Anda di halaman 1dari 16

Kebijakan Ekonomi Moneter

ILMAN TAUHID
2120203860102039
PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH
PASCA SARJANA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
PAREPARE
2022
PENGERTIAN KEBIJAKAN MONETER

Kebijakan moneter adalah seperangkat kebijakan ekonomi yang


dibuat untuk mengatur ukuran serta tingkat pertumbuhan pasokan
uang di dalam perekonomian negara. Kebijakan ini adalah tindakan
yang terukur untuk membantu mengatur variabel makro ekonomi,
seperti inflasi ataupun pengangguran. Kebijakan ini dilakukan dengan
berbagai cara, termasuk penyesuaian suku bunga, mengubah jumlah
uang tunai yang berada di pasar, serta pembelian atau penjualan
sekuritas pemerintah.
Tujuan kebijakan moneter

Penjelasan lebih detaildari tujuan moneter adalah sebagai berikut:


1.Mengedarkanmatauangsebagaialatpertukaran(medium of exchange)dalamperekonomian.
2.Mempertahankankeseimbanganantarakebutuhanlikuiditasperekonomiandanstabilitastingkatharga.
3.Distribusilikuiditasyang optimaldalamrangkamencapaipertumbuhanekonomiyangdiinginkanpadaberbagaisektorekonomi.
4.Membantupemerintahmelaksanakankewajibannyayangtidakdapatterealisasimelaluisumberpenerimaanyang normal.
5.Menjagakestabilanekonomi,artinyapertumbuhanarusbarangdanjasaseimbangdenganpertumbuhanarusbarangdanjasayangtersedia.
6.Menjagakestabilanharga.Hargasuatubarangmerupakanhasilinteraksiantarajumlahuangyangberedardenganjumlahuangyangtersediadipasar.
7.Meningkatkankesempatankerja.Padasaatperekonomianstabil,pengusahaakanmengadakaninvestasiuntukmenambahjumlahbarangdanjasasehinggaadanyainvestasiakanmembukalapangankerjabarusehinggamemperluaskesempata
nkerjamasyarakat.
8.MemperbaikineracaPerdaganganKerjaMasyarakat.Denganjalanmeningkatkanekspordanmengurangiimpordariluarnegeriyangmasukkedalamnegeriatausebaliknya.
Jenis-jenis kebijakan moneter

1.Ekspansif(monetary expansive policy)


Kebijakanmoneterdibagimenjadidua,yaitu:
Inidisebutjugadengankebijakanuanglonggar(easymoney
policy).Kebijakanmoneterekspansifadalahsuatukebijakandalamrangkamenambahjumlahuangyangberedar.Kebijakaninidilakukanuntukmengatasipenganggurandanmeningkatkandayabelimasyarakat(permintaanmasyarakat)padasaatperekonomianmengalamiresesiataudepresi
2.Kontraktif(monetary contractive policy)
Inidisebutjugasebagaikebijakanuangketat(tight money policy),yaknikebijakanmelaluibanksentraluntukmengurangiperedaranjumlahuangketikanegaramengalamiinflasi.Beberapatindakanterkaitkebijakaniniadalahdenganmenaikkansukubunga,menaikkancadangankas,menjualsertifikatBank Indonesia (SBI),danmemperketatsyaratpemberiankredit .

.
Sejarah kebijakan moneter islam

• Perkembangan emas sebagai standar dari uang beredar mengalami tiga kali evolusi
yaitu:
• 1. The gold cins standard: di mana logam emas mulia sebagai uang yang aktif dalam
peredaran.
• 2. The gold bullion standard: di mana logam emas sebagai para meter dalam
menentukan nilai tukar uang yang beredar.
• 3. The gold exchange standard (bretton woods system): di mana otoritas moneter
menentukan nilai tukar domestic currency dengan foreign currency yang mampu di
back-up secara penuh oleh cadangan emas yang dimiliki.
Instrumen Kebijakan Moneter Islam

Secara mendasar, terdapat beberapa instrumen kebijakan moneter dalam ekonomi Islam, antara lain:
1. Reserve Ratio
Adalah suatu presentase tertentu dari simpanan bank yang harus dipegang oleh bank sentral, misalnya 5%. Jika bank sentral ingin mengontrol jumlah uang
beredar, dapat menaikkan RR misalnya dari 5 persen menjadi 20%, yang dampaknya sisa uang yang ada pada komersial bank menjadi lebih sedikit, begitu
sebaliknya.
2. Moral Suassion
Bank sentral dapat membujuk bank-bank untuk meningkatkan permintaan kredit sebagai tanggung jawab mereka ketika ekonomi berada dalam keadaan
depresi.
3. Lending Ratio
Dalam ekonomi Islam, tidak ada istilah Lending (meminjamkan), lending ratio dalam hal ini berarti Qardhul Hasan (pinjaman kebaikan).
4. Refinance Ratio
Adalah sejumlah proporsi dari pinjaman bebas bunga. Ketika refinance ratio meningkat, pembiayaan yang diberikan meningkat, dan ketika refinance ratio
turun, bank komersial harus hati-hati karena mereka tidak di dorong untuk memberikan pinjaman.
5. Profit Sharing Ratio
Ratio bagi keuntungan (profit sharing ratio) harus ditentukan sebelum memulai suatu bisnis. Bank sentral dapat menggunakan profit sharing ratio sebagai
instrumen moneter, dimana ketika bank sentral ingin meningkatkan jumlah uang beredar, maka rasio keuntungan untuk nasabah akan ditingkatkan.
6. Islamic Sukuk
Adalah obligasi pemerintah, di mana ketika terjadi inflasi, pemerintah akan mengeluarkan sukuk lebih banyak sehingga uang akan mengalir ke bank sentral dan
jumlah uang beredar akan tereduksi. Jadi sukuk memiliki kapasitas untuk menaikkan atau menurunkan jumlah uang beredar.
7. Government Investment Certificate
Penjualan atau pembelian sertifikat bank sentral dalam kerangka komersial, disebut sebagai Treasury Bills. Instrumen ini dikeluarkan oleh Menteri Keuangan
dan dijual oleh bank sentral kepada broker dalam jumlah besar, dalam jangka pendek dan berbunga meskipun kecil. Treasury Bills ini tidak bisa di terima dalam
Islam, maka sebagai penggantinya diterbitkan pemerintah dengan sistem bebas bunga, yang disebut GIC: Government Instrument Certificate..
Kebijakan monoter dalam Ekonomi Islam

Kebijakan moneter dalam islam berpijak pada prinsip-prinsip dasar


ekonomi islam sebagai berikut :
1. Kekuasaan tertinggi adalah milik Allah dan Allah lah pemilik yang
absolut.
2. Manusia merupakan pemimpin (kholifah) di bumi, tetapi bukan
pemilik yang sebenarnya.
3. Semua yang dimiliki dan didapatkan oleh manusia adalah karena seizin
Allah,dan oleh karena itu saudara-saudaranya yang kurang beruntung
memiliki hak atas sebagian kekayaan yang dimiliki saudara-saudaranya
yang lebih beruntung.
4. Kekayaan tidak boleh ditumpuk terus atau ditimbun.
5. Kekayaan harus diputar.
6. Menghilangkan jurang perbedaan antara individu dalam perekonomian,
dapat menghapus konflik antar golongan.
7. Menetapkan kewajiban yang sifatnya wajib dan sukarela bagi semua
individu, termasuk bagi anggota masyarakat yang miskin.
Kebijakan monoter dalam Ekonomi Islam
Adapun Instrumen Moneter Islami, yaitu:
1. Mazhab Pertama (Iqtishaduna)
Menurut mazhab iqtishaduna tidak diperlukan suatu kebijakan moneter dikarenakan hampir tidak adanya sistem perbankan
dan minimnya penggunaan uang. Jadi tidak ada alasan yang memadai untuk melakukan perubahan-perubahan dalam
penawaran uang. Selain itu kredit tidak mempunyai peran dalam penciptaan uang, karena kredit hanya digunakan di antara
para pedagang saja serta peraturan pemerintah tentang surat peminjaman dan instrumen negosiasi yang dirancang
sedemikian rupa sehingga tidak memungkinkan sistem kredit dapat menciptakan uang. Sistem yang diterapkan oleh
pemerintah yang berhubungan dengan konsumsi, tabungan dan investasi telah menciptakan instrumen otomatis untuk
pelaksanaan kebijakan moneter.
2. Mazhab Kedua (Mainstream)
Instrumen yang digunakan mazhab kedua untuk mempengaruhi Permintaan Agregat adalah dengan dikenakannya biaya atau
pajak atas dana atau aset produktif yang menganggur (dues of idle fund). Peningkatan dues of idle fund akan mengalihkan
permintaan uang yang sedianya ditujukan untuk penimbunan uang/aset yang produktif kepada tujuan uang yang akan
meningkatkan produktifitas uang tersebut di sektor riil sehingga investasi meningkat. Peningkatan investasi berdampak pada
peningkatan Permintaan Agregat, sehingga keseimbangan umum yang baru akan berada pada tingkat pendapatan nasional
yang lebih tinggi. Masyarakat diarahkan untuk mengalokasikan dananya kepada sektor produktif agar dapat memacu
pertumbuhan ekonomi semakin tinggi apabila dana/aset produktif tersebut hanya dibiarkan menganggur.
3. Mazhab Ketiga (Alternatif)
Sistem kebijakan moneter yang dianjurkan oleh mazhab alternatif adalah syuratiq process yaitu dimana suatu kebijakan yang
diambil oleh otoritas moneter berdasarkan musyawarah sebelumnya dengan otoritas sektor riil. Jadi keputusan-keputusan
kebijakan moneter yang dituang daLam bentuk instrumen moneter biasanya adalah harmonisasi dengan kebijakan-kebijakan
di sektor riil. Kebijakan di sektor moneter adalah derivasi dari sektor riil dan harmonisasi dengan sektor riil. Secara umum
manajemen moneter Islam yang diajukan oleh mazhab ketiga adalah besarnya jumlah penawaran uang mengikuti permintaan
uang dari masyarakat.
Kebijakan monoter dalam Ekonomi Islam
Bank Indonesia dalam menjalankan fungsi bank sentralnya mempunyai instrumen
moneter syariah diantaranya:
a. Giro Wajib Minimum. Dalam pelaksanaannya besara GWM adalah 5% dari pihak
ketiga yang berbentuk rupiah dan 3% yang berbentuk mata uang asing.
b. Sertifikat Investasi Mudharabah Antar Bank Syariah (Sertifikat IMA). Sertifikat
IMA adalah suatu instrumen yang digunakan oleh bank-bank syariah yang kelebihan
dana untuk mendapatkan keuntungan dan di lain pihak sebagai sarana penyedia dan
jangka pendek bagi bank-bank syariah yang kekurangan dana.
c. Sertifikat Wadiah Bank Indonesia – SWBI (sekarang menjadi Sertifikat Bank
Indonesia Syariah-SBIS). SWBI adalah instrumen Bank Indonesia (BI) yang sesuai
dengan syariah Islam yang digunakan dalam OMO. Selain itu, SWBI ini juga dapat
digunakan oleh bank-bank syariah yang mempunyai kelebihan likuiditas sebagai
sarana penitipan dana jangka pendek.
d. Pasar Uang Antar Bank Syariah (PUAS). Sebagai fasilitas bagi bank syariah yang
membutuhkan dana di pasar uang, sehingga mereka dapat saling mengadakan
perjanjian antar bank syariah.
Kebijakan Uang Beredar dalam Ekonomi Islam

Jumlah uang beredar tidak boleh terlalu berlebihan atau kurang,


pengendalian jumlah uang beredar perlu dilakukan untuk
menciptakan iklim yang baik bagi stabilitas harga dan pertumbuhan
ekonomi, serta pengendalian terhadap kegiatan kredit. Kebijakan
yang digunakan oleh pemerintah untuk mengatur jumlah uang
beredar inilah yang dinamakan dengan kebijakan moneter.
Kontribusi kebijakan moneter terhadap stabilitas harga sangat
penting artinya untuk menekan tingkat inflasi. Pertumbuhan jumlah
uang beredar sebaiknya mengikuti pertumbuhan ekonomi, sehingga
secara tidak langsung dapat menekan tingkat pengangguran. Bank
sentral selaku pelaksana kebijakan moneter dapat menjalankan
kebijakan baik yang bersifat kuantitatif maupun kualitatif.
Sebuah bank sentral yaitu suatu entitas
yang bertanggung jawab untuk
mengawasi sistem moneter suatu
negara. Bank sentral memiliki berbagai
tanggung jawab, dari mengawasi
kebijakan moneter untuk melaksanakan
tujuan tertentu seperti stabilitas mata
uang, inflasi yang rendah dan
kesempatan kerja penuh.
Fungsi bank sentral salah satunya adalah
mengatur dan menjaga kelancaran sistem
pembayaran. Dalam rangka menjalankan
fungsinya ini, wewenang bank sentral
meliputi: Menetapkan penggunaan alat atau
instrumen pembayaran. Melaksanakan dan
memberikan persetujuan dan izin atas
penyelenggaraan jasa sistem pembayaran.
Di zaman Nabi SAW Belum ada institusi bank, tetapi
ajaran islam sudah memberikan prinsip-prinsip dan
filosofi dasar yang harus dijadikan pedoman dalam
aktivitas perdagangan dan perkonomian. Karena itu,
dalam menghadapi masalah muamalah kontemporer
yang harus dilakukan hanyalah mengidentifikasi prinsi-
prinsip dan filosofi dasar ajaran islam dalam bidang
ekonomi, dan kemudian mengidentifikasi semua hal
yang dilarang. Setelah kedua hal ini dilakukan, maka
kita dapat melakukan inovasi dan kreatifitas (ijtihad)
seluas-luasnya untuk memecahkan segala persolan
muamalah kontemporer, termasuk persoalan
perbankan.
Peranan Bank dalam Islam, adalah :

• Memurnikan operasioanal perbankan


sehingga dapat lebih meningkatkan
kepercayaan masyarakat.

• Meningkatkan kesadaran syari’ah umat


islam sehingga dapat memperluas
segmen dan pangsa pasar perbankan
syari’ah.

• Menjalin kerja sama dengan para ulama


karena bagaimanapun peran ulama,
khususnya di indonesia sangat dominan
bagi kehidupan umat islam
BI harus berada pada posisi Bank Sentral yang
benar-benar berdasar pada filosofi yang selaras dengan
lalu lintas dan aktivitas Syariah meski tetap berjaga
di area keuangan konvensional yang bertolak
belakang.Lembaga tidak bisa bertindak sebagai
orang baik yang melakukan hal yang salah.
Keberadaannya sebagai cermin umat Islam, lembaga
regulator medium exchangekebutuhan umat untuk
berniaga dan beribadah, harapan semua umat manusia
mendapatkan segala yang nyata terhadap kekayaan
yang ia miliki dalam wujud uang.

Anda mungkin juga menyukai