Anda di halaman 1dari 11

DI SUSUN OLEH KELOMPOK-1

NAMA NIM
• AYUB GOBAI • 2022041024165
• ABSALOM AGAPA • 2022041024166
• MEKISON KOGOYA • 2022041024173
• STEVEN MIAGONI • 2022041024175
• PASKALIS PETEGE • 2022041024306
• ALES KOGOYA • 2022042024001
• ISMAIL URSAID R. • 2022042024012
BAB 3.
• JURNAL : KEBIJAKSANAAN MONETER
1. LATAR BELAKANG

> Kebijaksanaan moneter adalah satu kebijakan yang bertujuan untuk mencapai
keseimbangan internal (pertumbuhan ekonomi yang tinggi, stabilitas harga, pemerataan
pembangunan) dan keseimbangan eksternal (keseimbangan neraca pembayaran) demi
tercapainya tujuan ekonomi makro. Stabilisasi ekonomi dapat diukur dengan
kesempatan
kerja, kestabilan harga serta neraca pembayaran internasional yang seimbang. Apabila
kestabilan dalam kegiatan perekonomian terganggu, maka kebijakan moneter dapat
dipakai untuk memulihkan (tindakan stabilisasi). Pengaruh kebijakan moneter pertama
kali akan dirasakan oleh sektor perbankan, yang kemudian ditransfer pada sektor riil.
Amrini, et al (2013) menyatakan bahwa Inflasi merupakan fenomena ekonomi
yang selalu menarik dibahas terutama berkaitan dengan dampaknya yang luas terhadap
perekonomian Indonesia. Inflasi adalah kenaikan terus menerus dalam rata-rata tingkat
harga. Inflasi bisa berdampak positif atau negatif terhadap perekonomian tergantung
parah
atau tidaknya inflasi. Inflasi cenderung terjadi pada negara-negara berkembang seperti
halnya Indonesia dengan struktur perekonomian bercorak agraris. Kegagalan atau
guncangan dalam negeri akan menimbulkan fluktuasi harga di pasar domestik dan
berakhir
dengan inflasi pada perekonomian.
Terjadinya inflasi di Indonesia juga dipicu oleh melemahnya nilai tukar rupiah
terhadap dolar Amerika Serikat sejak 14 Agustus 1997. Sistem nilai tukar yang dianut
2. LANDASAN TEORI

 DEFINISI KEBIJAKAM MONETER


Kebijakan moneter merupakan bagian integral kebijakan ekonomi makro yang
dilaksanakan oleh Bank Indonesia selaku otoritas moneter yang ditujukan untuk mencapai
tujuan yang diinginkan, tujuan tersebut pada umunya mencakup pertumbuhan ekonomi,
perluasan kesempatan kerja, kestablian harga, dan keseimbangan neraca pembayaran.1
Kebijakan moneter adalah upaya mengendalikan atau mengarahkan perekonomian makro ke
kondisi yang diinginkan (yang lebih baik) dengan mengatur jumlah uang beredar. Adapun
yang dimaksud dengan kondisi yang lebih baik adalah meningkatnya output keseimbangan
dan atau terpeliharanya stabilitas harga (inflasi terkontrol). Melalui kebijakan moneter
pemerintah dapat mempertahankan, menambah, atau mengurangi jumlah uang beredar dalam
upaya mempertahankan kemampuan ekonomi untuk tumbuh, sekaligus mengendalikan inflasi.
2 kebijakan moneter sebagai salah satu dari kebijakan ekonomi makro pada umumnya
diterapkan sejalan dengan siklus kegiatan ekonomi. Dalam hal ini, kebijakan moneter yang
diterapkan pada kondisi dimana perekonomian sedang mengalami perkembangan yang sangat
pesat tentu berbeda dengan kebijakan moneter yang diterapkan pada kondisi dimana
perekinomian sedang mengalami depression atau perkembangan yang melambat. Dalam
kajian literatur dikenal dua jenis kebijakan moneter, yaitu kebijakan moneter ekspansif dan
kebijakan moneter kontraktif. Kebijakan moneter ekspansif adalah kebijakan moneter yang
ditujukan untuk mendorong kegiatan ekonomi, yang antara lain dilakukan mellaui
peningkatan jumlah uang beredar. Sebaliknya, kebijakan moneter kontraktif adalah kebijakan
INSTRUMEN
>. KEBIJAKAN MONETER
KONVENSIONAL
Kebijakan moneter dapat menggunakan instrumen baik langsung maupun tidak langsung.
Instrumen langsung adalah instrumen moneter yang dapat secara langsung mempengaruhi
sasaran operasional yang diinginkan oleh bank sentral. Adapun instrumen tidak langsung
adalah instrumen pengendalianmoneter yangsecara tidak langsung dapat mempengaruhi
sasaran operasional yang diinginkan oleh bank sentral. Dua halutama yang dikendalikan
adalah harga (suku bunga) dan kuantitas simpanan dan kredit yang ada pada sistem perbankan
atau institusi keuangan selain bank.8 Baik instrumen kebijakan moneter langsung maupun
tidak langsung mempunyai berbagai macam bentuk dan masing-masing memiliki
karakteristik dan kelebihan atau kekurangan. Bentuk instrumen langsung yang banyak
dipergunakan adalah pengendalian suku bunga (interest rate cellings), pagu kredit, dan kredit
program/kredit khusus (directed credits) bank sentral. Sementara itu, secara umum terdapat 3
bentuk utama instrumen tidak langsung, yaitu OPT.
>. INSTRUMEN KEBIJAKAN MONETER SYARIAH
Pada dasarnya mekanisme transmisi kebijakan moneter merupakan
interaksi antara otoritas moneter dan perbankan serta para pelaku ekonomi di sektor riil. Interaksi
tersebut terjadi dalam dua tahap yaitu yang pertama adalah interaksi antara bank sentral atau
Bank Indonesia dengan perbankan dan lembaga keuangan lainnya. Interaksi tersebut terjadi di
pasar keuangan. Interaksi tahap kedua terjadi antara perbankan dan lembaga keuangan lainnya
dengan para pelaku ekonomi.12. Mekanisme transmisi kebijakan moneter syariah di Indonesia
dimulai pada tahun 2000 dengan menggunakan SWBI dan SBIS.
Hingga pada tahun 2014 kembali Bank Indonesia telah mengeluarkan PBI No. 16 Tahun 2014
tentang Operasi Moneter Syariah (OMS). OMS dimaksud adalah bentuk pelaksanaan kebijakan
moneter melalui kegiatan OPT dan penyediaan standing facilities berdasarkan prinsip syariah.
Maksud dari standing facilities syariah adalah fasilitas yang disediakan oleh BI kepada bank
dalam rangka OMS melalui mekanisme lelang atau non-lelang. OPT syariah adalah kegiatan
transaksi pasar uang berdasarkan prinsip syariah yang dilakukan oleh Bank Indonesia dengan
Bank dan pihak lain dalam rangka OMS. Adapun kegiatan OPT syariah sesuai dengan ketentuan
BI (2014) meliputi:13
a. Penerbitan Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS).
b. Jual beli surat berharga dalam rupiah yang memenuhi ketentuan dan ketetapan syariah, terdiri
dari SBIS, Surat Berharga Syariah Negara
3. PEMBAHASAN

>. TUJUAN KEBIJAKAN MONETER


Bank Indonesia memiliki tujuan mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Tujuan
ini sebagaimana tercantum dalam UU No. 3 tahun 2004 pasal 7 tentang Bank Indonesia. Hal
yang dimaksud dengan kestabilan nilai rupiah antara lain kestabilan terhadap harga-harga
barang dan jasa yang tercermin pada inflasi.

>. STABILITAS EKONOMI


Stabilitas ekonomi adalah suatu keadaan di mana pertumbuhan ekonomi berlangsung
secara terkendali dan berkelanjutan. Artinya, pertumbuhan arus barang/jasa dan arus uang
berjalan seimbang.

>. KESEMPATAN KERJA


Kesempatan kerja akan meningkat bila produksi meningkat. Peningkatan produksi
biasanya diikuti dengan perbaikan nasib para karyawan ditinjau dari segi upah maupun
keselamatan kerja. Perbaikan upah dan keselamatan kerja akan meningkatkan taraf hidup
karyawan dan pada akhirnya kemakmuran dapat tercapai.
> . KESTABILAN HARGA
Kestabilan harga ditandai dengan stabilitas harga barang dari waktu ke waktu.
Harga yang stabil menyebabkan masyarakat percaya bahwa membeli barang pada
tingkat harga sekarang sama dengan tingkat harga yang akan datang, atau daya beli
uang dari waktu ke waktu adalah sama.

>. NERACA PEMBAYARAN INTERNASIONAL


Neraca pembayaran dapat dikatakan dalam keadaan seimbang apabila jumlah nilai
barang yang diekspor sama dengan nilai barang yang diimpor. Untuk mendapatkan neraca
pembayaran yang seimbang, pemerintah sering menjalankan kebijakan moneter. Contohnya
adalah dengan cara melakukan devaluasi.

>. MENJAGA STABILITAS DAN PERTUMBUHAN EKONOMI


Menjaga stabilitas harga dari banyaknya jumlah uang yang beredar, Meningkatkan
kesempatan kerja, Memperbaiki posisi neraca perdagangan dan neraca pembayaran, jika negara
mendevaluasi mata uang rupiah ke mata uang asing.
4. KESIMPULAN

>. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka
penelitian ini dapat menyimpulkan bahwa :
Kebijakan moneter lebih efektif dalam memberikan dampak terhadap
fluktuasi seluruh variabel makro ekonomi yang menjadi perhatian dalam
penelitian ini seperti pertumbuhan ekonomi, inflasi, tingkat penganguran, tingkat
kemiskinan, neraca pembayaran dan kurs di Indonesia jika dibandingkan dengan
kebijakan fiskal. Efektifnya kebijakan moneter dibandingkan dengan kebijakan
fiskal terhadap variabel-variabel tersebut dapat dilihat dari kontribusi shock
kebijakan moneter terhadap variabel-variabel itu lebih besar daripada kebijakan
fiskal. Kebijakan yang efektif terhadap variabel makro ekonomi dalam penelitian
ini bukan berarti menghilangkan peranan kebijakan yang kurang efektif terhadap
variabel makro ekonomi tersebut. Akan tetapi kebijakan yang efektif adalah
kebijakan yang paling diutamakan dalam mempengaruhi variabel makro ekonomi
tersebut baru kemudian didukung oleh kebijakan yang kurang efektif. Sebagai
contoh jika kebijakan moneter lebih efektif terhadap pertumbuhan ekonomi
daripada kebijakan fiskal, ini bukan berarti peranan kebijakan fiskal ditiadakan,
namun dalam men.
SEKIAN DAN
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai