Anda di halaman 1dari 16

SISTEM

FINANSIAL
ISLAM
04SAKE001
Kelompok 8
A
Anggi d d
Dinda
Damayanti Deby Alviani Sabilah
211011200129 211011201308 211011200619

L Y
Leony Patracia Yulianti
211011201135 191011200150
PENGERTIAN SISTEM
KEUANGAN ISLAM
Ekonomi Islam bertujuan mewujudkan tingkat pertumbuhan ekonomi jangka panjang dan
memaksilkan kesejahteraan manusia (falah).
Falah berarti terpenuhinya kebutuhan individu masyarakat dengan tidak mengabaikan
keseimbangan kepentingan sosial, keseimbangan, ekologi dan tetap memperhatikan nilai-
nilai keluarga dan norma-norma dalam masyarakat.

Keuangan Islam adalah sebuah sistem yang bersumber dari Al-Qur’an dan Sunnah, serta
dari penafsiran para ulama terhadap usmber-sumber wahyu tersebut. Dalam berbagai
bentuknya , struktur keuangan islam telah tampil sebagai salah satu implementasi modern
dari sistem hukum Islam yang paling penting dan berhasil, dan sebagai ujicoba bagi
pembaruan dan perkembangan hukum Islam pada masa mendatang.
FUNGSI DAN TUJUAN SISTEM
KEUANGAN ISLAM
Peran utama dari sistem keuangan adalah untuk menciptakan insentif untuk alokasi yang efisien atas keuangan
dan sumber daya nyata untuk tujuan kompetisi dan tujuan menembus ruang dan waktu. Sistem keuangan yang
berfungsi dengan baik, menaikkan investasi dengan mengidentifiasi dan mendanai kesempatan usaha yang baik,
memobilisasi tabungan, memantau kinerja manajer, memberikan kesempatan atas perdagangan, mencegah dan
mendiversifikasi resiko, dan memfasilitasi pertukaran barang dan jasa

tujuan perbankan dan keuangan Islam adalah :


1) penghapusan bunga dari semua transaksi keuangan Fungsi perbankan dan keuangan Islam adalah :
dan pembaharuan semua aktivitas keuangan dan 1). sistem harus memfasilitasi perantaraan keuangan
perbankan agar sesuai dengan prinsip Islam yang efisien untuk mengurangi biaya informasi dan
2) pencapaian distribusi pendapatan dan kekayaan yang alokasi.
wajar, dan 2). sistem tersebut harus didasarkan pada sistem
3) Kemajuan dalam bidang pembangunan ekonomi. pembayaran tetap/stabil.
3). Sistem keuangan harus menciptakan pasar modal dan
uang yang cair, efisien, dan likuid.
● Ekonomi Islam tidak mengenal dualisme
ekonomi, yaitu sektor riil dan sektor non riil,
yang aktivitasnya didominasi oleh praktik
pertaruhan terhadap apa yang akan terjadi pada
ekonomi riil
KETANGGUHAN
● Menciptakan stabilitas keuangan dunia, dengan SISTEM
diterapkannya sistem keuangan Islam akan
tercipta stabilitas keuangan dunia. EKONOMI ISLAM
● Tidak mudah diintervensi asing/mandiri, negara
yang menerapkan sistem keuanagan islam secara
komprehensip maka negara tersebut tidak akan
mudah diintervensi oleh pihak asing
STRUKTUR IDEAL SISTEM
KEUANGAN ISLAM
Literatur Ekonomi Islam mengungkapkan dua model sistem keuangan yang Islami. Salah satunya
yang dijalankan oleh M. Umer Chapra (1985) dan M. Nejatullah Shiddiqi (1983), sedangkan yan kedua
dikemukakan oleh Abdul halim Ismail (1986).
Chapra mengajukan sebuah sistem yang meliputi beberapa institusi, yaitu: bank sentral, bank
komersial, lembaga keuagan non-bank, lembaga kredit khusus, korporasi asuransi deposito dan korporasi
audit investasi. Tiap-tiap institusi dianggap sebagai komponen penting dari suatu sistem integral yang
diperlukan untuk mencapai tujuan-tujuan yang diinginkan. Ciri utama model keuangan Islam yang
dikemukakan Chapra adalah penyebaran tanggung jawab kesejahteraan sosial dan kepentingan agama ke
seluruh komponen sistem keuangan, dari mulai bank sentral sampai fungsi obyektif agen-agen keuangan
Islam.
Penulis lain yang mengajukan kerangka alternatif bagi sistem keuangan Islam adalah Abdul Halim
Ismail (1986), yang mengusulkan pembagian tanggung jawab yang lebih cermat. Ekonomi Islam yang
terdiri dari tiga sektor, yaitu: sektor politik(pemerintah), sektor sosial dan sektor komersial. Sistem
keuangan Islam menopang lembaga-lembaga dalam ketiga sektor tersebut.
STRUKTUR IDEAL SISTEM
KEUANGAN ISLAM
Menurut sketsa Ismail , bank-bank komersial Islam jelas terasuk dalam sektor komersial,
tanggung jawab mereka dengan demikian terbatas pada aktivitas-aktivitas komersial. Sehingga kita
dapat melihat perbedaan keduanya, menurut Chapra tiap-tiap lembaga dalam sistem ekonomi Islam
bertanggung jawab memenuhi tujuan-tujuan ekonomi dan sosial secara umum, kadang-kadang dengan
mengorbankan profitabilitas individu. Sebaliknya, menurut model Ismail, bank-bank Islam adalah
lembaga komersial yang bertanggung jawab terutama kepada para pemegang saham dan deposan,
mereka melayani masyarakat untuk memenuhi kebutuhan masing-masing, memperbesar laba dan
pendapatan, serta distribusi zakat.
Meskipun perangkat operasi dan praktik pendanaan yang sah itu merupakan hal yang lazim untuk
kedua keadaan dan berlaku bagi semua lembaga Islam, beberapa aktivitas bisa jadi lebih disukai
daripada aktivitas lainnya, tergantung pada tujuannya. Oleh karena itu, penelitian tentang kerja yang
sesungguhnya dari praktik Bank Islam harus dikaji seraya memperhatikan perbedaan-perbedaan
tersebut.
STRUKTUR IDEAL SISTEM
KEUANGAN ISLAM
Islam mewajibkan bagi negara untuk mencetak mata uang yang terbuat dari emas dan perak serta
memberikan ketentuan bagi negara tersebut untuk melakukan penjagaan terhadap mata uang tersebut
agar penggunaannya senantiasa sesuai dengan aturan syara’, yaitu:
1. Hanya menggunakan mata uang sebagai alat tukar dan alat berjaga-jaga saja (tidak untuk
aktivitas spekulasi).
2. Wajib memungut zakat maal ke atas harta kekayaan (termasuk didalamnya adalah mata uang
yang disimpan), yang sudah sampai nishob dan haulnya.
3. Larangan menimbun mata uang (kanzul maal), yaitu menyimpan uang tanpa ada hajat tertentu
untuk pembelanjaannya.
4. Larangan mengambil riba nashiah (riba dalam utang-piutang)
5. Larangan mengambil riba fadhl (riba dalam tukar-menukar atau jual beli pada barang tertentu
yang telah ditetapkan oleh syara’, seperti: jual beli mata uang, saham dsb. secara tidak kontan
dan tidak berada di tempat).
6. Larangan jual beli yang mengandung unsur judi (maysir), yaitu: jual beli mata uang, saham dsb.
yang mengandung unsur spekulasi dan dilakukan secara tidak kontan dan tidak berada di tempat.
HUTANG BUNGA DAN
KRISIS DALAM
PANDANGAN ISLAM
Hyman Philip Minsky menganggap bahwa penyebab utama krisis ialah akumulasi hutang. Menurut Minsky,
ketika ekonomi tengah dalam kondisi yang baik, bisnis berkembang, optimisme muncul, dan akhirnya merubah
persepsi tentang level hutang yang masih bisa diterima. Karena keuntungan yang terus meningkat, hal ini
menarik investor lain untuk meminjamkan uangnya dan secara otomatis meningkatkan level hutang perusahaan
tadi.
Istilah hedge, speculative,dan Ponzi digunakan oleh Minsky untuk menggambarkan kemampuan sebuah
perusahaan untuk membayar kembali hutang-hutangnya.
 Hedge artinya perusahaan tersebut mampu untuk membayar semua kewajiban hutangnya melalui arus kas
perusahaan tadi.
 Speculative, artinya perusahaan yang hanya mampu membayar bunga pinjaman, namun harus memutar
kembali hutangnya, yaitu berhutang kembali kepada pihak lain, sebagai upaya agar dapat membayar cicilan
pokok hutangnya.
 Ponzi, digunakan untuk menunjukan perusahaan yang tidak mampu membayar baik bunga maupun hutang
pokoknya. Perusahaan seperti ini bergantung pada naiknya nilai aset mereka untuk bisa membayar kembali
hutang mereka.
 Minsky berargumentasi, bahwa ada kecenderungan semakin banyaknya perusahaan speculative, dan Ponzi,
seiring dengan naiknya suku bunga.
HUTANG BUNGA DAN
KRISIS DALAM
PANDANGAN ISLAM
Dalam kondisi dimana perekonomian telah menjadi
sangat rapuh, sedikit guncangan dan hal tidak biasa, bisa
menyebabkan terjadinya krisis ekonomi.Mereka
mengambil hutang dengan adanya bunga yang berakibat
pada bertambahnya jumlah uang yang beredar dan tidak
diimbangi dengan bertambahnya jumlah barang dan
jasa. Hal ini mengakibatkan perekonomian terlihat besar,
namun sebenarnya rapuh, sebagaimana yang dikatakan
oleh Minsky yaitu ekonomi kapitalisme, memiliki
tendensi untuk mengalami krisis.
HUTANG BUNGA DAN
KRISIS DALAM
PANDANGAN ISLAM
Riba dari segi bahasa berarti tambahan. Riba dalam istilah syari ialah tambahan
yang didapat dengan cara yang tidak dibenarkan oleh syariat. Para ulama
membedakan riba menjadi dua jenis, yaitu riba nasiah dan riba fadhl. Riba
nasiah ialah tambahan yang diambil karena penundaan pembayaran hutang. Riba
fadhl ialah riba yang diambil dari kelebihan pertukaran barang-barang riba.
Syafi’i Antonio menjelaskan tentang karakteristik dari bunga yaitu:
a. Penentuan bunga dibuat pada waktu akad dengan asumsi harus selalu
untung,
b. Besarnya persentase berdasarkan pada jumlah uang (modal) yang
dipinjamkan,
c. Pembayaran bunga tetap seperti yang dijanjikan tanpa pertimbangan apakah
proyek yang dijalankan oleh pihak nasabah untung atau rugi.
d. Jumlah pembayaran bunga tidak meningkat sekalipun jumlah keuntungan
berlipat atau keadaan ekonomi sedang booming.
Melihat realita yang ada, sepertinya banyak para pemakan
riba yang kini seperti orang gila, hal ini dikarenakan
mereka sangat menginginkan agar mereka bisa
mendapatkan untung dari uang mereka, tanpa harus
melakukan usaha apapun dan memeras hasil keringat
orang lain. Dengan kondisi yang demikian, dapat
disimpulkan bahwa sistem ekonomi kapitalisme
mempunyai cacat bawaan yang merupakan bagian tak
terpisahkan dari ekonomi ini, yaitu riba. Perekonomian
berbasis riba ini, sebagaimana yang dijelaskan oleh
Minsky, mengakibatkan rapuhnya perekonomian dan
rawannya terjadi krisis ekonomi.
TRANSAKSI YANG DILARANG

Hukum asal dalam muamalah adalah semuanya diperbolehkan kecuali ada ketentuan syariah yang
melarangnya. Larangan ini dikarenakan beberapa sebab antara lain dapat membantu berbuat
maksiat/melakukan hal yang dilarang Allah, adanya unsur penipuan, adanya unsur menzalimi pihak
yang bertransaksi dan sebagainya. Dasar hukum yang dipakai dalam melakukan transaksi bisnis
yaitu:
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan
yang bathil (tidak benar), kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka
diantara kamu. Dan janganlah membunuh dirimu. Sungguh Allah Maha Penyayang kepadamu.”

Jadi, setiap transaksi bisnis harus didasarkan kepada prinsip kerelaan antara kedua
belah pihak (an taradhim minkum) dan tidak bathil yaitu tidak ada pihak yang
menzalimi dan didzalimi (la tazhlimuna wa la tuzlamun), sehingga jika ingin
memperoleh hasil mau mengeluarkan biaya dan jika ingin untung harus mau
menanggung risiko.
TRANSAKSI YANG DILARANG

Hal-hal yang termasuk transaksi yang dilarang adalah sebagai berikut :


- Semua aktivitas bisnis terkait dengan barang dan jasa yang diharamkan Allah
- Riba
- Penipuan
- Perjudian
- Transaksi yang mengandung ketidakpastian/Gharar
- Penimbunan barang/Ihtikar
- Monopoli
- Rekayasa permintaan (Bai’an Najsy)
- Suap
- Penjual bersyarat (Ta’alluq)
- Pembelian kembali oleh penjual dari pihak pembeli (Bai’al Inah)
- Jual Beli dengan cara Talaqqi Al-Rukban
PRINSIP MENGELOLA
FINANSIAL SECARA
ISLAMI
1. Pendapatan
2. Pengeluaran
3. Perencanaan jangka panjang
4. Asuransi
5. Pengelolaan utang
6. Investasi
7. Zakat
Any
Question
? Thank

Anda mungkin juga menyukai