Anda di halaman 1dari 6

Nama : Ade Wengki Gregoriust Turnip

Nim : 7192540003

Prodi : Ilmu Ekonomi

Matkul : lembaga keuangan dan perbankan

Soal

1. Sebutkan kebijakan yang dilakukan pemerintah terkait perbankan guna mengantisipasi dampak
pandemic covid 19 !
2. Sebutkan berbagai upaya yang dilakukan perbankan itu sendiri agar dapat bertahan ditengah
krisis ekonomi sebagai dampak dari pandemic covid 19!

Jawaban

1. 11 Kebijakan OJK Menjaga Perekonomian di Masa Pandemi Covid-19

Selama masa pandemi Covid – 19, untuk menjaga stabilitas industri jasa keuangan dan membantu
pemulihan ekonomi nasional serta meringankan beban masyarakat, OJK sudah mengeluarkan 11
kebijakan stimulus di industri perbankan, pasar modal dan industri keuangan non bank.

Semua kebijakan tersebut dikeluarkan sebagai upaya OJK mencegah dampak dari pandemi Covid 19 ini
semakin memberatkan kinerja industri jasa keuangan yang bisa membahayakan perekonomian nasional
dan kesejahteraan masyarakat.

OJK juga senantiasa mendorong mulai bergeraknya kembali sektor riil dalam era adaptasi kebiasaan
baru menuju masyarakat produktif dan aman Covid 19. OJK mendukung langkah Pemerintah dalam
rangka percepatan Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN).

Untuk mendukung terwujudnya PEN, OJK bersama Kementerian Keuangan telah menandatangani Surat
Keputusan Bersama (SKB) terkait PMK 64/2020 dan PMK 65/2020. OJK juga menyampaikan data calon
bank peserta dan data calon debitur penerima subsidi bunga kepada Kementerian Keuangan
berdasarkan data OJK di Sistem Layanan Informasi Keuangan (SLIK).

Sejak Maret dikeluarkannya kebijakan stimulus restrukturisasi kredit dan pembiayaan, sampai 6 Juli
2020, restrukturisasi kredit perbankan telah mencapai Rp769,55 triliun dari 6,72 juta debitur. Untuk
sektor UMKM, nilai restrukturisasi mencapai Rp326,38 triliun yang berasal dari 5,41 juta debitur.
Kemudian non UMKM nilai restrukturisasi Rp443,17 triliun dengan jumlah debitur 1,31 juta.

Untuk perusahaan pembiayaan, per 7 Juli 2020, OJK mencatat sebanyak 3,89 juta kontrak restrukturisasi
telah disetujui dengan total nilai mencapai Rp141,45 triliun.
KEBIJAKAN STIMULUS PERBANKAN 1. Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Republik Indonesia Nomor
11/POJK.03/2020 tentang Stimulus Perekonomian Nasional Sebagai Kebijakan Countercyclical Dampak
Penyebaran Corona Virus Disease 2019 pada tanggal 16 Maret 2020.

POJK ini mengatur mengenai relaksasi atas restrukturisasi kredit kepada debitur yang terdampak
penyebaran Covid 19 baik perorangan, UMKM, maupun korporasi. Skema restrukturisasi diserahkan
kepada masing-masing bank sesuai dengan kebutuhan debitur dan kemampuan bank, dengan tetap
memperhatikan prinsip kehati-hatian. Kredit yang direstrukturisasi ditetapkan berkualitas lancar sampai
dengan 31 Maret 2021.

2. Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Republik Indonesia Nomor 18/POJK.03/2020 tentang Perintah
Tertulis Untuk Penanganan Permasalahan Bank pada tanggal 21 April 2020.

POJK ini mengatur kewenangan OJK memberikan perintah tertulis untuk melakukan penggabungan,
peleburan, pengambilalihan dan/atau integrasi (P3I) maupun menerima P3I, yang bertujuan untuk:

a. Menjaga stabilitas sistem keuangan ditengah-tengah kondisi terjadinya pandemi Corona Virus
Disease 2019 (COVID-19); dan/atau b. Menghadapi ancaman krisis ekonomi dan/atau stabilitas
sistem keuangan.

3. Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Republik Indonesia Nomor 34/POJK.03/2020 tentang Kebijakan
Bagi Bank Perkreditan Rakyat dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Sebagai Dampak Penyebaran
Coronavirus Disease 2019 pada tanggal 2 Juni 2020.

Ketentuan ini memberikan relaksasi bagi BPR dan BPRS di masa Covid 19, antara lain dengan
meringankan penghitungan Penyisihan Penghapusan Aset Produktif (PPAP) umum, nilai Agunan Yang
Diambil Alih (AYDA) sebagai faktor pengurang modal inti dalam perhitungan Kewajiban Pemenuhan
Modal Minimum, dan penyediaan dana dalam bentuk penempatan dana antarbank dalam rangka
penanggulangan permasalahan likuiditas BPR/BPRS lain, serta pengurangan persentase dana pendidikan
dan pelatihan SDM.

KEBIJAKAN STIMULUS DI PASAR MODAL 1. Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan


Nomor.3/SEOJK.04/2020 tentang Kondisi Lain Sebagai Kondisi Pasar yang Berfluktuasi Secara Signifikan
dalam Pelaksanaan Pembelian Kembali Saham yang Dikeluarkan oleh Emiten atau Perusahaan Publik
pada tanggal 9 Maret 2020.

Surat Edaran OJK kepada para emiten dan perusahaan publik ini mengatur pelaksanaan buyback atau
pembelian kembali sahamnya berdasarkan mekanisme yang diatur dalam POJK Nomor 2/POJK.04/2013.
Total keseluruhan pembelian kembali ditetapkan paling banyak 20% dari modal disetor, dengan
ketentuan paling sedikit saham yang beredar adalah 7,5% modal disetor. Ketentuan ini dikeluarkan
untuk menjaga volatilitas harga saham tidak terlalu tinggi di tengah tekanan pelemahan ekonomi global.
2. Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Republik Indonesia Nomor 15/POJK.04/2020 tentang Rencana dan
Penyelenggaraan Rapat Umum Pemegang Sahan Perusahaan Terbuka pada tanggal 20 April 2020.

Ketentuan ini mengatur penyelenggaraan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) dapat dilakukan secara
elektronik (e-RUPS), sebagai upaya membantu mengurangi penyebaran pandemi Covid -19. RUPS dapat
dilangsungkan jika RUPS dihadiri oleh pemegang saham yang mewakili paling sedikit 1/2 bagian dari
jumlah seluruh saham dengan hak suara hadir atau diwakili, kecuali anggaran dasar Perusahaan Terbuka
menentukan jumlah kuorum yang lebih besar.

3. Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Republik Indonesia Nomor 16/POJK.04/2020 tentang Pelaksanaan
Rapat Umum Pemegang Saham Perusahaan Terbuka Secara Elektronik pada tanggal 20 April 2020.

POJK ini mengatur teknis pelaksanaan e-RUPS sehingga bisa berjalan secara efektif dan efisien serta
mendukung terciptanya stabilitas sistem keuangan. e-RUPS atau sistem yang disediakan oleh
Perusahaan Terbuka memungkinkan semua peserta RUPS berpartisipasi dan berinteraksi dalam RUPS.
Bentuk partisipasi dan interaksi tersebut dapat dilakukan melalui sarana audio, visual, audio visual, atau
selain audio dan visual.

4. Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Republik Indonesia Nomor 17/POJK.04/2020 tentang Transaksi
Material dan Perubahan Kegiatan Usaha pada tanggal 20 April 2020.

POJK ini untuk menyempurnakan definisi dan prosedur Transaksi Material, memperjelas substansi
pengaturan, dan meningkatkan efektivitas pengaturan dalam rangka peningkatan perlindungan
pemegang saham publik dan kualitas keterbukaan informasi dalam Transaksi Material dan Perubahan
Kegiatan Usaha.

Lembaga Jasa Keuangan dalam kondisi tertentu yang melakukan Transaksi Material dikecualikan dari
kewajiban melakukan keterbukaan informasi kepada publik, namun tetap wajib lapor ke OJK.

5. Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Republik Indonesia Nomor 37/POJK.04/2020 tentang Tata cara
Pengecualian Pemenuhan Prinsip Keterbukaan bagi Emiten atau Perusahaan Publik yang Merupakan
Lembaga Jasa Keuangan Dalam Rangka Pencegahan dan Penanganan Krisis Sistem Keuangan pada
tanggal 10 Juni 2020.

POJK ini bertujuan untuk memberikan pengecualian bagi pelaksanaan Prinsip Keterbukaan di Pasar
Modal bagi Emiten atau Perusahaan Publik yang merupakan lembaga jasa keuangan m rangka
pencegahan dan penanganan krisis sistem keuangan serta menciptakan stabilitas sistem keuangan.

KEBIJAKAN STIMULUS DI INDUSTRI KEUANGAN NON-BANK 1. Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Republik
Indonesia Nomor 14/POJK.05/2020 tentang Kebijakan Countercyclical Dampak Penyebaran Coronavirus
Disease 2019 bagi Lembaga Jasa Keuangan Non-Bank (LJKNB) pada tanggal 14 Maret 2020.
POJK ini merupakan kebijakan stimulus yang diberikan OJK bagi IKNB yang diharapkan bisa menjaga
stabilitas industri keuangan non bank dan memberikan keringanan bagi para debitur khususnya
Perusahaan Pembiayaan dengan nilai di bawah Rp10 miliar

Ketentuan ini antara lain mengatur batas waktu penyampaian laporan, pelaksanaan penilaian
kemampuan dan kepatutan, penetapan kualitas aset berupa pembiayaan dan restrukturisasi
pembiayaan, perhitungan tingkat solvabilitas perusahaan asuransi, perusahaan asuransi syariah,
perusahaan reasuransi, dan perusahaan reasuransi Syariah dsb.

2. Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Republik Indonesia Nomor 40/POJK.05/2020 tentang Perintah
Tertulis Untuk Penanganan Permasalahan Lembaga Jasa Keuangan Non-Bank pada tanggal 18 Juni 2020.

POJK ini memberikan kewenangan bagi OJK untuk dapat memberikan perintah tertulis kepada LJKNB
untuk melakukan maupun menerima penggabungan, peleburan, pengambilalihan dan/atau integrasi.

Selain itu, OJK juga mengeluarkan POJK yang berlaku bagi semua sektor jasa keuangan di di masa
pandemi Covid-19 yaitu: Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Republik Indonesia Nomor 36/POJK.02/2020
tentang Perubahan Ketiga Atas Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 4/POJK.04/2014 tentang Tata
Cara Penagihan Sanksi Berupa Denda Di Sektor Jasa Keuangan pada tanggal 2 Juni 2020. POJK ini
menetapkan pemberian relaksasi kepada para pelaku industri jasa keuangan Republik Indonesia atas
keterlambatan pembayaran Sanksi Administratif Berupa Denda dan/atau Bunga dalam keadaan tertentu
darurat bencana akibat penyebaran wabah COVID-19 di Indonesia.

2. Beberapa sektor usaha terdampak oleh wabah pandemi virus korona (Covid-19), termasuk di
dalamnya adalah sektor perbankan. Oleh karena itu, agar sektor perbankan dapat tetap eksis di tengah
pandemi virus korona, maka perbankan harus melakukan mitigasi risiko secara cermat, serta
menggunakan strategi kreatif menghadapi kondisi yang serba tidak menentu saat ini.

Wabah pandemi Covid-19 memaksa individu/kelompok/institusi/negara, untuk mengubah pola hidup


dan prilakunya selama ini. Jika individu/kelompok/institusi/negara, tidak melakukan perubahan, maka
dengan sendirinya perubahan tersebut yang akan melindasnya, tanpa terkecuali di dalamnya sektor
usaha perbankan.

Jika bank ingin keluar dari kondisi keterpurukan, maka sepatutnya bank tidak dapat menggunakan
metode atau cara-cara lama dalam memasarkan layanan produk dan jasanya. Korona telah
mendekonstruksi tatanan/sistem perbankan yang sudah berjalan selama ini.

Tujuh strategi bank

Adapun strategi bank yang dapat dilakukan di tengah pandemi, yaitu melalui Pertama, bank harus
mengelola mitigasi risiko dengan tepat. Bank harus punya peta navigasi baru untuk dapat menghadapi
krisis yang ada. Proses mapping debitur untuk proses restrukrisasi harus segera jalan dan jelas sehingga
cashflow bank terlihat setelah melakukan treatment.
Dengan begitu, bank mengetahui posisi Strengths-Weakness-Opportunities-Threats (SWOT) untuk dapat
membuat revisi Rencana Bisnis Bank (RBB) dengan memperhatikan kondisi karena Korona.

Kedua, bank harus fokus pada industri yang prospek untuk dibiayai. Bank harus tebang pilih pada sektor
usaha yang eksis dan berkembang di tengah merebaknya wabah Korona. Adapun, menurut riset Dcode
EFC (2020), sektor usaha (potential winner) tersebut adalah sektor; agribisnis, telekomunikasi, ritel e-
commerce, farmasi, produk pembersih & alat kesehatan.

Dan, untuk sektor-sektor yang terkapar merugi ataupun sektor-sektor yang terpuruk sehingga tidak
mempunyai prospek sama sekali untuk bangkit, maka, sebaiknya tidak menjadi pilihan bank atas
pembiayaan kreditnya terlebih dahulu. Harapannya, bank tidak lagi bekerja dengan membawa beban
kredit macet atas ekspansi kredit barunya.

Ketiga, digital banking. Layanan produk dan jasa harus dikonversi menjadi digital banking. Proses
tersebut harus berjalan bertahap dan inisiasinya dilakukan secara terus menerus. Namun, tidak semua
produk dan jasa harus menggunakan digital banking, terdapat bisnis inti yang masih membutuhkan
fungsi oleh unsur manusia. Beberapa fungsi yang melibatkan unsur manusia, sehingga keberadaannya
tidak dapat digantikan oleh digital banking. Salah satu peran tersebut adalah aktivitas pendampingan
dan konsultasi bisnis. Sebagai contoh, misalnya ketika nasabah bank yang bisnisnya terganggu akibat
Covid-19, maka ia akan mendapatkan pendampingan dan konsultasi bisnis dari tenaga pemasar bank.
Bank memiliki Relationship Manager (RM) yang tersebar di seluruh Indonesia. Peran RM ini akan
mendampingi sekaligus sebagai konsultan apabila nasabah mengalami masalah dalam operasional
bisnisnya.

Keempat, inovasi dan kreativitas bank. Korona menuntut bank harus semakin berinovasi. Misalkan, bank
saat ini tidak hanya menuntut pembayaran angsuran dan bunga kredit oleh debiturnya. Namun, bank
juga harus memikirkan untuk dapat membantu nasabah, melalui penjualan produknya. Seperti
diketahui, imbauan pemerintah agar masyarakat melakukan physical distancing maupun social
distancing mempengaruhi penjualan pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM).

Menyiasati hal tersebut, bank dapat membantu pelaku UMKM binaannya untuk terhubung dengan
ekosistem sehingga mampu berjualan secara online. Contohnya adalah dengan create UMKM Go Online.
UMKM Go Online merupakan platform digital yang bertujuan untuk memfasilitasi UMKM binaan Bank
dalam memperluas jangkauan penjualan produk mereka. Para pelaku UMKM yang berminat masuk
dalam UMKM Go Online cukup melalui proses tahapan-tahapan mudah.

Nasabah wajib melengkapi data dan mendaftarkan usahanya terlebih dahulu dengan mengakses
microsite UMKM Go Online di website bank lewat tautan portal bank. Selanjutnya, pihak penjual akan
diminta untuk menyiapkan dokumentasi produk, mengirimkan sampel barang, hingga proses pengiriman
barang ke gudang-gudang inventori yang dikelola oleh bank. Barang tersebut selanjutnya akan dibantu
oleh bank untuk dijual melalui platform UMKM Go Online. Produk-produk unggulan dari UMKM mitra
binaan bank dapat langsung dibeli di e-commerce rekanan seperti Qoo10 Singapura, Tokopedia, Shopee,
Bukalapak, Blanja.com dan Blibli.com.

Kelima, pergunakan tools zoom untuk On The Spot (OTS). Ketika pemerintah mengharuskan social
distancing ataupun physical distancing, maka, harapannya respon bank ialah dengan memberlakukan
verifikasi jaminan kredit di lapangan atau OTS melalui video call atau zoom.

Keenam, pendampingan dan konsultasi bisnis. Nasabah UMKM yang bisnisnya terganggu akibat Covid-
19 mendapatkan pendampingan dan konsultasi bisnis oleh staf bank, yaitu relationship manager (RM)
yang tersebar di seluruh Indonesia. Peran RM ini, akan melakukan pendampingan sekaligus sebagai
konsultan apabila pinjaman nasabah dilakukan restrukturisasi hingga proses restrukturisasi tersebut
berjalan lancar.

Ketujuh, program Tanggung Jawab Sosial Perusahaan atau Corporate Social Responbility (CSR) melalui
pendidikan dan pelatihan online bagi pelaku UMKM. Bank dapat menyelenggarakan program pendidikan
dan pelatihan online 'Bank Virtual Training and Education' yang dilakukan melalui aplikasi UMKM Go
Online. Ini merupakan upaya Bank untuk terus mendorong para pelaku UMKM untuk meningkatkan
kapasitas diri dan usahanya di tengah imbauan pemerintah untuk pembatasan fisik yang berguna untuk
menekan penyebaran Covid-19.

Walhasil, bank harus segera beradaptasi dengan kondisi pandemi virus Korona dengan menerapkan
strategi baru, dan kembali pada jalur kinerja yang good performance. Harapannya, fungsi intermediary
bank berjalan smooth dan mampu menjadi pengungkit pertumbuhan ekonomi nasional Indonesia di era
new normal.

Anda mungkin juga menyukai