Anda di halaman 1dari 3

Nama : Gede Narayana Putra Mahardika

NPM : 6052001218

Analisa Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) Nomor 48/POJK.03/2020 Tentang


Perubahan Atas Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 11/POJK.03/2020 tentang
Stimulus Perekonomian Nasional Sebagai Kebijakan Countercyclical Dampak Penyebaran
Coronavirus Disease 2019 Sebagai Perwujudan Intervensi Pemerintah

A. Alasan menggolongkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) Nomor


48/POJK.03/2020 Tentang Perubahan Atas Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor
11/POJK.03/2020 tentang Stimulus Perekonomian Nasional Sebagai Kebijakan
Countercyclical Dampak Penyebaran Coronavirus Disease 2019 Sebagai Regulasi
Ekonomi
Regulasi ekonomi adalah suatu bentuk intervensi pemerintah yang dirancang untuk
mempengaruhi perilaku perusahaan dan individu di sektor swasta. Regulasi ekonomi
dibutuhkan dalam rangka menyeimbangkan pembangunan ekonomi yang merupakan proses
secara berkelanjutan untuk mencapai kemakmuran dan kemajuan bangsa. Dalam
pembangunan nasional mensyaratkan adanya kegiatan perekonomian yang secara
berkelanjutan meningkat kualitas dan kuantitasnya, stabilitas ekonomi yang terjaga, dan
hasil dari pembangunan ekonomi yang dinikmati secara nyata oleh seluruh masyarakat.
Pada tataran implementasi, banyak permasalahan yang perlu ditemukan solusinya
baik dari perspektif ekonomi maupun dalam perspektif hukum. Dalam Hukum Ekonomi
permasalahan utama yang dihadapi adalah mudah sekali terjadi tumpang tindih atau bahkan
pertentangan (kontradiksi) antara peraturan yang satu dengan peraturan yang lain. 1 Padahal
ini merupakan penyelenggaraan yang besar dalam kegiatan penyusunan peraturan
perundang-undangan (legislation). Pertentangan atau inkonsistensi dalam perundang-
undangan itu.
Pada sekitar awal tahun 2020 dunia termasuk salah satu negaranya adalah
Indonesia mengalami dampak penyebaran Coronavirus Disease 2019. Dalam situasi ini pasca
COVID-19, Pemerintah Pusat perlu mengambil tindakan dengan mengintervensi sektor
swasta untuk memulihkan perekonomian nasional. Salah satu tindakan tersebut adalah
Pemerintah Pusat melalui Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menerbitkan POJK Nomor
48/POJK.03/2020 Tentang Perubahan Atas Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor
11/POJK.03/2020 tentang Stimulus Perekonomian Nasional Sebagai Kebijakan
Countercyclical Dampak Penyebaran Coronavirus Disease 2019. POJK ini sebagaimana
tercantum pada Pasal 2 ayat (2) memberi pengaturan terkait relaksasi terhadap
restrukturisasi kredit kepada debitur akibat dampak penyebaran COVID-19 baik perorangan,
UMKM, maupun korporasi.
Salah satu bentuk bantuan pemerintah terhadap UMKM antara lain sektor
pariwisata, pertanian, perhotelan, perdagangan, dan sebagainya. Pada restrukturisasi kredit,
tiap bank ataupun perusahaan pembiayaan akan mencari jalan terbaik untuk debitur dengan
memperhatikan besarnya dampak COVID-19 atas usaha debitur, kemampuan membayar
debitur, serta kemampuan tiap bank ataupun perusahaan pembiayaan.

1
Ibnu Hariyanto, Menkum HAM Ungkap Penyebab Banyak UU Masih Tumpang Tindih,
https://news.detik.com/berita/d-3334692/menkum-ham-ungkap-penyebab-banyak-uu-masih-tumpang-tindih,
diakses pada tanggal 1 April 2023.
B. Alasan Pemerintah Membentuk Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) Nomor
48/POJK.03/2020 Tentang Perubahan Atas Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor
11/POJK.03/2020 tentang Stimulus Perekonomian Nasional Sebagai Kebijakan
Countercyclical Dampak Penyebaran Coronavirus Disease 2019
Penyebaran virus di Indonesia ini dimulai sejak tanggal 2 Maret 2020, diduga
berawal dari salah satu Warga Negara Indonesia yang melakukan kontak langsung dengan
Warga Negara Asing asal Jepang. Semakin lama, penyebaran COVID-19 mengalami
peningkatan yang signifikan, ditunjukkan pada data berikut. Saat ini pada Senin, 8 Juni 2020
yang sudah terinfeksi COVID-19 di Indonesia sebanyak 32.033 orang dan yang dinyatakan
sembuh sebanyak 10.904 orang dan yang meninggal sebanyak 1.883 orang. Hal ini
mengajarkan kepada para masyarakat agar berhati–hati dalam menjaga kebersihan dan
mentaati anjuran dari pemerintah.
Penyebaran COVD-19 di Indonesia yang telah meluas berdampak buruk pada
beberapa sektor, yakni di bidang kesehatan, bidang politik, jasa dunia usaha, konstruksi,
pertambangan, perdagangan, industri, komunikasi, pariwisata, transportasi, perhotelan,
penerbangan, perbankan dan sektor yang paling terasa dampaknya yakni sektor ekonomi,
terutama akibat maraknya kebijakan lockdown atau Pembatasan Sosial Berskala Besar
(PSBB) yang menyebabkan lambatnya laju pertumbuhan ekonomi. Periode triwulan I-2020
terdapat sentimen positif berupa afirmasi peringkat Sovereign Credit Rating Indonesia ke
level Investment Grade, perekonomian Indonesia secara umum pada triwulan I-2020 tumbuh
rendah seiring dengan penyebaran COVID-19 di negara-negara mitra dagang utama
Indonesia. Kegiatan dunia usaha pada triwulan I-2020 secara umum pada kondisi melemah
seiring penyebaran COVID-19.
Kondisi kesulitan ekonomi masyarakat karena dampak pandemi COVID-19 dan
respons pemerintah sebagai upaya mengatasi krisis keuangan pada kondisi pandemi, dengan
mengeluarkan kebijakan regulasi atas pengaturan keuangan negara, yang tertuang dalam
Peraturan OJK Nomor 11/POJK.03/2020 tentang Stimulus Perekonomian Nasional Sebagai
Kebijakan Counterclycal Dampak Penyebaran COVID-19. Dengan adanya peraturan tersebut,
debitur yang terkena dampak virus COVID-19 akan mendapatkan perlakuan khusus berupa
kelonggaran kredit, diharapkan dapat mengatasi masalah yang melilit para pengguna jasa
keuangan, sehingga mereka dapat keluar dari kesulitan keuangan.
Dalam penerapan kebijakan Countercyclical dampak penyebaran Coronavirus
Disease 2019, Bank tetap memperhatikan prinsip kehati-hatian yang disertai adanya
mekanisme pemantauan untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan dalam penerapan
ketentuan (moral hazard). Kebijakan Countercyclical dampak penyebaran COVID-19 bersifat
sementara sehingga perlu dievaluasi serta disesuaikan dalam hal diperlukan.
Sehubungan dengan hal tersebut, diperlukan penyesuaian terhadap peraturan
Otoritas Jasa Keuangan mengenai stimulus perekonomian nasional sebagai kebijakan
Countercyclical dampak penyebaran COVID-19, antara lain pengaturan mengenai
perpanjangan periode stimulus, mekanisme penilaian terhadap debitur yang dinilai mampu
terus bertahan oleh Bank, serta kebijakan terkait likuiditas dan permodalan Bank.

C. Bagian Dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) Nomor 48/POJK.03/2020


Tentang Perubahan Atas Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 11/POJK.03/2020
tentang Stimulus Perekonomian Nasional Sebagai Kebijakan Countercyclical Dampak
Penyebaran Coronavirus Disease 2019 yang Menunjukkan Perwujudan Intervensi
Pemerintah
Kebijakan stimulus keuangan untuk memberikan ruang bagi masyarakat dan sektor
jasa keuangan yang terdampak secara langsung maupun tidak langsung adalah
Restrukturisasi kredit dan pembiayaan. Otoritas Jasa Keuangan menerbitkan POJK Nomor
11/POJK.03/2020 tentang Stimulus Perekonomian Nasional Sebagai kebijakan
Countercyclical Dampak Penyebaran Coronavirus Disease 2019), kebijakan stimulus
dimaksud terdiri dari :
1. Penilaian kualitas kredit/pembiayaan/penyediaan dana lain hanya berdasarkan
ketepatan pembayaran pokok dan atau bunga untuk kredit/pembiayaan/penyediaan
dana lain dengan plafon sampai dengan Rp10 miliar.2
2. Peningkatan kualitas kredit/pembiayaan menjadi lancar setelah direstrukturisasi selama
masa berlakunya Peraturan OJK Ketentuan restrukturisasi ini dapat diterapkan Bank
tanpa melihat batasan plafon kredit/pembiayaan atau jenis debitur. 3
Mengenai kriteria debitur yang memperoleh perlakuan khusus atau restrukturisasi
kredit ataupun pembiayaan tercantum pada Pasal 2 ayat (1), Pasal 5, serta pada Pasal 6
beserta penjelasan sejumlah pasal dalam POJK ini. Skema restrukturisasi diberikan ke tiap
bank menurut kebutuhan debitur serta kemampuan bank dengan tetap memperhatikan
prinsip kehati-hatian. Penerapan prinsip kehati-hatian ini wajib diterapkan atau
dilaksanakan oleh bank dalam menjalankan kegiatan usahanya tidak hanya dalam
pemberian kredit.4 Adapun di POJK Perubahan atas POJK Stimulus COVID-19 tersebut ada
tambahan pengaturan guna memastikan implementasi manajemen risiko serta prinsip
kehati-hatian untuk bank saat mengimplementasikan kebijakan tersebut, dan kebijakan
terkait dengan permodalan serta likuiditas bank.

2
Ashinta Sekar Bidari dan Reky Nurviana, Stimulus Ekonomi Sektor Perbankan Dalam Menghadapi Pandemi
Coronavirus Disease 2019 Di Indonesia, Legal Standing: Jurnal Ilmu Hukum 4, No. 1, Universitas Surakarta,
Maret 2020, hlm. 297.
3
Ibid.
4
Lukmanul Hakim dan Eka Travilta Oktaria, Prinsip Kehati-Hatian Pada Lembaga Perbankan Dalam Pemberian
Kredit, Jurnal Keadilan Progresif, Vol. 9, No. 2, Fakultas Hukum Universitas Bandar Lampung, Bandar Lampung,
2018, hlm. 164.176.

Anda mungkin juga menyukai