Anda di halaman 1dari 7

Mata Kuliah:

FILSAFAT ILMU

Toko Filsuf:
“DAVID HUME”

Oleh:
Kardita Basir (B1B1 15 213)
Fadlan Sair (B1B1 15 072)
Eko Sudarminto (B1B1 15 103)

JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2018

Filsafat David Hume


Aliran Empirisme dibangun pada abad ke 17 yang muncul setelah lahirnya
aliran rasionalisme. Emperisme adalah doktrin filsafat yang menekankan peranan
pengalaman dalam memperoleh pengetahuan dan mengecilkan peranan akal.
Istilah empirisme sendiri diambil dari bahasa Yunani yaitu Empeiria yang bereati
coba–coba atau pengalaman. Tapi aliran empirisme disini bertolak belakang
dengan aliran rasionalisme. Menurut paham Empirisme bahwa pengetahuan
bukan hanya didasarkan pada rasio belaka, di inggris.

Konsep mengenai filsafat Empirisme muncul pada abad modern yang


lahir karena adanya upaya keluar dari kekangan pemikiran kaum agamawan di
zaman skolastik. Descartes adalah seorang yang berjasa dalam membangun
landasan pemikiran baru di dunia barat. Descartes menawarkan sebuah prosedur
yang disebut keraguan metodis universal dimana keraguan ini bukan menunjuk
kepada kebingungan yang berkepanjangan , tetapi akan berakhir ketika lahir
kesadaran akan eksistensi diri yang dia katakan dengan cogito ergo sum yang
artinya saya berpikir, maka saya ada.

Teori pengetahuan yang dikembangkan oleh Decartes dikenal dengan


rasionalisme karena alur pemikiran yang dikembangkan Rene Decartes bermuara
kepada kekuatan rasio manusia. Sebagau reaksi dari pemikiran rasionalisme
Decartes inilah muncul para filosof yang berkembang kemudian yang bertolak
belakang dengan Decartes yang menganggap bahwa pengetahuan itu
bersumber pada pengalaman atau Empirisme. Para filosof yang disebut sebagai
kaum Empirisme diantaranya yaitu, John Locke, Thomas Hobbes, George
Barkeley , dan David Hume. Dalam makalah ini tidak membahas semua tokoh
Empirisme, tetapi akan membahas tentang tokoh Empirisme David Hume yang
dianggap sebagai puncak empirisme yang paling radikal.

A. Biografi David Hume


David hume lahir pada tanggal 26 April 1711 di
Edinburgh, Skotlandia. Awalnya nama aslinya adalah
David Home namun pada tahun 1734, ia mengubah
namanya Hume karena di Inggris kesulitan
mengucapkan Home dengan cara Skotlandia. Hume
merupakan putra pasangan Yusuf Chrinside dan
Khaterine Falcorner. Saat usia Hume masih anak-anak,
ayahnya meninggal sehingga dia dibesarkan oleh
ibunya.

Dalam masalah pendidikan, Hume mendapatkan pendidikan yang sangat


baik. Hume mendaftar di Universitas Edinberg untuk belajar sastra klasik, tapi
Hume tidak puas dengan pendidikannya itu, kemudian dia memutuskan untuk
keluar dari universitas dan memilih pergi ke perancis untuk menjadi seorang
filsuf besar.

Pada tahun 1734, setelah beberapa bulan sibuk dengan perdagangan di


Bristol, Hume pergi ke La fleche di Anjon, Perancis. Disana dia sering wacana
dengan Jesuit dari College of La Fleche, saat itu juga, dia menghabiskan
tabungannya untuk menuliskan karyanya yang berjudul “A Treatise of Human
Nature”, dia menyelesaikan karyanya pada usia 26 tahun.

Setelah karyanya dipublikasikan pada tahun 1744, Hume ditetapkan


sebagai ketua Pneumatics dan moral filsafat dan moral di Universitas Edinburg.
Namun posisinya diberikan kepda William Cleghorn, karena menteri Edinburg
mengajukan petisi kepada dewan kota untuk tidak menunjuk Hume karena ia
dituduh sebagai ateis. Hume juga dituduh bid’ah, tapi dia dipertahankan oleh
ulama muda, teman-temannya berpendapat bahwa sebagai ateis, ia berada di
luar gereja yuridiksi. Walaupun adanya pembebasan, Hume gagal untuk
mendapatkan jabatan sebagai ketua filsafat di universitas Glasgow.

Hume wafat pada usia yang ke 65 pada tahun 1776 di kota kelahirannya
Edinburg, Skotlandia. Sepanjang kehidupannya, Hume tidak pernah menikah.
B. Pemikiran David Hume

David Hume merupakan puncak dari aliran Empirisme. Baginya,


pengalaman lebih dari rasio sebagai sumber pengetahuan, baik pengalaman
intern maupun ekstern. Menurut Hume, semua ilmu itu berhubungan dengan
hakekat manusia. Dan ilmu inilah yang menjadi satu-satunya dasar bagi ilmu-
ilmu yang lain.

Hume mengatakan bahwa, semua pengetahuan dimulai dari pengalaman


indra sebagai dasar. Impression pada Hume, sama dengan sensasional pada
John Lock yaitu basis pengetahuan. Semua persepsi jiwa manusia terbentuk dari
dua alat yang berbeda yaitu impression dan idea . Dari keduanya, perbedaan
terletak pada tingkat kekuatan dan garis menuju kekuatan besar dan kasar
disebut impression, sedangkan idea adalah gambaran kabur tentang persepsi
yang masuk ke dalam pikiran.

Hume tidak menerima substansi, sebab yang dialaminya hanya kesan-


kesan saja tentang beberapa ciri yang selalu ada bersama-sama. Dimulai dari
kesan, kemudian muncul gagasan, dimana kesan merupakan hasil penginderaan
secara langsung, sedangkan gagasan itu sendiri merupakan ingatan akan kesan-
kesan. Kita ambil contoh, ada sebuah benda dengan ciri-ciri putih, licin, ringan,
tipis. Dengan ciri-ciri tersebut tidak bisa disimpulkan bahwa yang memiliki ciri-ciri
tadi adalah kertas.

Hume tidak mengakui adanya kausalitas atau hukum sebab akibat.


Banyak orang berpendapat bahwa penyimpulan soal-soal yang nyata tampaknya
didasarkan atas hubungan sebab akibat. Sebagai contoh, kita menuangkan air
dalam bejana, kemudian di bawah bejana tersebut kita nyalakan api, setelah
beberapa menit, air pun mendidih. Kesan gejala pertama adalah air bejana.
Setelah beberapa waktu pengamatan, mendapat gejala yang kedua yaitu air
mendidih. Kesan akan terus menerus diterima jika ada api diletakkan dibawah
bejana yang berisi air yang mana akan timbul asosiasi tertentu yang menjadikan
akal kita cenderung berpendapat seolah api itu yang menghubungkan air dingin
dengan air mendidih. Hubungan ini kita angap sebagai suatu yang pasti, dimana
kepastian disini adalah hanya mengungkapkan harapan kita saja dan tidak boleh
dimengerti lebih dari berpeluang. Maka Hume menolak kausalitas sebab sesuatu
mengikuti yang lain, tidak melakat pada hal-hal itu sendiri, namun hanya dalam
gagasan kita. Jika kita bicara tentang hukum alam atau sebab akibat, sebenarnya
kita membicarakan apa yang kita harapkan, yang merupakan gagasan kita saja,
yang lebih didikte lah kebiasaan atau perasaan kita saja.

David hume menolak membagi persepsi menjadi dua, dimana persepsi


sederhana adalah persepsi yang tidak bisa dibagi seperti ketika melihat merah,
bulat dan pesepsi ruwet seperti idea apel yang memerlukan idea yang
susunannya dan asosiasinya harus kompleks. Jadi untuk mengetahui kebenaran
sebuah pengetahuan, maka diuraikan idea yang kompleks menjadi ide-ide
sederhana dan kemudian menemukan kesan yang merupakan basis idea
tersebut. Oleh karena itu, metode Hume tidak bisa digunakan untuk persoalan
metafisika seperti Tuhan karena tidak memiliki basis pengalaman dan tidak bisa
mempunyai basis berupa hubungan antara idea yang dapat didemonstrasikan
melalui logika sederhana atau pembuktian matematis.

Di dalam etikanya, Hume membuang segala kausalitas, karena akal hanya


bisa menunjuk pada kesesuaian antara suatu perbuatan tertentu dengan
defacto. Pada dasarnya, pemikiran Hume bersifat analisis, kritis dan skeptis. Ia
berpangkal pada keyakinan bahwa hanya kesan-kesanlah yang pasti, jelas dan
tidak diragukan, dari situlah dia sampai pada keyakinan bahwa “ aku “ termasuk
dunia khayalan. Berarti, dunia terdiri dari kesan-kesan yang terpisah dan dapat
disusun secara obyektif, sistematis, karena tiada hubungan sebab-sebab diantara
kesan-kesan itu.

C. KESIMPULAN
Teori hume ini meruntuhkan teori rasionalisme yang mengatakn bahwa
sumber pengetahuan adalah melalui rasio atau akal. Menurut Hume,
pengetahuan itu bersumber dari pengalaman yang diterima oleh kesan indrawi.
Hal demikian mendorong kita, bahwa untuk menemukan suatu pengetahuan,
kita memerlukan pengalaman kita. Dengan demikian, bahwa untuk membuktikan
suatu kebenaran akan pengetahuan itu, memerlukan observasi yang mana
dengan cara seperti itulah merupakan titik tolak dari pengetahuan manusia.

Selanjutnya, ketika Hume menerapkan teori empirismenya dalam


mengkaji eksistensi tuhan, dia mengungkapkan bahwa tuhan yang menurut
kaum rasionalisme memang sudah ada dalam alam bawaan, sebenarnya tidak
nyata. Menurut Hume, pengetahuan akan tuhan merupakan suatu hal yang
tidak dapat dibuktikan karena tidak adanya kesan penglaman yang kita rasakan
akan tuhan. Persoalan tuhan merupakan persoalan yang berkaitan dengan
metafisika. Pembahasan dalam metafisika tidak bisa didekati dengan pembuktian
menuntut adanya suatu empiris dan nyata. Jauh dari kritik destruktif terhadap
metafisika dan teologi, Hume memberikan analisis yang kontruktif yang
membuka kemungkinan baru sambil membuat kita sadar akan kebutuhan
mendasarkan teori kita pada fakta pengalaman. Hume menawarkan kesempatan
dan tantangan untuk membangun teori sendiri dengan memcoba sedekat
mungkin dengan pengalaman.

DAFTAR PUSTAKA

1. Adib, Mohammad. 2010. Filsafat Ilmu Ontologi, Epistemologi, Aksiologi


dan Logika ilmu pengetahuan. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
2. Russell, Bertrand. 2002. Sejarah Filsafat Barat. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
3. Abdul hakim, Atang dan ahmad sebani, beni. 2008. Filsafat umum .
Bandung : Pustaka Setia

Anda mungkin juga menyukai