Anda di halaman 1dari 35

ANALISIS TINGKAT KESEHATAN BANK SAAT PANDEMI COVID-19

DENGAN METODE RGEC PADA PT. BANK BUKOPIN, Tbk CABANG


KUPANG

NAMA : KARNILIA PORO

NIM : 1710020125

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS NUSA CENDANA

KUPANG

2020
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Pandemi COVID-19 adalah peristiwa menyebarnya penyakit korona


virus 2019 (coronavirus disease 2019, singkatan dari COVID-19) di seluruh
dunia. Penyakit ini disebabkan oleh virus korona jenis baru yang diberi nama
SARS-Cov-2. Virus COVID-19 pertama kali dideteksi di Kota Wuhan,
Provinsi Hubei, ongkok pada tanggal 1 Desember 2019, dan ditetapkan
sebagai pandemi oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada tanggal 11
Maret 2020 hingga 17 September 2020), lebih dari 29.864.555 kasus telah
dilaporkan lebih dari 210 negara dan wilayah seluruh dunia, mengakibatkan
lebih dari 940.651 orang meninggal dunia dan lebih dari 20.317.519 orang
sembuh. Penyebaran Covid 19 yang semakin meningkat membuat pemerintah
menetapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) untuk mengatasi
penyebaran virus tersebut yang menyebabkan kurangnya aktivitas bisnis
dalam negeri dan berdampak negatif bagi perekonomian termasuk di sektor
Perbankan terutama dalam menjaga kolektibilitas kreditnya. Di tengah
pertumbuhan kredit yang melambat, risiko kredit masih relatif terjaga
meskipun sedikit meningkat dibandingkan periode yang sama tahun
sebelumnya. Pada Juni 2020, rasio NPL gross tercatat sebesar 3,11%, lebih
tinggi dari Juni 2019 sebesar 2,50%. Sementara itu, rasio NPL net
mencatatkan sedikit penurunan sebesar 1,16% pada Juni 2020 dibandingkan
periode yang sama tahun sebelumnya (1,18%). Penurunan rasio NPL net
dipengaruhi oleh meningkatnya Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN)
sejalan dengan penerapan PSAK 71 sejak awal tahun 2020 yang
mengharuskan perbankan untuk meningkatkan CKPN yang dimiliki.
Kebijakan restrukturisasi kredit dimaksud diatur dalam Peraturan Otoritas Jasa
Keuangan (POJK) Nomor 11/POJK.03/2020 tentang Stimulus Perekonomian
Nasional Sebagai Kebijakan Countercyclical Dampak Penyebaran
Coronavirus Desease 2019. POJK tersebut bertujuan untuk menahan laju
kenaikan NPL dan juga memberikan relaksasi bagi debitur yang terkena
dampak COVID-19 dalam membayar angsuran kewajiban kepada bank
selama masa pandemi. Implementasi kebijakan stimulus ini diharapkan
mampu memberikan ruang likuiditas dan permodalan bagi perbankan
sehingga stabilitas sektor keuangan tetap terjaga di tengah pandemi. Seiring
dengan ketidakpastian berakhirnya pandemi COVID-19 yang sangat memukul
kegiatan usaha sehingga memicu penurunan permintaan kredit dan penurunan
kemampuan bayar debitur ke depan, maka perlu diperhatikan adanya potensi
kenaikan risiko kredit. Hal ini diindikasikan oleh beberapa hal, antara lain
tingginya pertumbuhan nominal NPL sebesar 26,07% (yoy) dibandingkan
tahun sebelumnya sebesar 2,90% (yoy), naiknya rasio kredit yang berpotensi
mengalami penurunan kualitas (restru kredit Lancar dan kredit DPK) menjadi
17,54% dari sebelumnya 7,79%, serta melambatnya pertumbuhan kredit dari
9,92% (yoy) pada tahun sebelumnya menjadi 1,49% (yoy).

Menurut undang-undang No.7 tahun 1992 tentang perbankan yang telah


diubah dengan Undang-undang No. 10 tahun 1998 yang dimaksudkan dengan
bank adalah “Badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam
bentuk simpanan, dan menyalurkan kepada masyarakat dalam bentuk kredit
dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup
masyarakat banyak” (Malayu S.P Hasibuan, 2011:1). Menyadari pentingnya
peranan bank, maka kesehatan bank harus terjaga karena bank mengelola dana
masyarakat yang dipercayakan kepada bank. Kepercayaan masyarakat dapat
diperoleh dengan menjaga tingkat kesehatan bank, untuk menilai suatu
kesehatan bank dapat dilihat apakah bank tersebut dalam kondisi sangat sehat,
sehat, cukup sehat, kurang sehat, atau tidak sehat. Menurut Peraturan Otoritas
Jasa Keuangan No. 4/POJK.03/2016 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan
Bank bahwa “kesehatan bank harus dipelihara dan/atau ditingkatkan agar
kepercayaan masyarakat terhadap bank dapat terjaga. Tingkat kesehatan bank
digunakan sebagai salah satu sarana dalam melakukan evaluasi terhadap
kondisi dan permasalahan yang dihadapi bank serta menentukan tindak lanjut
untuk mengatasi kelemahan atau permasalahan bank, baik berupa tindakan
perbaikan (corrective action) oleh bank maupun tindakan pengawasan
(supervisory action) oleh Otoritas Jasa Keuangan. Penelitian terdahulu yang
berjudul “Analisis Tingkat Kesehatan Bank Dengan Metode RGEC”
menyatakan bahwa penilaian tingkat kesehatan Bank BNI dengan
menggunakan metode RGEC ini menunjukkan predikat kesehatan bank
tersebut sesuai dengan standar yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia,
dapat disimpulkan bahwa Bank BNI “SEHAT” dilihat dari rata-rata penilaian.
Tingkat Kesehatan Bank ditinjau dari aspek risk profile, earnings, good
corporate governance, dan capital pada Bank Negara Indonesia tahun 2013 -
2017 sehat sehingga dinilai sangat mampu menghadapi pengaruh negatif yang
signifikan dari perubahan kondisi bisnis dan faktor eksternal lainnya tercermin
dari peringkat faktor-faktor penilaian antara lain profil risiko, rentabilitas, dan
permodalan secara umum sangat baik. (Khayatun Nufus, Fani Triyanto,
Awaluddin, 2019) dan pada penelitian sebelumnya dengan judul “Analisis
Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Dengan Menggunakan Metode RGEC
Pada Bank Umum Swasta Nasional Devisa Yang Terdaftar Di Bei”
menyimpulkan bahwa penilaian tingkat kesehatan bank umum swasta nasional
devisa dilihat dari aspek RGEC (Risk profile, Good Corporate Governance,
Earnings, dan Capital) selama tahun 2012-2016 menempati Peringkat
Komposit 2 (PK-2). Sehingga bank umum swasta nasional devisa selama
periode tersebut dinilai mampu menghadapi pengaruh negatif yang signifikan
dari perubahan kondisi bisnis dan faktor eksternal lainnya tercermin dari
kriteria faktor-faktor penilaian, antara lain risk profile, penerapan GCG,
earnings, dan capital yang secara umum dengan sangat baik. (Avissa Benita
Elizabeth Tamba, Luk Luk Fuadah, Aryanto, 2018).

Bank Bukopin yang sejak berdirinya tanggal 10 Juli 1970 menfokuskan


diri pada segmen UMKMK, saat ini telah tumbuh dan berkembang menjadi
bank yang masuk ke kelompok Bank menengah di Indonesia dari sisi aset.
Seiring dengan terbukanya kesempatan dan peningkatan kemampuan melayani
kebutuhan masyarakat yang lebih luas, Bank Bukopin telah mengembangkan
usahanya ke segmen KOMERSIAL dan KONSUMER. Ketiga segmen ini
merupakan pilar bisnis Bank Bukopin, dengan pelayanan secara konvensional
maupun syariah, yang didukung oleh sistem pengelolaan dana yang optimal,
kehandalan teknologi informasi, kompetensi sumber daya manusia dan
praktek tata kelola perusahaan yang baik. Pandemi Covid-19 telah
mengganggu kesehatan perbankan melalui jalur perburukan kualitas kredit
karena adanya PSBB yang menyebabkan banyak korporasi dan Usaha Mikro
Kecil, dan Menengah (UMKM) berkurang atau bahkan menutup kegiatan
produksi atau jasanya. Akibatnya penjualan menyusut tajam dan akhirnya
mengancam kemampuan mereka dalam membayar kewajibannya di Bank.
Apabila hal itu dibiarkan, maka akan berpengaruh pada tingkat kolekbilitas
kredit. Sedangkan tingkat kesehatan bank sangat dipengaruhi oleh nilai kredit
macet sebuah bank. Kondisi dimana bank mengalami permasalahan dalam
pelaksanaan kredit yaitu penyaluran kredit terdapat kendala ketidakmampuan
debitur untuk membayar sesuai jangka waktu meliputi; pinjaman pokok dan
bunga menyebabkan kredit dapat digolongkan menjadi Non Per- foming Loan
(selanjutnya disingkat menjadi NPL) atau kredit bermasalah. Kredit
bermasalah akan membawa bank menghadapi resiko kredit akibat
ketidakmampuan debitur dalama membayar kredit. Kegitan kredit tidak
mungkin lepas dari permasalahan kredit bermasalah, sehingga bank harus
menekan agar jumlah kredit bermasalah tidak melebihi dari aturan OJK.
Dalam rangka menjaga NPL sebuah bank tetap rendah, maka pemerintah
mengeluarkan kebijakan berupa Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No. 11
Tahun 2020 tentang Stimulus Dampak Covid-19 yang selanjutnya dalam
tulisan ini akan disebut POJK. POJK merupakan strategi pemulihan ekonomi
yang terdampak wabah Covid-19. Perbankan menjadi sektor terdampak dari
wabah Covid-19 yang harus segera menyesuaikan diri untuk menghindari
ketidakstabilan lebih lanjut. Dengan adanya kebijakan dari pemerintah, maka
Bank Bukopin menerapkan kebijakan khusus yaitu pemberian kredit UMKM
dihentikan selama pandemi Covid-19 untuk melakukan penyesuaian dan
menjaga kestabilan dari bank itu sendiri. PT Bank bukopin sendiri mengalami
peningkatan NPL akibat dampak dari pendemi Covid-19 yang mengharuskan
pihak bank mengeluarkan kebijakan untuk menghentikan pemberian kredit
modal kerja yang berimbas pada peningkatan NPL pada tahun 2019-2020
dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Nilai NPL yang meningkat ini paling
besar disumbang oleh kredit modal kerja, kemudian diikuti oleh NPL dari
kredit investasi, dan NPL dari kredit konsumer.

Sebelumnya sistem penilaian tingkat kesehatan bank umum


menggunakan sistem penilaian yang di atur dalam Peraturan Bank Indonesia
Nomor 6/10/PBI/2004 yang dikenal dengan metode CAMELS yaitu terdiri
dari Capital, Asset quality, Management, Earnings, Liquidity & Sensitivity to
market risk. Sedangkan metode atau pendekatan yang digunakan dalam
menilai kesehatan bank saat ini mengacu pada Peraturan Bank Indonesia
No.13/1/PBI/2011 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum, yaitu
dengan menggunakan Pendekatan Risiko (Risk-based Bank Rating) baik
secara individual maupun secara konsolidasi, dengan cakupan penilaian
meliputi faktor-faktor sebagai berikut: Profil Risiko (risk profile), Good
Corporate Governance (GCG), Rentabilitas (earnings); dan Permodalan
(capital) atau disingkat menjadi metode RGEC. Metode RGEC dinilai mampu
mengukur tingkat kesehatan bank dan mengidentifikasi risiko-risiko yang
mungkin timbul sehingga kemudian dapat diambil tindakan perbaikan yang
tepat dan sesuai. Penilaian tingkat kesehatan bank yang dihasilkan dapat
dijadikan sebagai evaluasi hal-hal yang perlu dilakukan ke depan agar kinerja
manajemen dapat ditingkatkan atau dipertahankan sesuai target perbankan.
Melihat pentingnya penilaian tingkat kesehatan bank yang harus dipelihara
dan/atau ditingkatkan untuk kepercayaan masyarakat terhadap bank agar dapat
terjaga, maka dari uraian diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
tentang Analisis Tingkat Kesehatan Bank Saat Pandemi Covid-19 dengan
Metode RGEC (Risk Profile, Good Corporate Governance, Earning, dan
Capital) pada PT. Bank Bukopin Tbk Cabang Kupang Periode 2018 – 2020.
.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Bagaimana penilaian tingkat kesehatan Bank Bukopin Tbk Periode 2018 –
2020 ditinjau dari faktor Risk Profile ?
2. Bagaimana penilaian tingkat kesehatan Bank Bukopin Tbk Periode 2018 –
2020 ditinjau dari faktor Good Corporate Governance ?
3. Bagaimana penilaian tingkat kesehatan Bank Bukopin Tbk Periode 2018 –
2020 ditinjau dari faktor Earnings ?
4. Bagaimana penilaian tingkat kesehatan Bank Bukopin Tbk Periode 2018 –
2020 ditinjau dari faktor Capital ?
1.3 TUJUAN PENELITIAN
1. Mengetahui penilaian tingkat kesehatan Bank Bukopin Tbk Periode 2018
– 2020 ditinjau dari faktor Risk Profile.
2. Mengetahui penilaian tingkat kesehatan Bank Bukopin Tbk Periode 2018
– 2020 ditinjau dari faktor Good Corporate Governance.
3. Mengetahui penilaian tingkat kesehatan Bank Bukopin Tbk Periode 2018
– 2020 ditinjau dari faktor Earnings.
4. Mengetahui penilaian tingkat kesehatan Bank Bukopin Tbk Periode 2018
– 2020 ditinjau dari faktor Capital.
1.4 MANFAAT PENELITIAN
1. Bagi Akademisi
Penelitian ini diharapkan dapat menjdi salah satu referensi pengembangan
ilmu manajemen keuangan mengenai analisis tingkat kesehatan bank
dengan menggunakan metode RGEC pada perusahaan perbankan.
2. Bagi PT Bank Bukopin Tbk Cabang Kupang
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tambahan bagi
pihak bank sehingga dapat memperbaiki manajemen bank
danmeningkatkan kinerjanya sebagai modal untuk mempertahankan
keberlangsungan usaha bank dalam persaingan perbankan yang
semakin ketat. Selain itu, diharapkan agar pihak bank dapat terus
memlihara tingkat kesehatannya sebagai upaya memunculkan fungsi
bank sebagai agent of trusttbagi nasabah.
3. Bagi Penelitian Selanjutnya
Hasil dari penelitian ini diharapkan menjadi bahan referensi untuk
penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan Analisis Tingkat Kesehatan
Bank.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 KAJIAN TEORITIS


2.1.1 Definisi Bank
Menurut Kasmir (2014:3), secara sederhana bank diartikan sebagai
lembaga keuangan yang kegiatan usahanya adalah menghimpun dana dari
masyarakat dan menyalurkan kembali dana tersebut ke masyarakat serta
memberikan jasa – jasa bank lainnya. Sedangkan pengertian lembaga
keuangan adalah setiap perusahaan yang bergerak di bidang keuangan dimana
kegiatannya apakah hanya menghimpun dana atau hanya menyalurkan dana
atau kedua – duanya. Menurut Undang – Undang Nomor 10 tahun 1998
tanggal 10 November tentang perbankan:

“Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat


dalam bentuk simpanan dan menyalurkan dana tersebut kembali ke
masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau bentuk – bentuk lainnya dalam
rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak”.

Dapat dijelaskan bahwa bank merupakan perusahaan yang bergerak dalam


bidang keuangan. Jadi, dapat disimpulkan bahwa usaha perbankan meliputi
tiga kegiatan utama, yaitu :

1. Menghimpun Dana

2. Menyalurkan Dana

3. Memberikan jasa bank lainnya.

2.1.1.1 Fungsi Bank


Menurut Kasmir (2014:5), secara ringkas fungsi bank sebagai perantara
keuangan yang dapat dilihat dalam Gambar 2.1

FUNGSI BANK
1 3

Beli Dana Jual


Masyarakat yang Masyarakat yang
kelebihan dana 2 4
kekurangan dana
Dana
Giro Pinjaman
Gambar 2.1 Fungsi Bank
Tabungan

Arus perputaran uang yang ada di bank dari masyarakat kembali ke masyarakat, di
mana bank sebagai perantara dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Nasabah (masyarakat) yang kelebihan dana menyimpan uangnya di bank


dalam bentuk simpanan Giro, Tabungan atau Deposito. Bagi bank dana
yang disimpan oleh masyarakat adalah sama artinya dengan membeli
dana. Dalam hal ini nasabah sebagai penyimpan dan bank.
2. Nasabah penyimpan akan memperoleh balas jasa dari bank berupa bunga
bagi bank konvensional dan bagi hasil bank yang berdasarkan Prinsip
Syariah. Besarnya jasa bunga dan bagi hasil tergantung dari besar kecilnya
dana yang disimpan dan faktor lainnya.
3. Kemudian oleh bank dana yang disimpan oleh nasabah di bank yang
bersangkutan disalurkan kembali (dijual) kepada masyarakat yang
kekurangan atau membutuhkan dana dalam bentuk pinjaman/kredit.
4. Bagi masyarakat yang memperoleh pinjaman atau kredit dari bank,
diwajibkan kembali untuk mengembalikan pinjaman tersebut beserta
bunga yang telah ditetapkan sesuai perjanjian antara bank dengan nasabah.
Khusus bagi bank yang berdasarkan prinsip syariah pengembalian
pinjaman disertai dengan sistem bagi hasil sesuai hukum islam.
2.1.1.2 Peran Bank

Menurut Budisusanto dan Nuritomo (2014:11-12), peran bank adalah


sebagai berikut:

1) Pengalihan Aset (Asset Transmutation)


Pengalihan aset adalah pengalihan dana atau aset dari unit surplus ke unit
defisit dimana sumber dana yang diberikan kepada pihak peminjam
berasal dari pemilik dana yaitu unit surplus yang jangka waktunya dapat
diatur sesuai dengan keinginan pemilik dana. Pada situasi ini bank
berperan sebagai pengalih aset yang likuid dari unit surplus (lenders)
kepada unti defisit (borrowers).
2) Transaksi (Transaction)
Bank memberikan berbagai kemudahan kepada pelaku ekonomi untuk
melakukan transaksi barang dan jasa dengan mengeluarkan produk –
produk yang dapat memudahkan kegiatan transaksi diantaranya giro,
tabungan, deposito, saham dan sebagainya.
3) Likuiditas (Liquidity)
Unit surplus dapat menempatkan dana yang dimilikinya dalam bentuk
produk – produk berupa giro, tabungan, deposito, dan sebagainya. Produk
tersebut masing – masing mempunyai tingkat likuiditas yang berbeda.
Untuk kepentingan likuiditas, para pemilik dana dapat menempatkan dana
sesuai kebutuhan dan keinginannya, sehingga bank memberikan fasilitas
pengelolaan likuiditas kepada pihak yang mengalami surplus likuiditas dan
menyalurkannya kepada pihak yang mengalamai defisit likuiditas.
4) Efisiensi (Efficiency)
Peranan bank sebagai broker adalah menemukan peminjam dan pengguna
modal tanpa mengubah produknya. Dalam hal ini bank hanya
memperlancar dan mempertemukan pihak – pihak yang saling
membutuhkan. Adanya informasi yang tidak simetris antara peminjam dan
investor menimbulkan masalah intensif, sehingga menimbulkan
ketidakefisienan dan menambah biaya. Dengan adanya bank sebagai
broker maka masalah tersebut dapat teratasi.

2.1.1.3 Sumber Dana Bank

Menurut Kasmir (2012:50), sumber dana bank adalah usaha bank dalam
menghimpun dana dari masyarakat. Perolehan dana ini tergantung dari bank itu
sendiri, apakah dari simpanan masyarakat atau dari lembaga lainnya. Hal ini
sesuai dengan fungsi bank bahwa bank adalah lembaga keuangan dimana kegiatan
sehari – harinya bergerak dalam bidang keuangan, maka sumber – sumber dana
bank juga tidak terlepas dari bidang keuangan itu sendiri. Adapun sumber –
sumber dana bank tersebut adalah sebagai berikut:

1. Dana pihak pertama Dana pihak pertama merupakan dana yang bersumber dari
bank itu sendiri (modal sendiri). Modal sendiri maksudnya adalah modal yang
dimiliki bank dari setoran para pemegang saham, cadangan labadan laba bank
yang belum dibagi. Secara garis besar pencairan dana yang bersumber dari bank
itu sendiri terdiri dari:

1. Setoran modal dari para pemegang saham

2. Cadangan - cadangan bank

3. Laba ditahan

2. Dana pihak kedua

Dana pihak kedua adalah dana – dana pinjaman yang berasal dari pihak luar. Dana
ini diperoleh dari pinjaman yang dilakukan oleh bank apabila sedang mengalami
kesulitan dalam pencarian sumber dana pertama. Dana pinjaman dari pihak luar
terdiri atas dana – dana sebagai berikut:

1. Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI)

2. Pinjaman antarbank (Call Money)


3. Pinjaman dari bank luar negeri 4. Pinjaman dari Lembaga Keuangan Bukan
Bank (LKBB)

3. Dana pihak ketiga

Dana pihak ketiga adalah dana yang berasal dari masyarakat luas. Sumber
dana bank ini merupakan sumber dana yang terpenting bagi kegiatan operasional
bank dan menjadi tolak ukur keberhasilan bank jika sanggup membiayai
operasionalnya dari sumber dana ini. Dari beberapa sumber dana bank, dana pihak
ketiga merupakan salah satu sumber dana yang relatif mudah apabila
dibandingkan dengan yang lainnya.Untuk memperoleh dana dari masyarakat luas,
bank dapat menawarkan berbagai jenis simpanan. Pembagian jenis simpanan ke
dalam berbagai jenis dimaksudkan agar para nasabah mempunyai pilihan sesuai
dengan tujuan masing – masing. Dalam hal ini kegiatan penghimpunan dana
dibagi menjadi tiga jenis, yaitu:

1. Simpanan Giro (Demand Deposit)

2. Simpanan Tabungan (Saving Deposit)

3. Simpanan Deposito (Time Deposit)

2.1.2 Laporan Keuangan

Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), laporan keuangan sebagai


pertanggunggjawaban kepada pihak ekstern (luar perusahaan) harus disusun
sedemikian rupa sehingga:

1) Memenuhi keperluan untuk: a) Memberikan informasi keuangan secara


kuantitatif mengenai perusahaan tertentu guna memenuhi keperluan para
pemakai laporan keuangan dalam mengambil keputusan – keputusan
ekonomi, b) Menyajikan informasi yang dapat dipercaya mengenai posisi
keuangan dan perubahan kekayaan bersih perusahaan, c) Menyajikan
informasi keuangan yang dapat membantu para pemakai laporan keuangan
dalam menaksir kemampuan memperoleh laba dari perusahaan, d)
Menyajikan informasi keuangan yang diperlukan mengenai perubahan dalam
harta dan kewajiban, serta mengungkapkan informasi lain yang sesuai dengan
keperluan para pemakai laporan keuangan.

2) Mencapai mutu sebagai berikut: a) Relevan; agar laporan keuangan relevan


maka harus memiliki nilai prediksi dan nilai umpan balik serta harus disajikan
tepat waktu, baik untuk laporan interim maupun untuk laporan tahunan, b)
Jelas dan dapat dimengerti; informasi yang disajikan di dalam laporan
keuangan dapat dimengerti dengan mudah bagi rata – rata pengguna laporan
keuangan, c) Dapat diuji kebenarannya; informasi laporan keuangan harus
dapat diuji kebenarannya, dapat diuji kebenaran informasi akuntansi berdasar
pada keobyektifan dan konsensus, d) Tepat waktu; laporan keuangan harus
memiliki periode pelaporan, waktu penyajiannya harus dinyatakan dengan jelas
dan disajikan dalam batas waktu yang wajar, e) Dapat dibandingkan; informasi
di dalam laoporan keuangan dapat dibandingkan antara lembaga keuangan
syariah maupun konvensional dan dan dapat dibedakan antara dua periode
akuntansi yang berbeda bagi lembaga keuangan yang sama, f) Lengkap;
informasi keuangan harus lengkap dalam batasan materialitas dan biaya,
sehingga tidak memberikan informasi yang menyesatkan bagi para pemakai
laporan keuangan, g) Netral; informasi laporan keuangan harus diarahkan
untuk kebutuhan umum pemakai laporan keuangan dan bukan untuk pihak
tertentu saja.

2.1.3 Kesehatan Bank

Menurut Peraturan Bank Indonesia (PBI) Nomor 13/1/PBI/2011, “Tingkat


Kesehatan Bank adalah hasil penilaian kondisi bank yang dilakukan terhadap
risiko dan kinerja bank”. Kesehatan atau kondisi keuangan dan non keuangan
bank merupakan kepentingan semua pihak terkait, baik pemilik, manajemen bank,
pemerintah (melalui BI), dan pengguna jasa bank (Rivai, dkk, 2012:465). Untuk
mengetahui kinerja bank maka perlu dilakukan analisis mengenai tingkat
kesehatan bank yang menunjukkan bank tersebut dalam kriteria sehat atau tidak
sehat. Hasil analisis kondisi suatu bank tersebut dapat digunakan oleh pihak –
pihak berkaitan dalam menerapkan prinsip kehati – hatian, kepatuhan terhadap
ketentuan yang berlaku dan manajemen risiko.

2.1.3.1 Faktor Penilaian Tingkat Kesehatan Bank

Untuk menilai tingkat kesehatan Bank, sesuai dengan Peraturan Bank


Indonesia Nomor 13/1/PBI/2011 tentang Penilaian Tingkat kesehatan Bank
Umum, Bank wajib melakukan penilaian Tingkat Kesehatan Bank dengan
menggunakan pendekatan berdasarkan Risiko (Risk-based Bank Rating). Faktor
faktor penilaian meliputi Profil Risiko, GCG, Rentabilitas, dan Permodalan.

1. Penilaian Profil Risiko.

Penilaian faktor profil risiko merupakan penilaian terhadap risiko inheren dan
kualitas penerapan Manajemen Risiko dalam aktivitas operasional Bank. Risiko
yang wajib dinilai terdiri atas delapan jenis risiko yaitu :

a. Risiko Kredit

Risiko pinjaman tidak kembali sesuai dengan kontrak, seperti penundaan,


pengurangan pembayaran suku bunga dan pinjaman pokoknya, atau tidak
membayar pinjamannya sama sekali. Rasio kredit dihitung dengan menggunakan
rasio Non Performing Loan:

Kredit bermasalah
NPL= x 100 %
Totalkredit

Tabel 2.1

Matriks Kriteria Penetapan Peringkat Komponen Risiko Kredit

Peringkat Keterangan Kriteria


1 Sangat sehat <2%
2 Sehat 2%-3,5%
3 Cukup sehat 3,5%-5%
4 Kurang sehat 5%-8%
5 Tidak sehat >8%
Sumber : Surat Edaran Bank Indonesia

b. Risiko Pasar

Suatu risiko yang timbul karena menurunnya nilai suatu investasi karena
pergerakan pada faktor–faktor pasar. Rasio pasar dihitung dengan menggunakan
rasio Interest Rate Risk:

RSA (Rate Sensitive Assets)


IRR= x 100 %
RSL( Rate Sensitive Liabilities)

c. Risiko Likuiditas

Risiko kekurangan likuiditas terjadi karena adanya rush money atau penarikan
dana secara serentak yang dapat mengakibatkan kebangkrutan bank. Rasio
Likuiditas dihitung dengan menggunakan rasio-rasio sebagai berikut:

Total Kredit
a) LDR= x 100 %
Dana Pihak Ketiga
Total Kredit
b) LAR= x 100 %
Total Aset
Alat−alat likuid yang dikuasai
c) Cash Ratio= x 100 %
Dana pihak ketiga

Tabel 2.2

Matriks Kriteria Penetapan Peringkat Komponen Risiko Lukuiditas

Peringkat Keterangan Kriteria


1 Sangat sehat 70% - <85%
2 Sehat 60% - <70%
3 Cukup sehat 85% - < 100%
4 Kurang sehat 100% - 120%
5 Tidak sehat >120% - <60%
Sumber : Surat Edaran Bank Indonesia

d. Risiko Operasional

Risiko kerugian yang diakibatkan oleh kegagalan atau tidak memadainya proses
internal, manusia dan sistem, atau sebagai akibat dari kejadian eksternal.

e. Risiko Hukum

Risiko dari ketidakpastian tindakan atau tuntutan atau ketidakpastian dari


pelaksanaan atau interpretasi dari kontrak, hukum atau peraturan.

f. Risiko Stratejik

Risiko yang disebabkan oleh adanya penetapan dan pelaksanaan strategi bank
yang tidak tepat, pengambilan keputusan bisnis yang tidak tepat atau kurang
responsifnya bank terhadap perubahan eksternal.

g. Risiko Kepatuhan

Risiko yang disebabkan oleh ketidakpatuhan suatu bank untukmelaksanakan


perundang–undangan dan ketentuan lain yang berlaku.

h. Risiko Reputasi

Risiko akibat menurunnya tingkat kepercayaan stakeholder yang bersumber dari


persepsi negatif terhadap bank. Masing–masing bagian dibagi lagi menjadi 2
bagian yaitu tingkat risiko inheren dan kualitas penerapan manajemen risiko.
Sehingga penilaian untuk resiko terdapat 16 penilaian. Meninjau tingkat risiko
terbagi atas 5 tingkat. Semakin kecil poin yang diterima maka kesehatan bank dari
sisi risiko tersebut semakin baik.

2. Penilaian Good Corporate Governance (GCG)

Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia Nomor 8/4/PBI/2006 tanggal 30


Januari 2006 tentang Pelaksanaan Good Corporate Governance bagi Bank Umum,
Pelaksanaan Good Corporate Governance pada industri perbankan harus
senantiasa berlandaskan pada lima prinsip dasar, yaitu keterbukaan
(transparency), akuntabilitas (accountability), pertanggungjawaban
(responsibility), independensi (independency), dan kewajaran (fairness). Penilaian
factor Good Corporate Governancemerupakan penilaian terhadap kualitas
manajemen bank atas pelaksanaan prinsip-prinsip Good Corporate Governance.
Prinsip-prinsip Good Corporate Governance dan fokus penilaian terhadap
pelaksanaan prinsip-prinsip Good Corporate Governance berpedoman pada
ketentuan Bank Indonesia mengenai pelaksanaan Good Corporate Governance
bagi Bank Umum dengan memperhatikan karakteristik dan kompleksitas usaha
bank.

Tabel 2.3

Matriks Kriteria Penetapan Peringkat Komponen Good Corporate


Governance

Peringkat Keterangan
1 Sangat baik
2 Baik
3 Cukup baik
4 Kurang baik
5 Tidak baik
Sumber : Surat Edaran Bank Indonesia

3. Penilaian Earning (Rentabilitas)

Penilaian faktor Rentabilitas meliputi evaluasi terhadap kinerja


Rentabilitas, sumber-sumber Rentabilitas, kesinambungan Rentabilitas, dan
manajemen Rentabilitas.Penilaian dilakukan dengan mempertimbangkan tingkat,
trend, struktur, stabilitas rentabilitas Bank, dan perbandingan kinerja bank dengan
kinerja peer group, baik melalui analisis aspek kuantitatif maupun kualitatif.
Dalam menentukan peer group, Bank perlu memperhatikan skala bisnis,
karakteristik, dan/atau kompleksitas usaha Bank serta ketersediaan data dan
informasi yang dimiliki. Penilaian Faktor Rentabilitas dapat diukur dengan
menggunakan Return On Asset (ROA). Menurut Peraturan Bank Indonesia
No.14/15/PBI/2012 tentang Penilaian Kualitas Aset Bank umum, menjelaskan
Aset Produktif adalah penyediaan dana Bank untuk memperoleh penghasilan,
dalam bentuk kredit, surat berharga, penempatan dana antar bank, tagihan
akseptasi, tagihan atas surat berharga yang dibeli dengan janji dijual kembali
(reverse repurchase agreement), tagihan derivatif, penyertaan, transaksi rekening
administrative, serta bentuk penyediaan dana lainnya yang dapat dipersamakan
dengan itu. Penilaian pada faktor earnings berdasarkan pada rasio yaitu:

a. Return On Assets (ROA)

b. Return On Equity (ROE)


Laba sebelum pajak
ROE= x 100 %
Rata−rata modal inti
c. Net Interest Margin (NIM)
Pendapatan bunga bersih
NIM = x 100 %
Rata−rata aktiva produktif
d. Beban Operasional Terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)
Bebanoperasional
BOPO= x 100 %
Pendapatan operasional

Tabel 2.4

Matriks Kriteria Penetapan Peringkat Komponen Rentabilitas

Peringka Keterangan Kriteria


t
1 Sangat sehat Perolehan laba sangat tinggi (rasio ROA diatas 2%)
2 Sehat Perolehan laba tinggi (rasio ROA berkisar antara
1,26% sampai dengan 2%)
3 Cukup sehat Perolehan laba cukup tinggi (rasio ROA berkisar
antara 0,51% sampai dengan 1,25%)
4 Kurang sehat Perolehan laba rendah atau cenderung mengalami
kerugian (ROA mengarah negatif, rasio berkisar 0%
sampai dengan 0,5%)
5 Tidak sehat Bank mengalami kerugian yang besar (ROA
negatif, rasio dibawah 0%)

Sumber : Surat Edaran Bank Indonesia

4. Penilaian Capital (Permodalan)

Penilaian atas fakor permodalan meliputi evaluasi terhadap kecukupan


permodalan dan kecukupan pengelolan permodalan. Dalam melakukan
perhitungan permodalan, Bank wajib mengacu pada ketentuan Bank Indonesia
yang mengatur mengenai Kewajiban Penyediaan Modal Minimum bagi Umum.
Selain itu, dalam melakukan penilaian kecukupan Permodalan, Bank juga harus
disediakan untukmengantisipasi risiko tersebut. Penilaian kesehatan bank adalah
suatu kegiatan yang dilakukan untuk mengetahui kemampuan suatu bank untuk
melakukan kegiatan operasi perbankan secara normal dan memenuhi
kewajibannya. Penilaian tingkat kesehatan bank berdasarkan Peraturan Bank
Indonesia penilaian kesehatan bank umum ditentukan dalam Surat Edaran No.
13/24/DPNP tanggal 25 Oktober 2011 menyatakan bahwa penilaian tingkat
kesehatan bank dinilai dengan analisis RGEC yang terdiri dari : Profile Risk
(Risiko), Manajemen yang baik Good Corporate Governance (GCG), Earning
(Rentabilitas) dan Capital (Permodalan). Penilaian tingkat kesehatan bank melalui
RGEC ini merupakan salah satu indicator manajemen yang baik dalam mengelola
perbankan dengan adanya pencapaian tingkat peringkat kesehatan bank dengan
peringkat komposit 1 dan peringkat komposit.. Rasio kecukupan modal :

Tabel 2.5

Matriks Kriteria Penetapan Peringkat Komponen Faktor Permodalan


Peringka Keterangan Kriteria
t
1 Sangat sehat Rasio KPMM lebih tinggi sangat signifikan
diabndingkan dengan rasio KPMM yang
ditetapkan dalam ketentuan (KPMM > 15%).
2 Sehat Rasio KPMM lebih tinggi cukup signifikan
dibandingkan dengan rasio KPMM yang
ditetapkan dalam ketentuan (9%< KPMM ≤15%).
3 Cukup sehat Rasio KPMM lebih tinggi secara marjinal
dibandingkan dengan rasio KPMM yang
ditetapkan dalam ketentuan (8% < KPMM ≤ 9%).
4 Kurang sehat Rasio KPMM di bawah ketentuan yangberlaku
(KPMM ≤ 8%).
5 Tidak sehat Rasio KPMM dibawah ketentuan yang berlaku
dan bank cenderung menjadi tidak solvable
(KPMM ≤8%).

Sumber : Surat Edaran Bank Indonesia

Peringkat komposit dikategorikan sebagai berikut :

1) Peringkat Komposit 1 (PK-1), mencerminkan kondisi bank yang secara umum


sangat sehat sehingga dinilai sangat mampu menghadapi pengaruh negatif yang
signifikan dari kondisi bisnis dan faktor eksternal lainnya.

2) Peringkat Komposit 2 (PK-2), mencerminkan kondisi bank yang secara umum


sehat sehingga dinilai sangat mampu menghadapi pengaruh negatif yang
signifikan dari perubahan kondisi bisnis dan faktor eksternal lainnya.

3) Peringkat Komposit 3 (PK-3), mencerminkan kondisi bank yang secara umum


cukup sehat sehingga dinilai sangat mampu menghadapi pengaruh negatif yang
signifikan dari perubahan kondisi bisnis dan faktor eksternal lainnya.
4) Peringkat Komposit 4 (PK-4), mencerminkan kondisi bank yang secara umum
kurang sehat sehingga dinilai sangat mampu menghadapi pengaruh negatif yang
signifikan dari perubahan kondisi bisnis dan faktor eksternal lainnya.

5) Peringkat Komposit 5 (PK-5), mencerminkan kondisi bank yang secara umum


tidak sehat sehingga dinilai sangat tidak mampu menghadapi pengaruh negatif
yang signifikan dari perubahan kondisi bisnis dan faktor internal lainnya.

2.2 KAJIAN EMPIRIK

Penelitian-penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian yang akan


dilakukan oleh peneliti akan dituangkan dalam tabel sebagai berikut

No. Judul/Nama Jenis Penelitian/Teknik Hasil Penelitian


Peneliti/Tahun Analisis Data
1 Analisis Dalam penelitian ini, penelitian Hasil analisis tingkat
Penilaian deskriptif digunakan untuk kesehatan bank umum
Tingkat menjelaskan rasio RGEC BUMN berdasarkan
Kesehatan Bank dalam menganalisis tingkat metode RGEC selama
Dengan Metode kesehatan bank umum BUMN, tahun 2012-2016
Risk Profile, sedangkan kuantitatif menunjukkan bahwa
Good Corporate digunakan untuk menghitung kesehatan bank berada
Governance, tingkat presentase rasio RGEC pada Peringkat
Earnings, melalui laporan keuangan Komposit 1(PK 1) yaitu
Capital tahunan Bank Umum BUMN terlihat dari keempat
tahun 2012-2016. aspek yang diukur
Santi Octaviani, Data yang diperlukan dalam berupa risk profile,
Nadya penelitian ini merupakan data GCG, earnings, dan
Saraswati sekunder historis, dimana capital secara
(2018) diperoleh dari Laporan keseluruhan berada
Keuangan Publikasi yang dalam peringkat sangat
diterbitkan oleh bank umum sehat.
BUMN periode data
menggunakan data Laporan
Keuangan Publikasi tahunan
periode 2012 sampai dengan
tahun 2016.
2 Analisis Tingkat Jenis penelitian adalah Tingkat Kesehatan
Kesehatan Bank deskriptif dengan pendekatan Bank denga metode
Dengan Metode kuantitatif. Jenis data yang RGEC pada PT. Bank
Rgec (Risk digunakan dalam penelitian ini Mandiri (Persero)
Profile, Good adalah data documenter. Data Periode 2015-2018,
Corporate documenter adalah data Faktor Risk Profile
Governance, penelitian yang antara lain dengan penilaian
Earning, berupa factor, jurnal, surat- terhadap risiko kredit
Capital) Pada surat, hasil notulen rapat, menggunakan rasio
Pt. Bank memo, atau dalam bentuk NPL dikatakan “sehat”
Mandiri laporan program. selama periode 2015-
(Persero) 2018.
Periode 2015 – Teknik analisis data dalam
2018 penelitian ini yang digunakan
adalah teknik analisis laporan
Pingkan Aprilia keuangan dengan
Maramis (2020) menggunakan pendekatan
Peraturan Bank Indonesia No.
13/1/PBI/2011.
3 Penilaian Penelitian yang dilakukan Tingkat kesehatan bank
Tingkat berbentuk kuantitatif dengan yang dinilai
Kesehatan Bank tujuan mengukur kesehatan berdasarkan dengan
Metode Rgec bank pada Bank Tabungan metode RGEC (risk
Pada Pt. Bank Negara. Cara penilaian tingkat profile, good corporate
Tabungan kesehatan bank ini mengacu governance, earnings,
Negara pada SBI No. 13 / 24 / DPNP capital) pada PT. Bank
(Persero), Tbk. dan Peraturan Bank Indonesia Tabungan Negara
Periode 2014- No. 13 / 1 / PBI / 2011. Data (Persero) Tbk tahun
2016 dalam penelitian ini berupa 2014 – 2016 secara
data kuantitatif dengan sumber keseluruhan bahwa
Ida Ayu Sri sekunder yang diperoleh Bank Tabungan Negara
Kemala Dewi berdasarkan laporan keuangan merupakan bank yang
Made Reina BTN pada www.btn.co.id sehat.
Candradewi periode tahun 2014 sampai
(2018) 2016.

Metode pengumpulan data


adalah teknik observasi non
partisipan dimana tidak adanya
keterlibatan peneliti dengan
objek yang diamati (Sugiyono,
2013:204).
4. Analisis Penelitian ini merupakan jenis Berdasarkan kriteria
Penilaian penelitian evaluatif. seluruh aspek RGEC
Tingkat Berdasarkan sumber data yang telah dijelaskan,
Kesehatan Bank penelitian ini menggunakan bobot Peringkat
Dengan sumber data sekunder. Data Komposit antara 71-85
Menggunakan sekunder adalah sumber data persen masuk dalam
Metode Rgec penelitian yang diperoleh Peringkat Komposit 2
Pada Bank peneliti secara tidak langsung (PK-2) dengan kriteria
Umum Swasta melalui media perantara. sehat, yang dapat dilihat
Nasional Devisa dari rata-rata nilai aspek
Yang Terdaftar Teknik analisis data yang RGEC.
Di BEI. digunakan adalah teknik
analisis tingkat kesehatan bank
Avissa Benita dengan menggunakan
Elizabeth, Luk pendekatan risiko (Risk-Based
Luk Fuadah, Bank Rating/RBBR) dengan
Aryanto (2018) cakupan penilaian meliputi
faktor-faktor sebagai berikut:
Profil Risiko (Risk Profile),
Good Corporate Governance
(GCG), Rentabilitas (Earnings)
dan Permodalan (Capital)
5. Analisis Tingkat Penelitian ini adalah penelitian Penilaian tingkat
Kesehatan Bank deskriptif kuantitatif yaitu kesehatan bank dilihat
Dengan Metode dengan cara menganalisis dari faktor risk profile,
RGEC: Studi Laporan Keuangan yang good corporate
Kasus Bank kemudian ditabulasikan untuk governance, eraning,
Milik kategori perusahaan perbankan dan capital pada
Pemerintah tersebut dapat dikatakan sehat periode 2014-2018
Terdaftar Di atau tidak sehat. Jenis data menunjukkan Bank
BEI Periode yang digunakan dalam BNI, Bank BRI, Bank
2014-2018 penelitian ini adalah data BTN, dan Bank
sekunder. Data sekunder Mandiri mendapat
Sutri adalah data yang diperoleh dari peringkat komposit
Handayani, pihak kedua, misalnya melalui sangat sehat.
Henny orang lain atau dokumen yang
Mahmudah sudah dipublikasikan dan
(2020) membaca buku-buku serta
jurnal yang berhubungan
dengan penelitian.
6. Analisis Tingkat Penelitian ini merupakan Hasil analisis
Kesehatan Bank penelitian deskriptif kuantitatif. menunjukkan bahwa
Dengan Metode Jenis data yang digunakan tingkat kesehatan BNI
RGEC (Studi dalam penelitian ini adalah pada tahun 2013 sampai
Kasus PT.Bank data dokumenter. dengan 2017 yang
BNI (Persero) diukur menggunakan
Tbk ) Teknik analisis data yang pendekatan RGEC
digunakan adalah teknik dapat dikatakan bank
Khayatun analisis laporan keuangan yang sehat. Faktor Risk
Nufus, Fani dengan menggunakan Profile yang dinilai
Triyanto, pendekatan Peraturan Bank melalui NPL, LDR,
Awaluddin Indonesia Nomor Cash Ratio
Muchtar (2019) 13/1/PBI/2011 tentang menggambarkan
Penilaian Tingkat Kesehatan pengelolaan risiko yang
Bank Umum, Bank Indonesia telah dilaksanakan
telah menetapkan sistem dengan baik. Faktor
penilaian Tingkat Kesehatan Good Corporate
Bank berbasis risiko Governance BNI sudah
menggantikan penilaian memiliki dan
CAMELS. menerapkan tata kelola
perusahaan dengan
sangat baik. Faktor
Earnings atau
Rentabilitas yang
penilaiannya terdiri dari
ROA mengalami
kenaikan dan hal ini
menandakan
bertambahnya jumlah
aset yang dimiliki BNI
diikuti dengan
bertambahnya
keuntungan yang
didapat oleh BNI.
Dengan menggunakan
indikator CAR, peneliti
membuktikan bahwa
BNI memiliki faktor
Capital yang baik, yaitu
diatas ketentuan Bank
Indonesia sebesar 8%.
Tingkat Kesehatan
Bank dan Metode
RGEC C31, G10, G29,
N65

2.3 KERANGKA BERPIKIR

Penilaian tingkat kesehatan bank berdasarkan Peraturan Bank Indonesia


penilaian kesehatan bank umum ditentukan dalam Surat Edaran No. 13/24/DPNP
tanggal 25 Oktober 2011 menyatakan bahwa penilaian tingkat kesehatan bank
dinilai dengan analisis RGEC yang terdiri dari : Risiko (Risk), Manajemen yang
baik (Good Corporate Governance), Rentabilitas (Earning) dan Permodalan
(Capital). Penilaian tingkat kesehatan bank melalui RGEC ini merupakan salah
satu indikator manajemen yang baik dalam mengelola perbankan dengan adanya
pencapaian tingkat peringkat kesehatan bank dengan peringkat komposit 1 dan
peringkat komposit.
Laporan Keuangan
Bank Bukopin

Metode RGEC

Risk Profile GCG Earnings Capital

Prinsip-
NPL LDR ROA CAR
Prinsip GCG

Tingkat Kesehatan
bank

Gambar 2.3 Bagan Kerangka Pemikiran


BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 PENDEKATAN PENELITIAN


Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pendekatan deskriptif kuantitatif yang menggunakan data deskriptif. Penelitian
deskriptif kuantitatif adalah penelitian yang menggunakan data berupa angka
yang kemudian dianalisis untuk menghasilkan informasi yang dapat
menggambarkan dan menginterpretasikan objek yang diteliti. Penelitian ini akan
dilakukan dengan mengumpulkan data-data sesuai dengan ketentuan yang telah
diatur dalam Peraturan Bank Indonesia No. 13/1/PBI/2011.

3.2 RUANG LINGKUP PENELITIAN

3.2.1 Jenis Data

Jenis data yang digunakan pada penelitian ini adalah data kuantitatif. Data
kuantitatif merupakan data berbentuk angka – angka berupa laporan keuangan
yaitu dengan cara mempelajari, mengamati, dan menganalisi dokumen – dokumen
yang berhubungan dengan objek penelitian.

3.2.2 Sumber Data

Sumber data penelitian ini menggunakan sumber data primer dan sekunder.
Data sekunder adalah sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak
langsung melalui media perantara dalam penelitian ini data sekunder diperoleh
dari laporan keuangan PT. Bank Bukopin Tbk Periode 2018-2020.

3.2.3 TEMPAT dan WAKTU PENELITIAN

Tempat pelaksanaan penelitian ini dilakukan di PT. Bank Bukopin Tbk


Cabang Kupang.
3.3 FOKUS PENELITIAN

Fokus penelitian ini adalah penilaian terhadap faktor RGEC pada PT.
Bank Bukopin Tbk Cabang Kupang dan menentukan tingkat kesehatannya dengan
melakukan analisis kinerja PT. Bank Bukopin Tbk Cabang Kupang Periode 2017-
2020.

3.4 TEKNIK PENGUMPULAN DATA

a) Observasi
Observasi atau pengamatan sebagai alat penilaian banyak digunakan
untuk mengukur tingkah laku individu ataupun proses terjadinya suatu
kegiatan yang dapat diamati, baik dalam situasi yang sebenarnya maupun
dalam situasi buatan. Sudjana (dalam Iskandar Dadang, 2015).
Dalam teknik ini peneliti melakukan pengamatan secara langsung ke
lokasi sasaran untuk melihat secara langsung situasi dan kondisi yang
sebenarnya.
b) Wawancara
Wawancara merupakan salah satu cara untuk mengumpulkan data
adalah dengan jalan mengajukan pertanyaan-pertanyaan secara lisan
kepada subjek penelitian, instrumen ini digunakan untuk mendapatkan
informasi mengenai fakta, keyakinan, perasaan niat dan sebagainya. Larry
Cristensen (dalam Sugiyono,2015)
Peneliti melakukan wawancara kepada informan secara lisan guna
mendapatkan data atau informasi yang sesuai dengan permasalahan
penelitian untuk menjaring data tentang tingkat kesehatan bank pada saat
pandemi Covid-19.
Adapun wawancara yang dilakukan adalah wawancara berstruktur,
yang mana di dalam metode ini pertanyaan diajukan berdasarkan pedoman
yang telah disusun sebelumnya, sehingga proses pengambilan data tetap
fokus, waktu yang digunakan lebih singkat dan diperoleh informasi yang
sesuai serta tidak melenceng dari fokus penelitian.

c) Studi Kepustakaan
Menurut Nazir (2013) studi kepustakaan merupakan teknik
pengumpulan data dengan mengadakan studi penelaah terhadap buku-
buku, literatur-literatur, catatan-catatan dan laporan-laporan yang ada
hubungannya dengan masalah yang dipecahkan.
d) Dokumentasi
Sugiyono (2009:329) menjelaskan bahwa dokumen merupakan
catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan,
gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. Studi dokumentasi
merupakan teknik pengumpulan data dengan mempelajari dokumen
untuk mendapatkan data atau informasi yang berhubungan dengan
masalah yang diteliti.

3.5 TEKNIK ANALISIS DATA

Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis laporan


keuangan dengan menggunakan pendekatan Peraturan Bank Indonesia Nomor
13/1/PBI/2011 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum dengan
Pendekatan Penilaian terhadap faktor-faktor RGEC terdiri dari:

a. Risk Profile (Profil Risiko)


Penilaian terhadap resiko terbagi menjadi 8 bagian yaitu:
1. Risiko kredit
Risiko pinjaman tidak kembali sesuai dengan kontrak, seperti
penundaan, pengurangan pembayaran suku bunga dan pinjaman
pokonya, atau tidak membayar pinjamannya sama sekali.
2. Risiko Pasar
Suatu risiko yang timbul karena menurunnya nilai suatu investasi
karena pergerakan pada faktor–faktor pasar.
3. Risiko likuiditas
Risiko kekurangan likuiditas terjadi karena adanya rush money atau
penarikan dana secara serentak yang dapat mengakibatkan
kebangkrutan bank.
4. Risiko Operasional

Risiko kerugian yang diakibatkan oleh kegagalan atau tidak


memadainya proses internal, manusia dan sistem, atau sebagai akibat
dari kejadian eksternal.

5. Risiko Hukum

Risiko dari ketidakpastian tindakan atau tuntutan atau ketidakpastian


dari pelaksanaan atau interpretasi dari kontrak, hukum atau peraturan.

6. Risiko Stratejik

Risiko yang disebabkan oleh adanya penetapan dan pelaksanaan


strategi bank yang tidak tepat, pengambilan keputusan bisnis yang
tidak tepat atau kurang responsifnya bank terhadap perubahan
eksternal.

7. Risiko Kepatuhan

Risiko yang disebabkan oleh ketidakpatuhan suatu bank


untukmelaksanakan perundang–undangan dan ketentuan lain yang
berlaku.

8. Risiko Reputasi

Risiko akibat menurunnya tingkat kepercayaan stakeholder yang


bersumber dari persepsi negatif terhadap bank. Masing–masing bagian
dibagi lagi menjadi 2 bagian yaitu tingkat risiko inheren dan kualitas
penerapan manajemen risiko. Sehingga penilaian untuk resiko terdapat
16 penilaian. Meninjau tingkat risiko terbagi atas 5 tingkat. Semakin
kecil poin yang diterima maka kesehatan bank dari sisi risiko tersebut
semakin baik.
b. Good Corporate Governance (GCG)
Ditinjau dari sisi pemenuhan prinsip-prinsip GCG. GCG mencerminkan
bagian manajemen dari CAMELS namun telah disempurnakan. Bank
memperhitungkan dampak GCG perusahaan pada kinerja GCG bank
dengan mempertimbangkan signifikan dan materialitas perusahaan anak
dan atau signifikasi kelemahan GCG perusahaan anak.
c. Earnings (Rentabilitas)
Earning adalah salah satu penilaian kesehatan bank dari sisi rentabilitas.
Indikator penilaian rentabilitas adalah ROA (Return On Assets), ROE,
(Return On Equity), NIM (Net Interest Margin), dan BOPO (Beban
Operasional Terhadap Pendapatan Operasional) komponen laba aktual
terhadap proyeksi anggaran dan kemampuan komponen laba dalam
meningkatkan permodalan. Karakteristik bank dari sisi rentabilitas adalah
kinerja bank dalam menghasilkan laba, kestabilan komponen-komponen
yang mendukung core earning, dan kemampuan laba dalam meningkatkan
permodalan dan prospek laba di masa depan.
d. Capital
Capital atau permodalan memiliki indicator antara lain rasio kecukupan
modal dan kecukupan modal bank untuk mengantisipasi potensi kerugian
sesuai profil resiko,yang disertai dengan pengelolaan permodalan yang
sangat kuat sesuai dengan karakteristik, skala usaha dan kompleksitas
usaha bank.
DAFTAR PUSTAKA

Avissa; B, Luk Luk; F, Arianto. 2018. Analisis Penilaian Tingkat Kesehatan Bank
Dengan Menggunakan Metode Rgec Pada Bank Umum Swasta Nasional
Devisa Yang Terdaftar Di Bei. Jurnal Penelitian Dan Pengembangan
Akuntansi. Vol. 12. No.1

Budisantoso dan Nuritomo. 2014. Bank dan Lembaga Keuangan


Lain.Jakarta:Salemba Empat

Ida Ayu & Made; R C. 2018. Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Metode Rgec
Pada Pt. Bank Tabungan Negara (Persero), Tbk. Periode 2014-2016.
Jurnal Manajemen. Vol. 7. No.3

Khayatun Nufus1, Fani Triyanto2, Awaluddin Muchtar. 2019. Analisis Tingkat


Kesehatan Bank Dengan Metode RGEC (Studi Kasus PT.Bank BNI
(Persero) Tbk ). Jurnal Sekuritas. Vol. 3, No.1

Kasmir. 2014. Dasar-Dasar Perbankan, Edisi Revisi 2014, Penerbit: PT.


RajaGrafindo Persada, Jakarta

Pingkan A M. 2020. Analisis Tingkat Kesehatan Bank Dengan Metode Rgec


(Risk Profile, Good Corporate Governance, Earning, Capital) Pada Pt.
Bank Mandiri (Persero) Periode 2015 – 2018. Jurnal Pembanguan Ekonomi
dan Keuangan Daerah Vol.20 No.03

Rivai, dkk.2012.Commercial Bank Management: Manajemen Perbankan dari


Teori ke Praktik.Jakarta:PT Raja Grafindo Persada.
Sutri H & Henny M. 2020. Analisis Tingkat Kesehatan Bank Dengan Metode
RGEC: Studi Kasus Bank Milik Pemerintah Terdaftar Di BEI Periode
2014-2018. Jurnal Sains Sosio Humaniora. Volume 4 Nomor 2

Santy & Nadya. 2018. Analisis Tingkat Kesehatan Bank Dengan Metode Risk
Profile, Good Corporate Governance, Earnings, Capital. Jurnal
Akuntansi, Vol 5 No. 2

Undang-undang, 1992. Undang-undang No.7 tahun 1992, Tentang Perbankkan.

Undang-undang. 1998. Undang-undang No. 10 Tahun 1998, Tentang Perbankan.

Anda mungkin juga menyukai