Anda di halaman 1dari 6

ARTIKEL

TENTANG KEBIJAKAN MONETER

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Teori Ekonomi Makro

Dosen Pengampu : H. Dede Tarlan Suchenry, Drs., MM

Di Susun Oleh :

Yunita Novitasari

Kelas : 2F

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI YASA ANGGANA GARUT

ANGKATAN 2022-2023
A. Pengertian Kebijakan
Kebijakan moneter adalah proses mengatur persediaan uang sebuah negara untuk mencapai
tujuan tertentu; seperti menahan inflasi, mencapai pekerja penuh atau lebih sejahtera.
Kebijakan moneter dapat melibatkan mengeset standar bunga pinjaman, "margin
requirement", kapitalisasi untuk bank atau bahkan bertindak sebagai peminjam usaha terakhir
atau melalui persetujuan melalui negosiasi dengan pemerintah lain. Kebijakan moneter pada
dasarnya merupakan suatu kebijakan yang bertujuan untuk mencapai keseimbangan internal
(pertumbuhan ekonomi yang tinggi, stabilitas harga, pemerataan pembangunan) dan
keseimbangan eksternal (keseimbangan neraca pembayaran) serta tercapainya tujuan
ekonomi makro, yakni menjaga stabilisasi ekonomi yang dapat diukur dengan kesempatan
kerja, kestabilan harga serta neraca pembayaran internasional yang seimbang. Apabila
kestabilan dalam kegiatan perekonomian terganggu, maka kebijakan moneter dapat dipakai
untuk memulihkan (tindakan stabilisasi). Pengaruh kebijakan moneter pertama kali akan
dirasakan oleh sektor perbankan, yang kemudian ditransfer pada sektor riil. Kebijakan
moneter adalah upaya untuk mencapai tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi secara
berkelanjutan dengan tetap mempertahankan kestabilan harga. Untuk mencapai tujuan
tersebut Bank Sentral atau Otoritas Moneter berusaha mengatur keseimbangan antara
persediaan uang dengan persediaan barang agar inflasi dapat terkendali, tercapai kesempatan
kerja penuh dan kelancaran dalam pasokan/distribusi barang.Kebijakan moneter dilakukan
antara lain dengan salah satu namun tidak terbatas pada instrumen sebagai berikut yaitu suku
bunga, giro wajib minimum, intervensi dipasar valuta asing dan sebagai tempat terakhir bagi
bank-bank untuk meminjam uang apabila mengalami kesulitan likuiditas.
1.Jenis-jenis Kebijakan Moneter Pengaturan jumlah uang yang beredar pada masyarakat
diatur dengan cara menambah atau mengurangi jumlah uang yang beredar. Jenis-jenis
kebijakan moneter dapat digolongkan menjadi dua, yaitu :
 Kebijakan moneter Ekspansif (Monetary expansive policy)
Adalah suatu kebijakan dalam rangka menambah jumlah uang yang beredar. Kebijakan ini
dilakukan untuk mengatasi pengangguran dan meningkatkan daya beli masyarakat
(permintaan masyarakat) pada saat perekonomian mengalami resesi atau depresi. Kebijakan
ini disebut juga kebijakan moneter longgar (easy money policy)
 Kebijakan Moneter Kontraktif (Monetary contractive policy)
Adalah suatu kebijakan dalam rangka mengurangi jumlah uang yang beredar. Kebijakan ini
dilakukan pada saat perekonomian mengalami inflasi. Disebut juga dengan kebijakan uang
ketat (tight money policy) Kebijakan moneter dapat dilakukan dengan menjalankan
instrumen kebijakan moneter, yaitu antara lain :
 Operasi Pasar Terbuka (Open Market Operation) Operasi pasar terbuka
Adalah cara mengendalikan uang yang beredar dengan menjual atau membeli surat
berharga pemerintah (government securities). Jika ingin menambah jumlah uang
beredar, pemerintah akan membeli surat berharga pemerintah. Namun, bila ingin
jumlah uang yang beredar berkurang, maka pemerintah akan menjual surat berharga
pemerintah kepada masyarakat. Surat berharga pemerintah antara lain diantaranya
adalah SBI atau singkatan dari Sertifikat Bank Indonesia dan SBPU atau singkatan
atas Surat Berharga Pasar Uang.
 Fasilitas Diskonto (Discount Rate) Fasilitas diskonto
Adalah pengaturan jumlah uang yang beredar dengan memainkan tingkat bunga bank
sentral pada bank umum. Bank umum kadang-kadang mengalami kekurangan uang
sehingga harus meminjam ke bank sentral. Untuk membuat jumlah uang bertambah,
pemerintah menurunkan tingkat bunga bank sentral, serta sebaliknya menaikkan
tingkat bunga demi membuat uang yang beredar berkurang.
 Rasio Cadangan Wajib (Reserve Requirement Ratio) Rasio cadangan wajib adalah
mengatur jumlah uang yang beredar dengan memainkan jumlah dana cadangan
perbankan yang harus disimpan pada pemerintah. Untuk menambah jumlah uang,
pemerintah menurunkan rasio cadangan wajib. Untuk menurunkan jumlah uang
beredar, pemerintah menaikkan rasio.
 Imbauan Moral (Moral Persuasion) Himbauan moral adalah kebijakan moneter untuk
mengatur jumlah uang beredar dengan jalan memberi imbauan kepada pelaku
ekonomi. Contohnya seperti menghimbau perbankan pemberi kredit untuk berhati-
hati dalam mengeluarkan kredit untuk mengurangi jumlah uang beredar dan
menghimbau agar bank meminjam uang lebih ke bank sentral untuk memperbanyak
jumlah uang beredar pada perekonomian. Bank Indonesia memiliki tujuan untuk
mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Tujuan ini sebagaimana tercantum
dalam UU No. 3 tahun 2004 pasal 7 tentang Bank Indonesia.
Hal yang dimaksud dengan kestabilan nilai rupiah antara lain adalah kestabilan terhadap
harga- harga barang dan jasa yang tercermin pada inflasi. Untuk mencapai tujuan tersebut,
sejak tahun 2005 Bank Indonesia menerapkan kerangka kebijakan moneter dengan inflasi
sebagai sasaran utama kebijakan moneter (Inflation Targeting Framework) dengan menganut
sistem nilai tukar yang mengambang (free floating). Peran kestabilan nilai tukar sangat
penting dalam mencapai stabilitas harga dan sistem keuangan. Oleh karenanya, Bank
Indonesia juga menjalankan kebijakan nilai tukar untuk mengurangi volatilitas nilai tukar
yang berlebihan, bukan untuk mengarahkan nilai tukar pada level tertentu. Dalam
pelaksanaannya, Bank Indonesia memiliki kewenangan untuk melakukan kebijakan moneter
melalui penetapan sasaran-sasaran moneter (seperti uang beredar atau suku bunga) dengan
tujuan utama menjaga sasaran laju inflasi yang ditetapkan oleh Pemerintah. Secara
operasional, pengendalian sasaran-sasaran moneter tersebut menggunakan instrumen-
instrumen, antara lain operasi pasar terbuka di pasar uang baik rupiah maupun valuta asing,
penetapan tingkat diskonto, penetapan cadangan wajib minimum, dan pengaturan kredit atau
pembiayaan. Bank Indonesia juga dapat melakukan cara-cara pengendalian moneter
berdasarkan Prinsip Syariah.
Kebijakan Fiskal Kebijakan moneter adalah kebijakan pemerintah melalui bank sentral untuk
menambah atau mengurangi jumlah uang yang beredar dalam rangka mengendalikan
perekonomian. Di Indonesia kedudukan bank sentral di wakili oleh BI (Bank Indonesia).
Kebijakan Fiskal Kebijakan fiskal merujuk pada kebijakan yang dibuat pemerintah untuk
mengarahkan ekonomi suatu negara melalui pengeluaran dan pendapatan (berupa pajak)
pemerintah. Kebijakan fiskal berbeda dengan kebijakan moneter, yang bertujuan men-
stabilkan perekonomian dengan cara mengontrol tingkat bunga dan jumlah uang yang
beredar. Instrumen utama kebijakan fiskal adalah pengeluaran dan pajak. Perubahan tingkat
dan komposisi pajak dan pengeluaran pemerintah dapat memengaruhi variabel-variabel
berikut:
Permintaan agregat dan tingkat aktivitas ekonomi
 Pola persebaran sumber daya
 Distribusi pendapatan Pemerintah yang menjalankan kebijakan fiskal adalah dengan
maksud untuk mempengaruhi jalannya perekonomian atau dengan perkataan lain, dengan
kebijakan fiskal pemerintah berusaha mengarahkan jalannya perekonomian menuju keadaan
yang diinginkannya. Dengan melalui kebijakan fiskal, antara lain pemerintah dapat
mempengaruhi tingkat pendapatan nasional, dapat mempengaruhi kesempatan kerja, dapat
mempengaruhi tinggi rendahnya investasi nasional, dan dapat mempengaruhi distribusi
penghasilan nasional. Kebijakan fiskal adalah cara dimana pemerintah menyesuaikan tingkat
pengeluaran dan tarif pajak untuk memantau dan mempengaruhi ekonomi suatu negara. Ini
adalah strategi adik untuk kebijakan moneter yang melaluinya sebuah bank sentral
mempengaruhi pasokan uang suatu negara. Kedua kebijakan ini digunakan dalam berbagai
kombinasi untuk mengarahkan tujuan ekonomi sebuah negara. Di sini kita melihat bagaimana
cara kerja kebijakan fiskal, bagaimana harus dipantau dan bagaimana implementasinya dapat
mempengaruhi orang yang berbeda dalam suatu ekonomi. Sebelum Depresi Besar, yang
berlangsung dari 4 September 1929, sampai akhir 1930an atau awal 1940an, pendekatan
pemerintah terhadap ekonomi adalah laissez-faire. Setelah Perang Dunia II, ditetapkan bahwa
pemerintah harus mengambil peran proaktif dalam ekonomi untuk mengatur tingkat
pengangguran, siklus bisnis, inflasi dan biaya uang. Dengan menggunakan gabungan
kebijakan moneter dan fiskal (tergantung pada orientasi politik dan filosofi mereka yang
berkuasa pada waktu tertentu, satu kebijakan mungkin akan mendominasi yang lain),
pemerintah dapat mengendalikan fenomena ekonomi. Bagaimana Kebijakan Fiskal Bekerja
Kebijakan fiskal didasarkan pada teori-teori ekonom Inggris John Maynard Keynes. Yang
juga dikenal sebagai ekonomi Keynesian, teori ini pada dasarnya menyatakan bahwa
pemerintah dapat mempengaruhi tingkat produktivitas makroekonomi dengan menaikkan
atau menurunkan tingkat pajak dan belanja publik. Pengaruh ini, pada gilirannya, membatasi
inflasi (umumnya dianggap sehat bila antara 2-3%), meningkatkan lapangan kerja dan
mempertahankan nilai uang yang sehat. Kebijakan fiskal sangat penting bagi perekonomian.
Misalnya, pada tahun 2012 banyak yang khawatir bahwa tebing fiskal, kenaikan tarif pajak
secara simultan dan penurunan belanja pemerintah yang akan terjadi pada Januari 2013, akan
membuat ekonomi A.S. kembali mengalami resesi. Kongres A.S. menghindari masalah ini
dengan meloloskan Undang- Undang Bantuan Wajib Pajak Amerika tahun 2012 pada tanggal
1 Januari 2013. Menyeimbangkan Undang-Undang Gagasannya, bagaimanapun, adalah
menemukan keseimbangan antara perubahan tarif pajak dan belanja publik. Misalnya,
menstimulasi ekonomi yang stagnan dengan menaikkan pengeluaran atau menurunkan pajak
membuat risiko menyebabkan inflasi meningkat. Hal ini karena kenaikan jumlah uang dalam
perekonomian, diikuti oleh kenaikan permintaan konsumen, dapat mengakibatkan penurunan
nilai uang - artinya akan membutuhkan lebih banyak uang untuk membeli sesuatu yang
nilainya tidak berubah. Katakanlah bahwa ekonomi telah melambat. Tingkat pengangguran
naik, belanja konsumen turun, dan bisnis tidak menghasilkan keuntungan besar. Pemerintah
kemudian memutuskan untuk menggerakkan mesin ekonomi dengan mengurangi pajak, yang
memberi konsumen lebih banyak uang, sambil meningkatkan belanja pemerintah dalam
bentuk layanan beli dari pasar (seperti membangun jalan atau sekolah). Dengan membayar
layanan semacam itu, pemerintah menciptakan lapangan kerja dan upah yang pada gilirannya
dipompa ke dalam ekonomi. Memompa uang ke ekonomi dengan mengurangi pajak dan
meningkatkan belanja pemerintah juga dikenal sebagai "pompa priming". Sementara itu,
tingkat pengangguran secara keseluruhan akan turun. Dengan lebih banyak uang dalam
ekonomi dan lebih sedikit pajak yang harus dibayar, permintaan konsumen untuk barang dan
jasa meningkat. Hal ini, pada gilirannya, menghidupkan kembali bisnis dan mengubah siklus
dari stagnan menjadi aktif. Jika, bagaimanapun, tidak ada kendali dalam proses ini,
peningkatan produktivitas ekonomi dapat melewati batas yang sangat halus dan
menghasilkan terlalu banyak uang di pasar. Kelebihan pasokan ini menurunkan nilai uang
sambil mendorong kenaikan harga (karena kenaikan permintaan produk konsumen). Oleh
karena itu, inflasi melebihi tingkat yang wajar. Untuk alasan ini, fine tuning ekonomi melalui
kebijakan fiskal saja bisa menjadi hal yang sulit, jika tidak mungkin, berarti mencapai tujuan
ekonomi. Jika tidak dipantau secara ketat, garis antara ekonomi produktif dan yang terkena
inflasi bisa mudah kabur. Dan ketika perekonomian harus di batasi,bila inflasi terlalu kuat,
ekonomi mungkin perlu pelambatan. Dalam situasi seperti ini, pemerintah dapat
menggunakan kebijakan fiskal untuk menaikkan pajak guna menyedot uang dari ekonomi.
Kebijakan fiskal juga bisa mendikte penurunan belanja pemerintah dan dengan demikian
mengurangi uang yang beredar. Tentu saja, kemungkinan dampak negatif dari kebijakan
semacam itu, dalam jangka panjang, bisa menjadi ekonomi yang lesu dan tingkat
pengangguran yang tinggi. Meskipun demikian, proses berlanjut karena pemerintah
menggunakan kebijakan fiskal untuk menyempurnakan pengeluaran dan tingkat perpajakan,
dengan tujuan keluar malam dari siklus bisnis.
B.Tujuan Kebijakan Moneter Secara garis besar, tujuan kebijakan moneter adalah menjaga
kestabilan ekonomi yang ditandai dengan gairah dunia usaha dan meningkatnya kesempatan
kerja. Jika dirinci tujuan kebijakan moneter adalah sebagai berikut :
 Menjaga Stabilitas Ekonomi : Stabilitas ekonomi adalah suatu keadaan perekonomian
yang berjalan sesuai dengan harapan, terkendali, dan berkesinambungan. Artinya,
pertumbuhan arus uang yang beredar seimbang dengan pertumbuhan arus barang dan
jasa yang tersedia.
 Menjaga Stabilitas Harga : Kebijakan moneter selalu dihubungkan dengan jumlah
uang beredar dan jumlah barang dan jasa. Interaksi jumlah uang beredar dengan
jumlah barang dan jasa akan menghasilkan harga. Ada kalanya harga naik atau turun
tidak beraturan,sehingga perubahan harga dapat memengaruhi kegiatan ekonomi
masyarakat. Apabila harga cenderung naik terus-menerus, orang akan membelanjakan
semua uangnya yang mengakibatkan terjadinya gejala ekonomi yang disebut inflasi.
 Meningkatkan Kesempatan Kerja : Jika jumlah uang beredar seimbang dengan jumlah
barang dan jasa, maka perekonomian akan stabil. Pada keadaan ekonomi stabil,
pengusaha akan mengadakan investasi. Investasi akan memungkinkan adanya
lapangan pekerjaan baru. Adanya lapangan pekerjaan baru atau perluasan usaha
berarti meningkatkan kesempatan kerja.
 Memperbaiki Posisi Neraca Perdagangan dan Neraca Pembayaran : Kebijakan
moneter dapat memperbaiki posisi neraca perdagangan dan neraca pembayaran. Jika
negara mendevaluasi mata uang rupiah ke mata uang asing, harga-harga barang
ekspor akan menjadi lebih murah, sehingga memperkuat daya saing dan
meningkatkan jumlah ekspor. Peningkatan jumlah ekspor akan memperbaiki neraca
perdagangan dan neraca pembayaran.
C.Instrumen Kebijakan Moneter Agar tujuan kebijakan moneter dapat tercapai, bank sentral
menggunakan instrumen-instrumen kebijakan moneter seperti berikut :
 Kebijakan Operasi Pasar Terbuka (Open Market Operation) : Operasi pasar terbuka
adalah salah satu kebijakan yang diambil bank sentral untuk mengurangi atau
menambah jumlah uang beredar. Kebijakan ini dilakukan dengan cara menjual
sertifikat Bank Indonesia (SBI) atau membeli surat berharga di pasar modal.
 Kebijakan Diskonto (Discount Policy): Diskonto adalah pemerintah mengurangi atau
menambah jumlah uang beredar dengan cara mengubah diskonto bank umum. Jika
bank sentral memperhitungkan jumlah uang beredar telah melebihi kebutuhan (gejala
inflasi), bank sentral mengeluarkan keputusan untuk menaikkan suku bunga. Dengan
menaikkan suku bunga akan merangsang keinginan orang untuk menabung.
 Kebijakan Cadangan Kas : Bank sentral dapat membuat peraturan untuk menaikkan
atau menurunkan cadangan kas (cas ratio). Bank umum, menerima uang dari nasabah
dalam bentuk giro, tabungan, deposito, sertifikat deposito, dan jenis tabungan lainnya.
Ada persentase tertentu dari uang yang disetorkan nasabah yang tidak boleh
dipinjamkan.
 Kebijakan Kredit Ketat : Kredit tetap diberikan bank umum, tetapi pemberiannya
harus benar-benar didasarkan pada syarat 5C, yaitu Character, Capability, Collateral,
Capital, dan Condition of Economy. Dengan kebijakan kredit ketat, jumlah uang yang
beredar dapat diawasi. Langkah kebijakan ini biasa diambil pada saat ekonomi sedang
mengalami gejala inflasi.
 Kebijakan Dorongan Moral (Moral Suasion) : Bank sentral dapat juga memengaruhi
jumlah uang beredar dengan berbagai pengumuman, pidato, dan edaran yang
ditujukan pada bank umum dan pelaku moneter lainnya. Isi pengumuman, pidato dan
edaran dapat berupa ajakan atau larangan untuk menahan pinjaman tabungan ataupun
melepaskan pinjaman. Contoh Kebijakan Fiskal 1. Melakukan penghematan
pengeluaran negara 2. Mewajibkan kepemilikan NPWP (nomor pokok wajib pajak)
untuk meningkatkan wajib pajak 3. Menaikkan jumlah pajak dan jenis pajak 4.
Melakukan pinjaman negara, misalnya dengan mengeluarkan obligasi pemerintah
Perbedaan Kebijakan Fiskal dan Moneter Terdapat 2 poin yang mendasar berkaitan
dengan perbedaan kebijakan fiskal dan moneter, yaitu sebagai berikut: 1. Kebijakan
fiskal dijalankan oleh pemerintah sedangkan kebijakan moneter dijalankan oleh bank
Indonesia (bank sentral). 2. Pemerintah tetap bisa campur tangan dalam kebijakan
moneter melalui kebijakan moneter langsung seperti masalah kredit perbankan dan
peredaran uang.

Anda mungkin juga menyukai