2
Warjiyo, P. (2017). Kebijakan moneter di indonesia (Vol. 6). Pusat Pendidikan dan Studi Kebanksentralan (PPSK)
Bank Indonesia.
tujuannya adalah untuk meningkatkan jumlah uang beredar, pemerintah akan
melakukan pembelian surat berharga pemerintah. Namun, jika tujuannya adalah
mengurangi jumlah uang beredar, pemerintah akan menjual surat berharga pemerintah
kepada masyarakat. Contoh surat berharga pemerintah termasuk Sertifikat Bank
Indonesia (SBI) dan Surat Berharga Pasar Uang (SBPU).
2. Fasilitas Diskonto (Discount Rate)
Fasilitas diskonto adalah mekanisme yang mengontrol jumlah uang yang
beredar dengan mengatur suku bunga yang ditetapkan oleh bank sentral untuk
pinjaman kepada bank komersial. Terkadang, bank komersial menghadapi
kekurangan uang dan perlu meminjam dari bank sentral. Untuk meningkatkan jumlah
uang yang beredar, pemerintah menurunkan suku bunga bank sentral, sementara jika
tujuannya adalah mengurangi jumlah uang yang beredar, suku bunga dinaikkan.
3. Rasio Cadangan Wajib (Reserve Requirement Ratio)
Rasio cadangan wajib adalah cara mengendalikan jumlah uang yang beredar
dengan mengatur jumlah dana yang harus disimpan oleh bank pada pemerintah.
Untuk meningkatkan jumlah uang yang beredar, pemerintah akan menurunkan rasio
cadangan wajib. Sebaliknya, untuk mengurangi jumlah uang yang beredar,
pemerintah akan meningkatkan rasio cadangan wajib.
4. Himbauan Moral (Moral Persuasion)
Himbauan moral adalah tindakan kebijakan moneter yang bertujuan
mengendalikan jumlah uang yang beredar dengan memberikan nasihat atau imbauan
kepada pelaku ekonomi. Sebagai contoh, imbauan moral dapat berarti memberikan
saran kepada lembaga perbankan yang memberikan kredit agar lebih berhati-hati
dalam pemberian kredit guna mengurangi jumlah uang beredar, atau mendorong bank
untuk meminjam lebih banyak uang dari bank sentral dengan tujuan meningkatkan
jumlah uang beredar dalam perekonomian.
D. Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter
Mengingat kompleksitasnya, dalam teori ekonomi moneter, mekanisme
transmisikebijakan moneter sering disebut “black box”, karena transmisi dimaksud
banyak dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu:
1. Perubahan perilaku bank sentral, perbankan, dan para pelaku ekonomi dalam
berbagai aktivitas ekonomi dan keuangannya;
2. Lamanya tenggat waktu (time lag) sejak tindakan otoritas moneter sampai pada
akhir tercapai;
3. Terjadinya perubahan pada saluran-saluran transmisi moneter itu sendiri sesuai
dengan perkembangan ekonomi dan keuangan di negara yang bersangkutan3.
Menurut teori moneter Keynes yang konvensional, mekanisme transmisi
adalah suatu proses yang memindahkan pengaruh dari sektor moneter ke sektor riil
dalam ekonomi. Dalam literatur ekonomi moneter, awalnya, penelitian tentang
mekanisme transmisi kebijakan moneter mengacu pada peran uang dalam
perekonomian, yang pertama kali dijelaskan oleh Quantity Theory of Money (Teori
Kuantitas Uang). Dasar dari teori ini adalah analisis yang sistematis tentang hubungan
langsung antara pertumbuhan jumlah uang yang beredar dan tingkat inflasi, yang
dinyatakan dalam sebuah persamaan yang dikenal sebagai "The Equation of
Exchange," yaitu MV = PT.
Di mana jumlah uang beredar (M) dikalikan dengan tingkat perputaran uang
(V)sama dengan volume output atau transaksi ekonomi secara riil (T) dikalikan
dengantingkat harga (P). Dengan kata lain, dalam keseimbangan, jumlah uang beredar
yangdigunakan dalam seluruh kegiatan transaksi ekonomi (MV) sama dengan jumlah
output,yang dihitung dengan harga yang berlaku, ditransaksikan (PT).
3
Warjiyo, Perry. 2004. Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter di Indonesia. Jakarta:Pusat
Pendidikan dan Studi Kebanksentralan BI