Anda di halaman 1dari 21

7.

KEBIJAKAN MONETER

OLEH : Kurnia.Permatasari
A. DEFINISI DAN KONSEP KEBIJAKAN
MONETER
Kebijakan moneter adalah kebijakan yang dilakukan oleh
pemerintah untuk mengatur jumlah uang yang beredar
dimana berpengaruh pada stabilitas harga guna menekan
tingkat inflasi. Kebjakan moneter dapat dibedakan menjadi
dua yaitu sbb:
1. Kebijakan moneter bersifat kuantitatif yaitu kebijakan
umum yang bertujuan mempengaruhi jumlah
penawaran uang dan tingkat bunga dalam
perekonomian, kebijakan ini mencakup :
a. Operasi Pasar Terbuka
b. Mengubah persyaratan Cadangan Minimum (Reserve
Requirement)
c. Mengubah Tingkat Suku Bunga (discount rate)
2. Kebijakan moneter yang bersifat kualitatif
a. Pengawasan pinjaman secara selektif yaitu menentukan jenis
jenis pinjaman yang harus dikurangi atau digalakkan.
b. Pembujukkan moral, yaitu bank sentral menghimbau serta
membujuk bank bank untuk melakukan sesuatu hal yang
diarahkan misalnya pada saat terlalu banyak jumlah uang yang
beredar bank sentral membujuk untuk mengurangi penyaluran
kredit.
Mekanisme transmisi merupakan kebijakan moneter yang
dijalankan dalam rangka perubahan dalam perekonomian, yaitu:
Δr → ΔI → ΔAE → ΔY
Δr = Kebijakan moneter mengubah tingkat bunga
ΔI = Tingkat Bunga mengubah Investasi
ΔAE= Investasi mengubah pembelanjaan agregat
ΔY= Perubahan pembelanjaan agregat dapat mengubah
pendapatan nasional dan penggunaan tenaga kerja dalam
perekonomian
Gambar 7.1
Adapun faktor-faktor yang menentukan efektivitas kebijakan
moneter yaitu:
1. Perbedaan tingkat elastisitas permintaan uang
2. Perbedaan elastisitas efisiensi modal Marginal (MEI)
3. Perubahan dalam marginal propensity to consume (MPC)
B. MANAJEMEN MONETER KONVENSIONAL
DAN ISLAM
1. Manajemen Moneter Konvensional
Ada dua paradigma dalam memahami mekanisme
transmisi moneter, yaitu :
a. Uang Pasif
Dalam paradigma ini suku bunga jangka pendek dan nilai
tukar dijadikan sebagai sasaran antara (intermediate objective)
yang akan memengaruhi perkembangan besaran permintaan,
kesenjangan output dan ekspektasi inflasi.
Paradigma ini uang dinyatakan sebagai variable endogen
menyebabkan otoritas moneter tidak mempunyai kemampuan
secara penuh untuk mengatur jumlah uang beredar.
Sasarannya adalah tercapainya target inflasi yang telah
ditetapkan sebelumnya dengan menggunakan sasaran suku
bunga jangka pendek sebagai instrumen moneternya.
Chart Paradigma Uang pasif
Instrumen moneter (suku bunga) → Suku bunga jangka pendek dan
nilai tukar → agregat demand, kesenjangan output dan ekspektasi
inflasi → inflasi

b. Uang Aktif
Paradigma uang aktif percaya bahwa likuiditas merupakan
penyebab utama dalam mekanisme transmisi moneter. Paradigma
ini suku bunga dianggap sebagai variable biasa yang terjadi dalam
mekanisme transmisi moneter. Teori kuantitas uang Irving Fisher
dengan MV = PT merupakan dasar pijakan utama paradigma uang
aktif. Perubahan % M + % V sebanding perubahan %P + % T.
Dalam pandangan ini diasumsikan bahwa M secara penuh mampu
dikendalikan oleh otoritas moneter, sedangkan nilai V adalah
konstan. Dengan demikian jumlah uang yang beredar merupakan
sarana yang aktif dijadikan pemerintah sebagai instrumen moneter
dalam mengendalikan tingkat inflasi (Karim, 2007)
Paradigma uang aktif menganggap bahwa uang sebagai
variable exogen yang kurva penawarannya bersifat inelastis
sempurna dengan sasaran terkendalinya tingkat inflasi dengan
menggunakan besaran moneter (Jumlah uang yang beredar)
sebagai sasaran operasional (Karim, 2007).
Chart Paradigma Uang Aktif
Instrumen moneter (besaran jumlah uang yang beredar) → target
operasional → target antara → inflasi.

2. Manajemen Moneter Islam


Manajemen Moneter konsep Islam adalah terciptanya stabilitas
permintaan uang dan mengarahkan permintaan uang tersebut
pada tujuan yang penting dan produktif. Dalam teori Keynes
disebutkan bahwa adanya permintaan spekulatif terhadap uang
pada dasarnya dipengaruhi oleh keberadaan suku bunga (The
Theory of liquidity preference). Pergerakan suku bunga meru-
pakan refleksi pergerakan permintaan uang untuk spekulatif.
Semakin tinggi permintaan uang untuk spekulatif maka semakin
rendah tingkat bunga yang berlaku dipasar, sebaliknya.
Penghapusan suku bunga dan adanya kewajiban membayar zakat
atas biaya produktif yang menganggur dalam manajemen moneter
Islam akan menghilangkan insentif orang untuk memegang uang
yang menganggur sehingga mendorong orang melakukan:
a. Qard (meminjamkan harta kepada orang lain)
b. Penjualan muajjal
c. Mudharabah
Ketika ada penurunan actual return dari investasi sektor real
(Ekonomi lesu) maka akan direspon oleh para pemegang dana
untuk mengurangi investasinya dan cenderung lebih senang
memegang uang kas real. Pemerintah dapat meningkatkan dana
terhadap idle fund atau dana yang tidak digunakan tersebut
sehingga mereka akan kembali menginvestasikan uangnya.
Strategi dasar manajemen moneter Islam menurut mazhab
mainstream adalah:
a. Tidak adanya suku bunga sebagai biaya modal dan
dikenakannya pajak bagi aset produktif yang dibiarkan
menganggur (idle fund) bertujuan mendorong pemilik modal
untuk berinvestasi di sektor real.
b. Mekanisme bagi hasil memberikan kesempatan bagi
masyarakat untuk berasama-sama ikut serta dalam kegiatan
ekonomi sehingga tercipta pemerataan kesempatan berusaha
dan distribusi pemerataan pendapatan.
c. Terciptanya kepastian berusaha karena profit sharing ratio tidak
berfluktuasi sebagaimana suku bunga namun dibagi
berdasarkan pendapatan aktual yang diterima oleh peminjam
dana dan bukan berdasarkan pendapatan ekspektasi pada
bunga (Chapra, 1997)
Sedangkan strategi dasar manejemen moneter Islam menurut
mazhab ketiga, yaitu:
a. Penawaran uang (Ms) mengikuti besarnya permintaan uang
(Md). Keseimbangan selalu terjaga dimana Ms=Md sehingga
Md merupakan fungsi permintaan agregat (AD) maka demikian
pula Ms
b. Penentuan besarnya Ms dan Md ditentukan melalui shuratic
process (musyawarah) yang melibatkan para pelaku ekonomi di
sektor riil.
c. Shuratic process akan efektif bila masyarakat mempunyai
pengetahuan merata (induce knowledge)

C.INSTRUMEN MONETER KONVENSIONAL


DAN ISLAM
1. Instrumen Moneter Konvensional
a. Operasi pasar terbuka atau Open market operation (OMO)
yang mempengaruhi jumlah uang beredar
b. Tingkat diskonto (discount rate) atau fasilitas diskonto yang
mempengaruhi biaya uang
c. Ketentuan cadangan minimum (Reserve Requirement (RR)
yang mempengaruhi kewajiban minimum dana pihak ketiga
yang harus disimpan oleh Bank
d. Imbauan moral (Moral suasion) yang mempengaruhi tindak
tanduk para bankir dan manajer senior institusi-institusi
financial dalam kegiatan operasional keseharian bisnisnya.

Aplikasi instrumen Moneter Konvensional di Indonesia


1). Operasi pasar terbuka melalui jual beli SBI di pasar uang
2). Penerapan Reserve Requirement atau cad minimum bank
3). Rasio kecukupan Modal (CAR) sebesar 8 % (saat ini)
4). Plafond kredit untuk sektor-sektor prioritas tertentu seperti
sektor usaha kecil dan menengah di daerah pedesaan
5). Sistem Pengawasan Perbankan
6). Uji kepatuhan dan kelayakan (fit and proper test) buat pejabat
penting lembaga keuangan
7). BMPK yang ditujukan untuk membatasi jumlah kredit kepada
kelompok usaha sendiri
2. Instrumen Moneter Islam
a. Mazhab pertama (iqtishaduna)
Mazhab ini memandang tidak perlu adanya kebijakan moneter
disebabkan hampir tidak adanya sistem perbankan dan minimnya
penggunaan uang. Jadi tidak ada alasan untuk melakukan
perubahan penawaran uang dan kredit hanya dipergunakan oleh
para pedagang sehingga tidak berperan dalam penciptaan uang.
b. Mazhab kedua (Mainstream)
Instrumen yang dipakai mazhab ini adalah mengenakan biaya atau
pajak atas dana nganggur (idle fund) sehingga orang berlomba
untuk investasi yang berdampak pada peningkatan permintaan
agregate sehingga keseimbangan umum berada pada tingkat
pendapatan nasional yang lebih tinggi.
b. Mazhab ketiga (alternatif)
Instrumen yang dipakai dengan syuratiq procers yaitu kebijakan
yang diambil otoritas moneter berdasarkan musyawarah
sebelumnya dengan otoritas sektor real.
D. APLIKASI INSTRUMEN MONETER ISLAM
1. Sudan
Sejak tahun 1984 telah diperkenalkan Syariah Islam
sehingga Bank sentral telah mengeluarkan arahan dan
perintah pada seluruh Bank untuk menjalankan prinsip
perbankan syariah. Akibatnya Bank sentral dihadapkan
pada permasalahan substitusi instrumen moneter
konvensional dengan instrumen yang sesuai dengan
syariah Islam. Instrumen dimaksud antara lain:
a. Reserve Requirement (RR) paling kurang disediakan 20 %
(10% untuk simpanan mata uang asing)
b. Bank-bank komersial harus mencapai dan memelihara ratio
likuiditas 10 % dari giro dan tabungan dalam bentuk mata uang
lokal.
c. Plafond Kredit diprioritaskan pada:
1). Pertanian
2). Ekspor
3). Perindustrian
4). Pertambangan dan energi
5). Transportasi dan pergudangan
6). Profesional, perajin, dan bisnis keluarga ukuran kecil
7). Perumahan rakyat
8). Investasi pada pasar saham resmi khartoum
d. Margin keuntungan umum murabahah 10 % - 50 %
e. Penyertaan minimum nasabah untuk perjanjian musyarakah
f. Aturan Kredit kualitatif dan kuantitatif seperti:
1). Minimum 50 % dari kredit diberikan pada daerah rural
2). Kredit tidak diberikan pada orang atau institusi yang gagal sebelumnya
3). Seluruh kredit dipastikan memenuhi ketentuan syariah
g. Foreign exchange operation sebagai alat Bank sentral Sudan untuk
menjaga stabilitas nilai tukar uang (bukan fungsi kontrol likuiditas).
h. Open market operation dengan menggunakan instrumen :
1). Central Bank Musharakah Certificate (CMC)
2). Government Musharakah Certificate (GMC)
i. Ijarah Certificate (sukuk). Sukuk ini mempresentasikan tiga
perjanjian dasar :
1). Perjanjian pembelian asset
2). Perjanjian sewa menyewa
3). Perjanjian penjualan asset

2. Iran
Iran satu-satunya negara yang menerapkan
perekonomian mengacu pada mazhab iqtishaduna.
Instrumen yang dipakainya adalah:
a. Reserve Requirement Ratio 10 – 30 % untuk menarik dana idle
b. Adjusted open market operation
c. Discount rates. Adanya pelarangan riba, instrumen ini tidak
digunakan seluar bank konvensional. Discounting dipakai pada
sekuritas yang berdasarkan transaksi real.
d. Credit ceiling
e. Minimum expecting profit ratio of bank dan bank’s share of profit in
various contract.

3. Indonesia
Instrumen moneter Syariah adalah:
a. Giro wajib Minimum GWM 5 % rupiah dan 3 % dalam mata
uang asing
b. Sertifikat Investasi Mudharabah Antar Bank Syariah (SIMA)
c. Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI) dan SBIS
d. Pasar Uang Antar Bank Syariah (PUAS)
Tantangan dan Kendala Penerapan Sistem Moneter Islam
di Indonesia
1. Penerapan sistem moneter Islam di Indonesia dikhawatirkan
dikait-kaitkan dengan fanatisme agama dan adanya alergi
politik terhadap segala pendirian institusi yang memiliki
muatan syariah Islam menjadi sumber kecurigaan
pemerintah
2. Munculnya isu dan ide penerapan sistem moneter Islam
yang menuntut pemerataan yang lebih adil akan dirasakan
sebagai ancaman terhadap status quo yang telah
dinikmatinya selama bertahun-tahun oleh orang kaya yang
selama ini menikmati.
3. kultur penganut prinsip watchisme yang hanya suka
berbicara, mengkritik tanpa mau terlibat langsung dengan
objek yang diamatinya agar lebih bersifat objektif dan
konstruktif
4. Studi tentang sistem ekonomi Islam, lack of spirit of inquiry.
Persoalan yang menjadi salah satu penghambat dalam
penerapan full Islamic economics di Indonesia adalah
rendahnya semangat untuk melakukan penelitian atau
penyelidikan dalam bidang ekonomi sehingga karya-karya
baik berupa buku maupun tulisan tulisan tentang ekonomi
Islam untuk dijadikan sebagai rujukan masih sangat minim
5. Kendala simbolisme. Masyarakat Indonesia khususnya umat
Islam baik dari kalangan masyarakat umum sering terjebak
pada simbolisme dan melupakan aspek substansi dari ajaran
Islam itu sendiri yang mengajarkan istiqomah (konsistensi)
dalam ucapan, pengakuan dan tindakan keseharian secara
komprehensif (kaffah). Dan bukan menjadikan simbol-simbol
agama hanya sekedar menjadi slogan kampanye, promosi,
serta pengakuan simbolik formal untuk kepentingan sosial
ekonomi dan politik.
6. Kendala kekurangan sumber daya insani (SDI, sumber daya
manusia). Sumber daya manusia yang terjun dalam praktik
ekonomi Islam baik dalam dunia perbankan syariah maupun
dalam dunia pendidikan masih kurang baik secara kualitas
maupun kuantitas.
7. Adanya dikotomi yang mewarnai atmosfir dunia pendidikan
antara sistem pendidikan Islam dan pendidikan umum
tersebut juga berpengaruh terhadap perkembangan ekonomi
Islam yang menyebabkan adanya dualisme intelektual antara
para ulama dengan para ulama sarjana-sarjana muslim.
Peluang dan Strategi Penerapan Sistem Moneter Islam di
Indonesia
1. Keunggulan Konsep
2. Peluang Atas Pertimbangan Kepercayaan Agama
3. Adanya Peluang Hukum dalam Undang undang
4. Program peningkatan kualitas layanan yang didukung oleh
sumber daya insani (sumber daya manusia) yang berkualitas
tinggi
5. Program sosialisasi dan edukasi masyarakat secara lebih
luas tentang ekonomi Islam

Anda mungkin juga menyukai