Anda di halaman 1dari 9

KONSEP OPERASIONAL PERBANKAN SYARIAH

DAN LKS LAIN SISTEM KEUANGAN ISLAMI


“Makalah ini Diajukan Untuk Memenuhi Tugas MK Audit Syariah”
Dosen Pengampu:
Yusran Zainudin, SE, MM

OLEH:
Nama: Triya M Yasin
Nim : 192042055

HUKUM EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS SYARIAH
IAIN SULTAN AMAI GORONTALO
2021
Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
Konsep Operasional Perbankan Syariah dan LKS lain Sistem Keuangan
Islami tepat pada waktunya. Shalawat dan Salam tak lupa pula kita hanturkan
kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita dari alam
kegelapan menuju alam terang-benderang.
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
pada mata kuliah Pengantar Ilmu Ekonomi. Selain itu, makalah ini juga bertujuan
untuk menambah wawasan dalam memahami dari Konsep Operasional
Perbankan Syariah dan LKS lain Sistem Keuangan Islami itu sendiri bagi para
pembaca dan juga pembuat makalah.
Saya mengucapkan terima kasih kepada bapak Yusran Zainudin, SE, MM
selaku dosen Mata Kuliah Audit Syariah yang telah memberikan tugas ini
sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi
yang saya tekuni.
Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat di butuhkan
demi kesempurnaan makalah ini.

Penulis
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator
keberhasilan pembangunan, tujuan yang paling penting dari suatu
pembangunan adalah pengurangan tingkat kemiskinan, dengan demikian
makin tingginya pertumbuhan ekonomi biasanya makin tinggi pula
kesejahteraan masyarakat, pertumbuhan ekonomi yang merupakan proses
kenaikan output per kapita yang terus menerus dalam jangka panjang.
Pertumbuhan ekonomi dapat dihitung dari berbagai aspek, baik dari sektor
riil maupun sektor keuangan, baik dari produksi, konsumsi, maupun
investasi. Dimana masing-masing sektor ini memiliki peranan yang sama
pentingnya terhadap pertumbuhan perekonomian.
Pertumbuhan ekonomi juga harus diberengi pula dengan
pembangunan ekonomi dimana dengan pembangunan ekonomi berarti
meningkatkan pendapatan per kapita dengan jalan mengolah kekuatan
ekonomi potensial. Pembangunan nasional merupakan rangkaian upaya
pembangunan yang berkesinambungan yang meliputi seluruh aspek
kehidupan masyarakat. Keberhasilan suatu pembangunan ekonomi daerah
dapat diukur dengan produk domestik regional bruto (PDRB) yang bisa
menjadi petunjuk kinerja perekonomian secara umum.
Percepatan pemulihan perekonomian nasional, semua pemanfaatan
potensi sumber daya, baik yang dimiliki oleh pemerintah Badan Usaha
Milik Negara (BUMN) maupun swasta dalam bentuk kegiatan Investasi,
memegang peranan penting keberhasilan Investasi tentunya juga
tergantung dari sejauh mana dan berapa lama berbagai kendala yang
menimpa perekonomian nasional dapat diatasi. Dalam menciptakan
pertumbuhan 77 ekonomi tidak lepas akan kebutuhan penanaman modal
atau Investasi, karena Investasi adalah kebutuhan utama dalam
pembangunan yang menghendaki adanya tingkat pertumbuhan. Menyadari
pentingya Investasi dalam pembangunan ekonomi maka pemerintah
berusaha meningkatkan pengeluaran serta kebijaksanaan guna mendorong
sektor-sektor untuk ikut dalam memperkuat tumbuhnya perekonomian
nasional. Investasi atau penanaman modal adalah motor suatu
perekonomian, banyaknya investasi yang direalisasikan didalam suatu
negera yang bersangkutan, sedangkan sedikitnya Investasi akan
menunjukkan lambannya laju pertumbuhan ekonomi (Rosyidi 2004).
Pertumbuhan ekonomi menjadi sangat penting untuk meningkatkan
kemampuan produksi, meningkatkan pendapatan masyarakat.
Pertumbuhan ekonomi menuju pembangunan ekonomi yang efektif dan
efisien, sehingga perlu adanya pengembanganpengembangan dibidang
faktor-faktor yang mendorong pertumbuhan ekonomi, dengan tercapai
pertumbuhan ekonomi yang tinggi, dapat mencegah dan mengendalikan
tingkat inflasi dan stabilnya kurs mata uang asing. Masalah tinggi
rendahnya inflasi akan menjadi faktor penting yang menjadi pertimbangan
para Investor asing untuk menanamkan modalnya di Indonesia, karena hal
ini akan berpengaruh terhadap meningkatnya biaya produksi yang mesti
dikeluarkan terutama bagi Investor. Sementara itu nilai kurs yang rendah
akan mempengaruhi Investor asing, berarti harga-harga di Indonesia akan
mengalami penurunan dalam hal ini yang diperhatikan adalah harga bahan
baku. Dalam melaksanakan program pembangunan sudah tentu tidak bisa
lepas dari konsekuensi pembiayaan yang cukup besar, dimana setiap
tahunnya dibutuhkan dana yang semakin meningkat, sejalannya dengan
bertambahnya harapan-harapan dalam upaya mencapai keadaan yang lebih
baik.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Konsep Perbankan Syariah dan LKS lain Sistem Keuangan
Islami ?
PEMBAHASAN
A. Konsep Operasional Perbankan Syariah
Adiwarman Karim (2004,p18) menyatakan bahwa “Perbankan adalah satu
lembaga yang melaksanakan tiga fungsi utama, yaitu menerima simpanan uang,
meminjamkan uang, dan memberikan jasa pengiriman uang”. Definisi bank
tersebut, memberi tekanan bahwa bank dalam melakukan usahanya terutama
menghimpun dana dalam bentuk simpanan yang merupakan sumber dana bank.
Demikian pula dari segi penyaluran dananya, hendaklah bank tidak semata- mata
ingin memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya bagi pemilik, tapi juga
harus pula diarahkan pada peningkatan taraf hidup masyarakat. Definisi tersebut
merupakan komitmen bank dalam melakukan usahanya di Indonesia. Sedangkan
dalam ensiklopedi Islam yang dimaksud dengan bank syariah adalah lembaga
keuangan uang usaha pokoknya membarikan kredit dan jasa-jasa dalam lalu lintas
pembayaran serta peredaran uang yang pengoperasiannya disesuaikan dengan
prinsip-prinsip Syariah Islam.1
Fauzi Solihin dalam Journal The Winners Vol.2 (2001,p173-174)
menjelaskan bahwa tujuan didirikan bank syariah adalah sebagai berikut:
1. Mengarahkan kegiatan ekonomi umat bermu’amalat secara Islam, khususnya
mu’amalat yang telah berhubungan dengan praktek riba dan menimbulkan
dampak negatif terhadap kehidupan ekonomi umat.
2. Untuk menciptakan suatu keadilan di bidang ekonomi, dengan jalan meratakan
pendapatan melalui kegiatan investasi agar tidak terjadi kesenjangan/gap yang
besar antara Aghniya (pemilik modal) dengan Dhuafa (orang yang membutuhkan
modal).
3. Untuk meningkatkan kualitas hidup umat, dengan jalan membuka peluang
berusaha yang lebih besar (produktif) terutama kepada kelompok kecil dan
menengah.
4. Membantu menanggulangi kemiskinan, berupa pembinaan nasabah yang lebih
menonjolkan sifat kemitraan dan kebersamaan dalam pengembangan usaha.
5. Untuk menjaga kestabilan ekonomi moneter pemerintah, yaitu dengan sistem
perbankan yang bebas bunga diharapkan mampu menghindari inflasi dan
persaingan yang tidak sehat antar lembaga keuangan, khususnya dari pengaruh
gejolak moneter baik dari dalam maupun dari luar negeri.
B. Tujuan Didirikannya Bank Syariah
Prinsip Syariah adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara
bank dan pihak lain untuk penyimpanan dana dan atau pembiayaan kegiatan
1
Journal Perbankan Syariah Fatikul Himami, M.E.I, Sri Wigati, M.E.I “Buku Perkuliahan Program
S1 Jurusan Hukum Ekonomi Islam Fakultas Syariah dan Hukum UIN Sunan Ampel Surabaya
usaha, atau kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai dengan syariah. Sehingga
Bank Syariah ialah badan usaha yang bergerak dalam bidang perbankan yang
sistem operasionalnya didasarkan pada prinsipprinsip syariat Islam. Sedangkan
tujuan didirikannya Bank Syariah adalah meningkatkan usaha menuju
kesejahteraan umat dengan mengaitkan pembangunan ekonomi dan sosial serta
menyelamatkan umat Islam dari membayar dan menerima bunga yang termasuk
perbuatan riba serta dampak sampingnya yang tidak dikehendaki oleh Islam.
Menurut Syafi’i Antonio dalam bukukunya Bank Syariah: Dari Teori dan Praktik;
tujuan utama dari pendirian lembaga keuangan berlandaskan syariah ini adalah
sebagai upaya kaum muslimin untuk mendasari segenap aspek kehidupan
ekonominya berlandaskan Al-Quran dan As-Sunnah.
C. Konsep Operasional Bank Syariah
Kerangka kegiatan Muamalat secara garis besar dapat dibagi menjadi tiga
bagian besar yaitu : politik, sosial dan ekonomi. Dari ekonomi dapat diambil tiga
turunan lain yaitu : konsumsi, simpanan dan investasi. Berbeda dengan sistem
lainnya, Islam mengajarkan pola konsumsi yang moderat ( tengah-tengah ), tidak
berkelebihan dan tidak juga keterlaluan. Lebih jauh, dengan tegas Al-quran surat
Al-Isra (17) ayat 27 melarang terjadinya perbuatan tabdzir,” Sesungguhnya
orangorang yang melakukan itu adalah saudara-saudaranya syaitan.”
Doktrin Al-Quran ini secara ekonomi dapat diartikan mendorong
terpupuknya surplus konsumen dalam bentuk simpanan untuk dihimpun,
kemudian dipergunakan dalam membiayai investasi, baik untuk perdagangan,
produk dan jasa. Dalam konteks inilah kehadiran lembaga keuangan mutlak
adanya karena ia bertindak sebagai intermediate antara unit supply dengan unit
demand. Keberadaan lembaga keuangan dalam islam sangat vital karena kegiatan
bisnis dan roda ekonomi tidak akan berjalan tanpanya. Untuk mendapatkan
persepsi yang jelas tentang konsep islam dalam lembaga keuangan,khususnya
bank.
Bank Syari’ah dalam UU No 10 Tahun1998 tentang Perbankan Pasal 1
tidak didefinisikan secara rinci. Namun dapat ditarik pengertian bahwa bank
syari’ah adalah bank umum atau bank perpembiayaanan rakyat yang
melaksanakankegiatan usaha berdasarkan Prinsip Syari’ah yang dalam
kegiatannya memberikan Jasa dalam lalu lintas pembayaran. Algaoud dan Lewis
(2001) menyatakan: Perbankan Islam memberikan layanan bebas bunga kepada
nasabahnya. Pembayaran dan penarikan bunga dilarang dalam semua transaksi.
Islam melarang kaum muslimin menarik atau membayar bunga (riba). Pelarangan
inilah yang membedakan sistem perbankan Islam dengan sistem perbankan
konvensional. Ahmad Ibrahim (1997), dalam Arifin (2003), menyatakan bahwa
bank syari’ah didirikan dengan tujuan untuk mempromosikan dan
mengembangkan penerapan prinsip-prinsip Islam, syari’ah dan tradisinya ke
dalam transaksi keuangan dan perbankan serta bisnis lain yang terkait. Prinsip
utama yang diikuti bank Islam adalah: pelarangan riba, melakukan kegiatan usaha
dan perdagangan berdasarkan keuntungan yang sah dan memberikan zakat.
Sementara itu, Antonio dan Perwataatmaja (1997:1), membedakan pengertian
bank syari’ah menjadi dua:
Bank Islam dan Bank yang beroperasi dengan prinsip syari’ah Islam. Bank
Islam adalah (1) bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip syari’ah
Islam; (2) bank yang tata cara beroperasinya mengacu kepada ketentuan-ketentuan
AlQur’an dan Hadist; Sementara bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip
syari’ah Islam adalah bank yang dalam beroperasinya itu mengikuti ketentuan-
ketentuan syari’ah Islam, khususnya yang menyangkut tata cara bermuamalah
secara Islam. Dikatakan lebih lanjut, dalam tata cara bermuamalah itu dijauhi
praktek-praktek yang dikhwatirkan mengandung unsur-unsur riba untuk diisi
dengan kegiatankegiatan investasi atas dasar bagi hasil dan pembiayaan
perdagangan.
Analisis terhadap kinerja keuangan bank syari’ah selama ini dilakukan
hanya didasarkan pada laporan neraca dan laporan laba rugi, belum menggunakan
laporan nilai tambah sebagaimana direkomendasikan oleh Baydoun dan Willet
(2000), seorang pakar akuntansi syari’ah. Analisis terhadap kinerja keuangan bank
syari’ah yang hanya didasarkan pada neraca dan laporan laba rugi belum belum
memberikan informasi yang akurat tentang seberapa besar rasio kinerja keuangan
yang dihasilkan, karena profit yang menjadi dasar penghitungan rasio kinerja
keuangan masih mengesampingkan kontribusi dari pihak lain (karyawan,
masyarakat, sosial dan pemerintah). Sehingga hasil analisis kinerja keuangan
belum menunjukkan kondisi yang riil. Sementara itu dengan menggunakan
laporan nilai tambah, hasil analisis kinerja keuangan akan lebih riil karena
profitabilitas yang dijadikan dasar pengukuran rasio kinerja keuangan dihitung
dengan memperhatikan kontribusi dari pihak lain (karyawan, masyarakat, sosial
dan pemerintah).2

2
Manajemen Bank Syariah Andrianto, SE,. M. Ak. Dr. M. Anang Firmansyah, SE., MM
PENUTUP
Perkembangan perbankan syariah ini tentunya juga harus didukung oleh
sumber dana insani yang memadai, baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya.
Namun rentabilitas yang ada menunjukkan bahwa masih banyak sumber daya
insani yang selama ini terlibat di institusi syariah tidak memiliki pengalaman
akademis maupun praktis dalam Islamic Banking. Tentunya kondisi ini cukup
signifikan mempengaruhi produktivitas dan profesionalisme perbankan syariah itu
sendiri. Dan inilah memang yang harus mendapatkan perhatian, yakni mencetak
sumber daya insani yang mampu mengamalkan ekonomi syariah di semua lini.
Karena sistem yang baik tidak mungkin berjalan bila didukung oleh sumber daya
insani yang baik pula.
DAFTAR PUSTAKA
Andrianto, Anang Firmansyah, 2019 “Manajemen Bak Syariah” Surabaya
Antonio, M. Syafi’I, 2000, Bank Syariah : Suatu Pengenalan Umum,Edisi Khusus
, Jakarta : Tazkia Institute.
Arifin, Zainul, 2003, Dasar-dasar Manajemen Bank Syariah, Cetakan Ketujuh,
Azkia Publisher, Jakarta.
Muhammad, 2011, Manajemen Bank Syariah, Edisi Revisi Kedua, Yogyakarta :
UPP STIM YKPN.

Anda mungkin juga menyukai