Anda di halaman 1dari 10

DASAR HUKUM ZAKAT

Diajukan untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Hukum Ziswaf & Hibah
Dosen Pengampu: Dr. H. Ajub Ishak, MA.

Di susun oleh: Kelompok I

Tria M Yasin

Sri Nova Akuba

JURUSAN HUKUM EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS SYARIAH
IAIN SULTAN AMAI GORONTALO
2021/2022

1
A. Dasar Hukum Zakat

1. Dalil al-Qur’an

 QS. An-Nuur:56

*ُ *َّ‫ل* َل** َ*ع* ل‬


*ْ‫*ك* م‬ *َ *‫س***** ْ*و‬ َّ *‫ط* ي*ْ* ع*ُ***** و*ا‬
*ُ **‫ا*ل*ر‬ َّ *‫ا*ل*ص***** ٰ*ل* و*ة*َ* َ*و* ٰ*ا* ُت****** و*ا‬
*ِ **‫ا*ل*ز** ٰك****** و*ة*َ* َ*و* َا‬ * َّ *‫َ*و* َا** ِق** ي*ْ* ُم****** و*ا‬ 
*َ *‫ُت** ْ*ر‬
*َ*‫ح* ُ*م* ْ*و* ن‬

Artinya: Dan laksanakanlah salat, tunaikanlah zakat, dan taatlah kepada Rasul
(Muhammad), agar kamu diberi rahmat.

Pada ayat ini Allah mengiringi janji akan mencapai kemenangan itu dengan
perintah mendirikan salat, menunaikan zakat dan menaati Allah dan Rasul-Nya.
Itulah syarat pertama untuk mencapai kemenangan dan memeliharanya. Kadang-
kadang mencapai sesuatu tidaklah begitu berat, tetapi memelihara kelestarian apa
yang telah dicapai itu lebih berat daripada mencapainya. Oleh sebab itu kaum
Muslimin harus memperkuat diri dan memupuk pertahanan dengan tiga macam
senjata yang sangat ampuh itu yaitu pertama menguatkan batin dengan selalu
berhubungan dengan Yang Mahakuasa. Kedua zakat yang membersihkan diri dari
sifat bakhil dan kikir, sehingga apabila tiba waktu untuk seseorang tidak segan
mengorbankan harta, tenaga bahkan jiwanya. Ketiga taat dan patuh kepada Allah
dan Rasul-Nya di mana segala tindak tanduknya disesuaikan dengan ajaran-Nya
dan bila terdapat perbedaan pendapat hendaklah dikembalikan kepada hukum
Allah dan Rasul-Nya. Itulah yang menjadi pedoman bagi segala gerak dan
langkah. Dengan memenuhi ketiga syarat itu akan dapat dibina kekuatan umat dan
ketahanannya terhadap segala bahaya yang mengancam dan kejayaan yang telah
dicapai dapat dipertahankan dan dipelihara .

 QS. At-Taubah: 11-103

2
ِ *ْ*‫ا*ن** ُ*ك* ْ*م* ِف** ى* ا*ل**د*ِّ * ي‬
**‫ن‬ ُ *‫*خ* َ*و‬ َّ *‫ا*ل*ص** ٰ*ل* و*ة*َ* َ*و* ٰ*ا* ت*َ** ُ*و* ا‬
*ْ *ِ ‫ا*ل*ز** ٰك*** و*ة*َ* َف*** ا‬ * َّ *‫ا*م* و*ا‬ *ُ ***‫*ن* ت*َ** ا*ب*ُ* ْ*و* ا* َ*و* َا** َق‬
*ْ *ِ ‫َف*** ا‬ 
*َ*‫*ع* َل** ُ*م* ْ*و* ن‬ *ِ *‫ل* ا*اْل ٰ* ٰ*ي‬
*ْ **َّ‫ت* ِل** َ*ق* ْ*و* ٍ*م* ي‬ *ُ **‫ص‬ ِّ **‫ۗ*و* ُن** َف‬

Artinya: Dan jika mereka bertobat, melaksanakan salat dan menunaikan zakat,
maka (berarti mereka itu) adalah saudara-saudaramu seagama. Kami menjelaskan
ayat-ayat itu bagi orang-orang yang mengetahui.

Jika kemudian mereka bertobat kepada Allah dari kekafiran dengan mengucapkan
dua kalimat syahadat, mendirikan salat, dan membayarkan zakat harta mereka,
maka mereka menjadi orang Islam dan menjadi saudara-saudara kalian yang
seiman. Mereka mempunyai hak dan kewajiban yang sama dengan kalian. Dan
kalian tidak boleh memerangi mereka, karena keislaman mereka telah melindungi
darah, harta, serta kehormatan mereka. Kami menerangkan dan menjelaskan ayat-
ayat Kami kepada orang-orang yang mengerti. Karena merekalah yang bisa
mendapatkan manfaat darinya dan membagikan manfaat itu kepada orang lain.

 QS. At-Taubah Ayat 103

َّ **‫ص*** ِّل** ع*َ* َل** ي*ْ* ِ*ه* ْۗ*م* ِا‬


**‫ن‬ *َ *‫ز* ِّك** ي*ْ* ِ*ه* ْ*م* ِب** َه** ا* َ*و‬
*َ **‫ر* ه*ُ* ْ*م* َ*و* ُت‬ *َ **‫ص* د*َ* َق** ًة** ُت‬
*ُ * ِّ*‫ط* ه‬ *َ *‫ا*ل** ِ*ه* ْ*م‬ِ *‫خ* ْ*ذ* ِ*م* ْ*ن* َا** ْ*م* َ*و‬ *ُ 

*ٌ‫س* ِ*م* ي*ْ* ع*ٌ* ع*َ* ِل** ي*ْ* م‬


*َ *ُ ‫ن* َّل***ه*ُ* ْۗ*م* َ*و* هّٰللا‬
*ٌ *‫س* َ*ك‬
*َ *‫ك‬ *َ *َ*‫ص* ٰ*ل* و*ت‬

Artinya : Ambillah zakat dari harta mereka, guna membersihkan dan menyucikan
mereka, dan berdoalah untuk mereka. Sesungguhnya doamu itu (menumbuhkan)
ketenteraman jiwa bagi mereka. Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui.

maka dalam ayat 103 dijelaskan tentang wujud taubat dan ketaatan dengan
menunaikan zakat.Sedekah atau zakat akan membersihkan diri dari dosa yang
muncul karena mangkirnya mereka dari peperangan. Zakat juga dapat mensucikan
diri dari sifat "cinta harta". Selain itu, zakat juga akan membersihkan diri dari
segala sifat jelek akibat harta, seperti kikir, tamak, dan semacamnya.Hal itulah
yang kemudian membuat Rasulullah SAW memerintahkan sahabatnya untuk

3
menarik zakat dari kaum Muslimin. Kemenag juga menafsirkan bahwa
menunaikan zakat berarti membersihkan harta benda yang tinggal, di mana harta
itu merupakan hak orang lain. Mereka adalah orang yang kemudian ditentukan
sebagai penerima zakat.Menunaikan zakat akan menyebabkan suatu keberkahan.
Hal itu akan membuat harta menjadi berlipat. Perintah ini berlaku terhadap semua
pemimpin atau penguasa dalam masyarakat untuk memungut zakat kemudian
membagikannya kepada orang yang berhak menerima zakat.

 QS. Ar-Ruum

*ِ ‫ع* ْن*** د*َ* هّٰللا‬ ‫ا*س* َف** اَل‬


*ِ *‫َي** ْ*ر* ب*ُ* ْ*و* ا‬ *ِ **‫ا*ل*ن‬ َّ *‫ا*ل‬
*ِ *‫*م* َ*و‬ *ْ *َ‫ي* ا‬ *ْٓ **‫َ*و* َ*م* ٓا * ٰ*ا* ت*َ* ي*ْ* ُت** ْ*م* ِّم** ْ*ن* ر*ِّ ب*ً* ا* ل*ِّ َي** ْ*ر* ب*ُ* َ*و* ۠*ا* ِف‬ 
ۤ
*َ*‫ض* ِ*ع* ُف** ْ*و* ن‬ *ْ *‫ك* ه*ُ* ُ*م‬
*ْ *‫ا*ل* ُ*م‬ *ٰ *ُ ‫ج* َه** هّٰللا ِ* َ*ف* ا‬
*َ *‫*و*ل* ِٕى‬ *ْ *‫ن* َ*و‬ *ِ **‫و*ة* ُت‬
*َ *‫ر* ي*ْ* د*ُ* ْ*و‬ *ٍ *‫ز* ٰ*ك‬ *َ *‫ۚ*و* َ*م* ٓا * ٰ*ا* ت*َ* ي*ْ* ُت** ْ*م* م*ِّ ْ*ن‬

Artinya : Dan sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar harta manusia
bertambah, maka tidak bertambah dalam pandangan Allah. Dan apa yang kamu
berikan berupa zakat yang kamu maksudkan untuk memperoleh keridaan Allah,
maka itulah orang-orang yang melipatgandakan (pahalanya)

2. Dalil al-Sunnah
Ij’ma
Sepeninggalan Nabi Muhammad SAW, dan tampuk pemerintahan di
pegang Abu Bakar, timbul kemelut seputar keengganan membayar zakat
sehingga terjadi peristiwa “pre riddah”. Kebulatan tekad Abu Bakar
terhadap Khalifah terhadap penetapan kewajiban zakat didukung oleh para
sahabat yang kemudian menjadi ij’ma.

A. Pandangan Ulama
Mengenali pandangan para ulama 4 mazhab tentang zakat, yaitu
diantaranya:

4
1. Mazhab Maliki mendefinisikan zakat dengan mengeluarkan sebagian
harta yang khusus yang telah mencapai nishab kepada orang-orang
yang berhak menerimanya.
2. Mazhab Hanafi mendefinisikan zakat dengan menjadikan sebagian
harta yang khusus sebagai milik orang yang khusus yang dibentukan
oleh syariat karena Allah.
3. Menurut Mazhab Syafi’i zakat adalah sebuah ungkapan keluarnya
harta atau tumbuh sesuai dengan cara khusus.
4. Mazhab Hambali, zakat ialah hak yang wajib di keluarkan dari harta
yang khusus untuk kelompok yang khusus pula, yaitu kelompok yang
di isyaratkan dalam Alqur’an.

Jumhur ulama mengatakan bahwa hukum zakat fitrah adalah wajib yang harus
dilaksanakan oleh setiap orang islam. Sedangkan sebagian ulama lainnya
mempunyai pendapat lain tentang hukum zakat fitrah ini, menurut ahli zahir dan
Ibnu Lubban hukum zakat fitrah adalah sunnah muahkad yang berarti merekat
menurut mereka. Zakat fitrah sangat dianjurkan untuk dilaksanakan oleh umat
islam. tetapi bukan suatu kewajiban yang harus direncanakan. Pendapat ini sama
dengan pendapat sebagian fuqaha mutakhirin dari kalangan pengikut Imam Malik
dan juga pendapat fuqaha Irak.

Hanafi menyatakan bahwa zakat itu wajib bukan fardu. Fardu menurut mereka
segala sesuatu yang di terapkan oleh, dalil qathi, sedangkan wajib adalah segala
sesuatu yang telah ditetapkan oleh dalil zanni. Hal ini berbeda dengan Imam yang
tiga memurut mereka fardu mencakup dua bagian: fardu yang ditetapkan
berdasarkan dalil qathi dan fardu yang ditetapkan berdasarkan dalil zanni.

Berdasarkan uraian di atas diketahui bahwa Hanafi tidak berbeda dengan mazhab
yang tiga dari segi hukum, tetapi hanyalah perbedaan secara subtansial.
Disamping landasan yang syar’i dan qathi dari al-qur’an dan hadist, kewajiban
membayar zakat diperkuat pula dengan dalil ij’ma para sahabat. Khalifah Abu
Bakar, pada awal pemerintahannya dihadapkan dengan satu masalah besar yaitu

5
munculnya golongan yang enggan membayar zakat, sedangkan mereka menggaku
islam. Berdasarkan ijtihadnya yang di dukung sahabat-sahabat lain, maka tanpa
ragu beliau mengambil tindakan tegas yaitu memerangi golongan pembangkang
tersebut. Dan kewajiban ini terus berlangsung sampai kepada khalifah-khalifah
berikutnya.

B. Konteks peraturan perundang-undangan No.23 Tahun 2011


Undang-undang No.23 Tahun 2011 tentang pengelolaan zakat di sahkan
oleh presiden Dr.H.Susilo Bambang Yudhoyono di Jakarta pada tanggal
25 November 2015. UU No.23 tahun 2011 tentang pengelolaan zakat
ditempatkan pada lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2011
No.115 penjelasan UU No.23 Tahun 2011 tentang pengelolaan zakat di
tempatkan dalam tambahan lembaran negara republik indonesia nomor
5255.
Undang –undang nomor 23 tahun 2011 tentang pengelolaan zakat
mencabut undang-undang nomor 38 tahun 1999 tentang pengelolaan
zakat. Pertimbangan dalam UU 23 tahun 2011 tentang pengelolaan zakat
adalah:
a. Bahwa negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk
memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut
agamanaya dan kepercayaannya itu,
b. Bahwa menunaikan zakat merupakan kewajiban bagi umat islam yang
mampu sesuai dengan syariat islam.
c. Bahwa UU nomor 38 tentang pengelolaan zakat sudah tidak sesuai
dengan perkembangan kebutuhan hukum dalam masyarakat sehingga
perlu diganti.
d. Bahwa dalam rangka meningkatkan daya guna, dan hasil guna, zakat
harus dikelola secara lembaga sesuai dengan syariat islam.
e. Bahwa zakat merupakan pranata keagamaan yang bertujuan untuk
meningkatkan keadilan dan kesejahteraan masyarakat.

6
f. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf
a, huruf b, huruf c, huruf d, huruf e, perlu membentuk undang-undang
tentang pengelolaan zakat

Dasar hukum UU nomor 23 tahun 2011 tentang pengelolaan zakat adalah pasal
20, pasal 21, pasal 29, dan pasal 34 ayat (1) undang-undang Dasar Negara
Republik Indonesia tahun 1945. Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap
penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut
agama dan kepercayaannya itu penucuan zakat merupakan kewajiban bagi umat
islam yang mampu sesuai syariat islam. zakat merupakan pranata keagamaan yang
bertujuan untuk meningkatkan keadilan kesejahteraan masyarakat, dan
penanggulangan kemiskinan. Dalam rangka meningkatkan daya guna dan hasil
guna zakat harus dikelola secara lembaga sesuai dengan syarat islam, amanah,
kemanfaatan, keadilan, kepastian hukum, terintergrasi, dan akuntabilitas sehingga
dapat meningkatkan efektivitas dan efesiensi pelayanan dalam pengelolaan zakat.
Dalam upaya mencapai tujuan pengelolaan zakat dibentuk badan Amil zakat
Nasional (Baznas) yang berkedudukan di ibukota Negara, baznas provinsi, dan
baznas kabupaten/kota. Baznas merupakan lembaga pemerintah Nonstuktural
yang bersifat mandiri dan bertanggung jawab kepada prenden melalui mentri laz
wajib melaporkan secara berkala kepada baznas atas pelaksanaan pengumpulan,
pendisbrusian, dan pendayagunaan zakat yang telah baznas merupakan lembaga
yang berwenang melakukan tugas pengelolaan zakat secara nasional. Untuk
membantu baznas dalam pelaksanaan pengumpulan pendistribusian dan
pendayagunaan zakat, masyarakat dapat membentuk Lembaga Amil Zakat (LAZ)
pembentuk laz wajib mendapat izin mentri atau pejabat yang ditunjuk oleh mentri.
Laz wajib melaporkan secara berkala kepada baznas atas pelaksanaan
pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat yang telah diaudit
syariah dan keuanggan. Zakat wajib didistribusikan kepada mustahik sesuai
dengan syariat islam. pendistribusian dilakukan berdasarkan skala prioritas
dengan memperhatikan prinsip pemerataan, keadilan, dan kewilayahan zakat
dapat didayagunakan untuk usaha produktif dalam rangka penaganan kualitas

7
umat apabila kebutuhan dasar mustahik telah terpenuhi. Untuk melaksanakan
tugasnya baznas dibiayai dengan anggaran pendapatan dan belanja Negara dan
Hak Amil. Sedangkan basnas provinsi dan baznas kabupaten/kota dibiayai dengan
anggaran pendapatan dan belanja daerah dan Hak Amil, serta juga dapat dibiayai
dengan anggaran pendapatan dan belanja Negara.

8
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalil al-Qur’an : QS. An-Nuur:56, QS. At-Taubah Ayat 103, Dalil al-Sunnah,
Ij’ma: Sepeninggalan Nabi Muhammad SAW, dan tampuk pemerintahan di
pegang Abu Bakar, timbul kemelut seputar keengganan membayar zakat sehingga
terjadi peristiwa “pre riddah”. Kebulatan tekad Abu Bakar terhadap Khalifah
terhadap penetapan kewajiban zakat didukung oleh para sahabat yang kemudian
menjadi ij’ma. Dasar hukum UU nomor 23 tahun 2011 tentang pengelolaan zakat
adalah pasal 20, pasal 21, pasal 29, dan pasal 34 ayat (1) undang-undang Dasar
Negara Republik Indonesia tahun 1945. Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap
penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut
agama dan kepercayaannya itu penucuan zakat merupakan kewajiban bagi umat
islam yang mampu sesuai syariat islam. zakat merupakan pranata keagamaan yang
bertujuan untuk meningkatkan keadilan kesejahteraan masyarakat, dan
penanggulangan kemiskinan. Dalam rangka meningkatkan daya guna dan hasil
guna zakat harus dikelola secara lembaga sesuai dengan syarat islam, amanah,
kemanfaatan, keadilan, kepastian hukum, terintergrasi, dan akuntabilitas sehingga
dapat meningkatkan efektivitas dan efesiensi pelayanan dalam pengelolaan zakat.
Dalam upaya mencapai tujuan pengelolaan zakat dibentuk badan Amil zakat
Nasional (Baznas) yang berkedudukan di ibukota Negara,

9
DAFTAR PUSTAKA
Al Quran Dan Terjemahnya
Abdullah Nasih Ulwan, Hukum Zakat Dalam Pandangan Empat Mazhab,
Penerjemah Didin Hafhiduddin, Pustaka Litera AntarNusa, Jakarta, 1985.
Ahmad Azhar Basyir K.H, M.A., Hukum Zakat,Majelis Pustaka Pimpinan Pusat
Muhammadiyah, Yogyakarta, 1997.
Al-Qardhawi, Fiqh al-Zakah, Beirut: Muassasah al Risalah. 1993, al-Ibahah fi al-
islam, Beirut, Muassah Risalah. 2005, Spektrum Zakat dalam
Membangun Ekonomi Kerakyatan, terj. Sari Narulita, Jakarta: Zikrul
Hakim.
Ali, Mohammad Daud, 1988, Sistem Ekonomi Islam Zakat dan Waqaf, Jakarta,
Universitas Indonesia Pers.
Wahbah az-Zuhaili. 2001. Fiqh Zakat dalam Dunia Modern. Surabaya: Bintang.

10

Anda mungkin juga menyukai