved from


https://www.bi.go.id/id/fungsi-
utama/moneter/default.aspx#:~:text=Tujuan%20utama%20kebijakan%20moneter%20adalah,
inflasi%20yang%20rendah%20dan%20stabil. diakses pada Minggu, 27 Agustus 2023
Bank Indonesia . (n.d.). https://www.bi.go.id/. Retrieved from https://www.bi.go.id/id/bi-
institute/policy-mix/core/Documents/Kebijakan%20Moneter.pdf. diakses pada
Minggu, 27 Agustus 2023
Bank Indonesia. (2023 ). Laporan Kebijakan Moneter Triwulan II 2023. Bank Indonesia.
diakses pada Sabtu, 27 Agustus 2023
Bank Indonesia. (2023). Laporan Kebijakan Moneter Triwulan I 2023. Bank Indonesia .
diakses pada Sabtu, 27 Agustus 2023
Gouw, W. (2022, Desember 31). https://www.cnbcindonesia.com/. Retrieved from
https://www.cnbcindonesia.com/opini/20221231135619-14-401724/mengupas-
kebijakan-moneter-ketat. diakses pada Minggu, 27 Agustus 2023
Makaliwe, A. W. (2023, Mei 23). https://www.kompas.id/. Retrieved from
https://www.kompas.id/baca/opini/2023/05/22/dilema-kebijakan-moneter. diakses
pada Sabtu, 27 Agustus 2023
Redaksi OCBC NISP. (2023, Juli 21). https://www.ocbcnisp.com/. Retrieved from
https://www.ocbcnisp.com/id/article/2021/07/27/kebijakan-moneter-adalah. diakses
pada Minggu, 27 Agustus 2023

Anda mungkin juga menyukai