Anda di halaman 1dari 22

1.

apa dampak dari krisis utang 1982 dan kebijakan apa yang dikeluarkan oleh Bank Sentral
dalam menangani krisis tersebut?
Jawaban:

a. Dampak: Dalam banyak kasus, apa yang semula hanya dimulai sebagai krisis finansial atau
krisis utang, berkembang menjadi krisis ekonomi, bahkan krisis politik atau krisis multidimensi
yang menuntun pada tumbangnya pemerintahan, karena berbeda dengan negara-negara Barat,
negara-negara berkembang umumnya belum memiliki apa yang disebut jaring pengaman sosial
(sosial safety net).Dari pengamatan terhadap berbagai kasus krisis besar yang pernah terjadi
dalam dua dekade terakhir, Andres Berg dan Chaterine Patillo dari Departemen Riset IMF,
seperti disebutkan dalam artikelnya The Challenge of Predicting Economic Crisis, melihat
adanya semacam evolusi dari pola krisis. Krisis utang dekade 1980-an di Amerika Latin yang
dimulai dari keputusan Meksiko untuk mengemplang utang luar negeri pada Agustus 1982,
menurut Berg dan Patillo, dipicu oleh kombinasi faktor eksternal (external shock) dengan
ketidakseimbangan makro ekonomi di dalam negeri negara itu sendiri, yang terjadi selama
periode boominvestasi beberapa tahun sebelumnya.

Faktor eksternal meliputi antara lain, merosotnya harga atau nilai tukar (terms of trade)
komoditas yang diekspor Meksiko, melonjaknya suku bunga pinjaman untuk dollar AS, dan
penurunan ekonomi global.

Ketidakseimbangan makro ekonomi domestik dicerminkan oleh membengkaknya defisit fiskal


dan nilai tukar mata uang yang over valuasi(dihargai terlalu tinggi, sehingga berpeluang besar
mengalami koreksi ke bawah atau devaluasi).

Salah urus (mismanagement) arus modal masuk, terutama lewat pemberian jaminan kurs, baik
secara implisit maupun eksplisit, kepada debitor (swasta maupun BUMN), kian memperparah
krisis itu. Sebaliknya, krisis Meksiko tahun 1994/1995 lebih banyak dipicu oleh kepanikan
berlebihan para pelaku pasar yang kemudian menuntun pada ambruknya peso. Namun, di luar
faktor itu, ada penyebab lain, yakni kerawanan dalam perekonomian dalam negeri, yang
menyebabkan posisinya rentan terhadap kemungkinan serangan spekulan.
Kerawanan itu di antaranya adalah membengkaknya defisit neraca transaksi berjalan (current
account) akibat mata uang yang overvaluedserta kebijakan manajemen utang yang sembrono
sebelum krisis, yang kemudian terbukti menyebabkan terjadinya akumulasi utang jangka pendek
dalam dollar AS yang sangat besar. Selain itu, ekspansi yang terlalu cepat dari sektor finansial
dalam negeri selama masa boomjuga menyebabkan buruknya kualitas portofolio kredit
perbankan dan membuka potensi terjadinya devaluasi mata uang.

b . Kebijakan Pemerintah
Dalam memulihkan kondisi perekonomian akibat krisis 1997 dan krisis 2008, pengaruh
kebijakan didasarkan pada kondisi makroekonomi Indonesia dan dampak sistemik yang
ditimbulkan. Peran pemerintah dalam mengatasi dampak krisis Asia 1997 melakukan stimulus
dengan meningkatkan tingkat suku bunga. Kenaikan pada tingkat suku bunga tabungan
menaikkan tabungan masyarakat sehingga akan mengurangi jumlah uang beredar sekaligus
menjadi pengontrol harga jangka panjang. Untuk menjaga kestabilan moneter, Bank Indonesia
melakukan ekspansi BLBI, mulai memulihkan akses ke sumber pembiayaan luar negeri, dan
mengubah sistem lelang SBI pada pelaksanaan operasi pasar terbuka. Rekontruksi pada sektor
perbankan dilakukan untuk mengembalikan kepercayaan sektor keuangan melalui penutupan (14
bank, 1997,November dan 33 bank 1998, Maret) dan penggabungan bank serta melikuidasi 16
bank. Penyehatan perbankan dilakukan program rekapitalisasi, memperbaiki kondisi internal
perbankan dan lebih menekankan pada fungsi pengawasan bank. Mencegah terulangnya krisis,
pemerintah meneruskan kembali program penjamin tabungan nasabah (tabungan maksimal
Rp200 juta dijamin tahun 1998, sekarang Rp2milyar) dan membentuk BPPN (Badan Penyehatan
Perbankan Nasional). Pemulihan akibat krisis 1997, lag kebijakan moneter membutuhkan waktu
yang lama. Kemudian pemerintah melakukan pembatasan terhadap kebijakan fiskal. Pembatasan
ini dimaksudkan memberikan stimulus fiskal melalui pembatasan APBN (tight APBN).
Sementara respon pemerintah bersama Bank Indonesia terhadap dampak krisis 2008
menyepakati akan diperlakukannya kebijakan tight money. Sejak Januari 2009, Bank Indonesia
mulai mengurangi tingkat suku bunga. Dengan tingkat bunga turun akan meningkatkan konsumsi
dan investasi sehingga agregat output akan naik, namun kebijakan ini akan menimbulkan
spekulatif terjadinya depresiasi nilai tukar akibat menurunnya likuiditas bank akibat penurunan
interest rate. Kebijakan melakukan recovery terhadap perbankan juga dilakukan pada periode
krisis tahun 2008. Untuk menghindari dampak sistemik akibat bank sakit yang bisa
menimbulkan efek domino seperti tahun 1997, BI menginjeksi modal baru pada bank besar yang
sakit sedangkan bank kecil ditutup. Namun, kebijakan ini tidak efektif karena tidak didukung
dengan kebijakan fiskal yang kuat. Pemerintah menunjukkan manajemen fiskal yang lemah yaitu
80 persen kebijakan fiskal dialokasikan sebagai tax saving dan subsidi, bukan untuk pengeluaran
langsung. Dengan tingkat defisit yang meningkat dari 1 persen (51triliun) menjadi 2,6 persen
(137triliun). Pemerintah Indonesia kemudian mengubah kembali kebijakan pada sektor riil
dengan lebih menekankan pada penambahan value added hal ini terbukti dengan kelanjutan
pemerintah terhadap Konsensus Washington dan mulai terbuka dalam Free Trade Area strategi.

2. apa tujuan dari kerjasama regulasi dan berikan contoh kasus dari regulasi tersebut?
Jawaban:

Tujuan : Adapun manfaat kerja sama sebagai berikut:

1. Kerja sama mendorong persaingan di dalam pencapaian tujuan dan peningkatan


produktivitas.
2. Kerja sama mendorong berbagai upaya individu agar dapat bekerja lebih produktif,
efektif, dan efisien.
3. Kerja sama mendorong terciptanya sinergi, sehingga biaya operasionalisasi akan menjadi
semakin rendah yang menyebabkan kemampuan bersaing meningkat.
4. Kerja sama mendorong terciptanya hubungan yang harmonis antarpihak terkait serta
meningkatkan rasa kesetiakawanan.
5. Kerja sama menciptakan praktek yang sehat serta meningkatkan semangat kelompok.

Kerja sama mendorong ikut serta memiliki situasi dan keadaan yang terjadi dilingkungannya,
sehingga secara otomatis akan ikut menjaga dan melestarikan situasi dan kondisi yang telah
baik. Sekda Teddy juga menjelaskan, tujuan kerjasama adalah memfasilitasi kerjasama
berbagai bidang seperti masalah perkotaan, sosialisasi ekonomi, perkotaan antar wilayah dan
permasalahan lainnya , serta memperkuat dan meningkatkan peranan dari pemerintah daerah
dalam pelayanan masyarakat , meningkatkan standar pelayanan umum , meningkatkan
partisipasi masyarakat dalam memecahkan masalah yang dihadapi pemerintah daerah .
“Manfaat kerjasama ini mendorong tumbuhnya prakarsa dan peran aktif pemerintah
daerah , masyarakat dan swasta, serta meningkatkan optimalisasi pengelolaan potensi
daerah,”

Contoh: Pasal 2 Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 14 Tahun 2014
menyatakan, bahwa kerja sama perguruan tinggi bertujuan meningkatkan efektivitas, efisiensi,
produktivitas, kreativitas, inovasi, mutu, dan relevansi pelaksanaan Tridharma Perguruan Tinggi
untuk meningkatkan daya saing bangsa.

Secara lebih spesifik, kerjasama di lingkungan STIE Perbanas Surabaya dilaksanakan dengan
tujuan untuk:

1.Meningkatkan kinerja dan mutu STIE Perbanas Surabaya pada umumnya, dan
Dosen/Prodi/Unit/Lembaga yang berada di lingkungan STIE Perbanas Surabaya pada
khususnya.

2.Menjalin hubungan dengan pihak luar, baik di dalam negeri maupun luar negeri,
berdasarkan prinsip kesetaraan, saling menghormati, dan saling menguntungkan.

Fungsi Utama

 Sebagai pintu masuk program kerjasama dalam negeri maupun luar negeri melalui
koordinasi dengan unit atau bagian terkait.
 Sebagai penghubung antar unit yang terkait dengan program kerjasama yang
terselenggara serta peningkatan jejaring.

Lingkup Kerjasama

Kerjasama meliputi kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan Tridharma Perguruan Tinggi, yaitu
pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat, serta bidang-bidang lainnya, seperti
penyelenggaraan konferensi/seminar/pelatihan/lokakarya, magang/kuliah praktik bagi
mahasiswa, penerbitan karya ilmiah, program sertifikasi, dan pengelolaan kursus/unit bisnis yang
dianggap menguntungkan dan bermanfaat bagi pengelolaan/pengembangan STIE Perbanas
Surabaya.
3.apa saja kerja sama yang dilakukan Bank Sentral dan Bank Indonesia dan apakah kerja sama
tersebut mempengaruhi pertumbuhan perekonomian Indonesia ?

Jawaban:

Dalam hal hubungan Bank Indonesia dengan Dunia Internasional, maka Bank Indonesia:
1. Dapat melakukan kerja sama dengan:
a) Bank Sentral Negara lain.
b) Organisasi dan Lembaga Internasional.
2. Dalam hal dipersyaratkan bahwa anggota Internasional atau lembaga multilateral adalah
Negara maka Bank Indonesia dapat bertindak untuk dan atas nama Negara Republik Indonesia
sebagai anggota.
BI menjalin hubungan kerjasama dengan lembaga Internasional yang diperlukan dalam
rangka menunjang kelancaran pelaksanaan tugas Bank Indonesia maupun Pemerintah yang
berhubungan dengan ekonomi, moneter, maupun perbankan. BI menjalin kerjasama internasional
meliputi bidang-bidang:
1. Investasi bersama untuk kestabilan pasar valuta asing
2. Penyelesaian transaksi lintas negara
3. Hubungan koresponden
4. Tukar-menukar informasi mengenai hal-hal yang terkait dengan tugas-tugas selaku bank
sentral
5. Pelatihan / penelitian di bidang moneter dan sistem pembayaran.

Pengaruhnya: Pertanyaannya, bagaimana peranan Bank Indonesia dalam memelihara


stabilitas sistem keuangan? Sebagai bank sentral, Bank Indonesia memiliki lima peran utama
dalam menjaga stabilitas sistem keuangan. Kelima peran utama yang mencakup kebijakan dan
instrumen dalam menjaga stabilitas sistem keuangan itu adalah:

Pertama, Bank Indonesia memiliki tugas untuk menjaga stabilitas moneter antara lain melalui
instrumen suku bunga dalam operasi pasar terbuka. Bank Indonesia dituntut untuk mampu
menetapkan kebijakan moneter secara tepat dan berimbang. Hal ini mengingat gangguan
stabilitas moneter memiliki dampak langsung terhadap berbagai aspek ekonomi. Kebijakan
moneter melalui penerapan suku bunga yang terlalu ketat, akan cenderung bersifat mematikan
kegiatan ekonomi. Begitu pula sebaliknya. Oleh karena itu, untuk menciptakan stabilitas
moneter, Bank Indonesia telah menerapkan suatu kebijakan yang disebut inflation targeting
framework.

Kedua, Bank Indonesia memiliki peran vital dalam menciptakan kinerja lembaga keuangan yang
sehat, khususnya perbankan. Penciptaan kinerja lembaga perbankan seperti itu dilakukan melalui
mekanisme pengawasan dan regulasi. Seperti halnya di negara-negara lain, sektor perbankan
memiliki pangsa yang dominan dalam sistem keuangan. Oleh sebab itu, kegagalan di sektor ini
dapat menimbulkan ketidakstabilan keuangan dan mengganggu perekonomian. Untuk mencegah
terjadinya kegagalan tersebut, sistem pengawasan dan kebijakan perbankan yang efektif haruslah
ditegakkan. Selain itu, disiplin pasar melalui kewenangan dalam pengawasan dan pembuat
kebijakan serta penegakan hukum (law enforcement) harus dijalankan. Bukti yang ada
menunjukkan bahwa negara-negara yang menerapkan disiplin pasar, memiliki stabilitas sistem
keuangan yang kokoh. Sementara itu, upaya penegakan hukum (law enforcement) dimaksudkan
untuk melindungi perbankan dan stakeholder serta sekaligus mendorong kepercayaan terhadap
sistem keuangan. Untuk menciptakan stabilitas di sektor perbankan secara berkelanjutan, Bank
Indonesia telah menyusun Arsitektur Perbankan Indonesia dan rencana implementasi Basel II.

Ketiga, Bank Indonesia memiliki kewenangan untuk mengatur dan menjaga kelancaran sistem
pembayaran. Bila terjadi gagal bayar (failure to settle) pada salah satu peserta dalam sistem
sistem pembayaran, maka akan timbul risiko potensial yang cukup serius dan mengganggu
kelancaran sistem pembayaran. Kegagalan tersebut dapat menimbulkan risiko yang bersifat
menular (contagion risk) sehingga menimbulkan gangguan yang bersifat sistemik. Bank
Indonesia mengembangkan mekanisme dan pengaturan untuk mengurangi risiko dalam sistem
pembayaran yang cenderung semakin meningkat. Antara lain dengan menerapkan sistem
pembayaran yang bersifat real time atau dikenal dengan nama sistem RTGS (Real Time Gross
Settlement) yang dapat lebih meningkatkan keamanan dan kecepatan sistem pembayaran.
Sebagai otoritas dalam sistem pembayaran, Bank Indonesia memiliki informasi dan keahlian
untuk mengidentifikasi risiko potensial dalam sistem pembayaran.

Keempat, melalui fungsinya dalam riset dan pemantauan, Bank Indonesia dapat mengakses
informasi-informasi yang dinilai mengancam stabilitas keuangan. Melalui pemantauan secara
macroprudential, Bank Indonesia dapat memonitor kerentanan sektor keuangan dan mendeteksi
potensi kejutan (potential shock) yang berdampak pada stabilitas sistem keuangan. Melalui riset,
Bank Indonesia dapat mengembangkan instrumen dan indikator macroprudential untuk
mendeteksi kerentanan sektor keuangan. Hasil riset dan pemantauan tersebut, selanjutnya akan
menjadi rekomendasi bagi otoritas terkait dalam mengambil langkah-langkah yang tepat untuk
meredam gangguan dalam sektor keuangan.

Kelima, Bank Indonesia memiliki fungsi sebagai jaring pengaman sistim keuangan melalui
fungsi bank sentral sebagai lender of the last resort (LoLR). Fungsi LoLR merupakan peran
tradisional Bank Indonesia sebagai bank sentral dalam mengelola krisis guna menghindari
terjadinya ketidakstabilan sistem keuangan. Fungsi sebagai LoLR mencakup penyediaan
likuiditas pada kondisi normal maupun krisis. Fungsi ini hanya diberikan kepada bank yang
menghadapi masalah likuiditas dan berpotensi memicu terjadinya krisis yang bersifat sistemik.
Pada kondisi normal, fungsi LoLR dapat diterapkan pada bank yang mengalami kesulitan
likuiditas temporer namun masih memiliki kemampuan untuk membayar kembali. Dalam
menjalankan fungsinya sebagai LoLR, Bank Indonesia harus menghindari terjadinya moral
hazard. Oleh karena itu, pertimbangan risiko sistemik dan persyaratan yang ketat harus
diterapkan dalam penyediaan likuiditas tersebut.

4. jelaskan otoritas kewenangan Bank Sentral dalam kebijakan moneter?

- Peran bank sentral dalam perekonomian suatu negara sangat penting. Bank sentral adalah mitra
utama pemerintah dalam menggerakkan berbagai kegiatan ekonomi melalui kebijakan suku
bunga dengan statusnya sebagai otoritas moneter.Sebagai otoritas moneter, bank sentral memiliki
tujuan, tugas, maupun wewenang yang tidak dimiliki lembaga ekonomi lainnya.

Sebelum membahas mengenai beberapa hal terkait otoritas moneter yang dimiliki oleh Bank
Indonesia, maka perlu diketahui terlebih dahulu mengenai definisi dari kebijakan moneter dan
otoritas moneter itu sendiri.Dalam ”kamus hukum ekonomi” yang disusun oleh A. F. Elly
Erawaty dan J. S. Badudu dikatakan bahwa kebijakan moneter (monetary policy) adalah tindakan
bank sentral selaku pemegang otoritas moneter dalam menjaga keseimbangan moneter negara.
Sedangkan otoritas moneter adalah suatu entitas yang memiliki wewenang untuk mengendalikan
jumlah uang yang beredar pada suatu negara dan memiliki hak untuk menetapkan suku bunga
dan parameter lainnya yang menentukan biaya dan persediaan uang. Umumnya otoritas moneter
adalah bank sentral, meskipun kadang kala lembaga eksekutif pemerintah mempunyai hak
tertinggi untuk menetapkan kebijakan moneter dengan cara mengendalikan bank sentral. Ada
berbagai jenis otoritas moneter lainnya, seperti dibentuknya satu bank sentral untuk beberapa
negara, terdapatnya suatu dewan yang mengkontrol jumlah uang yang beredar terhadap mata
uang lain, dan juga diperbolehkannya beberapa entitas untuk mencetak uang kertas ataupun uang
logam.

Agus Santoso dan Anton Purba mengatakan dalam tulisannya yang berjudul “Kedudukan Bank
Indonesia dalam UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (Amandemen Keempat) dan
Usulan Komisi Konstitusi dalam Konsep Amandemen Kelima UUD Negara Republik Indonesia
Tahun 1945” bahwa kewenangan otoritas moneter yang dimiliki Bank Indonesia merupakan
hasil dari sharing of executive power kekuasaan Pemerintah di bidang ekonomi.Sharing of
executive power ini dimaksudkan untuk menghindarkan Bank Indonesia dari posisi yang dapat
menimbulkan conflict of interest, yaitu antara “agen program Pemerintah” dan “pengelola
kebijakan moneter .Kedua fungsi tersebut memang tidak dapat dilakukan oleh satu lembaga,
karena kedua fungsi tersebut memiliki tujuan yang berbeda. Disatu sisi, Pemerintah memiliki
tujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi berdasarkan kebijakan fiskal dan dilain pihak
Bank Indonesia memiliki tujuan untuk mendukung kestabilan ekonomi melalui kebijakan
moneternya. Dengan demikian, pembagian kekuasaan (sharing of executive power) ini pada
dasarnya dimaksudkan untuk mendukung terciptanya demokratisasi dalam pengelolaan
(ekonomi) Negara.

Dalam konsep sharing of executive power ini, maka Pemerintah memegang otoritas fiskal (dan
sektor riil), sedangkan Bank Indonesia sebagai lembaga Negara yang memliki fungsi khusus,
yaitu sebagai otoritas di bidang moneter, perbankan, dan system pembayaran, dengan tujuan
menkonstruksikan pertumbuhan ekonomi nasional yang sehat yang tercermin dari terjaganya
kestabilan rupiah. fungsi ini diyakini tidak dapat berjalan dengan baik apabila tercampur dengan
ragam fungsi departemental pemerintahan yang sarat dengan tarik menarik kepentingan politik
dan seringkali berubah karena mengandung faktor subyektifitas yang tinggi.
Dengan demikian, maka dengan adanya sharing of executive power ini, kekuasaan Pemerintah
dalam kebijakan ekonomi tidak terkonsentrasi.Hal ini juga secara tegas tercantum dalam Pasal 6
ayat (2) huruf d Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara yang
mengatur bahwa kekuasaan Presiden selaku Kepala Pemerintahan “tidak termasuk kewenangan
di bidang moneter, yang meliputi antara lain mengeluarkan dan mengedarkan uang, yang diatur
dengan undang-undang”.

Namun, sebagai organ of state Bank Indonesia dalam beberapa hal harus tetap berkoordinasi
dengan Pemerintah. Dengan kata lain, hubungan ini dapat digambarkan sebagai fungsi
pengelolaan moneter yang tidak berada di bawah pengelolaan kebijakan fiskal, tetapi yang
terpisah, namun tetap bekerjasama dengan pengelola fiskal untuk memperoleh manfaat yang
semaksimal mungkin dalam pembangunan ekonomi nasional.

5.Negara-negara mana saja yang terkena krisis ekonomi 1982 dan apa yang dilakuakan pada saat
itu untuk mengatasi krisis tersebut?

Jawaban:

Krisis global yang berawal dari Amerika yang dikenal sebagai negara adidaya
jantungnya kapitalisme telah menular ke eropa, Asia termasuk Indonesia dan banyak Negara
lainnya. Di Negara-negara industri utama (Amerika, Inggris, jerman, Italia, Jepang dan
sebagainya) mengalami kepanikan dan ramai-ramai melakukan tindakan penyelematan,
bagaiamana tidak kejatuhan beberapa pasar modal di Negara industri utama dan banyaknya
perusahaan yang mengalami kerugian bahkan menutup usahanya membuat ekonomi mengalami
stagflasi.

Negara yang terkena dampak krisis rata-rata mengalami penurunan pertumbuhan


ekonomi, OECD menggambarkan 30 negara anggota G20 pertumbuhan ekonominya turun
sampai 4,3% (Kompas;1/4/09), tingkat pengangguran di As melonjak 8,5 persen pada Maret atau
tertinggi sejak penghujung 1983. Lonjakan itu berasal dari 663.000 orang yang kehilangan
pekerjaan di AS, Produsen telepon selular Sony Ericsson, Jumat (17/4), mengumumkan akan
mengurangi 2.000 lebih karyawannya setelah perusahaan yang berkantor pusat di London itu
menderita rugi 293 juta euro (384 juta dolar AS) dalam kuartal pertama tahun ini. Perusahaan
peralatan Rumah tangga terbesar di dunia Whirpol Co. melakukan efisiensi dan akan menutup
mesin cuci di Shangai dengan memberhentikan 600 karyawan (kompas;16/4/09). Maskapai
penerangan Air France, yang merupakan bagian dari grup Air France-KLM, diberitakan oleh
media Dow Jones, Rabu (15/4), menginformasikan rencana untuk merumahkan antara 2.500-
3.000 pekerja sampai dengan Maret 2011. Keputusan merumahkan karyawan akibat maskapai
tersebut menderita kerugian sekitar 200 juta euro selama satu tahun fiskal 2008 yang berakhir 31
Maret 2009.
Data ini memperlihatkan dengan jelas bahwa ekonomi dunia khususnya bagi mereka
yang menganut free economic market sedang mengalami kelesuan akibat krisis sehingga
persoalan kerugian dan penutupan usaha serta pemutusan hubungan kerja ( Krisis keuangan
hebat sedang terjadi di Amerika Serikat, sebuah bencana besar di sektor ekonomi keuangan.
Bangkrutnya Lehman Brothers, perusahaan sekuritas berusia 158 tahun milik Yahudi ini menjadi
pukulan berat bagi perekonomian AS yang sejak beberapa tahun terakhir mulai goyah. Para
analis menilai, bencana pasar keuangan akibat rontoknya perusahaan keuangan dan bank-bank
besar di Negeri Paman Sam satu per satu, tinggal menunggu waktu saja. Inikah tanda-tanda
kehancuran sebuah imperium, negara adi daya bernama Amerika Serikat?.
Bangkrutnya Lehman Brothers langsung mengguncang bursa saham di seluruh dunia.
Bursa saham di kawasan Asia seperti di Jepang, Hongkong, China, Asutralia, Singapura, India,
Taiwan dan Korea Selatan, mengalami penurunan drastis 7 sd 10 persen. Termasuk bursa saham
di kawasan Timur Tengah, Rusia, Eropa, Amerika Selatan dan Amerika Utara. Tak terkecuali di
AS sendiri, Para investor di Bursa Wall Street mengalami kerugian besar, bahkan surat kabar
New York Times menyebutnya sebagai kerugian paling buruk sejak peristiwa serangan 11
September 2001.
Indonesia juga terkena dampaknya. Pada tanggal 8 Oktober 2008, kemaren, IHSG
tertekan tajam turun 10,38 %, yang membuat pemerintah panik dan terpaksa menghentikan
(suspen) kegiatan pasar modal beberapa hari. Demikian pula Nikken di Jepang jatuh lebih dari 9
%. Pokoknya, hampir semua pasar keuangan dunia terimbas krisis financial US tersebut. Karena
itu para pengamat menyebut krisis ini sebagai krisis finansial global. Krisis keuangan global
yang terjadi belakangan ini, merupakan fenomena yang mengejutkan dunia, tidak saja bagi
pemikir ekonomi mikro dan makro, tetapi juga bagi para elite politik dan para pengusaha.
Dalam sejarah ekonomi, ternyata krisis sering terjadi di mana-mana melanda hampir
semua negara yang menerapkan sistem kapitalisme. Krisis demi krisis ekonomi terus berulang
tiada henti, sejak tahun 1923, 1930, 1940, 1970, 1980, 1990, dan 1998 – 2001 bahkan sampai
saat ini krisis semakin mengkhawatirkan dengan munculnya krisis finansial di Amerika Serikat .
Krisis itu terjadi tidak saja di Amerika latin, Asia, Eropa, tetapi juga melanda Amerika Serikat.
Roy Davies dan Glyn Davies, 1996 dalam buku The History of Money From Ancient time
on Present Day, menguraikan sejarah kronologi secara komprehensif. Menurut mereka,
sepanjang abad 20 telah terjadi lebih 20 kali krisis besar yang melanda banyak negara. Fakta ini
menunjukkan bahwa secara rata-rata, setiap 5 tahun terjadi krisis keuangan hebat yang
mengakibatkan penderitaan bagi ratusan juta umat manusia.
Pada tahun 1907 krisis perbankan Internasional dimulai di New York, setelah beberapa
decade sebelumnya yakni mulai tahun 1860-1921 terjadi peningkatan hebat jumlah bank di
Amerika s/d 19 kali lipat. Selanjutnya, tahun 1920 terjadi depresi ekonomi di Jepang. Kemudian
pada tahun 1922 – 1923 German mengalami krisis dengan hyper inflasi yang tinggi. Karena
takut mata uang menurun nilainya, gaji dibayar sampai dua kali dalam sehari. Selanjutnya, pada
tahun 1927 krisis keuangan melanda Jepang (37 Bank tutup); akibat krisis yang terjadi pada
bank-bank Taiwan
Pada tahun 1929 – 30 The Great Crash (di pasar modal NY) & Great Depression
(Kegagalan Perbankan); di US, hingga net national product-nya terbangkas lebih dari
setengahnya. Selanjutnya, pada tahun 1931 Austria mengalami krisis perbankan, akibatnya
kejatuhan perbankan di German, yang kemudian mengakibatkan berfluktuasinya mata uang
internasional. Hal ini membuat UK meninggalkan standard emas. Kemudian1944 – 66 Prancis
mengalami hyper inflasi akibat dari kebijakan yang mulai meliberalkan perekonomiannya.
Berikutnya, pada tahun 1944 – 46 Hungaria mengalami hyper inflasi dan krisis moneter. Ini
merupakan krisis terburuk eropa. Note issues Hungaria meningkat dari 12000 million (11 digits)
hingga 27 digits.
Pada tahun 1945 – 48 Jerman mengalami hyper inflasi akibat perang dunia kedua..
Selanjutnya tahun 1945 – 55 Krisis Perbankan di Nigeria Akibat pertumbuhan bank yang tidak
teregulasi dengan baik pada tahun 1945. Pada saat yang sama, Perancis mengalami hyperinflasi
sejak tahun 1944 sampai 1966. Pada tahun (1950-1972) ekonomi dunia terasa lebih stabil
sementara, karena pada periode ini tidak terjadi krisis untuk masa tertentu. Hal ini disebabkan
karena Bretton Woods Agreements, yang mengeluarkan regulasi di sektor moneter relatif lebih
ketat (Fixed Exchange Rate Regime). Disamping itu IMF memainkan perannya dalam mengatasi
anomali-anomali keuangan di dunia. Jadi regulasi khususnya di perbankan dan umumnya di
sektor keuangan, serta penerapan rezim nilai tukar yang stabil membuat sektor keuangan dunia
(untuk sementara) “tenang”.
Namun ketika tahun 1971 Kesepakatan Breton Woods runtuh (collapsed). Pada
hakikatnya perjanjian ini runtuh akibat sistem dengan mekanisme bunganya tak dapat dibendung
untuk tetap mempertahankan rezim nilai tukar yang fixed exchange rate. Selanjutnya pada tahun
1971-73 terjadi kesepakatan Smithsonian (di mana saat itu nilai 1 Ons emas = 38 USD). Pada
fase ini dicoba untuk menenangkan kembali sektor keuangan dengan perjanjian baru. Namun
hanya bertahan 2-3 tahun saja.
Pada tahun 1973 Amerika meninggalkan standar emas. Akibat hukum “uang buruk
(foreign exchange) menggantikan uang bagus (dollar yang di-back-up dengan emas)-(Gresham
Law)”. Pada tahun 1973 dan sesudahnya mengglobalnya aktifitas spekulasi sebagai dinamika
baru di pasar moneter konvensional akibat penerapan floating exchange rate sistem. Periode
Spekulasi; di pasar modal, uang, obligasi dan derivative. Maka tak aneh jika pada tahun 1973 –
1874 krisis perbankan kedua di Inggris; akibat Bank of England meningkatkan kompetisi pada
supply of credit.
Pada tahun 1974 Krisis pada Eurodollar Market; akibat west German Bankhaus ID
Herstatt gagal mengantisipasi international crisis. Selanjutnya tahun 1978-80 Deep recession di
negara-negara industri akibat boikot minyak oleh OPEC, yang kemudian membuat melambung
tingginya interest rate negara-negara industri.
Selanjutnya sejarah mencatat bahwa pada tahun 1980 krisis dunia ketiga; banyaknya
hutang dari negara dunia ketiga disebabkan oleh oil booming pada th 1974, tapi ketika negara
maju meningkatkan interest rate untuk menekan inflasi, hutang negara ketiga meningkat
melebihi kemampuan bayarnya. Pada tahun 1980 itulah terjadi krisis hutang di Polandia; akibat
terpengaruh dampak negatif dari krisis hutang dunia ketiga. Banyak bank di eropa barat yang
menarik dananya dari bank di eropa timur.
Pada saat yang hampir bersamaan yakni di tahun 1982 terjadi krisis hutang di Mexico;
disebabkan outflow kapital yang massive ke US, kemudian di-treatments dengan hutang dari US,
IMF, BIS. Krisis ini juga menarik Argentina, Brazil dan Venezuela untuk masuk dalam lingkaran
krisis.
Perkembangan berikutnya, pada tahun 1987 The Great Crash (Stock Exchange), 16 Oct
1987 di pasar modal US & UK. Mengakibatkan otoritas moneter dunia meningkatkan money
supply. Selanjutnya pada tahun 1994 terjadi krisis keuangan di Mexico; kembali akibat kebijakan
finansial yang tidak tepat.
Pada tahun 1997-2002 krisis keuangan melanda Asia Tenggara; krisis yang dimulai di
Thailand, Malaysia kemudian Indonesia, akibat kebijakan hutang yang tidak transparan. Krisis
Keuangan di Korea; memiliki sebab yang sama dengan Asteng.
Kemudian, pada tahun 1998 terjadi krisis keuangan di Rusia; dengan jatuhnya nilai Rubel
Rusia (akibat spekulasi) Selanjutnya krisis keuangan melanda Brazil di tahun 1998. pad saat
yang hamper bersamaan krisis keuangan melanda Argentina di tahun 1999. Terakhir, pada tahun
2007-hingga saat ini, krisis keuangan melanda Amerika Serikat.
Dari data dan fakta historis tersebut terlihat bahwa dunia tidak pernah sepi dari krisis
yang sangat membayakan kehidupan ekonomi umat manusia di muka bumi ini.

6.mengapa kebijaksanaan investasi bank harus konsisten dengan permintaan kreditnya

Jawaban:
Adapun cara –cara yang dilakukan oleh pihak bank agar kebijaksanaan bank
konsisten dengan kegiatan kreditnya adalah dengan cara pengawasan dan pembinaan
kredit, adapun defenisinya sebagai berikut:

1. Pengawasan Kredit
Pengawasan Kredit adalah kegiatan pengawasan/monitoring terhadap tahap-tahap proses
pemberian kredit, pejabat kredit yang melaksanakan proses pemberian kredit serta fasilitas
kreditnya. Pengawasan kredit dapat dilakukan oleh pejabat kecil atau atasan dari pejabat tersebut
dengan cara pengawasan ganda dan pengawasan melekat, maupun pemeriksaan oleh kantor
inspeksi atau pihak ekstern. Pengawasan ganda merupakan pengawasan yang dilakukan oleh dua
orang pejabat yang berbeda fungsi terhadap tahapan pemberian kredit dengan maksud untuk
mengantisipasi kerawanan terhadap penyalahgunaan. Sedangkan pengawasan melekat
merupakan kegiatan pengendalian secara terus-menerus yang dilakukan oleh atasan langsung.
Pengawasan kredit bertujuan untuk memastikan pengelolaan, penjagaan dan pengawasan
kredit sebagai aset/kekayaan bank telah dilakukan dengan baik sehingga tidak timbul risiko-
risiko kredit yang diakibatkan penyimpangan baik oleh debitur maupun oleh intern bank.
Sedangkan obyek pengawasan kredit mencakup semua pejabat bank yang terkait dengan bidang
perkreditan dan semua jenis fasilitas kredit yang diberikan termasuk kredit kepada pihak-pihak
yang terkait dengan bank.
Kemudian pengawasan kredit dilakukan secara berkesinambungan sejak permohonan kredit
sampai dengan pelunasan atau penyelesain kredit, baik berdasarkan laporan yang disampaikan
secara berkala dan atau informasi lain yang relevan maupun peninjauan secara langsung atas
seluruh kegiatan debitur. Pengawasan secara langsung ataupun tidak langsung dilakukan dalam
rangka pembinaan kepada debitur untuk mendeteksi secara dini kemungkinan adanya masalah
yang timbul dan berisiko bagi keamanan kredit yang telah diberikan, mengantisipasi masalah
tersebut dan menyusun rencana serta mengambil langkah perbaikan sebagaimana mestinya.
2. Pembinaan Kredit
Pembinaan kredit adalah upaya pembinaan yang berkesinambungan dan dilakukan pejabat
kredit yang berwenang terhadap fasilitas kredit yang menyangkut penilaian perkembangan usaha
debitur, penggunaan kredit maupun perlindungan kepentingan bank, baik yang dilakukan secara
administratif maupun lapangan.
Tujuan dilakukan pembinaan kredit adalah untuk menjaga agar pelaksanaan pencairan kredit
sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan, penggunaan kredit sesuai dengan rencana atau tujuan
kredit, surplus dan cashflow nasabah benar-benar dipergunakan untuk membayar kembali
kreditnya, dan untuk mengikuti perkembangan usaha nasabah dan membantu memecahkan
permasalahannya serta untuk mengamankan agunan kredit sehingga dapat menghindarkan terjadi
nya penurunan nilai.
Selanjutnya pembinaan kredit dapat dilakukan melalui pembinaan secara administratif dan
pembinaan secara langsung di lapangan. Pembinaan secara administratif dilakukan di belakang
meja berdasarkan pada laporan-laporan/surat-menyurat dari nasabah, yang mencakup analisis
laporan yang diterima dari nasabah, mengambil langkah-langkah untuk bahan kegiatan di
lapangan, memberikan informasi perkembangan kreditnya dan meminta tindakan segera.
Sedangkan pembinaan di lapangan dilakukan dengan mengadakan kunjungan ke tempat usaha
debitur, yang meliputi penelitian apakah kredit yang diberikan telah dipergunakan sesuai dengan
syarat dan tujuan yang telah disepakati, mengadakan pengamatan apakah manajemen perusahaan
terpelihara dengan baik, meneliti samapai seberapa jauh kemungkinan pengembangan
perkreditan di sektor usaha nasabah yang bersangkutan.

7.bagaimana anda akan membuat kebijaksanaan investasi sebuah bank yang kuat permintaan
kreditnya dan terletak dalam suatu masyarakat yang meningkatkan kegiatan ekonominya?
Jawaban:Adapun cara membuat kebijaksanaan investasi bank yang kuat permintaan kreditnya
dalam suatu masyarakat untuk meningkatkan kegiatan ekonominya adalah dengan cara
menerapkan kebijakan moneter ,karena kebijakan moneter merupakan salah satu faktor penting
dalam perekonomian ,disisi lain kebijakan moneter juga secara langsung mempengaruhi kondisi
moneter dan keungan yang pada akhirnya akan membawa pengaruh terhadap kondisi sektor riil
atau sektor nyata .
Apabila Implementasi kebijakan moneter tidak dapat dilakukan secara terpisah dari kebijakan
ekonomi makro lainnya, seperti kebijakan fiskal, kebijakan sektoral, dan kebijakan lainnya.
Semuanya mengarah pada pencapaian suatu tujuan akhir, yakni kesejahteraan sosial masyarakat
atau social welfare.

8. apakah jenis-jenis saingan yang mungkin dihadapi oleh departemen trust sebuah bank?
Jawaban:

a. Trust dalam hal pendidkan adalah pemenuhan kebutuhan biaya sangat diperlukan
oleh keuangan dari bank.
b. Trust dalam usaha adalah perlu bantuan bank untuk usaha modal awalnya dengan
tujuan mencapai usahanya tersebut sampai sukseks dengan menghadapi berapa
usaha usaha yang lain atau pesaing.

9. pada umumnya, kepada siapakah manajemen melimpahkan wewenangnya untuk?

Jawaban:

1.Manajemen keuangan
Manajemen Keuangan adalah segala kegiatan atau aktivitas perusahaan yang berhubungan
dengan bagaimana cara memperoleh pendanaan modal kerja, menggunakan atau mengalokasikan
dana, dan mengelola aset yang dimiliki untuk mencapai tujuan utama perusahaan.
Sebagai jabatan penting dalam perusahaan, seorang menajer harus mengetahui semua hal yang
berkaitan dengan keuangan. Karena manajer keuangan tidak jauh dari analisis keuangan,
perencaraan keuangan sampai keputusan investasi.

2. keputusan pembayaran

3. penyelesaian claim terhadap trust perseorangan

(A-C)Secara rinci tugas utama manajer perusahaan diantaranya sebagai berikut:

1. Bekerja sama dengan manajer lain, pada tahap ini manajer perusahaan bertugas
merencanakan dan meramalkan aspek-aspek dalam perusahaan termasuk perencanaan
umum keuangan perusahaan.
2. Bertugas mengambil keputusan penting, keputusan ini mengenai investasi dan berbagai
pembiayaan serta semua hal yang terkait dengan keputusan tersebut.
3. Bertugas dalam menjalankan perusahaan, pada tahap ini manajer bertugas
mengoperasikan roda kehidupan perusahaan sebaik (efektif dan efisien) mungkin dengan
menjalin kerja sama dengan manajer lainnya.
4. Bertugas sebagai penghubung antara perusahaan dengan pasar keuangan, sehingga dapat
mendapatkan dana dan memperdagangkan surat berharga perusahaan.

Seorang manajer keuangan diharapkan dapat bertanggung jawab penuh pada keuangan
perusahaan dan bisa mengambil keputusan penting pada setiap keputusan mengenai investasi dan
pembelanjaan uang perusahaan.

Keputusan yang diambil manajer perusahaan tentang investasi, pembiayaan kegiatan usaha dan
pembagian deviden suatu perusahaan menjadi tugas utama yang harus dia jalankan dengan baik
agar roda perusahaan dapat terus berjalan.

10. sebutkanlah keuntungan dan kegiatan bagi sebuah bank yang menawarkan jasa – jasa kartu
kredit?
Kegiatan ini dilakukan dengan menawarkan berbagai jenis simpanan. Jenis-jenis simpanan yang
sering digunakan adalah:

1. Simpanan Giro (Demand Deposit)

Simpanan giro adalah simpanan pada bank yang penarikannya dapat dilakukan dengan
menggunakan bilyet giro atau cek. Rekening giro biasa digunakan karena merupakan dana
murah, sebab bunga yang diberikan kepada nasabah juga relatif rendah dibandingkan dengan
simpanan lainnya.

2. Simpanan Tabungan (Saving Deposit)

Simpanan tabungan adalah simpanan pada bank, yang penarikannya sesuai dengan persyaratan
bank. Bisa melalui Anjungan Tunai Mandiri (ATM), buku tabungan, kwitansi dan slip penarikan.
Besarnya bunga tabungan tergantung kebijakan bank yang bersangkutan, namun biasanya lebih
tinggi dari rekening giro.

3. Simpanan Deposito (Time Deposit)

Simpanan deposito adalah simpanan yang memiliki jangka waktu tertentu. Jadi, penarikan
simpanan bisa dilakukan sesuai jangka waktu tersebut. Jenis deposito pun beragam,contohnya :
deposito berjangka, sertifikat deposito dan deposit on call.

B. Menyalurkan Dana (Lending)

Jasa bank lainnya adalah kegiatan menyalurkan dana. Kegiatan ini adalah menjual dana yang
telah dihimpun dari masyarakat. Penyaluran dana yang dilakukan oleh bank dilakukan dengan
memberikan pinjaman kepada masyarakat yang dikenal dengan nama kredit. Jenis-jenis kredit
diantaranya :

1. Kredit Investasi
Kredit investasi adalah kredit yang diberikan kepada nasabah yang melakukan investasi atau
penanaman modal. Contohnya: kredit membangun pabrik, membeli peralatan pabrik seperti
mesin dan lainnya.
2. Kredit Konsumtif

Kredit konsumtif adalah kredit yang digunakan untuk keperluan pribadi. Contohnya kredit
perumahan, kredit kendaraan bermotor dan lainnya.

3. Kredit Profesi

Kredit profesi adalah kredit yang diberikan kepada nasabah khusus, seperti dosen, dokter atau
pengacara.

4. Kedit Modal Kerja

Kredit modal kerja adalah kredit yang digunakan nasabah untuk modal usaha. Kredit jenis ini
biasanya hanya berjangka waktu pendek atau tidak lebih dari 1 (satu) tahun. Contohnya: kredit
untuk membayar gaji karyawan, kredit membayar bahan baku dan kredit modal kerja lainnya.

5. Kredit Perdagangan

Kredit perdagangan adalah kredit yang diberikan kepada pedagang untuk mengembangkan
kegiatan dagangnya. Contohnya adalah untuk membeli barang dagang kepada para supplier /
agen.

6. Kredit Produktif

Kredi produktif adalah kredit berupa investasi modal kerja atau perdagangan. Artinya, kredit ini
diberikan untuk diputar kembali sehingga pengembalian kredit adalah dari keuntungan hasil
usaha yang dibiayai.

11.sebutkan sebanyak mungkin motif yang menurut anda dapat membuat sebuah bank ingin
merger dengan bank lain?

Jawaban: Alasan mengapa merger itu penting sbb:

 Memang Sudah Jenuh dengan kondisi sebelumnya


 Adanya keinginan untuk lebih punya capability dalam persaingan
 Karena perusahaan sedang menghadapi Financial Distress dan mengupayakan adanya
Legal Bankruptcy

1.Defenisi Merger

Mergeradalah Penggabungan dua perusahaan yang ukuranya tidak sama dan hanya satu
perusahaan yang tetap survival. Perusahaan yang besar tetap survival sedangkan perusahaan
yang kecil melebur ke dalam perusahaan yang besar.
Contohnya:

 Bank Niaga (besar), Bank Lippo


 Bank Danamon (besar), Bank Tiara, PT Bank Duta Tbk, PT Bank Rama Tbk, PT Bank
Tamara Tbk, PT Bank Nusa Nasional Tbk, PT Bank Pos Nusantara, PT Jayabank
International dan PT Bank Risjad Salim Internasional

Contoh Merger

Contoh Satu: Merger Bank Lippo dan Bank Niaga

Perusahaan yang melakukan Merger adalah antara Bank Lippo dengan Bank Niaga… pada tahun
2008. Ingat.. sifat dari merger adalah penggabungan antara dua perusahaan yang mana yang satu
mempunyai ukuran yang relatif lebih kecil daripada yang lainya… Antara Bank Lippo dan Bank
Niaga.. Keduanya bergabung untuk memperkuat posisinya di kancah persaingan global.

Contoh Merger yang dilakukan Oleh Bank Lippo dan Bank Niaga

Mereka Menyetujui untuk menggabungkan perusahaan dengan kriteria Merger. Dari Merger kali
ini Perusahaan yang relative lebih kecil ukuranya adalah Bank Lippo.. sehingga bank Lippo
merelakan untuk diganti saham yang beredar dengan saham Bank Niaga… Dengan demikian
dengan harga tertentu yang telah disepakati mereka berdua.. tiap saham Bank Lippo dihargai
dengan harga tertentu sehingga mendapatkan nilai yang cocok untuk dibeli oleh Bank Niaga..
Sehingga saham Bank Lippo berganti nama dengan Saham Bank Niaga..
Setelah kesepakatan keduanya.. Kedua Bank ini menyetujui untuk mengubah nama mereka after
merger menjadi Bank CIMB Niaga..

Nah inilah hasil yang diharapkan dari Merger kali ini.. yaitu Leverage (Pengungkit) kekuatan
kedua Bank untuk menjadi satu dengan kekuatan yang baru serta more creating value bagi CIMB
Niaga. Kalau kita ingin mengetahui bagaimana kinerja mereka after (setelah) Merger, maka kita
dapat menggunakan beberapa metode yang sudah umum dikalangan manajer perusahaan

 Dinilai dengan Metode Earning perusahaan Setelah Merger. (EPS/ Earning Per Share)
 Dihitung Market Share nya.. ini merupakan pekerjaan khusus bagi manajer pemasaran
untuk menghitung perluasan pasar setelah melakukan merger
 Menghitung Kapitalisasi Pasarnya.. atau Economic Gain nya..

Untuk melihat tentang keefektifan dari Merger suatu perusahaan, maka analis keuangan perlu
melakukan di antara tiga hal diatas. Lalu bagaimana dengan Merger Bank Lippo, dan Bank
Niaga ???

Metode Earning Per Share

Kita lihat Laporan Keuangan Perusahaan Sebelum dan Sesudah Merger. Mengapa mesti melihat
Laporan Keuanganya??? Nah.. baik.. saya jelaskan.. laporan keuangan suatu perusahaan
mengandung banyak informasi tentang perusahaan. Di dalamnya kita bisa mengukura bagaimana
sebuah perusahaan bisa berkembang dan bagaimana perusahaan akan mengalami financial
distress (gejala-gejala penyakit financial). Nah… maka dari itu.. dalam metode ini kita
mengukurnya dengan Earning Per Share (Pendapatan Per Lembar Saham). Hal ini dapat
diketahui dengan melihat Earning dibagi dengan jumhlah lembar saham, dengan kalimat yang
lebih jelas yaitu laba per lembar saham.

Pada sebuah penelitian mahasiswa univ.padjadjaran bahwa earnings per share Bank CIMB Niaga
setelah merger meningkat sebanyak 0.29842 poin dari Rp13.87444 menjadi Rp14.17289.
Artinya tiap lembar saham meninkat erningnya sebesar 0.29842 satuan.
Namun peningkatan ini tidak lebih besar signifikan secara statistik dengan t hitung (-0.07) ≤ t
tabel (1.761). Hal ini dimungkinkan karena pertambahan tidak terlalu banyak dan juga adanya
pertambahan jumlah saham beredar sebanyak 11.051.151.514 yang didapat dari konversi saham.

Capital GainCapital gain Bank CIMB Niaga juga meningkat setelah merger sebanyak
2.8223867 poin dari 5.109399% menjadi 7.9317857%. Namun, hal ini tidak lebih besar
signifikan secara statistik dengan t hitung (-0.26) ≤ t tabel (1.761).Hal ini dimungkinkan karena
tidak banyaknya pertambahan dan harga saham yang fluktuatif.Debt to equity ratio Bank CIMB
Niaga setelah merger meningkat sebanyak 4.09958 poin dari 28.26778% menjadi 24.16882%.
Hal ini berkebalikan dengan hipotesis yang dibuat yaitu DER setelah merger lebih kecil
signifikan daripada sebelum merger.Hasil penelitian ini juga tidak
signifikan secara statistik dengan t hitung (-1.38) ≥ -t tabel (-1.761). Hal ini dimungkinkan
karena adanya pertambahan hutang Bank CIMB Niaga dari Bank Lippo melalui merger.
Kesimpulannya dari penelitian ini adalah EPS, capital gain dan DER meningkat setelah merger

Market SharePada cara penilaian ini dibutuhkan marketer yang mengukur berapa market share
sebelum dan sesudah merger. Yaitu cakupan pasarnya apa ada peningkatan setelah melakukan
penggabungan atau malah mengalami penurunan.

Contoh dua: Bank Danamon Bank Tiara, PT Bank Duta Tbk, PT Bank Rama Tbk, PT Bank
Tamara Tbk, PT Bank Nusa Nasional Tbk, PT Bank Pos Nusantara, PT Jayabank International
dan PT Bank Risjad Salim Internasional.

Sejarah Bank Danamon Sebelum Merger

Danamon didirikan pada tahun 1956 dengan nama Bank Kopra Indonesia. Nama ini kemudian
berubah menjadi PT Bank Danamon Indonesia pada tahun 1976 sampai sekarang. Pada tahun
1988, Danamon menjadi bank devisa dan setahun kemudian adalah publik yang terdaftar di
Bursa Efek Jakarta.

Contoh Merger yang dilakukan oleh Bank Danamon, Bank Tamara, Bank Duta, Bank Tiara,
Bank Rama, Bank Nusa Internasional, Bank Pos Nusantara, Jaya Bank Internasional, dan Bank
RSI

Dalam membangun dari krisis keuangan Asia pada tahun 1998, Danamon ditempatkan di bawah
pengawasan Indonesia Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) sebagai Bank Take Over
(BTO). Pada tahun 1999, Pemerintah Indonesia, melalui BPPN merekapitalisasi Danamon
dengan Rp 32,2 triliun obligasi pemerintah. Dalam tahun yang sama (1999) PT Bank PDFCI,
BTO yang lain, digabung dengan Danamon sebagai bagian dari program restrukturisasi BPPN.

Sebagai bagian dari paket merger, Danamon menerima rekapitalisasi kedua dari Pemerintah
melalui injeksi modal sebesar Rp 28,9 triliun. sebagai surviving entity, Danamon muncul dari
merger sebagai salah satu bank swasta terbesar di Indonesia.

12. penguasa manakah yang memberikan keputusan tentang struktur modal bank, dan sampai
berapa jauh wewenangnya untuk memastikan garis pedoman mereka dipatuhi?

Jawaban :

Anda mungkin juga menyukai