ESPA 4421
MODUL : MD7
TUTOR
1. Teori dan Konsep Kebijakan Moneter dan Kaitannya dengan Kebijakan Makro
aktifitas para pelaku ekonomi dalam suatu negara. Sesuai dengan teori Keynes,
permintaan akan besarnya jumlah uang yang dibutukan dalam prekonominian tidak
1. Fungsi utama uang adalah sebagai alat pembayaran. Dengan menggunakan uang,
transaksi tidak lagi dilakukan dengan menukarkan suatu barang dengan barang yang
lainnya. Cukup dengan memegang uang, maka seseorang dapat membeli barang atau
jasa yang yang dibutuhkan. Dengan demikian, fungsi ini memenuhi motif orang
2. Sebagai media penyimpan kekayaan. Fungsi ini menunjukkan bahwa uang memiliki
nilai yang berharga yang dapat digunakan untuk membeli atau membayar barang
1
atau jasa pada saat diperlukan di masa mendatang. Dengan demikian, fungsi ini
3. Sebagai dasar perhitungan dalam transaksi ekonomi dan keuangan. Fungsi ini
memudahkan seseorang dalam memberikan nilai atas suatu barang atau jasa. Dalam
Namun, kesulitan akan muncul apabila ukuran besar dan berat kambing atau ayam
yang akan dipertukarkan tidak dapat disepakati oleh pihak-pihak yang melakukan
transaksi. Dalam hal ini, uang dapat berfungsi untuk memberikan nilai yang pasti
4. Sebagai ukuran yang pasti atas pembayaran yang tertunda. Misalnya apabila
seseorang memperoleh kredit dari bank sejumlah Rp. 1.000.000 dengan suku bunga
terbesar 10% setahun untuk membeli seekor kambing betina, maka pada akhir tahun
pertama jumlah uang plus bunga yang harus dibayarkan adalah sejumlah Rp.
akan dikembalikan setahun kemudian. Tentu sulit untuk memberikan nilai atas
semakin tidak produktif atau bahkan akan semakin sulit menilainya apabila,
sering dikatakan bahwa terdapat siklus kegiatan ekonomi yang cendrung berulang. Ada
saatnya perekonomian berada dalam kondisi yang sangat baik atau ‘boom’, dalam
berkelanjutan. Namun, pada saat yang lain perekonomian bisa jadi berada dalam kondisi
2
perkembangan yang kurang memuaskan sehingga pertumbuhan ekonomi terhambat.
intinya, sisi permintaan dan sisi penawaran agregat harus dikelola sedemikian rupa
2. Kerangka strategis
Pada dasarnya kedua kerangka ini tidak dapat dipisahkan satu sama lain untuk
dapat mencapai suatu target akhir kebijakan moneter, sasaran operasional yang
merupakan target jangka pendek yang secara langsung ingin dicapai melalui
itu, kerangka strategis kebijakan moneter pada dasarnya terkait dengan penetapan
2. Teori dan Konsep Kebijakan Moneter (Kuantitas, Harga, dan Sasaran Akhir
orang banyak untuk mencapai tujuan tersebut, kebijakan moneter berkontribusi dalam
menjaga stabilitas harga. Untuk itu, terdapat dua kerangka kebijakan moneter yang
harga (suku bunga) dan kuantitas (jumlah uang beredar). Dengan menggunakan
3
kerangka kebijakan moneter tersebut, kebijakan moneter diarahkan untuk mencapai
target akhir yaitu stabilitas harga yang disebut sebagai Infalation Targeting Framework
(ITF).
Instrumen Instrumen
Instrumen Stabilitas
(OPT, GWM, dll) (OPT, GWM,
(OPT, GWM, dll) Harga
dll)
Sasaran
Instrumen Stabilitas
Operasional
(OPT, GWM, dll) Harga
(suku bunga) Variabel – variabel informasi
Kebijakan pemerintah dalam menurunkan inflasi sejak 1968 sampai dengan awal 1970-
an telah berhasil dengan sangat baik. Akan tetapi pada 1973 harga minyak meningkat
pemerintah dengan pesat. Peningkatan tersebut khususnya berasal dari minyak bumi.
4
pengeluraran pemerintah. Pembiayaan terhadap pengeluaran yang cukup besar
tersebut kemudian mengakibatkan laju inflasi menigkat menjadi 41% pada tahun 1974.
Untuk menurunkan laju inflasi tersebut, pada april 1974 Bank Indonesia
market based) berupa penetapan pagu aktiva neto dan penetapan suku bunga bank-
bank pemerintah. Penetapan pagu aktiva neto atau lebih populernya pagu kredit
perbankan secara keseluruhan dilakukan pada awal setiap tahun sehigga dapat
ekonomi dan tingkat inflasi yang dapat ditoleransi serta dpat menjaga keseimbangan
neraca pembayaran.
kebijakan pemberian bantuan kredit likuiditas dengan suku bunga yang disubsidi.
yang menjadi program pemerintah dan juga untuk membantu pemerataan usaha
3. pemberian kredit likuiditas bank Indonesia dibatasi hanya untuk sektor-sektor yang
berprioritas tinggi.
5
Kebijakan deregulasi perbankan dilanjutkan dalam paket kebijakan oktober 1988 atau
dikenal pakto 1988. Tujuan kebijaksanaan pakto 1988 antara lain sebagai berikut
(wardhana, 1990):
semakin canggih.
3. menyerahkan suku bunga dan nilai tukar ke pasar agar pasar uang berkembang dan
supervision.
Sedangkan isi dari pakto 1988, secara umum mencakup sebagai berikut :
pembukaan kantor cabang bank dan kantor cabang lembaga keuangan bukan bank
(LKBB), pendirian bank swasta baru, bank campuran, dan bank perkreditan rakyat.
2. Diizinkannya dana BUMN dan BUMD disimpan pada bank swasta, dimana
Kebijakan moneter pada 1998 lebih diarahkan pada pengetatan (suku bunga tinggi).
Untuk mencegah terjadinya hiperinflansi (inflansi yang terlalu tinggi). Sejalan dengan
kebijakan pengetatan selama tahun 1998, pengendalian jumlah uang beredar dilakukan
melalui pencapaian sasaran operasional uang primer yang ditetapkan sesuai dengan
6
Kebijakan Moneter priode 1999 – sekarang
Periode kebijakan moneter dalam kerangka inflation targeting yakni dangan sarana
kerja yang dinamakan Inflation Targeting Framework (ITF) dengan penggunaan suku
bunga sebagai sasaran operasional. Kerangka kerja ini diterapkan secara formal sejak 1
Juli 2005, setelah sebelumnya menggunakan kebijakan moneter yang menerapkan uang
primer (base money) sebagai sasaran kebijakan moneter. Berpijak pada pengalaman
krisis keuangan global 2008/2009, salah satu pelajaran penting yang mengemuka
adalah diperlukannya fleksibilitas yang cukup bagi bank sentral untuk merespons
perkembangan ekonomi yang semakin kompleks dan peran sektor keuangan yang
ITF.
Flexible ITF dibangun dengan tetap berpijak pada elemen-elemen penting ITF
yang telah terbangun. Elemen-elemen pokok ITF termasuk pengumuman sasaran inflasi
kepada publik, kebijakan moneter yang ditempuh secara forward looking, dan
akuntabilitas kebijakan kepada publik tetap menjadi bagian inherent dalam Flexible ITF.
7
2. Kedua, pengintegrasian kebijakan moneter dengan kebijakan makroprudensial
makroekonomi.
3. Ketiga, penguatan kebijakan nilai tukar dan arus modal dalam mendukung
stabilitas makroekonomi.
kebijakan.
Krisis keuangan global yang terjadi pada tahun 2008/2009 mengharuskan bank
Kebijakan yang hanya mengedepankan penerapan ITF menunjukkan pelemahan. Hal ini
dikarenakan penerapan ITF secara ketat yang hanya fokus pada mandat kebijakan
moneter untuk menjaga inflasi sesuai dengan targetnya tidak cukup untuk menjaga
Seiring dengan semakin besarnya peran sistem keuangan dalam perekonomian, dampak
ketidakstabilan sistem keuangan menjadi semakin signifikan. Hal ini tercermin pada
dari besarnya biaya penyelamatan dan juga beratnya dampak yang ditimbulkan oleh
memastikan perekonomian dan sistem keuangan berada dalam kondisi stabil, baik dari
8
memperkuat kerangka ITF menjadi flexible ITF dengan semakin memperkuat
kebijakan (policy mix) dalam rangka menjaga keseimbangan internal dan eksternal.
mengumumkan sasaran inflasi ke depan pada periode tertentu. Setiap periode Bank
Indonesia mengevaluasi apakah proyeksi inflasi ke depan masih sesuai dengan sasaran
yang ditetapkan. Proyeksi ini dilakukan dengan sejumlah model dan berbagai informasi
terhadap kondisi terkini dan outlook inflasi ke depan, keputusan yang diambil, serta
arah kebijakan ke depan yang akan diambil untuk menjaga inflasi sesuai dengan
day (Reverse) Repo Rate (BI7DRR) sebagai suku bunga kebijakan yang
sesuai dengan sasaran. Penggunaan BI7DRR sebagai suku bunga acuan merupakan
bagian dari reformulasi kebijakan moneter yang dilakukan oleh Bank Indonesia.
Reformulasi memiliki tiga tujuan utama. Pertama, memperkuat sinyal arah kebijakan
pengaruhnya pada pergerakan suku bunga pasar uang dan suku bunga perbankan.
reformulasi tidak mengubah kerangka kebijakan moneter karena Bank Indonesia tetap
9
menerapkan flexible ITF. Kedua, reformulasi tidak untuk mengubah stance kebijakan
moneter yang sedang ditempuh. Ketiga, reformulasi membuat suku bunga kebijakan
kedua suku bunga kebijakan BI Rate dan BI7DRR berada dalam satu struktur suku
bunga (term structure) yang sama dalam mengarahkan inflasi agar sesuai dengan
sasarannya. Perbedaan hanya terlihat pada tenor instrumen, yakni BI Rate setara
moneter 7 hari.
keuangan. Untuk mencapai tujuan tersebut, implementasi flexible ITF didukung oleh
kebijakan yang difokuskan pada interaksi antar lembaga keuangan, pasar, infrastruktur,
dan ekonomi yang lebih luas, termasuk pengukuran potensi risiko ke depan. Kebijakan
ini bertujuan untuk mencegah risiko sistemik yang berpotensi menimbulkan krisis
makroprudensial).
Implementasi flexible ITF juga didukung oleh kebijakan pengelolaan nilai tukar.
Kebijakan nilai tukar yang ditempuh Bank Indonesia dalam rangka mengelola stabilitas
nilai tukar rupiah agar sesuai dengan nilai fundamentalnya dengan tetap mendorong
bekerjanya mekanisme pasar. Kebijakan nilai tukar dilakukan dalam rangka mengurangi
intervention dilakukan melalui intervensi jual di pasar valas yang disertai dengan
pembelian Surat Berharga Negara (SBN) di pasar sekunder. Strategi dual intervention
dilakukan untuk menjaga kestabilan nilai tukar dan sekaligus menjaga kecukupan
likuiditas rupiah.
pengendalian inflasi antara Bank Indonesia dengan Pemerintah yang semakin kuat
diwujudkan melalui forum Tim Pengendali Inflasi (TPI) baik di pusat maupun daerah.
Salam Tutor.
1
1