Anda di halaman 1dari 4

Kebijakan Makro Ekonomi Indonesia

Kebijakan makroekonomi adalah bentuk kebijakan yang diambil oleh


pemerintah suatu Negara yang pada prinsipnya bertujuan untuk menstabilkan
perekonomian dan menciptakan pertumbuhan ekonomi ke arah yang positif. Setiap
kebijakan ekonomi bertujuan untuk mengatasi masalah-masalah ekonomi yang
dihadapi1. Tujuan-tujuan kebijakan ekonomi makro dapat dibedakan kepada empat
aspek berikut:
1) menstabilkan kegiatan ekonomi /price level stability.
2) mencapai tingkat penggunaan tenaga kerja penuh tanpa inflasi / high employment
level.
3) menciptakan pertumbuhan ekonomi yang teguh / long-term economic growth.
Pertumbuhan ekonomi yang ideal adalah berlangsung terus menerus, disertai
dengan terciptanya lapangan kerja, tidak merusak lingkungan, lebih tinggi daripada
laju pertumbuhan penduduk, disertai dengan distribusi pendapatan yang adil,
kontribusi sektoral yang merata, tidak meninggalkan sektor pertanian,kenaikannya
riil,
penyumbang terbesar PDB adalah warga domestik, bukan asing;
4) Kestabilan nilai tukar/exchange rate stability.
Nilai tukar merupakan nilai uang secara eksternal, yang tinggi rendahnya
berdampak pada berbagai aspek ekonomi dan sosial lainnya, misalnya :
(a) impor dan ekspor,
(b) APBN dan APBD,
(c) kesehatan dan pendidikan,
(d) transportasi,
(e) industri dalam negeri,
(6) politik,
(7) daya beli masyarakat,
(8) dunia perbankan,
(9) sektor pertanian, kelautan, peternakan, sektor properti , dan sebagainya.

Kebijakan Moneter di Indonesia


Kebijakan moneter adalah upaya yang dilakukan oleh bank sentral atau
otoritas moneter untuk mengatur jumlah uang dalam rangka mencapai perkembangan
1
Yunisvita, (2013).Instrumen kebijakan makro ekonomi (Vol.13).Jurnal Ekonomi Pembangunan.
ekonomi yang diinginkan. Dalam praktiknya, tujuan perkembangan ekonomi yang
diinginkan ini mencakup menciptakan stabilitas ekonomi makro, seperti menjaga
inflasi tetap rendah, meningkatkan pertumbuhan ekonomi riil, dan menciptakan
lapangan kerja yang cukup.
Kebijakan moneter yang disebutkan di atas merupakan komponen penting dari
kebijakan ekonomi makro, yang umumnya mempertimbangkan berbagai faktor,
seperti siklus ekonomi, karakteristik ekonomi suatu negara (baik tertutup maupun
terbuka), serta faktor-faktor ekonomi dasar lainnya. Dalam prakteknya, pendekatan
kebijakan moneter bervariasi antara satu negara dan negara lainnya, tergantung pada
tujuan yang ingin dicapai dan mekanisme transmisi yang diterapkan dalam
perekonomian yang bersangkutan.2.
B. Jenis-jenis Kebijakan Moneter
Pengaturan jumlah uang yang beredar pada masyarakat diatur dengan cara
menambah atau mengurangi jumlah uang yang beredar. Kebijakan moneter dapat
digolongkan menjadi dua, yaitu:
1. Kebijakan Moneter Ekspansif (Monetary Expansive Policy)
Kebijakan moneter ekspansif (monetary expansive policy) adalah suatu kebijakan
dalam rangka menambah jumlah uang yang beredar. Kebijakan ini dilakukan untuk
mengatasi pengangguran dan meningkatkan daya beli masyarakat (permintaan
masyarakat) pada saat perekonomian mengalami resesi atau depresi. Kebijakan
inidisebut juga kebijakan moneter longgar (easy money policy).
2. Kebijakan Moneter Kontraktif (Monetary Contractive Policy)
Kebijakan moneter kontraktif (monetary contractive policy) adalah suatu kebijakan
dalam rangka mengurangi jumlah uang yang beredar. Kebijakan ini dilakukan pada
saat perekonomian mengalami inflasi. Kebijakan ini disebut juga dengan kebijakan
uang ketat (tight money policy).
C. Instrumen Kebijakan Moneter
Kebijakan moneter dapat dilakukan dengan menjalankan instrumen kebijakan
moneter, yaitu antara lain:
1. Operasi Pasar Terbuka (Open Market Operation)
Operasi pasar terbuka adalah metode mengatur jumlah uang yang beredar
dengan melakukan pembelian atau penjualan surat berharga pemerintah. Jika

2
Warjiyo, P. (2017). Kebijakan moneter di indonesia (Vol. 6). Pusat Pendidikan dan Studi Kebanksentralan (PPSK)
Bank Indonesia.
tujuannya adalah untuk meningkatkan jumlah uang beredar, pemerintah akan
melakukan pembelian surat berharga pemerintah. Namun, jika tujuannya adalah
mengurangi jumlah uang beredar, pemerintah akan menjual surat berharga pemerintah
kepada masyarakat. Contoh surat berharga pemerintah termasuk Sertifikat Bank
Indonesia (SBI) dan Surat Berharga Pasar Uang (SBPU).
2. Fasilitas Diskonto (Discount Rate)
Fasilitas diskonto adalah mekanisme yang mengontrol jumlah uang yang
beredar dengan mengatur suku bunga yang ditetapkan oleh bank sentral untuk
pinjaman kepada bank komersial. Terkadang, bank komersial menghadapi
kekurangan uang dan perlu meminjam dari bank sentral. Untuk meningkatkan jumlah
uang yang beredar, pemerintah menurunkan suku bunga bank sentral, sementara jika
tujuannya adalah mengurangi jumlah uang yang beredar, suku bunga dinaikkan.
3. Rasio Cadangan Wajib (Reserve Requirement Ratio)
Rasio cadangan wajib adalah cara mengendalikan jumlah uang yang beredar
dengan mengatur jumlah dana yang harus disimpan oleh bank pada pemerintah.
Untuk meningkatkan jumlah uang yang beredar, pemerintah akan menurunkan rasio
cadangan wajib. Sebaliknya, untuk mengurangi jumlah uang yang beredar,
pemerintah akan meningkatkan rasio cadangan wajib.
4. Himbauan Moral (Moral Persuasion)
Himbauan moral adalah tindakan kebijakan moneter yang bertujuan
mengendalikan jumlah uang yang beredar dengan memberikan nasihat atau imbauan
kepada pelaku ekonomi. Sebagai contoh, imbauan moral dapat berarti memberikan
saran kepada lembaga perbankan yang memberikan kredit agar lebih berhati-hati
dalam pemberian kredit guna mengurangi jumlah uang beredar, atau mendorong bank
untuk meminjam lebih banyak uang dari bank sentral dengan tujuan meningkatkan
jumlah uang beredar dalam perekonomian.
D. Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter
Mengingat kompleksitasnya, dalam teori ekonomi moneter, mekanisme
transmisikebijakan moneter sering disebut “black box”, karena transmisi dimaksud
banyak dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu:
1. Perubahan perilaku bank sentral, perbankan, dan para pelaku ekonomi dalam
berbagai aktivitas ekonomi dan keuangannya;
2. Lamanya tenggat waktu (time lag) sejak tindakan otoritas moneter sampai pada
akhir tercapai;
3. Terjadinya perubahan pada saluran-saluran transmisi moneter itu sendiri sesuai
dengan perkembangan ekonomi dan keuangan di negara yang bersangkutan3.
Menurut teori moneter Keynes yang konvensional, mekanisme transmisi
adalah suatu proses yang memindahkan pengaruh dari sektor moneter ke sektor riil
dalam ekonomi. Dalam literatur ekonomi moneter, awalnya, penelitian tentang
mekanisme transmisi kebijakan moneter mengacu pada peran uang dalam
perekonomian, yang pertama kali dijelaskan oleh Quantity Theory of Money (Teori
Kuantitas Uang). Dasar dari teori ini adalah analisis yang sistematis tentang hubungan
langsung antara pertumbuhan jumlah uang yang beredar dan tingkat inflasi, yang
dinyatakan dalam sebuah persamaan yang dikenal sebagai "The Equation of
Exchange," yaitu MV = PT.
Di mana jumlah uang beredar (M) dikalikan dengan tingkat perputaran uang
(V)sama dengan volume output atau transaksi ekonomi secara riil (T) dikalikan
dengantingkat harga (P). Dengan kata lain, dalam keseimbangan, jumlah uang beredar
yangdigunakan dalam seluruh kegiatan transaksi ekonomi (MV) sama dengan jumlah
output,yang dihitung dengan harga yang berlaku, ditransaksikan (PT).

3
Warjiyo, Perry. 2004. Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter di Indonesia. Jakarta:Pusat
Pendidikan dan Studi Kebanksentralan BI

Anda mungkin juga menyukai