MATA KULIAH :
ESPA4314, PEREKONOMIAN INDONESIA
OLEH :
NAM : ABDUL
A HAFID
NIM : 049365424
PROGRAM STUDI MANAJEMEN S1
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS TERBUKA
2023
Penyebab krisis moneter 1998 adalah karena harga aset mengalami penurunan,
bisnis dan konsumen kesulitan membayar utang, serta lembaga keuangan yang
kekurangan likuiditas.
Krisis keuangan juga disertai dengan kepanikan investor yang menjual aset atau
menarik uang dari rekening tabungan karena takut nilainya menurun.
Selain itu, ada berbagai permasalahan yang dialami Indonesia pada saat itu,
seperti krisis valuta asing, musim kering berkepanjangan, hama, kebakaran hutan
besar-besaran, dan lain sebagainya.
Sektor swasta banyak meminjam dana dari luar negeri yang sebagian besar
merupakan kredit dengan jatuh tempo jangka pendek.
Hal tersebut ditandai dengan menurunnya nilai tukar rupiah terhadap mata uang
asing, khususnya dolar Amerika Serikat.
Mata uang rupiah mengalami penurunan drastis dari rata-rata Rp2.450 pada Juni
1997 menjadi Rp13.513 di akhir Januari 1998.
Selain itu, cadangan devisa negara juga tidak mampu untuk menahan gejolak
penurunan nilai mata uang rupiah.
Penyebab krisis moneter 1998 yang berikutnya adalah besarnya utang luar negeri,
terutama pada sektor swasta.
Pada Maret 1998, total utang luar negeri Indonesia yaitu sebesar 138 miliar dolar
Amerika Serikat, di mana setengah dari jumlah tersebut ialah milik swasta.
Lebih buruknya lagi, sepertiga dari utang tersebut bersifat jangka pendek dan
akan jatuh tempo pada akhir tahun 1998.
Tak hanya itu, cadangan devisa negara pada saat itu hanyalah sekitar 14,4 miliar
dolar Amerika Serikat, sehingga tidak cukup untuk membayar kembali utang dan
suku bunganya.
Penyebab krisis moneter 1998 juga dipengaruhi oleh tata kelola pemerintah
dalam menyelesaikan masalah perekonomian yang kian memburuk.
Hal ini dipengaruhi oleh kondisi politik yang masih berputar pada pemilihan
umum terakhir dan kesehatan Presiden Soeharto saat itu.
Berbagai pihak telah banyak memberikan kritik terhadap IMF terkait krisis yang
terjadi di Asia. Adapun beberapa keluhan tersebut, di antaranya:
Meskipun program IMF terlalu seragam, masalah yang dihadapi setiap negara
tidak sama persis
Program IMF terlalu melanggar kedaulatan negara donor dan bantuan yang
diberikan tidak memberikan dampak baik, terutama di Indonesia, Thailand, serta
Korea Selatan
Setelah melihat program yang diterapkan pada tiga negara tersebut, timbul kesan
bahwa IMF tidak memahami secara mendalam terkait penyebab krisis moneter
1998.
Hal itulah yang membuat mereka tidak bisa memberikan jalan keluar secara
tepat. Salah satu pemecahan masalah standar dari IMF adalah menuntut adanya
surplus anggaran belanja negara.
Padahal, Indonesia dalam hal anggaran belanja negara pada tahun 1996 -1997
hampir selalu surplus, meskipun ditutupi dengan bantuan dari luar negeri.
Peristiwa ini menjadi salah satu ujian terberat Indonesia. Krisis moneter dan
ekonomi menyebabkan berbagai gangguan keamanan serta ketertiban.
C. Penurunan Nilai Aset : Krisis moneter juga berdampak pada penurunan nilai
aset perbankan. Penurunan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS menyebabkan
penurunan nilai aset yang dihargai dalam mata uang asing. Hal ini berdampak
negatif pada kekuatan modal perbankan dan kemampuan mereka untuk bertahan
dalam kondisi krisis.
D. Kenaikan Suku Bunga : Kenaikan suku bunga SBI oleh Bank Indonesia
bertujuan untuk
menstabilkan nilai tukar rupiah dan mengendalikan inflasi. Namun hal ini juga
berdampak pada peningkatan beban bunga bagi perbankan. Bank-bank harus
membayar bunga yang lebih tinggi untuk memperoleh dana, sehingga
mengurangi keuntungan mereka.