Anda di halaman 1dari 8

TUGAS INDIVIDU

Mata kuliah:
FILSAFAT ILMU

“HUBUNGAN FILSAFAT DENGAN ILMU”

Oleh:

KARDITA BASIR
B1B1 15 213

JURUSAN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Tuhan YME, karena atas berkat nikmat dan
hidayah-Nya ringkasan materi yang berjudul “Hubungan Filsafat Dengan Ilmu Pengetahuan”
ini dapat terselesaikan dengan baik.
Ringkasan ini dibuat dengan harapan agar yang membaca mendapatkan ilmu yang
bermanfaat serta membuka wawasan pembaca tentang pengertian ilmu itu sendiri.
Saya sadar dalam makalah ini masih banyak kekurangan dalam hal isi maupun
penulisan. Untuk itu saya sampaikan maaf yang sebesar besarnya. Semoga makalah ini
bermanfaat bagi siapapun yang membacanya.
Atas perhatiannya saya ucapakan Terima Kasih.

Kendari, 1 Maret 2018

Penulis
A. PENGERTIAN FILSAFAT
Pengertian Filsafat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, adalah 1) Pengetahuan dan
penyelidikan dengan akal budi mengenai hakikat segala yang ada, sebab, asal, dan hukumnya,
2) Teori yang mendasari alam pikiran atau suatu kegiatan atau juga berarti ilmu yang
berintikan logika, estetika, metafisika dan epistemologi.
Plato (427 - 347 SM) mendefinisikan filsafat adalah ilmu pengetahuan yang berminat
mencapai kebenaran yang asli, Kemudian Aristoteles (382 - 322 SM) mengartikan filsafat
adalah ilmu pengetahuan yang meliputi kebenaran, dan berisikan di dalamnya ilmu;
metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi, politik, dan estetika.
Pengertian Filsafat secara umum adalah Ilmu pengetahuan yang ingin mencapai
hakikat kebenaran yang asli dengan ciri-ciri pemikirannya yang 1) rasional, metodis,
sistematis, koheren, integral, 2) tentang makro dan mikro kosmos 3) baik yang bersifat
inderawi maupun non inderawi. Hakikat kebenaran yang dicari dari berfilsafat adalah
kebenaran akan hakikat hidup dan kehidupan, bukan hanya dalam teori tetapi juga praktek.
Filsafat Hukum menurut Gustaff Radbruch adalah cabang filsafat yang mempelajari
hukum yang benar. Dan menurut Langmeyer: Filsafat Hukum adalah pembahasan secara
filosofis tentang hukum, Anthoni D’Amato mengistilahkan dengan Jurisprudence atau filsafat
hukum yang acapkali dikonotasikan sebagai penelitian mendasar dan pengertian hukum
secara abstrak, Kemudian Bruce D. Fischer mendefinisikan Jurisprudence adalah suatu studi
tentang filsafat hukum. Kata ini berasal dari bahasa Latin yang berarti kebijaksanaan
(prudence) berkenaan dengan hukum (juris) sehingga secara tata bahasa berarti studi tentang
filsafat hukum.
Secara sederhana, dapat dikatakan bahwa Filsafat hukum merupakan cabang filsafat,
yakni filsafat tingkah laku atau etika, yang mempelajari hakikat hukum. Dengan perkataan
lain filsafat hukum adalah ilmu yang mempelajari hukum secara filosofis, jadi objek filsafat
hukum adalah hukum, dan objek tersebut dikaji secara mendalam sampai pada inti atau
dasarnya, yang disebut dengan hakikat.
Prof. Dr. H. Muchsin, SH. dalam bukunya Ikhtisar Filsafat Hukum menjelaskan
dengan cara membagi definisi filsafat dengan hukum secara tersendiri, filsafat diartikan
sebagai upaya berpikir secara sungguh-sungguh untuk memahami segala sesuatu dan makna
terdalam dari sesuatu itu kemudian hukum disimpulkan sebagai aturan, baik tertulis maupun
tidak tertulis yang mengatur tingkah laku manusia dalam masyarakat, berupa perintah dan
larangan yang keberadaanya ditegakkan dengan sanksi yang tegas dan nyata dari pihak yang
berwenang di sebuah negara.

B. PENGERTIAN ILMU
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Pengertian Ilmu diartikan sebagai
pengetahuan tentang suatu bidang yang disusun secara sistematis menurut metode ilmiah
tertentu yang dapat digunakan untuk menerangkan kondisi tertentu dalam bidang
pengetahuan. Sedangkan dalam Wikipedia Indonesia, Pengertian ilmu pengetahuan adalah
seluruh usaha sadar untuk menemukan, menyelidiki dan meningkatkan pemahaman manusia
dari berbagai bentuk kenyataan dalam alam manusia.
Beberapa ahli telah menuliskan Pengertian Ilmu, yaitu sebagai berikut :
1. Karl Pearson: Ilmu merupakan keterangan yang konsisten dan komprehensif tentang
fakta pengalaman dengan istilah yang sederhana.
2. Ralp Ross dan Ernest Van Den Haag: Ilmu merupakan umum, rasional, empiris dan
sistematik serta serentak.
3. Afanasye: Ilmu merupakan pengetahuan manusia yang meliputi masyarakat, pikiran
dan alam. Selain itu, ilmu mencerminkan alam dan kategori, konsep-konsep dan
hukum-hukum, dimana kebenaran dan ketetapannya diuji dengan pengalaman yang
praktis.
4. Ashely Montagu: Ilmu merupakan pengetahuan disusun dalam satu sistem yang
berasal dari studi, pengamatan dan percobaan untuk menentukan dasar prinsip
tentang hal yang sedang dikaji.
5. John G. Kemeny: ilmu merupakan emua pengetaguan yang dikumpulkan dengan
menggunakan metode ilmiah. Dari pernyataa tersebut dapat dikatkan bahwa imlu
merupakan produk atau hasil dari sebuah proses yang dibuat dengan menggunakan
metode ilmiah sebagai suatu prosedur atau cara.
6. The Liang Gie: ilmu merupakan suatu rangkaian kegiatan manusia yang bersifat
rasional dan kognitif dengan metode berupa prosedur dan langkah sehingga
menghasilkan kumpulan pengetahuan yang sistematis mengenai gejala alam,
masyarakat, atau keorangan guna mencapai kebenaran.
7. Shapere: Pengertian Ilmu mencakup adanya rasionalitas, generalisasi dan
sistematisasi.

Dalam Pengertian Ilmu, ada lima sifat ilmiah sebagai syarat-syarat ilmu yaitu antara lain:
1. Sistematis: Ilmu harus memiliki keterkaitan dan terumuskan dalam hubungan yang
logis dan teratur sehingga suatu sistem akan membentuk secara utuh, terpadu ,
menyeluruh dan mampu menjelaskan rangkaian sebab akibat yang menyangkut
objeknya.
2. Objektif: Ilmu harus memiliki objek kajia yang meliputi golongan masa;ah yang sama
dengan sifat hakikatnya, tampak dari luar maupun bentuknya dari dalam. Kajian
objeknya bersifat ada atau mungkin ada karena masih harus di uji kebenarannya
(bukan hasil prasangka/dugaan).
3. Analisis/metodis: Secara umum, metodis diartikan sebagai metode tertentu yang
digunakan dan merujuk pada metode ilmiah atau upaya yang dilakukan untuk
meminimalisasi kemungkinan terjadinya penyimpangan yang bertujuan mencari
kebenaran ilmiah.
4. Universal: Ilmu bersifat umum atau kebenaran yang hendak dicapai.
5. Empiris: Ilmu hasil percobaan atau panca indera.

Dalam Pengertian Ilmu, terdapat beberapa bidang-bidangkeilmuan yaitu :


1. Ilmu ekonomi adalah ilmu tentang distribusi, konsumsi dan produksi barang, serta
berbagai masalah yang bersangkutan seperti pembiayaan, keuangan dan tenaga kerja.
2. Ilmu ekonomi makro adalah ilmu ekonomi yang meliputi peranan dan perkembangan
unsur ekonomi secara keseluruhan seperti pendapatan nasional, pengaruh pengeluaran
pemerintah, jumlah uang yang beredar dan indeks harga.
3. Ilmu ekonomi mikro adalah ilmu ekonomi yang meliputi perilaku subjek dan barang
ekonomi secara individual seperti hubungan dengan perkembangan harga barang,
tingkat gaji/penghasilan, faktor ekonomi dan laba perusahaan.
4. Ilmu administrasi adalah ilmu tentang berbagai hasil pengalaman yang berhubungan
dengan maslah pemerintahaan.
5. Ilmu anatomi adalah ilmu yang meliputi organisme manusia, tumbuhan ataupun
binatang untuk mencapai susunan dan fungsi bagian-bagiannya.
6. Ilmu faal adalah ilmu pengetahuan tentang gejala hidup pada alat tubuh manusia
seperti alat pernapasan, peredaran darah, jasad bintang dan tumbuhan (fisiologi).
7. Ilmu bedah adalah ilmu pengetahuan tentang mengoperasi atau membedah bagian
tubuh.
8. Ilmu aqidah adalah ilmu pengetahuan tentang kepercayaan dan keyakinan.
9. Ilmu agama adalah ilmu pengetahuan tentang ajaran agama.
10. Ilmu fiqih adalah ilmu pengetahuan tentang kewajiban yang diperintahkan dalam
agama islam.
11. Ilmu gizi adalah ilmu pengetahuan tentang bagaimana cara memanfaatkan makanan
untuk kepentingan kesehatan tubuh manusia.
12. Ilmu hukum adalah ilmu yang meliputi norma kehidupan masyarakat, aturan dan adat
istiadat yang dibuat oleh pemimpin dalam suatu masyarakat.
13. Ilmu iklim adalah ilmu pengetahuan tentang keadaan cuaca (klimatologi).
14. Ilmu eksakta adalah ilmu yang berdasarkan kecermatan dan ketetapan dalam metode
analisis dan penelitian.
15. Ilmu bisnis adalah ilmu dalam berjual beli (perdagangan).

C. HUBUNGAN FILSAFAT DENGAN ILMU

Dalam sejarah filsafat Yunani, filsafat mencakup seluruh bidang ilmu pengetahuan.
Lambat laun banyak ilmu-ilmu khusus yang melepaskan diri dari filsafat. Meskipun
demikian, filsafat dan ilmu pengetahuan masih memiliki hubungan dekat. Sebab baik filsafat
maupun ilmu pengetahuan sama-sama pengetahuan yang metodis, sistematis, koheren dan
mempunyai obyek material dan formal.
Yang membedakan diantara keduanya adalah: filsafat mempelajari seluruh realitas,
sedangkan ilmu pengetahuan hanya mempelajari satu realitas atau bidang tertentu.
Filsafat adalah induk semua ilmu pengetahuan. Dia memberi sumbangan dan peran
sebagai induk yang melahirkan dan membantu mengembangkan ilmu pengetahuan hingga
ilmu pengetahuan itu itu dapat hidup dan berkembang.
Filsafat membantu ilmu pengetahuan untuk bersikap rasional dalam
mempertanggungjawabkan ilmunya. Pertanggungjawaban secara rasional di sini berarti
bahwa setiap langkah langkah harus terbuka terhadap segala pertanyaan dan sangkalan dan
harus dipertahankan secara argumentatif, yaitu dengan argumen-argumen yang obyektif
(dapat dimengerti secara intersuyektif).
Ditinjau dari segi historis, hubungan antara filsafat dan ilmu pengetahuan mengalami
perkembangan yang sangat menyolok. Pada permulaan sejarah filsafat di Yunani,
“philosophia” meliputi hampir seluruh pemikiran teoritis. Tetapi dalam perkembangan ilmu
pengetahuan di kemudian hari, ternyata juga kita lihat adanya kecenderungan yang lain.
Filsafat Yunani Kuno yang tadinya merupakan suatu kesatuan kemudian menjadi terpecah-
pecah (Bertens, 1987, Nuchelmans, 1982).
Lebih lanjut Nuchelmans (1982), mengemukakan bahwa dengan munculnya ilmu
pengetahuan alam pada abad ke 17, maka mulailah terjadi perpisahan antara filsafat dan ilmu
pengetahuan. Dengan demikian dapatlah dikemukakan bahwa sebelum abad ke 17 tersebut
ilmu pengetahuan adalah identik dengan filsafat. Pendapat tersebut sejalan dengan pemikiran
Van Peursen (1985), yang mengemukakan bahwa dahulu ilmu merupakan bagian dari filsafat,
sehingga definisi tentang ilmu bergantung pada sistem filsafat yang dianut.
Dalam perkembangan lebih lanjut menurut Koento Wibisono (1999), filsafat itu
sendiri telah mengantarkan adanya suatu konfigurasi dengan menunjukkan bagaimana “pohon
ilmu pengetahuan” telah tumbuh mekar-bercabang secara subur. Masing-masing cabang
melepaskan diri dari batang filsafatnya, berkembang mandiri dan masing-masing mengikuti
metodologinya sendiri-sendiri.
Dengan demikian, perkembangan ilmu pengetahuan semakin lama semakin maju
dengan munculnya ilmu-ilmu baru yang pada akhirnya memunculkan pula sub-sub ilmu
pengetahuan baru bahkan kearah ilmu pengetahuan yang lebih khusus lagi seperti spesialisasi-
spesialisasi. Oleh karena itu tepatlah apa yang dikemukakan oleh Van Peursen (1985), bahwa
ilmu pengetahuan dapat dilihat sebagai suatu sistem yang jalin-menjalin dan taat asas
(konsisten) dari ungkapan-ungkapan yang sifat benar-tidaknya dapat ditentukan.
Terlepas dari berbagai macam pengelompokkan atau pembagian dalam ilmu
pengetahuan, sejak F.Bacon (1561-1626) mengembangkan semboyannya “Knowledge Is
Power”, kita dapat mensinyalir bahwa peranan ilmu pengetahuan terhadap kehidupan
manusia, baik individual maupun sosial menjadi sangat menentukan. Karena itu implikasi
yang timbul menurut Koento Wibisono (1984), adalah bahwa ilmu yang satu sangat erat
hubungannya dengan cabang ilmu yang lain serta semakin kaburnya garis batas antara ilmu
dasar-murni atau teoritis dengan ilmu terapan atau praktis.
Untuk mengatasi antara ilmu yang satu dengan ilmu yang lainnya, dibutuhkan suatu
bidang ilmu yang dapat menjembatani serta mewadahi perbedaan yang muncul. Oleh karena
itu, maka bidang filsafatlah yang mampu mengatasi hal tersebut. Hal ini senada dengan
pendapat Immanuel Kant (dalam Kunto Wibisono dkk., 1997) yang menyatakan bahwa
filsafat merupakan disiplin ilmu yang mampu menunjukkan batas-batas dan ruang lingkup
pengetahuan manusia secara tepat. Oleh sebab itu Francis Bacon (dalam The Liang Gie, 1999)
menyebut filsafat sebagai ibu agung dari ilmu-ilmu (the great mother of the sciences).
Lebih lanjut Koento Wibisono dkk. (1997) menyatakan, karena pengetahuan ilmiah
atau ilmu merupakan “a higher level of knowledge”, maka lahirlah filsafat ilmu sebagai
penerusan pengembangan filsafat pengetahuan. Filsafat ilmu sebagai cabang filsafat
menempatkan objek sasarannya: Ilmu (Pengetahuan). Bidang garapan filsafat ilmu terutama
diarahkan pada komponen-komponen yang menjadi tiang penyangga bagi eksistensi ilmu
yaitu: ontologi, epistemologi dan aksiologi. Hal ini didukung oleh Israel Scheffler (dalam The
Liang Gie, 1999), yang berpendapat bahwa filsafat ilmu mencari pengetahuan umum tentang
ilmu atau tentang dunia sebagaimana ditunjukkan oleh ilmu.
Interaksi antara ilmu dan filsafat mengandung arti bahwa filsafat dewasa ini tidak
dapat berkembang dengan baik jika terpisah dari ilmu. Ilmu tidak dapat tumbuh dengan baik
tanpa kritik dari filsafat. Dengan mengutip ungkapan dari Michael Whiteman (dalam Koento
Wibisono dkk.1997), bahwa ilmu kealaman persoalannya dianggap bersifat ilmiah karena
terlibat dengan persoalan-persoalan filsafati sehingga memisahkan satu dari yang lain tidak
mungkin. Sebaliknya, banyak persoalan filsafati sekarang sangat memerlukan landasan
pengetahuan ilmiah supaya argumentasinya tidak salah. Lebih jauh, Jujun S. Suriasumantri
(1982:22), –dengan meminjam pemikiran Will Durant– menjelaskan hubungan antara ilmu
dengan filsafat dengan mengibaratkan filsafat sebagai pasukan marinir yang berhasil merebut
pantai untuk pendaratan pasukan infanteri. Pasukan infanteri ini adalah sebagai pengetahuan
yang diantaranya adalah ilmu. Filsafatlah yang memenangkan tempat berpijak bagi kegiatan
keilmuan. Setelah itu, ilmulah yang membelah gunung dan merambah hutan,
menyempurnakan kemenangan ini menjadi pengetahuan yang dapat diandalkan.

D. PERSAMAAN DAN PERBEDAAN FILSAFAT DAN ILMU


PERSAMAAN:
 Keduanya mencari rumusan yang sebaik-baiknya menyelidiki obyek selengkap-
lengkapnya sampai ke-akar-akarnya
 Keduanya memberikan pengertian mengenai hubungan atau koheren yang ada antara
kejadian-kejadian yang kita alami dan mencoba menunjukkan sebab-akibatnya
 Keduanya hendak memberikan sistesis, yaitu suatu pandangan yang bergandengan
 Keduanya mempunyai metode dan sistem
 Keduanya hendak memberikan penjelasan tentang kenyataan seluruhnya timbul dari
hasrat manusia [obyektivitas], akan pengetahuan yang lebih mendasar.

PERBEDAAN:
 Obyek material [lapangan] filsafat itu bersifat universal [umum], yaitu segala sesuatu
yang ada [realita] sedangkan obyek material ilmu [pengetahuan ilmiah] itu bersifat
khusus dan empiris. Artinya, ilmu hanya terfokus pada disiplin bidang masing-masing
secra kaku dan terkotak-kotak, sedangkan kajian filsafat tidak terkotak-kotak dalam
disiplin tertentu.
 Obyek formal [sudut pandangan] filsafat itu bersifat non fragmentaris, karena mencari
pengertian dari segala sesuatu yang ada itu secara luas, mendalam dan mendasar.
Sedangkan ilmu bersifat fragmentaris, spesifik, dan intensif. Di samping itu, obyek
formal itu bersifatv teknik, yang berarti bahwa cara ide-ide manusia itu mengadakan
penyatuan diri dengan realita
 Filsafat dilaksanakan dalam suasana pengetahuan yang menonjolkan daya spekulasi,
kritis, dan pengawasan, sedangkan ilmu haruslah diadakan riset lewat pendekatan trial
and error. Oleh karena itu, nilai ilmu terletak pada kegunaan pragmatis, sedangkan
kegunaan filsafat timbul dari nilainnya
 Filsafat memuat pertanyaan lebih jauh dan lebih mendalam berdasarkan pada
pengalaman realitas sehari-hari, sedangkan ilmu bersifat diskursif, yaitu menguraikan
secara logis, yang dimulai dari tidak tahu menjadi tahu
 Filsafat memberikan penjelasan yang terakhri, yang mutlak, dan mendalam sampai
mendasar [primary cause] sedangkan ilmu menunjukkan sebab-sebab yang tidak
begitu mendalam, yang lebih dekat, yang sekunder [secondary cause].

DAFTAR PUSTAKA

 Muntasyir,Rizal.Filsafat Ilmu,Yogyakarta.Pustaka Pelajar,2006


 Hakim,Nasution.Pengantar ke Filsafat Sains,Jakarta.Litera AntarNusa,1992
 Suriasumantri,Jujun S.Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer,Jakarta.Pustaka Sinar
Harapan,2007
 Bakar,Osman.Tauhid dan Sains,Bandung.Pustaka Hidayah,1995
 http://penulisbima.blogspot.co.id/2015/09/hubungan-filsafat-dengan-ilmu.html

Anda mungkin juga menyukai