Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH KEBIJAKAN FISKAL DAN MONETER

Dosen Pengampu: Tri Wahyono, M.E.

Disusun Oleh:

Hendra Setiawan (63020210121)

Adib Mashyuri (63020210128)

Inka Permata Christy (63020210135)

Ifatun Nisa N (63020210150)

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SALATIGA

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH

2022/ 2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT yang telahmelimpahkan rahmat
serta hidayah-Nya, sehingga tugas Makalah tentangkebijakan fiskal dan moneter
pengaruhnya terhadap inflasi, pendapatan danekspor dalam mata kuliah ekonomi lanjutan ini
dapat dilaksanakan denganlancar, sehingga dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Adapun
tujuan daripadapembuatan Makalah ini adalah untuk menambah wawasan, kreatifitas,
ilmupengetahuan mahasiswa.

Kami menyadari bahwa Makalah ini jauh untuk dikatakan sempurna baik isi maupun
penyajiannya. Oleh karena itu, penulismengharapkan saran dan kritik yang bersifat
membangun bagi perbaikan Makalahdi masa yang akan datang. Akhir kata semoga Makalah
ini dapat memberikanmanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan.

Salatiga, 10 Mei2023

Kelompok 8

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN........................................................................................................................ 1
A. Latar Belakang...................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.............................................................................................................. 1
C. Tujuan...............................................................................................................................1
BAB II......................................................................................................................................... 2
PEMBAHASAN........................................................................................................................... 2
A. Kebijakan Moneter.............................................................................................................2
1.Kelembagaan............................................................................................................... 2
2. Instrument Kebijakan Moneter................................................................................... 4
B. Kebijakan Fiskal................................................................................................................ 9
BAB III ..................................................................................................................................... 12
PENUTUP.................................................................................................................................. 12
A. Kesimpulan......................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................. 13

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Moneter, fiskal dan perdagangan internasional adalah merupakan instrument
kebijakan makro ekonomi (instrument of economic policy). Indonesia telah
mengalami berbagai macam kebijakan moneter dan fiskal sejak kemerdekaan.
Kebijakan fiskal dan kebijakan moneter merupakan bagian integral dari kebijakan
makroekonomi yang memiliki target yang harus dicapai baik dalam jangka pendek
dan jangka panjang. Sudah lama terjadi perdebatan antara kebijakan fiskal dan
moneter. Di satu sisi, kebijakan moneter diarahkan pada pencapaian target menjaga
stabilitas tingkat harga. Sementara itu di sisi lain kebijakan fiskal ditetapkan untuk
mencapai pertumbuhan ekonomi. Dari sini nampaknya muncul trade-off antara
pencapaian stabilitas harga dan pertumbuhan ekonomi terutama dalam jangka pendek.

Kebijakan defisit fiskal yang tinggi dapat menyebabkan kenaikan tingkat


inflasi, sebaliknya perekonomian dengan tingkat inflasi yang tinggi juga memberikan
dampak negatif bagi pertumbuhan ekonomi. Perkembangan perekonomian yang
semakin dinamis dan terintegrasi dengan perekonomian dunia memberikan implikasi
penting bagi para pelaku ekonomi terutama dalam pengambilan kebijakan
makroekonomi. Pengelolaan kebijakan fiskal dan moneter melalui koordinasi yang
baik akan memberikan sinyal positif bagi pasar dan menjaga stabilitas makroekonomi.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan kelembagaan dan instrument Kebijakan Moneter?
2. Apa yang dimaksud dengan Kebijakan Fiskal?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui kelembagaan dan instrument Kebijakan Moneter
2. Untuk mengetahui Kebijakan Fiskal

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Kebijakan Moneter
Moneter berasal dari bahasa latin, moneta, yang berarti hal-hal yang berkaitan
dengan uang atau mekanisme bagaimana uang disediakan dan beredar dalam kegitan
ekonomi. Kebijakan moneter (monetary policy) adalah suatu usaha dalam
mengendalikan keadaan ekonomi makro agar dapat berjalan sesuai dengan yang
diinginkan melalui pengaturan jumlah uang yang beredar dalam perekonomian. Usaha
tersebut dilakukan agar terjadi kestabilan harga dan inflasi. Untuk mencapai tujuan
tersebut Bank Sentral atau Otoritas Moneter berusaha mengatur keseimbangan antara
persediaan uang dengan persediaan barang agar inflasi dapat terkendali, tercapai
kesempatan kerja penuh dan kelancaran dalam pasokan/distibusi barang. Kebijakan
moneter dilakukan antara lain dengan instrument sebagai berikut yaitu suku bunga,
giro wajib minimum, intervensi di pasar valuta asing dan sebagai tempat
terakhir bagi Bank-bank untuk meminjam uang apabila mengalami kesulitan
likuiditas.

1. Kelembagaan

Perkembangan kelembagaan setelah tahun 1966 mengalami perubahan, hal ini


menyadari kegagalan kebijakan yang mengandalkan campur tangan pemerintah
dimasa lampau. Pemerintah Orde Baru berusaha mengurangi peranan negara dalam
kehidupan ekonomi dengan mengandalkan kekuatan- kekuatan pasar dan peranan
sektor swasta. Konglomerasi bank milik pemerintah kedalam satu unit administrasi
dihapus dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 14/1967 tentang Perbankan
dan Undang-Undang Nomor 13/1968 tentang Bank Sentral (Bank
Indonesia)Perkembangan sektor moneter di Indonesia sangat dramatis sejak
dikeluarkannya paket kebijakan deregulasi 1 Juni dan paket kebijakan 27 Oktober
1988. Perkembangan ini cukup menggembirakan tidak saja karena jumlah bank dan
kantor cabang yang meningkat. Tetapi juga meningkatnyaaktiva bank-bank umum
swasta nasional dan, munculnya produk-produk baru yang ditawarkan oleh bank-bank
guna menggali dan menghimpun dana masyarakat serta meningkatkan pelayanan
2
kepada masyarakat. Situasi ini dapat meningkatkan moneterisasi (monetesasi)
masyarakat, akan tetapi disisi lain diperlukan juga perangkat yang memadai guna
menunjang perkembangan sector-sektor tersebutHadirnya Undang-undang Nomor
7/1992 tentang Perbankan diharapkan dapat menjadi landasan hukum bagi perbankan
di Indonesia.
Lembaga keuangan (moneter) di Indonesia dapat didefinisikan sebagai semua
badan/lembaga institusi yang melalui kegiatannya dibidang keuangan menarik dana
dari dan menyalurkannya ke masyarakat. Konsep ini sesuai dengan bunyi pasal I UU
Nomor 14/1967 yang telah diganti dengan UU Nomor 7/1992. Hanya saja pada UU
Nomor 7/1992 tidak memberi kriteria/ definisi khusus mengenai lembaga keuangan.
Di Indonesia dikenal ada dua lembaga keuangan, yaitu lembaga keuangan bank (bank
umum saja) dan lembaga keuangan bukan bank (LKBB). Yang dimaksud dengan
lembaga keuangan menurut UU No. 14/1967 adalah bank umum, bank tabungan dan
bank perkreditan rakyat (BPR) dan bank campuran. Sedangkan Bank Sentral (BI)
diatur dengan UU No. 23/1999. Di samping itu, di Indonesia dikenal ada tiga
kelompok lembaga keuangan bukan bank yaitu: Lembaga Pembiayaan Pembangunan
(Development Finance Corporation)lembaga Perantara Penerbitan dan Perdagangan
Surat-Surat Berharga atau Lembaga Investasi Keuangan (Investment Finance
Corporation), dan Lembaga Keuangan bukan bank lainnya.
Pertama, Lembaga Pembiayaan Pembangunan didirikan dengan tugas utama
memberikan pinjaman jangka menengah dan jangka panjang serta penyertaan modal
dalam perusahaan. Sumber utama dana pembiayaan bagi lembaga-lembaga jenis ini
adalah pinjaman jangka panjang dan modal sendiri.
Kedua, Lembaga Investasi Keuangan mempunyai kegiatan utama sebagai
lembaga perantara dalam penerbitan dan pinjaman surat-surat berharga. Sumber
utama pembiayaan lembaga ini berasal dari penerbitan surat berharga dan pinjaman,
sedangkan penggunaan dananya dipakai untuk memberikanpinjaman jangka
menengah dan jangka panjang, disamping dapat juga menanamkan modalnya dalam
bentuk surat berharga jangka pendek diterbitkan perusahaan-perusahaan.
Ketiga, Lembaga Keuangan bukan bank lainnya umumnya bergerak dibidang
keuangan dan perkreditan, serta beroperasi dalam lingkungan dan sasaran yang
berbeda-beda. Namun, sebagian besar mereka bergerak dalam bidang asuransi,
leasing, lembaga pembiayaan pemilikan perumahan, pajak piutang, modal ventura dan
lembaga perkreditan rakyat baik formal informal. maupun
3
2. Instrument Kebijakan Moneter
Kebijakan moneter dalam perekonomian modern dilakukan melalui berbagai
instrumen yaitu:
a. Operasi pasar terbuka (Open Market Operation)
Adalah pemerintah mengendalikan jumlah uang beredar dengan cara menjual
atau membeli surat-surat berharga milik pemerintah (government security). Bank
sentral dapat membuat perubahan-perubahan ke atas jumlah penawaran uang dengan
melakukan jual beli surat-surat berharga. Bentuk tindakan yang akan diambil
tergantung kepada masalah ekonomi yang dihadapi. Pada waktu perekonomian
mengalami masalah resesi, penawaran uang perlu ditambah.Bank sentral menambah
penawaran uang dengan melakukan pembelian surat-surat berharga. Penawaran uang
akan bertambah karena apabila bank bank sentral melakukan pembayaran ke atas
pembeliannya itu, maka cadangan yang ada pada bank perdagangan menjadi lebih
besar. Dengan adanya kelebihan cadangan tersebut maka dapat memberikan pinjaman
yang lebih banyak. Pinjaman ini akan diivestasikan dan kegiatan ekonomi Negara
akan menjadi bertambah tinggi. Di dalam masa inflasi, kegiatan ekonomi yang
berlebih-lebihan harus dikurangkan.
Salah satu langkah yang dapat dilakukan adalah dengan mengurangkan
penawaran uang.Tujuan ini dapat dicapai oleh bank sentral dengan membeli surat-
surat berharga. Dengan penjualan itu tabungan giral masyarakat dan cadangan yang
dipegang oleh bank-bank perdagangan akan berkurang. Supaya operasi pasar terbuka
dapat dilaksanakan dengan sukses dan memberikan efek yang diharapkan, dua
keadaaan haruslah wujud dalam perekonomian. Keadaan-keadaan tersebut adalah:
1) Bank-bank perdagangan tidak memiliki kelebihan cadangan. Apabila kelebihan
cadangan yang dimiliki oleh bank-bank perdagangan cukup besar, mereka dapat
membeli surat-surat berharga yang dijual oleh bank sentral dengan menggunakan
kelebihan caadangan tersebut.Oleh karena itu bank-bank perdagangan tidak perlu
mengurangi jumlah tabungan giral. Apabila tabungan giral tidak mengalami
perubahan, maka penawaran uang juga tidak mengalami perubahan. Dari keadaan ini
dapat disimpulkan bahwa operasi pasar terbuka hanya kan berhasil apabila bank-bank
perdagangan tidak mempunyai kelebihan cadangan lagi.

4
2) Dalam ekonomi telah tersedia cukup banyak surat-surat berharga yang dapat
diperjualbelikan. Operasi pasar terbuka hanya akan mencapai tujuannya apabila
terdapat surat-surat berharga yang dapat diperjualbelikan untuk melaksanakan
kebijakan itu. Dalam teori, bank sentral dapat secara efisien dapat mempengaruhi
perubahan-perubahan dalam penawaran uang dengan melakukan jual beli surat-surat
berharga di dalam pasar. Di sebagian Negara operasi pasaran terbuka tidak dapat
dilakukan oleh karena pasar uang dan pasar modalnya belum berkembang dan oleh
sebab itu jumlah surat-surat berharga yang dapat diperjualbelikan tidak mencukupi.
b. Fasilitas diskonto (Discounto Rate)
Tingkat bunga diskonto adalah tingkat bunga yang ditetapkan pemerintah atas
bank-bak umum yang menjamin ke bank sentral. Dalam menjalankan tugasnya untuk
mengawasi kegiatan bank-bank perdagangan, bank sentral harus memastikan agar
masyarakat tidak kehilangan kepercayaan kepada system bank. Salah satu cara untuk
mewujudkan hal ini adalah dengan berusaha agar bank-bank perdagangan selalu
sanggup membayar semua cek yang dikeluarkan nasabah-nasabahnya. Yang pertama
adalah dengan membuat pengarahan-pengarahan atau peraturan-peraturan tentang
corak dan jenis investasi yang dapat dilakukan oleh bank-bank perdangan. Dan yang
kedua adalah dengan member pinjaman kepada bank-bank yang menghadapi masalah
dalam cadangannya, yaitu cadangannya adalah kurang dari cadangan minimum yang
ditetapkan oleh peraturan.
Di dalam membantu bank-bank perdagangan, ada dua bentuk bantuan yang
dapat diberikan oleh bank sentral: (i) dengan memberikan pinjaman atau (ii) dengan
membeli surat-surat tertentu yang dimiliki oleh bank perdangan yang memerlukan
bantuan. Dalam melakukan pembelian surat-surat berharga, bank
sentral hanya menerima surat-surat berharga yang mudah tunai, seperti Sertifikat
Bank Indonesia.Apabila bank-bank perdagangan menjual surat-surat berharga seperti
itu kepada bank sentral, maka langkah itu dinamakan mendiskontokan surat-surat
berharga. Di dalam memberi pinjaman, bank sentral akan menetapkan suku bunga
yang harus dibayar oleh bank-bank perdagangan atas nama pinjaman yang
diterimanya. Juga bank sentral akan menetapkan suku diskonto dari Sertifikat Banki
Indonesia atau surat-surat berharga lainnya yang mudah tunai yang dijual kepada
bank sentral. Tingkat yang ditentukan oleh bank sentral tersebut dinamakan suku
diskonto atau suku bunga (Bank Rate).

5
Peranan bank sentral sebagai suatu sumber pinjaman atau tempat untuk
mendiskontokan surat-surat berharga tersebut dapat digunakan oleh bank sentral
sebagai suatu alat untuk mengendalikan jumlah penawaran uang dan tingkat kegiatan
ekonomi. Dalam keadaan di mana kegiatan ekonomi berada di bawah tingkat yang
mewujudkan kesempatan kerja yang tinggi, bank sentral dapat mempertinggi kegiatan
ekonomi dengan murunkan suku diskonto. Dengan penurunan suku bunga diskonto,
biaya yang harus dibayar oleh bank-bank perdagangan untuk meminjam dari bank
sentral menjadi lebih murah. Ini akan menggalakkan mereka untuk memberikan lebih
banyak pinjaman. Sebaliknya, apabila bank sentral inin mengurangi kegiatan
ekononomi yang sudah mencapai tingkat yang terlalu tinggi, suka diskonto perlu
dinaikkan. Kenaikan suku diskonto ini akan mendorong bank-bank perdagangan
menaikkan suku bunga ke atas pinjaman-pinjaman yang diberikan. Oleh karenanya
para pengusaha enggan membuat pinjaman baru dan pelanggan-pelanggan yang telah
membuat pinjaman akan mengembalikan pinjaman yanga dibuat pada masa lalu. Pada
akhirnya kegiatan ekonomi Negara akan menurun.
c. Rasio cadangan wajib (Reserve Requirement Ratio)
Penetapan rasio cadangan wajib juga dapat mengubah jumlah uang yang
beredar. Jika rasio cadangan wajib diperbesar, maka kemampuan bank memberikan
kredit akan lebih kecil dibanding sebelumnya.Kesuksesan kedua jenis kebijakan
moneter yang baru dibicarakan di atas sangat tergantung kepada apakah kebanyakan
bank perdangan mempunyai kelebihan cadangan atau tidak.Apabila kelebihan
cadangan terdapat dalam kebanyakan bank perdagangan, kedua-dua tindakan di atas
tidak dapat digunakan untuk membuat perubahan-perubahan dalam penawaran uang.
Dengan adanya kelebihan cadangan, operasi pasar terbuka dan mengubah suku
diskonto tidak mewujudkan efek yang diharapkan. Apabila kelebihancadangan
banyak terdapat di bank-bank perdangan, di dalam mempengaruhi penawaran uang,
langkah bank sentral yang paling efektif adalah dengan mengubah tingkat cadangan
minimum. Kelebihan cadangan yang terdapat dalam bank perdagangan akan dapat
dihapuskan dengan menaikkan tingkat cadangan minimum tersebut. Contoh, misalkan
cadangan minimum yang diwajibkan adalah dua puluh persen, tetapi bank-bank
perdagangan pada umumnya mempunyai cadangan sebanyak dua puluh lima persen.
Dalam keadaan seprti ini operasi pasar terbuka dan kebijakan mengubah tingkat
bunga tidak akan member efek ke atas jumlah penawaran uang. Untuk mempengaruhi

6
penawaran uang, perlulan terlebih dahulu suku cadangan dinaikkan menjadi dua
puluh lima persen.
d. Imbauan Moral (Moral Persuasion)
Dengan imbauan moral, otoritas moneter mencoba mengarahkan atau mengendalikan
jumlah uang beredar (Rahardja, 2005). Kebijakan ini dijalankan oleh bank sentral
bukan dengan menetapkan dalam bentuk tertulis hal-hal yang harus dilakukan oleh
bank-bank perdangan, tetapi dengan mengadakan pertemuan-pertemuan langsung
dengan bank-bank tersebut. Dalam pertemuan ini bank sentral menjelaskan langkah-
langkah yang sedang dijalankan oleh pemerintah dan bantuan-bantuan apa yang
diinginkan oleh bank sentral dari bank-bank perdagangan untuk menyukseskan
tindakan tersebut. Dari pertemuan ini bank-bank perdagangan akan mengetahui
langkah-langkah bagaimana yang harus mereka lakukan agar usaha-usaha yang
sedang dilakukan pemerintah akan mencapai tujuan dan efek yang diharapkan.
Langkah-langkah yang harus dilakukan oleh bank-bank perdangan ada
kalanya sangat berbeda di antara satu periode dengan satu periode yang lain.
Langkah-langkah ini ada kalanya bersifat pengharapan agar bank-bank perdagangan
menjalankan suatu kebijakan pengawalan kredit secara terpilih.Tetapi ada kalanya
langkah-langkah yang dilakukan lebih mempengaruhi perubahan dalam jumlah
penawaran uang dan bukan ke atas jenis-jenis pinjaman dan investasi keuangan yang
dilakukan oleh bank-bank perdangan. Ini berarti dalam menggunakan pembujukan
moral did alma menjalankan kebijakan moneternya, bank sentral mungkin
menjalankan kebijakan bersifat kuantitatif, tetapi mungkin pula menjalankan
kebijakan yang bersifat kualitatif.Dengan melalui pembujukan moral bank sentral
dapat meminta bank-bank perdagangan untuk mengurangi atau menambah
keseluruhan jumlah pinjaman, atau mengurangi atau menambah pinjaman kepada
sector-sektor tertentu, atau membuat perubahan-perubahan ke atas suku bunga yang
mereka tetapkan ke atas pinjaman yang mereka berikan. Sampai di mana keinginan
dari bank sentral akan dipenuhi oleh bank-bank perdagangan sangat tergantung
kepada masing masing bank tersebut. Oleh karena itu kesuksesan dari kebijakan yang
dijalankan secara pembujukan moral tergantung kepada sampai di mana bank-bank
perdagangan menjalankan kebijakan yang diusulkan oleh bank sentral
1) Fasilitas Diskonto (Discount Rate)
Fasilitas diskonto adalah kebijakan moneter Bank Sentral untuk mempengaruhi
jumlah uang beredar melalui penetapan diskonto pinjaman Bank Sentral kapada bank-
7
bank. Dengan menetapkan tingkat diskonto yang tinggi diharapkan bank-bank akan
mengurangi permintaan kredit dari Bank Sentral yang pada gilirannya akan
mengurangi jumlah uang beredar. Sebaliknya penetapan tingkat diskonto yang rendah
akan meningkatkan permintaan pinjaman Bank Sentral yang selanjutnya akan
menambah jumlah uang beredar.
Sebaliknya pembelian valuta asing oleh Bank Sentral akan meningkatkan
likuiditas rupiah di pasar uang Indikator dan Orientasi Kebijakan Moneter yaitu
a. Tingkat suku bunga
Kebijakan moneter yang menggunakan suku bunga sebagai sasaran antara
akan menetapkan tingkat suku bunga yang ideal untuk mendorong kegiatan
investasi. Apabila suku bunga menunjukkan kenaikan melampau jangka yang
ditetapkan, bank sentral akan segera melakukan ekspansi moneter agar suku
bunga turun sampai pada tingkat yang ditetapkan tersebut, dan begitu sebaliknya.
b. Uang beredar
Kebijakan moneter yang menggunakan monetary aggregate atau uang beredar
sebagai sasaran menengah mempunyai dampak positif berupa tingkat harga yang
stabil. Apabila terjadi gejolak dalam jumlah besaran moneter, yaitu melebihi atau
kurang dari jumlah yang di tetapkan. Bank Sentral akan melakukan kontraksi atau
ekspansi moneter sedemikian rupa sehingga besaran moneter akan tetap pada
suatu jumlah yang ditetapkan.
Secara umum fungsi otoritas moneter seperti diatur dalam UU No. 13/1968
adalah mengeluarkan dan mengedarkan uang kartal sebagai alat pembayaran yang
sah, memelihara dan mengelola serta menjaga posisi cadangan emas dan devisa,
melakukan pengawasan dan pembinaan lembaga keuangan bank dan non bank.
Sedangkan menurut pasal 7 UU No. 23/1999 fungsi otoritas moneter adalah
mencapai dan memelihara kestabilan rupiah. Untuk mencapai tujuan tersebut
Bank Sentral mempunyai tugas: Menetapkan dan melaksanakan kebijakan
moneter, mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran, dan mengatur dan
mengawasi bank.
Tujuan kebijakan moneter seperti halnya kebijakan ekonomi pada umumnya
adalah keseimbangan intern (Internal Balance) dan keseimbangan ekstern
(External Balance)Kebijakan intern biasanya diwujudkan oleh terciptanya
kesempatan kerja yang tinggi, pertumbuhan ekonomi yang tinggi, dan
dipertahankannya laju inflasi yang rendah. Sedangkan keseimbangan ekstern
8
ditujukan agar neraca pembayaran internasional (Balance of Payment) seimbang
dalam arti bahwa neraca pembayaran internasional tidak defisit dan surplus.

3. Kebijakan Fiskal

Ditinjau secara etimologi, kebijakan fiskal berasal dari dua kata, yaitu
kebijakan dan fiskal. Kebijakan (policy) memiliki arti yang bermacam-macam,
Harold D. Laswell dan Abraham Kaplan memberi arti kebijakan sebagai suatu
program pencapaian tujuan, nilai-nilai dan praktik-praktik yang terarah. Seorang ahli,
James E. Anderson merumuskan kebijakan adalah sebagai perilaku dari sejumlah
aktor (pejabat, kelompok, instansi pemerintah) atau serangkaian aktor dalam suatu
bidang kegiatan tertentu.Kebijakan fiskal aktif adalah kebijakan pemerintah
dimanapemerintah melakukan perubahan tingkat pajak atau program-program
pengeluarannya. Sementara itu, kebijakan fiskal pasif adalah segala sesuatu yang
menurunkan marginal propensity to spend dari pendapatan nasional, sehingga
mengurangi besarnya pengganda. Dengan kata lain, kebijakan ini adalah segala
sesuatu yang cenderung meningkatkan defisit pemerintah (menurunkan surplus
pemerintah) ataupun cenderung meningkatkan surplus pemerintah (menurunkan
defisit pemerintah) tanpa harus ada tindakan eksplisit oleh para pembuat kebijakan.
Dalam Islam, kebijakan fiskal merupakan salah satu perangkat untuk mencapai tujuan
syariah yang menurut imam al-Ghazali termasuk peningkatan kesejahteraan dengan
tetap menjaga keimanan, kehidupan, intelektualitas, kekayaan dan kepemilikan. Pada
dasarnya kebijakan fiskal telah lama dikenal dalam teori ekonomi Islam, yaitu sejak
zaman Rasulullah dan Khulafaur Rasyidin, dan kemudian dikembangkan oleh para
ulama. Ibnu Khaldun mengajukan obat untuk resesi berupa mengecilkan pajak dan
meningkatkan pengeluaran pemerintah, pemerintah adalah pasarterbesar, ibu dari
semua pasar, dalam hal besarnya pendapatan dan penerimaannya.
Kebijakan fiskal merupakan kebijakan pemerintah dalam mengatur setiap
pendapatan dan pengeluaran negara yang digunakan untuk menjaga stabilitas
ekonomi dalam rangka mendorong pertumbuhan ekonomi Tujuan dari kebijakan
fiskal yaitu, Untuk meningkatkan produksi nasional (PDB) dan pertumbuhan ekonomi
atau memperbaiki keadaan ekonomi, dan untuk memperluas lapangan kerja dan
mengurangi pengangguran atau mengusaha-kan kesempatan kerja (mengurangi

9
pengangguran), dan menjaga kestabilan hargaharga secara umum. Untuk
menstabilkan harga-harga barang secara umum, khususnya mengatasi inflasi.
Sumber penerimaan dalam negeri tidak mungkin mengimbangi penurunan
penerimaan luar negeri, sehingga pemerintah terpaksa melaksanankan kebijakan
anggaran belanja defisit untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran yang diperlukan.
Keadaan ini mengakibatkan timbulnya inflasi kumulatif dan selanjutnya berakhir
dengan keruntuhan perekonomian Indonesia.
Pada masa pemerintahan Orde baru telah dibuat kebijakan kebijakan dibidang
anggaran belanja (fiskal) dengan tujuan mempertahankan stabilitas
prosespertumbuhan dan pengembangan ekonomi. Kebijakan-kebijakan tersebut yaitu:
1) Anggaran brlanja dipertahankan agara seimbang dalam arti bahwa pengeluaran
tidak boleh melebihi penerimaan yang berasal dari sumber dalam negeri
ataupun luar negeri.
2) Tabungan pemerintah (penerimaan dalam negeri dikurangi pengeluaran rutin)
diusahakan meningkat dari tahun ke tahun dengan tujuan agar mampu
menggeser secara berangsur-angsur bantuan luar negeri dan akhirnya dapat
menghilangkan ketergantungan bantuan luar negeri sebagai pembiayaan
pembangunan.
3) Basis perpajakan diperluas secara berangsur-angsur guna menghindari
pengalaman yang kurang menyenangkan pada tahun 1959 - 1960. Sasaran ini
dicapai dengan cara mengintensifkan penafsiran pajak dan prosedur
pengumpulannya.
4) Prioritas diberikan untuk pengeluaran-pengeluaran "produktif" pem- bangunan.
Sedangkan pengeluaran-pengeluaran rutin dibatasi. Subsidi kepada perusahaan
negara dibatasi dan didorong agar mampu mengembangkan sumber
keuangannya sendiri.
5) Kebijakan anggaran (fiskal) diarahkan pada sasaran untuk mendorong
pemanfaatan secara maksimal sumber-sumber dalam negeri, tenaga kerja
dalam negeri, dan mengembangkan produksi dalam negeri. Dalam hal ini para
produsen dalam negeri diberi rangsangan fiskal agar menggunakan teknologi
produksi padat karya, dan bila perlu diberikan proteksi terhadap persaingan
dengan luar negeri.

10
Secara operasional, konsolidasi fiskal (penyehatan APBN) diupayakan melalui
pengendalian defisit anggaran dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1) Peningkatan pendapatan negara yang dititikberatkan pada peningkatan


penerimaan perpajakan dan optimalisasi penerimaan negara bukan pajak
(PNBP).
2) Pengendalian dan penajaman prioritas alokasi belanja negara dengan tetap
menjamin terpenuhinya kebutuhan dasar dan alokasi belanja minimum.
3) Pengelolaan utang negara yang sehat dalam rangka menutupi kesenjangan
pembiayaan anggaran yang dihadapi pemerintah.
4) Perbaikan struktur penerimaan dan alokasi belanja negara, dengan
memperbesar peranan sektor pajak nonmigas, dan pengalihan subsidi secara
bertahap kepada bahan-bahan kebutuhan pokok bagi masyarakat yang kurang
mampu agar lebih tepat sasaran.
5) Pengelolaan keuangan negara yang lebih efektif, efisien, dan
berkesinambungan, yang dilakukan antara lain melalui perbaikan manajemen
pengeluaran negara. Sementara itu, penguatan stimulus fiskal terutama
diupayakan melalui optimalisasi belanja negara untuk sarana dan prasarana
pembangunan, alokasi belanja negara untuk kegiatan-kegiatan dan sektor-
sektor yang mampu menggerakkan perekonomian, serta pemberian insentif
fiskal (perpajakan).

Kebijakan seperti ini tidak banyak berbeda dengan sasaran yang ingin dicapai
pemerintah di negara-negara sedang berkembang lain yang berusaha untuk
mencapai stabilitas pertembuhan perekonomian ekonominya melalui kebijakan
fiskal.

11
BAB III

PENUTUP
D. Kesimpulan

Kebijakan Moneter (Monetary Policy) adalah suatu usaha dalam mengendalikan keadaan
ekonomi makro agar dapat berjalan sesuai dengan yang diinginkan melalui pengaturan
jumlah uang yang beredar dalam perekonomian. Untuk mencapai tujuan tersebut Bank
Sentral atau Otoritas Moneter berusaha mengatur keseimbangan antara persediaan uang
dengan persediaan barang agar inflasi dapat terkendali. Tujuan kebijakan moneter seperti
halnya kebijakan ekonomi pada umumnya adalah keseimbangan intern (Internal Balance) dan
keseimbangan ekstern (External Balance) Kebijakan intern biasanya diwujudkan oleh
terciptanya kesempatan kerja yang tinggi, pertumbuhan ekonomi yang tinggi, dan
dipertahankannya laju inflasi yang rendah.

Kebijakan Fiskaladalah segala sesuatu yang cenderung meningkatkan defisit pemerintah


(menurunkan surplus pemerintah) ataupun cenderung meningkatkan surplus pemerintah
(menurunkan defisit pemerintah) tanpa harus ada tindakan eksplisit oleh para pembuat
kebijakan.Tujuan dari kebijakan fiskal yaitu, Untuk meningkatkan produksi nasional (PDB)
dan pertumbuhan ekonomi atau memperbaiki keadaan ekonomi, dan untuk memperluas
lapangan kerja dan mengurangi pengangguran atau mengusaha-kan kesempatan kerja
(mengurangi pengangguran), dan menjaga kestabilan hargaharga secara umum. Untuk
menstabilkan harga-harga barang ecara umum, khususnya mengatasi inflasi.

12
DAFTAR PUSTAKA

An-Nawa. (2019). Kajian Kebijakan Fiskal dan Kebijakan Moneter dalam Islam. Jurnal studi
islam.

Dr. Subadi, M. (2005). SISTEM EKONOMI INDONESIA. Bandung: ALFABETA.

Latifah, N. A. (2015). KEBIJAKAN MONETER DALAM PERSEPEKTIF EKONOMI


SYARIAH . MODERNISASI.

Nurlina, Z. (2018). 2018. JURNAL SAMUDRA EKONOMIKA .

Perdamean, A. T. (2021). DAMPAK KEBIJAKAN FISKAL DAN MONETERDALAM


PEREKONOMIAN INDONESIA. QE Journal.

13

Anda mungkin juga menyukai