1. BI menurunkan Suku Bungan Acuan (BI7DRR) menjadi 4.5% Pada siaran pers hasil rapat dewan gubernur BI di Jakarta, gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan BI terus berupaya menjaga stabilitas eksternal di tengah ketidakpastian pasar keuangan global yang saat ini masih relatif tinggi, karena virus corona Covid-19. Dengan memutuskan untuk mempertahankan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 4,50%, suku bunga Deposit Facility sebesar 3,75%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 5,25%. Berikut 4 kebijakan yang di terapkan oleh BI dalam menjaga pertumbuhan ekonomi Indonesia ditengah wabah virus corona : Pertama, untuk stabilisasi dan penguatan nilai tukar rupiah, Bank Indonesia meningkatkan intensitas kebijakan triple intervention baik melalui spot, Domestic Non-deliverable Forward (DNDF), maupun pembelian SBN dari pasar sekunder Kedua, mendukung upaya pemulihan ekonomi nasional dari dampak Covid -19, Bank Indonesia akan meningkatkan pelonggaran moneter melalui instrumen kuantitas (quantitative easing) sebagai berikut: a. Ekspansi operasi moneter melalui penyediaan term-repo kepada bank- bank dan korporasi dengan transaksi underlying SUN/SBSN dengan tenor sampai dengan 1 (satu) tahun. b. Menurunkan Giro Wajib Minimum (GWM) Rupiah masing-masing sebesar 200 bps untuk Bank Umum Konvensional dan 50 bps untuk Bank Umum Syariah/Unit Usaha Syariah, mulai berlaku 1 Mei 2020. c. Tdak memberlakukan kewajiban tambahan Giro untuk pemenuhan Rasio Intermediasi Makroprudensial (RIM) baik terhadap Bank Umum Konvensional maupun Bank Umum Syariah/Unit Usaha Syariah untuk periode 1 (satu) tahun, mulai berlaku 1 Mei 2020. Ketiga, BI juga memperkuat manajemen likuiditas perbankan dan sehubungan dengan penurunan GWM Rupiah tersebut, Bank Indonesia menaikkan Rasio Penyangga Likuiditas Makroprudensial (PLM) sebesar 200 bps untuk Bank Umum Konvensional dan sebesar 50 bps untuk Bank Umum Syariah/Unit Usaha Syariah, mulai berlaku 1 Mei 2020. keempat, untuk semakin memperluas penggunaan transaksi pembayaran secara nontunai dalam memitigasi dampak Covid -19, Bank Indonesia meningkatkan berbagai instrumen kebijakan sistem pembayaran berikut: a. Mendukung program Pemerintah dalam percepatan penyaluran program- program bantuan sosial secara nontunai kepada masyarakat bersama Penyelenggara Jasa Sistem Pembayaran (PJSP) melalui akselerasi elektronifikasi penyaluran program-program sosial pemerintah baik Program Keluarga Harapan (PKH), Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT), Kartu Prakerja, dan Kartu Indonesia Pintar (KIP). b. Meningkatkan sosialisasi kepada masyarakat bersama PJSP agar lebih banyak menggunakan transaksi pembayaran non-tunai baik melalui digital banking, uang elektronik, dan perluasan akseptasi QRIS. c. Melonggarkan kebijakan kartu kredit terkait dengan penurunan batas maksimum suku bunga, nilai pembayaran minimum, dan besaran denda keterlambatan pembayaran serta mendukung kebijakan penerbit kartu kredit untuk memperpanjang jangka waktu pembayaran bagi nasabah.
Kebijakan Bank Indonesia tersebut merupakan bagian dari sinergi
kebijakan yang terkoordinasi erat dengan Pemerintah maupun melalui Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) serta otoritas terkait untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan serta dalam upaya pemulihan ekonomi nasional dari dampak Covid-19. Bank Indonesia akan terus mencermati dinamika perekonomian dan pasar keuangan global serta penyebaran Covid-19 dan dampaknya terhadap perekonomian Indonesia dari waktu ke waktu. 2. Mengeluarkan kebijakan pencegahan penularan Covid melalui uang Peran serta BI dalam meminimalisir penularan covid pada masyarakat adala dengan memastikan bahwa uang rupiah yang didistribusikan adalah uang rupiah yang telah melalui proses pengolahan khusus. Berikut langkah-langkah nya : melakukan karantina dan penyemprotan disinfektan pada setoran uang yang berasal dari perbankan dan Penyelenggara Jasa Pengolahan Uang Rupiah (PJPUR) selama 14 hari untuk mencegah penyebaran virus Corona. Memperkuat higienitas dari SDM dan perangkat yang di gunakan dalam pengolahan rupiah. Melakukan koordinasi dengan perbankan/PJPUR untuk menerapkan langkah-langkah dalam pengolahan uang Rupiah dengan memperhatikan aspek K3 dari sisi SDM maupun perangkat pengolahan rupiah. Selain mengkarantina uang, BI pun menutup layanan sistem pembayaran tunai berupa kas keliling dan penukaran uang rusak serta uang palsu bagi masyarakat mulai hari senin, 16 maret 2020 hingga waktu yang belum ditentukan. Selain itu juga di terapkan mekanisme bekerja dari rumah (work from home) bagi seluruh pegawai Bank Indonesia guna menekan pemyebaran virus corona. Meski demikian beberapa layanan tetap beroperasi normal, antara lain: Layanan BI Real Time Gross Settlement (BI-RTGS), Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI), transaksi operasi moneter rupiah dan valas yang didukung sistem Bank Indonesia Scripless Securities Settlement System (BI-SSSS), Bank Indonesia Electronic Trading Platform (BI-ETP) serta Layanan penarikan dan penyetoran uang Rupiah dari perbankan dan PJPUR.
3. Penyesuaian Jadwal Kegiatan Operasional dan Layanan Publik BI
Dalam website resmi Bank Indonesia di tuliskan sebuah artikel dengan judul Penyesuaian Jadwal Kegiatan Operasional dan Layanan Publik BI, Memitigasi Penyebaran COVID-19 di jelaskan bahwa : No. 22/24/DKOM Dalam rangka mendukung upaya penanggulangan COVID-19 yang dilakukan oleh Pemerintah untuk memitigasi penyebaran COVID-19, Bank Indonesia bersama otoritas terkait dan industri berkomitmen untuk menjaga kelancaran layanan sistem pembayaran dan transaksi keuangan untuk mendukung berbagai kegiatan ekonomi. Memperhatikan aspek kemanusiaan dan kesehatan masyarakat dalam memitigasi penyebaran COVID-19 serta mempertimbangkan hasil koordinasi dengan, antara lain Otoritas Jasa Keuangan (OJK), industri perbankan, dan penyelenggara jasa sistem pembayaran, Bank Indonesia menetapkan penyesuaian jadwal kegiatan operasional dan layanan publik yang berlaku sejak 30 Maret – 29 Mei 2020 (masa status darurat yang ditetapkan oleh Pemerintah) sebagai berikut: A. Kegiatan operasional Sistem Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (BI-RTGS), Bank Indonesia Scripless Securities Settlement System (BI-SSSS), dan Bank Indonesia Electronic Trading Platform (BI- ETP) menjadi sebagai berikut: B. Kegiatan Operasional Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI) Perubahan jam operasional SKNBI menjadi sebagai berikut:
C. Layanan Operasional Kas
Perubahan jam operasional Layanan Kas menjadi sebagai berikut:
D. Transaksi Operasi Moneter Rupiah dan Valas.
Transaksi Operasi Pasar Terbuka (OPT) Rupiah dan Operasi Moneter Valas (OM Valas) yang semula dari pukul 08:00 s.d. 16:00 WIB disesuaikan menjadi pukul 09:00 s.d. 15:00 WIB. Sementara itu, transaksi Standing Facility (SF) yang semula dari pukul 16:00 s.d. 18:00 WIB disesuaikan menjadi pukul 15:00 s.d. 16:00 WIB. Selengkapnya sebagai berikut: 1. Transaksi Operasi Moneter Rupiah 2. Transaksi Operasi Moneter Valas
Adapun pelaksanaan kegiatan operasional perbankan menjadi
pertimbangan dan kewenangan masing-masing bank. BI akan terus melakukan koordinasi dan sinergi dengan Pemerintah dan otoritas terkait dalam menempuh langkah-langkah kolektif untuk melakukan pemantauan, asessmen, pencegahan dan mitigasi implikasi penyebaran COVID-19.
B. Pendapat Terkait Kebijakan BI
Kebijakan yang diambil BI mulai dari penurunan GWM yang bertujuan untuk quantitative easing (QE), yaitu menambah dana yang digelontorkan senilai Rp102 triliun dan Rp15,8 triliun, sehingga total likuiditas yang dilepas BI ke pasar hampir senilai Rp420 triliun. Pada saat yang sama memperkuat manajemen likuiditas perbankan dan pendanaan kebutuhan fiskal. kebijakan triple intervention berguna untuk menutupi permintaan, membuat investor global melepas SBN, dan meminimalisir tingkat polatilitas Rupiah, jelas sangat bermanfaat dalam stabilisasi nilai tukar Rupiah, hingga pada pencegahan penyebaran virus melalui uang dan standar keamanan yang terjamin bagi SDM serta perangkat pengolah Rupiah menunjukan bahwa BI jelas serius telah memperhitungkan dengan baik bagaimana dan apa saja kebijakan yang di terapkan selama masa pandemi ini. Dalam hal ini BI telah bekerja sebaik semampu mereka dalam menstabilkan perekonomian Indonesia di saat pandemi besar sedang melanda, selajutnya tergantung pada masyarakat dan pemerintah dalam menjalankan peran dalam perekonomian ini.