Anda di halaman 1dari 7

KEBANKSENTRALAN

Bank Indonesia dalam menghadapi Pandemi Covid-19

Nama : Syintia Alow


Nim : 931419059

A. Kebijakan Bank Indonesia


1. BI menurunkan Suku Bungan Acuan (BI7DRR) menjadi 4.5%
Pada siaran pers hasil rapat dewan gubernur BI di Jakarta, gubernur
Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan BI terus berupaya menjaga stabilitas
eksternal di tengah ketidakpastian pasar keuangan global yang saat ini masih
relatif tinggi, karena virus corona Covid-19. Dengan memutuskan untuk
mempertahankan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 4,50%, suku
bunga Deposit Facility sebesar 3,75%, dan suku bunga Lending Facility sebesar
5,25%. Berikut 4 kebijakan yang di terapkan oleh BI dalam menjaga
pertumbuhan ekonomi Indonesia ditengah wabah virus corona :
 Pertama, untuk stabilisasi dan penguatan nilai tukar rupiah, Bank Indonesia
meningkatkan intensitas kebijakan triple intervention baik melalui spot,
Domestic Non-deliverable Forward (DNDF), maupun pembelian SBN dari
pasar sekunder
 Kedua, mendukung upaya pemulihan ekonomi nasional dari dampak Covid
-19, Bank Indonesia akan meningkatkan pelonggaran moneter melalui
instrumen kuantitas (quantitative easing) sebagai berikut:
a. Ekspansi operasi moneter melalui penyediaan term-repo kepada bank-
bank dan korporasi dengan transaksi underlying SUN/SBSN dengan
tenor sampai dengan 1 (satu) tahun.
b. Menurunkan Giro Wajib Minimum (GWM) Rupiah masing-masing
sebesar 200 bps untuk Bank Umum Konvensional dan 50 bps untuk
Bank Umum Syariah/Unit Usaha Syariah, mulai berlaku 1 Mei 2020.
c. Tdak memberlakukan kewajiban tambahan Giro untuk pemenuhan Rasio
Intermediasi Makroprudensial (RIM) baik terhadap Bank Umum
Konvensional maupun Bank Umum Syariah/Unit Usaha Syariah untuk
periode 1 (satu) tahun, mulai berlaku 1 Mei 2020.
 Ketiga, BI juga memperkuat manajemen likuiditas perbankan dan
sehubungan dengan penurunan GWM Rupiah tersebut, Bank Indonesia
menaikkan Rasio Penyangga Likuiditas Makroprudensial (PLM) sebesar 200
bps untuk Bank Umum Konvensional dan sebesar 50 bps untuk Bank Umum
Syariah/Unit Usaha Syariah, mulai berlaku 1 Mei 2020.
 keempat, untuk semakin memperluas penggunaan transaksi pembayaran
secara nontunai dalam memitigasi dampak Covid -19, Bank Indonesia
meningkatkan berbagai instrumen kebijakan sistem pembayaran berikut:
a. Mendukung program Pemerintah dalam percepatan penyaluran program-
program bantuan sosial secara nontunai kepada masyarakat bersama
Penyelenggara Jasa Sistem Pembayaran (PJSP) melalui akselerasi
elektronifikasi penyaluran program-program sosial pemerintah baik
Program Keluarga Harapan (PKH), Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT),
Kartu Prakerja, dan Kartu Indonesia Pintar (KIP).
b. Meningkatkan sosialisasi kepada masyarakat bersama PJSP agar lebih
banyak menggunakan transaksi pembayaran non-tunai baik melalui
digital banking, uang elektronik, dan perluasan akseptasi QRIS.
c. Melonggarkan kebijakan kartu kredit terkait dengan penurunan batas
maksimum suku bunga, nilai pembayaran minimum, dan besaran denda
keterlambatan pembayaran serta mendukung kebijakan penerbit kartu
kredit untuk memperpanjang jangka waktu pembayaran bagi nasabah.

Kebijakan Bank Indonesia tersebut merupakan bagian dari sinergi


kebijakan yang terkoordinasi erat dengan Pemerintah maupun melalui Komite
Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) serta otoritas terkait untuk menjaga
stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan serta dalam upaya pemulihan
ekonomi nasional dari dampak Covid-19.
Bank Indonesia akan terus mencermati dinamika perekonomian dan
pasar keuangan global serta penyebaran Covid-19 dan dampaknya terhadap
perekonomian Indonesia dari waktu ke waktu.
2. Mengeluarkan kebijakan pencegahan penularan Covid melalui uang
Peran serta BI dalam meminimalisir penularan covid pada masyarakat
adala dengan memastikan bahwa uang rupiah yang didistribusikan adalah uang
rupiah yang telah melalui proses pengolahan khusus. Berikut langkah-langkah
nya :
 melakukan karantina dan penyemprotan disinfektan pada setoran uang
yang berasal dari perbankan dan Penyelenggara Jasa Pengolahan Uang
Rupiah (PJPUR) selama 14 hari untuk mencegah penyebaran virus
Corona.
 Memperkuat higienitas dari SDM dan perangkat yang di gunakan dalam
pengolahan rupiah.
 Melakukan koordinasi dengan perbankan/PJPUR untuk menerapkan
langkah-langkah dalam pengolahan uang Rupiah dengan memperhatikan
aspek K3 dari sisi SDM maupun perangkat pengolahan rupiah.
Selain mengkarantina uang, BI pun menutup layanan sistem
pembayaran tunai berupa kas keliling dan penukaran uang rusak serta
uang palsu bagi masyarakat mulai hari senin, 16 maret 2020 hingga waktu
yang belum ditentukan. Selain itu juga di terapkan mekanisme bekerja dari
rumah (work from home) bagi seluruh pegawai Bank Indonesia guna
menekan pemyebaran virus corona.
Meski demikian beberapa layanan tetap beroperasi normal, antara
lain: Layanan BI Real Time Gross Settlement (BI-RTGS), Sistem Kliring
Nasional Bank Indonesia (SKNBI), transaksi operasi moneter rupiah dan
valas yang didukung sistem Bank Indonesia Scripless Securities
Settlement System (BI-SSSS), Bank Indonesia Electronic Trading
Platform (BI-ETP) serta Layanan penarikan dan penyetoran uang Rupiah
dari perbankan dan PJPUR.

3. Penyesuaian Jadwal Kegiatan Operasional dan Layanan Publik BI


Dalam website resmi Bank Indonesia di tuliskan sebuah artikel dengan
judul Penyesuaian Jadwal Kegiatan Operasional dan Layanan Publik BI,
Memitigasi Penyebaran COVID-19 di jelaskan bahwa :
No. 22/24/DKOM
Dalam rangka mendukung upaya penanggulangan COVID-19 yang
dilakukan oleh Pemerintah untuk memitigasi penyebaran COVID-19, Bank
Indonesia bersama otoritas terkait dan industri berkomitmen untuk menjaga
kelancaran layanan sistem pembayaran dan transaksi keuangan untuk
mendukung berbagai kegiatan ekonomi.
Memperhatikan aspek kemanusiaan dan kesehatan masyarakat dalam
memitigasi penyebaran COVID-19 serta mempertimbangkan hasil koordinasi
dengan, antara lain Otoritas Jasa Keuangan (OJK), industri perbankan, dan
penyelenggara jasa sistem pembayaran, Bank Indonesia menetapkan
penyesuaian jadwal kegiatan operasional dan layanan publik yang berlaku sejak
30 Maret – 29 Mei 2020 (masa status darurat yang ditetapkan oleh Pemerintah)
sebagai berikut:
A. Kegiatan operasional Sistem Bank Indonesia Real Time Gross
Settlement (BI-RTGS), Bank Indonesia Scripless Securities Settlement
System (BI-SSSS), dan Bank Indonesia Electronic Trading Platform (BI-
ETP) menjadi sebagai berikut:
B. Kegiatan Operasional Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI)
Perubahan jam operasional SKNBI menjadi sebagai berikut:

C. Layanan Operasional Kas


Perubahan jam operasional Layanan Kas menjadi sebagai berikut:

D. Transaksi Operasi Moneter Rupiah dan Valas.


Transaksi Operasi Pasar Terbuka (OPT) Rupiah dan Operasi Moneter
Valas (OM Valas) yang semula dari pukul 08:00 s.d. 16:00 WIB disesuaikan
menjadi pukul 09:00 s.d. 15:00 WIB. Sementara itu, transaksi Standing
Facility (SF) yang semula dari pukul 16:00 s.d. 18:00 WIB disesuaikan
menjadi pukul 15:00 s.d. 16:00 WIB. Selengkapnya sebagai berikut:
1. Transaksi Operasi Moneter Rupiah
2. Transaksi Operasi Moneter Valas

Adapun pelaksanaan kegiatan operasional perbankan menjadi


pertimbangan dan kewenangan masing-masing bank. BI akan terus
melakukan koordinasi dan sinergi dengan Pemerintah dan otoritas terkait
dalam menempuh langkah-langkah kolektif untuk melakukan pemantauan,
asessmen, pencegahan dan mitigasi implikasi penyebaran COVID-19.

B. Pendapat Terkait Kebijakan BI


Kebijakan yang diambil BI mulai dari penurunan GWM yang bertujuan
untuk quantitative easing (QE), yaitu menambah dana yang digelontorkan
senilai Rp102 triliun dan Rp15,8 triliun, sehingga total likuiditas yang dilepas BI
ke pasar hampir senilai Rp420 triliun. Pada saat yang sama memperkuat
manajemen likuiditas perbankan dan pendanaan kebutuhan fiskal. kebijakan
triple intervention berguna untuk menutupi permintaan, membuat investor
global melepas SBN, dan meminimalisir tingkat polatilitas Rupiah, jelas sangat
bermanfaat dalam stabilisasi nilai tukar Rupiah, hingga pada pencegahan
penyebaran virus melalui uang dan standar keamanan yang terjamin bagi SDM
serta perangkat pengolah Rupiah menunjukan bahwa BI jelas serius telah
memperhitungkan dengan baik bagaimana dan apa saja kebijakan yang di
terapkan selama masa pandemi ini. Dalam hal ini BI telah bekerja sebaik
semampu mereka dalam menstabilkan perekonomian Indonesia di saat pandemi
besar sedang melanda, selajutnya tergantung pada masyarakat dan pemerintah
dalam menjalankan peran dalam perekonomian ini.

Anda mungkin juga menyukai