Anda di halaman 1dari 4

BUKU JAWABAN TUGAS MATA

KULIAH TUGAS 1

Nama Mahasiswa : Andre Septyan Haris

Nomor Induk Mahasiswa/ NIM : 043470242

Kode/Nama Mata Kuliah : ESPA4314/Perekonomian Indonesia

Kode/Nama UPBJJ : Surabaya

Masa Ujian : 2020/21.2 (2021.1)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS TERBUKA
1. Faktor Internal dan Eksternal Penyebab Krisis Moneter

Faktor Internal
Kondisi Politik-Pergolakan dalam dunia politik dinilai berpotensi menyebabkan perpecahan dalam
masyarakat yang dikarenakan adanya perbedaan pendapat. Akibatnya, kondisi negara menjadi tidak
stabil, dan tidak menutup kemungkinan terjadinya kerusuhan di sana-sini. Dalam
keadaan chaos seperti itu maka para investor, baik yang berasal dari dalam maupun luar negeri,
enggan untuk berinvestasi pada negara dan memilih untuk berinvestasi ke negara lain hingga kondisi
politik kembali kondusif. Hal ini berdampak pada berkurangnya penerimaan pembiayaan negara
untuk menjalankan pemerintahan dan dengan demikian memperburuk kondisi ekonomi secara
signifikan.
Kondisi Pemerintah-Kebijakan pemerintah menunjukkan kredibilitas pemerintah dalam mengatasi
berbagai situasi yang terjadi pada suatu negara. Bagi para investor, kebijakan pemerintah yang
terwujud dalam penerapan regulasi sangat mempengaruhi keputusan untuk berinvestasi pada suatu
negara. Pemerintah melalui regulasi-regulasi yang disusun seharusnya dapat menyeimbangkan
peranan pihak swasta dalam perdagangan, industri, dan alat-alat produksi. Hal tersebut bertujuan
untuk mencegah agar pihak swasta tidak terlalu banyak mengambil keuntungan. Karena apabila pihak
swasta terlalu banyak mengambil keuntungan, maka akan berpotensi menyebabkan krisis moneter.
Inflasi-Inflasi merupakan kenaikan harga secara umum dan terus menerus dalam jangka waktu
tertentu. Ada beberapa faktor penyebab inflasi di Indonesia, yaitu peningkatan kebutuhan, dorongan
biaya, peningkatan harga rumah, dan jumlah uang yang beredar. Dampak inflasi dapat dirasakan oleh
seluruh lapisan masyarakat di suatu negara, dan secara khusus akan mempengaruhi keputusan
masyarakat dalam melakukan kegiatan konsumsi, investasi, dan produksi.
Kelemahan Sistem Perbankan-Lemahnya sistem perbankan bertanggungjawab atas terjadinya krisis
moneter yang menimpa Indonesia pada tahun 1997-1998. Pada masa itu, sebagai dampak dari paket
deregulasi perbankan Oktober 1988, setiap orang dapat mendirikan bank hanya dengan berbekal
modal 1 miliar sehingga banyak bank baru bermunculan. Sayangnya, kemunculan bank-bank tersebut
tidak dibarengi sistem manajerial dan pengawasan yang baik. Banyak bank yang mengandalkan
pinjaman luar negeri dalam jangka pendek dan tidak disertai mekanisme hedging. Lemahnya
pengawas otoriter moneter menyebabkan banyak penyaluran dana terkonsentrasi pada debitur dalam
satu grup. Tidak cukup disitu, persaingan antar bank yang ketat membuat masing-masing bank
berusaha menarik pelanggan dengan menawarkan produk seperti pinjaman beresiko. Hal-hal tersebut
memicu tingginya resiko kredit macet yang mengakibatkan terjadinya krisis moneter.

Faktor Eksternal
Hutang Luar Negeri-Negara-negara maju pada umumnya memasang tingkat bunga pinjaman yang
rendah dengan tujuan menarik perhatian debitur. Rendahnya bunga pinjaman ini biasanya dibarengi
dengan jangka waktu yang pendek. Hal tersebut memicu ketergantungan hutang suatu negara,
khususnya negara berkembang yang membutuhkan pinjaman dana untuk membiayai proyek-proyek
seperti pembangunan infrastruktur. Tanpa menyadari kenyataan bahwa pinjaman dana dalam jumlah
besar dan jangka waktu pendek dapat memicu terjadinya krisis finansial.
Krisis Ekonomi Global-Suatu negara juga dapat mengalami krisis moneter sebagai dampak dari
krisis ekonomi global, atau krisis yang juga dialami oleh negara-negara lain. Misalnya, krisis
ekonomi tahun 1997-1998 yang dialami oleh negara-negara di Asia, dan krisis ekonomi tahun 2008
atau dikenal sebagai krisis subprime mortgage yang dialami oleh Amerika. Krisis moneter yang
terjadi pada suatu negara memang biasanya akan berdampak pada negara lain, karena negara-negara
di dunia saling terkait dalam perekonomian, misalnya dalam perdagangan, industri, dan pinjam-
meminjam dana. Akan tetapi, krisis ekonomi global dapat dihindari dengan kebijakan Pemerintah.
Contohnya pada krisis ekonomi tahun 2008, Indonesia terkena imbas dari krisis subprime
mortgage yang dialami Amerika namun masih dapat terselamatkan berkat penguatan di sektor
perbankan.
2. Mengapa Kebijakan liberalisasi pertanian yang diterapkan pemerintah cenderung
merugikan petani di dalam negeri.
Liberalisasi pertanian memang telah membawa hasil terhadap peningkatan produksi beras nasional,
namun hal itu tidak berdampak pada kesejahteraan petani. Idealnya, ketika industri pertanian
bertujuan meningkatkan produksi, maka petani juga harus menjadi bagian dari tujuan tersebut,
menjadi objek yang harus ditingkatkan produktivitasnya. Realitanya, berbagai usaha yang dilakukan
pemerintah sepanjang dekade tahun 1950 sampai tahun 1970-an, yang difokuskan untuk mengatasi
pola tingkah laku ekonomi “enggan” maju dalam 136 Jurnal Pamator produksi dari masyarakat
petani, menjadi “suka” atau maju berproduksi dilakukan dengan berbagai kepungan kebijaksanaan
dari berbagai arah dengan anak panah revolusi hijau, menggunakan aparatus negara untuk menekan
petani dengan ancaman sanksi-sanksi sosial, belum mampu mendorong kesejahteraan petani
(Nugrahedi, 2002), industri pertanian belum berkorelasi positif dengan peningkatan kesejahteraan
petani. Selain berkaitan dengan rendahnya pendapatan, petani harus dihadapkan dengan nilai tukar.
Nilai tukar petani merupakan perbandingan antara harga yang diterima petani dengan harga yang
dibayar petani. Berdasarkan nilai tukar petani ditemukan bahwa peningkatan produksi industri
pertanian belum berimplikasi pada peningkatan taraf hidup petani, bahwa nilai Suja’ie, AF &
Riawati, N Liberalisasi Pertanian 137 tukar petani masih sangat rendah, bahkan di beberapa propinsi
di Indonesia nilai tukar petani masih berada dibawah angka 100 (Nugrahedi, 2002). Hal ini semakin
menguatkan argumen bahwa nilai tukar hasil pertanian masih lebih rendah dari barang non pertanian,
sehingga dengan hasil pertanian, petani tidak mampu untuk membeli barang-barang kebutuhan
mereka sendiri, artinya petani merugi oleh usahanya sendiri.
3. Upaya Pemerintah dalam Menyehatkan Perbankan Indonesia pasca Krisis Moneter 1998
Ada 4 Fokus utama yang dilakukan Pemerintah
a. Percepatan Pembangunan Infrastruktur
b. Perizinan pembangunan sektor industri perlu dilakukan pembenahan, karena kedua sektor tersebut
sangat berkontribusi besar terhadap penerimaan negara dan percepatan pembangunan infrastruktur.
c. Mendorong industri dasar seperti besi, baja dan petrokimia semakin meningkatkan kinerjanya.
d. Mendorong perbaikan sektor pariwisata sebagai penyumbang pendapatan negara.

4. Jelaskan Hubungan lembaga keuangan mikro dengan tingkat kemiskinan


Lembaga keuangan mikro disebut sebagai suatu lembaga yang dapat memberikan kemudahan bagi para
pengusaha kecil dan mikro dalam pemberian kredit mikro untuk melakukan pengembangan usaha serta
untuk mengentaskan kemiskinan. Salah satu alternatif dalam upaya pendanaan usaha masyarakat adalah
dengan pemberian kredit mikro dari Lembaga Keuangan Mikro (LKM). LKM berfungsi sebagai lembaga
keuangan untuk kredit mikro yang merupakan jasa finansial pada skala kecil yang diperuntukan bagi
orang-orang yang memiliki keterbatasan akses ke jasa perbankan tradisional, sehingga memberikan
kemudahan bagi masyarakat untuk mendapatkan kredit mikro. Program keuangan mikro sendiri telah
terbukti dapat membantu dalam upaya pengentasan kemiskinan di Bangladesh,

5. Jelaskan latar belakang dan dampak Kebijakan Tax Amnesty bagi pemerintahan yang dilakukan pada
saat periode Pemerintahan Joko Widodo.
Latar Belakang-Kebijakan tax amnesty yang dilakukan oleh Pemerintah Indonesia , melakukan tax
amnesty pada tahun 2016 dengan berdasarkan Undang-undang Nomor 11 tahun 2016 tentang
Pengampunan Pajak. Program pemerintah tentang Pengampunan Pajak (Tax Amnesty) berlaku dalam
waktu yang sangat singkat yaitu selama 9 bulan (1 Juli 2016 s.d. 31 Maret 2017) dan Presiden Jokowi
menyampaikan bahwa program Amnesti Pajak ini merupakan yang terakhir kali dan tidak akan ada lagi
dikemudian hari, karena kedepan dengan adanya keterbukaan informasi maka Direktorat Jenderal Pajak
akan mendapat akses ke semua data Wajib Pajak termasuk data perbankan baik di dalam maupun di luar
negeri. Pengertian tax amnesty adalah program pengampunan yang diberikan oleh Pemerintah kepada
Wajib Pajak meliputi penghapusan pajak terutang, penghapusan sanksi
Dampak dari Tax Amnesty- Tujuan utamanya antara lain adalah untuk menarik dana para wajib pajak
yang tersimpan secara rahasia di negara negara “bebas pajak”, sehingga diharapkan dengan pemasukan
dana ini dapat dipergunakan untuk menunjang pelaksanaan program-program pemerintah.

Anda mungkin juga menyukai