Anda di halaman 1dari 7

Nama : Erica Pramesti Regita Cahyani

Kelas : PS-E
NIM : 934215119
Argumen Tentang Berita Penerapan Kebijakan Moneter
Perlu diketahui mulai awal tahun 2020 Covid-19 mulai merajalela masuk di Negara
Indonesia. Kemunculan Covid-19 ini menjadi pukulan berat untuk perekonomian Indonesia
dan tentunya seluruh usaha dan UMKM pun terkena imbas dengan adanya virus ini. Dampak
adanya virus ini berpengaruh pada kinerja ekspor impor, angka kemiskinan dan
pengangguran, inflasi hingga kinerja Indeks Harga Saham Gabungan atau sering disebut
dengan IHSG. Ujung-ujungnya pun akan berimbas pada pertumbuhan ekonomi yang makin
lama akan semakin menurun. Dikutip dari Liputan6.com tentang “Setahun Corona Covid-19,
Begini Kondisi Ekonomi Indonesia” (diakses pada tanggal 4 Mei pukul 17.00). Badan Pusat
Statistik (BPS) memberitahukan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia di sepanjang tahun
2020 mengalami penurunkan sebesar minus 2,07 persen. Ini menandakan bahwa Indonesia
masih terjebak dalam jurang resesi akibat pertumbuhan ekonomi negatif selama tiga kuartal
beruntun. Selain pertumbuhan ekonomi yang menurun, BPS juga memberitahukan bahwa di
sepanjang tahun 2020 angka inflasi mencapai angka sebesar 1,68 persen. Angka tersebut
dinyatakan sebagai angka terendah. Dulu di tahun 2014 Indonesia sempat mengalami inflasi
terendah yang mencapai angka 8,36 persen kemudian menurun kembali di angka 3,35 persen
di tahun 2015 lalu pada tahun 2016 sebesar 3,02 persen, dan yang terakhir di tahun 2017
sebesar 3,61 persen.
Menanggapi keadaan tersebut, pemerintah berusaha memperbaiki sistem
perekonomian dengan memperlonggar kebijakan moneter, makroprudensial serta sistem
pembayaran untuk memperkuat stabilisasi di pasar valuta asing, menjaga kecukupan
likuiditas di sistem keuangan, mendorong fungsi intermediasi perbankan, serta
mengakselerasi digitalisasi ekonomi dan keuangan. Bank Indonesia (BI) berupaya
memulihkan kondisi perekonomian Indonesia.dan menelaah perkembangan penyebaran
Covid-19 yang dampaknya sangat berpengaruh dalam perekonomian Indonesia.
Dikutip dari sindonews.com tentang “Pulihkan Ekonomi, Kebijakan Moneter Dibikin
Longgar” (diakses pada tanggal 4 Mei 2021 pukul 17.36). Direktur Eksekutif Komunikasi BI
Onny Widjarnako memberitahukan bahwa pemerintah telah mengeluarkan berbagai stimulus
fiskal di sektor kesehatan, perlindungan sosial, insentif usaha, bantuan UMKM dan
pembiayaan korporasi serta pemerintah daerah. Sinergi kebijakan antar otoritas di bidang
moneter, fiskal, makroprudensial dan mikroprudensial telah ditempuh oleh otoritas untuk
merespons dampak negatif pandemi Covid-19. Hal ini didukung oleh diterbitkannya UU No
2/2020 yang memberikan penguatan kewenangan kepada anggota KSSK untuk dapat
melakukan respon melalui langkah-langkah luar biasa dalam rangka pemulihan ekonomi dan
menjaga stabilitas sistem keuangan. Sementara itu, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melakukan
sejumlah langkah di bidang mikroprudensial untuk mengawal institusi keuangan dalam
memitigasi risiko akibat dampak Covid-19, termasuk kebijakan pelonggaran restrukturisasi
kredit. Dengan adanya kelonggaran kebijakan moneter akan memudahkan Bank Indonesia
untuk memperkuat stabilisasi di pasar valuta asing, menjaga kecukupan likuiditas di sistem
keuangan, mendorong fungsi intermediasi perbankan, serta mengakselerasi digitalisasi
ekonomi dan keuangan.
Pandemi Covid-19 ini benar-benar mengakibatkan guncangan penawaran dan
permintaan. Sektor bisnis terganggu dengan penurunan produksi dan keengganan konsumen
untuk berbelanja telah menurunkan permintaan. Di sisi penawaran, ada pengurangan
langsung ketersediaan tenaga kerja dari pekerja yang tidak sehat. Adapun sebagian pekerja
dengan terpaksa harus menjadi pengasuh anak-anaknya karena efek penutupan sekolah. Efek
lebih besar ditunjukkan oleh mandeknya kegiatan ekonomi karena upaya menahan persebaran
wabah melalui penguncian lokasi dan karantina sehingga menyebabkan penurunan
pemanfaatan kapasitas produksi. Selain itu, bagi perusahaan yang mengandalkan rantai pasok
bisa jadi tidak memperoleh bagian yang mereka butuhkan, baik di dalam negeri maupun di
luar negeri.
Sedangkan di sisi permintaan, hilangnya pendapatan, ketakutan akan penularan, dan
peningkatan ketidakpastian akan membuat orang menghabiskan lebih sedikit pengeluarannya.
Pekerja dapat diberhentikan, karena perusahaan tidak dapat membayar gaji mereka.
Sederhananya, kebijakan moneter virus korona ini difokuskan untuk meredam munculnya
kejutan eksternal yang mendistorsi keseimbangan di pasar barang dan jasa, tidak saja pada
keseimbangan pada level mikro secara otomatis juga keseimbangan makro. Langkah moneter
BI di masa Covid-19 ini akan mujarab ketika kebijakan menjaga kecukupan likuiditas dari
sistem keuangan merupakan kebijakan kunci yang mengizinkan bank untuk menyediakan
bantuan pada UMKM dan perusahaan yang terancam bangkrut. Ada reaksi positif dari
penurunan tingkat bunga mampu direspons oleh dunia usaha melalui kredit produktif
karena cost of capital yang rendah dan investasi yang mendorong penciptaan lapangan kerja.
Lebih dari itu dalam jangka pendek mampu menjaga daya beli masyarakat dan meskipun
berpacu dengan gerusan inflasi yang merangkak naik. Memang biasanya butuh waktu untuk
bekerja secara efektif suatu kebijakan moneter.
Dalam masa pandemi seperti sekarang ini, krisis ekonomi menjadi hal yang cukup
mengkhawatirkan. Apalagi dibarengi dengan terus menurunnya ekonomi global dunia.
Bahkan dalam enam bulan terakhir terjadi penurunan kinerja dari Perbankan Indonesia akibat
dari pandemi Covid-19 ini. Akan tetapi kondisi yang dianggap sebagai penurunan tersebut
masih dapat dikatakan stabil dan sehat.
Menurut dari Direktur Riset CORE Indonesia Piter Abdullah, indikator utama
perbankan yaitu terkait dengan likuiditas, kualitas aset, permodalan, dan profitabilitas masih
dalam kisaran yang cukup aman. Tetapi meskipun kondisi dari perbankan masih dalam batas
yang aman, bukan berarti sudah sepenuhnya terbebas akan resiko. Selama wabah ini masih
berlangsung dan untuk sektor riil ekonomi masih dalam tekanan cashflows yang defisit,
sektor perbankan akan terus memiliki resiko. Maka perlu adanya tindakan pencegahan jika
sewaktu-waktu resiko itu muncul atau bahkan jika kondisi perbankan melewati batas aman,
sehingga kekhawatiran akan sedikit berkurang.
Oleh karena sebab itu, didalam upaya pemulihan ekonomi nasional yang terguncang
akan wabah pandemi, pemaksaan kepada perbankan untuk menyalurkan kredit seharusnya
dapat dihindari. Akan banyak masalah yang timbul akibat dari perbankan yang terburu-buru
mengambil keputusan demi menjaga profit perusahaan, bahkan dapat mengganggu aliran
ekonomi nasional akibatnya. Kita tahu perbankan menanggung beban amanah untuk
menjaga, mengelola, dan melindungi uang masyarakat. Maka sudah selayaknya untuk
perbankan tetap menerapkan prinsip kehati-hatiannya.
Pemulihan ekonomi nasional seharusnya benar-benar difokuskan untuk peningkatan
ketahanan dunia usaha atau yang biasa dibilang adalah sektor riil. Dengan menggunakan cara
pemberian stimulus fiskal dan moneter yang bersifat mengurangi beban bantuan pinjaman
secara langsung kepada dunia usaha. Dikarenakan ditengah-tengah kondisi likuiditas global
yang masih akan terus berlimpah ditengah wabah Covid-19, Bank Indonesia diproyeksikan
masih akan terus melanjutkan pelonggaran dalam kebijakan moneter.
Banyak harapan yang telah tercurahkan dari para petinggi negara yang dinilai mampu
untuk menstabilkan ekonomi bangsa lewat kebijakan moneter tersebut. Membuka kembali
aktivitas ekonomi dan sekaligus kebijakan moneter diyakini mampu untuk memulihkan
kondisi ekonomi Indonesia ditengah pandemi ini. Salah satu tokoh yang menyampaikan
harapan dan keyakinannya adalah Executive Chairman MNC Group Hary Tanoesoedbjo,
beliau menilai jika aktivitas ekonomi dibuka kembali ditambah dengan adanya penanganan
ekonomi yang tepat sasaran atau bisa dikenal dengan istilah Quantitative Easing menjadi
salah satu cara yang mudah-mudahan dapat mengembalikan keadaan seperti semula atau
paling tidak bisa memperbaiki kondisi perekonomian bangsa saat ini. Beliau juga
berpendapat bahwa dengan dua langkah atau cara tersebut bisa langsung dirasakan
manfaatnya dalam waktu yang cukup singkat. Semisal hal tersebut dilakukan maka diprediksi
dalam kuartal ketiga akhir akan naik lagi aktivitas ekonomi, karena akan banyak uang masuk
ke semua sektor tidak hanya di perekonomian saja.
Tidak hanya para petinggi negara yang banyak berharap naiknya perekonomian
Indonesia lewat kebijakan moneter, bahkan mungkin saja seluruh rakyat bangsa ini juga
mengharapkan hal seperti itu. Karena akan ada banyak sekali manfaat yang akan timbul yang
menguntungkan rakyat yang salah satunya yaitu penurunan angka pengangguran. Akibat dari
perekonomian yang naik sudah dipastikan angka pemutusan hubungan kerja (PHK) akan
sangat menurun dan jelas sangat menguntungkan rakyat kecil terutama. Semoga saja dalam
beberapa bulan kedepan untuk aktivitas ekonomi sudah bisa dibuka kembali. Tentunya
dengan skema new normal, yakni pembatasan-pembatasan dan protokol kesehatan yang ketat.
Pemerintah harus membuka kembali aktivitas ekonomi tetapi dengan penerapan yang sangat
disiplin seperti menjaga jarak, memakai masker, selalu mencuci tangan baik sebelum atau
sesudah keluar rumah, selalu menjaga kebersihan, dan benar-benar memperhatikan kesehatan
diri sendiri. Hal-hal tersebut paling tidak bisa menjadi batu loncatan untuk menaikkan
perekonomian dan meringankan beban yang terjadi pada ekonomi bangsa.
Melanjutkan pembahasan sebelumnya bahwa dengan dibukanya kembali aktivitas
ekonomi melalui kebijakan moneter maka dirasa akan dapat menekan angka pemutusan
hubungan kerja (PHK) yang sangat marak didengar akibat dari pandemi Covid-19, bahkan
dinilai dapat menyelamatkan indonesia dari resesi ekonomi. Bahayanya jika aktivitas
ekonomi tidak kunjung dibuka kembali, maka sudah dipastikan angka PHK akan tinggi an
berjalan terus ditambah lagi perusahaan makin banyak yang gulung tikar alias bangkrut lalu
setelahnya perekonomian semakin berantakan. Bukan hanya dalam segi itu saja, seandainya
benar-benar terjadi maka tingkat kejahatan juga dapat dipastikan langsung meningkat karena
penerimaan pajak juga menurun. Jadi akan timbul resesi yang cukup dalam bahkan di semua
sektor.
Disisi lain dalam membuka aktivitas ekonomi kembali dinilai efektif, banyak
masukan dan juga pendapat bahwa pendekatan moneter dapat dilakukan sebagai upaya untuk
menyelamatkan ekonomi nasional dari keterpurukan akibat dari pandemi wabah Covid-19.
Sudah ada beberapa negara yang menerapkan kebijakan moneter tersebut dan dirasa cukup
efektif pula. Negara yang telah menerapkannya yaitu Amerika Serikat, Singapura, dan ada
beberapa negara lain lagi. Pada saat ini yang dilakukan itu menggunakan pendekata fiskal
dengan menggeser anggaran yang dialokasikan ke kementrian dan lain-lain untuk
menyelesaikan masalah Covid-19. Jadi untuk sektor-sektor tertentu mendapatkan subsidi atau
bantuan seperti kartu pra kerja dan lain sebagainya.
Pemerintah Indonesia harus melaksanakan pendekatan kebijakan moneter yaitu
Quantitative Easing, sehingga dana APBN tidak terganggu dan bisa berjalan sesuai yang
telah dianggarkan. Seperti contoh Bank Indonesia mencetak uang kemudian pemerintah
mengeluarkan Surat Berharga Negara dalam mata uang rupiah yang dibeli oleh Bank
Indonesia sehingga uang tersebut berarti sudah ditangan pemerintah. Untuk besarnya jumlah
uang terkait hal tersebut yang harus dicetak, bisa disesuaikan dengan kebutuhan negara itu
sendiri yang nantinya uang tersebut akan dialokasikan untuk membantu sektor-sektor yang
membutuhkan bantuan. Contoh dari beberapa sektor yang seharusnya segera mendapat
subsidi atau bantuan yakni ada seperti UMKM, Pariwisata, Perbankan, dan juga sektor lain
yang membutuhkan.
Pendapat berikutnya berada pada sektor saham yang mendapat kabar baik untuk
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berada pada area atau zona positif pada perdagangan
akhir-akhir ini. IHSG dibuka naik dan terus menguat hingga 0,30 % ke level 6.011,39 . Dapat
dinilai dari sini bahwa jika sektor saham mendapatkan kenaikan yang cukup bagus maka
perekonomian juga akan meningkat, bahkan jika seluruh pendapat dari berbagai kalangan
diatas dilaksanakan oleh pemerintah maka sudah dipastikan ekonomi bangsa akan stabil
kembali meskipun dalam keadaan pandemi wabah Covid-19 seperti sekarang ini.
Philip Sekuritas Indonesia memprediksi IHSG berpeluang menguat sejalan dengan
pergerakan indeks saham Asia, dan sudah jelas bahwa perekonomian di kawasan Asia mulai
membaik. Para investor dalam negeri juga langsung memburu saham-saham tersebut untuk
berbagai tujuan, tetapi yang jelas perekonomian bangsa akan tertolong juga dengan adanya
saham-saham yang dikuasai investor dalam negeri. Dalam kabar baik tersebut dapat
memberikan banyak sekali opsi untuk pemerintah bekerjasama dengan berbagai kalangan
maupun sektor didalam negeri untuk kembali menaikkan perekonomian bangsa melalui
berbagai kebijakan moneter yang cukup berefek baik dalam situasi seperti wabah sekarang
ini. Tak lepas dari rakyat yang hanya mengeluh akan keadaan ekonomi bangsa yang kian
merosot, ternyata masih banyak hal diluar sana yang dikerjakan oleh para orang-orang dalam
negeri yang peduli akan sesama ikut serta membantu dalam segala aspek agar masalah
bersama ini segera teratasi. Bahkan berbagai pendapat dan cara yang telah disampaikan
dirasa cukup bahkan bisa melebihi kata cukup untuk menanggulangi permasalahan bangsa di
masa pandemi saat ini, tinggal bagaimana dari pemerintahan mau mengambil keputusannya.
Tidak lupa juga bahwa setiap pendapat selalu ada baik dan buruknya, tinggal dari kita apakah
sanggup untuk menerima resiko yang akan terjadi di kemudian hari. Tetapi setidaknya dari
kita semua telah mengupayakan banyak hal demi bangsa karena kecintaan kita terhadap tanah
air.
Semoga saja dengan pendapat berbagai ahli tersebut bisa menjadi banyak
pertimbangan dan didengarkan masukan-masukan yang positif untuk memperbaiki kondisi
perekonomian bangsa melalui kebijakan moneter maupun pendekatannya. Jika semua
dilakukan maka perekonomian bangsa kita akan cepat pulih bahkan bisa lebih baik dari
sebelumnya. Tak lupa sebagai mahkluk Allah SWT. selalu berikhtiar kepada Nya dalam
setiap keadaan apapun, sebab usaha yang dilakukan tanpa doa itu sama saja dengan
kebohongan, begitu juga sebaliknya.
DAFTAR PUSTAKA

https://ekbis.sindonews.com/read/227990/33/pulihkan-ekonomi-kebijakan-moneter-dibikin-
longgar-1605075113

https://ekbis.sindonews.com/read/230338/178/perry-warjiyo-sebut-penurunan-suku-bunga-
acuan-bi-masih-terbuka-lebar-1605215509

https://ekbis.sindonews.com/read/259924/33/bank-indonesia-suku-bunga-acuan-tetap-rendah-
di-2021-1607346779

https://nasional.sindonews.com/berita/1579669/18/kebijakan-moneter-virus-korona-
efektifkah

https://nasional.kontan.co.id/news/menkeu-sinyal-pemulihan-ekonomi-di-kuartal-ii-2021-
terus-membaik

https://www.republika.co.id/berita/qry3iy370/ihsg-berpeluang-menguat-terkerek-bursa-global

https://ekbis.sindonews.com/read/52399/33/bangkit-dari-covid-19-hary-tanoesoedibjo-buka-
aktivitas-ekonomi-dan-terapkan-pendekatan-moneter-1590804359

https://ekbis.sindonews.com/read/108262/33/ekonom-bi-diprediksi-lanjutkan-pelonggaran-
kebijakan-moneter-1595318838

Anda mungkin juga menyukai