NIM : 934215119
Kelas : PS-HE-C
2. Dari hadis tersebut, dapat diketahui gambaran seperti apa profesi atau pekerjaan yang
terbaik menurut Rasulullah SAW. Yaitu sebagai berikut.
a. Pekerjaan yang halal
Asy Syaibani mengatakan bahwa kasb adalah mencari harta dengan menempuh cara
yang halal. Sedangkan thoyyib, maksudnya adalah usaha yang berkah atau halal. Pada
zaman Nabi Muhammad SAW, para sahabat tidak bertanya manakah pekerjaan yang
paling banyak penghasilannya. Namun, mereka menanyakan manakah yang paling
diberkahi.
b. Pekerjaan dengan tangan sendiri
Terdapat dua mata pencaharian yang dikatakan paling diberkahi. Pertama adalah
pekerjaan dengan tangan sendiri. Hal ini juga disebutkan pula dalam hadits yang lain.
“Tidaklah seseorang memakan suatu makanan yang lebih baik dari makanan yang ia
makan dari hasil kerja keras tangannya sendiri. Karena Nabi Daud ‘alaihis salam
dahulu bekerja pula dengan hasil kerja keras tangannya.” (HR. Bukhari no. 2072).
Hadis tersebut juga menerangkan bahwa mencari kerja dengan tangan sendiri sudah
dicontohkan oleh para nabi seperti Nabi Daud AS. Contoh pekerjaan dengan tangan
sendiri adalah bercocok tanam, kerajinan, mengolah kayu, pandai besi, dan menulis.
c. Jual beli yang mabrur (berdagang)
Mata pencaharian yang diberkahi selanjutnya adalah jual beli yang mabrur. Menurut
Syaikh 'Abdullah Al Fauzan, jual beli yang mabrur adalah jual beli yang memenuhi
syarat dan rukun jual beli. Di antaranya, ridho antara penjual dan pembeli, barang
yang dijual mubah pemanfaatannya (bukan barang haram), uang dan barang bisa
diserahterimakan, tidak ada ghoror (ketidakjelasan). Proses jual beli juga harus
didasari oleh kejujuran, serta menghindarkan diri dari penipuan dan pengelabuan.
))ُ َواَل ُي َؤا ِج ْر َها إِيَّاه, َفلْيَ ْمنَ ْح َها أَ َخاهُ ال ُْم ْسلِ َم, َي ْز َر َع َه َاو َع َج َز َع ْن َها
Artinya : “ Dari Jabir RA berkata, Rasulullah SAW bersabda : barang siapa mempunyai sebidang
tanah, maka hendaklah ia menanaminya. Jika ia tidak bisa atau tidak mampu menanami, maka
hendaklah diserahkan kepada orang lain (untuk ditanami) dan janganlah menyewakannya (HR.
Muslim).
5. a. Berdasarkan wikipedia, Dumping adalah penjualan barang di luar negeri dengan harga yang
lebih murah dibandingkan harga di dalam negeri. Kegiatan dumping dapat diterapkan
selama perekonomian di luar negeri tidak mengalami kerugian. Tujuan dumping adalah untuk
meningkatkan pangsa pasar di luar negeri dengan menghilangkan persaingan.
b. Dalam perspektif hadits, dumping dalam Islam diharamkan karena dapat menimbulkan
mudarat. Rasulullah SAW. bersabda:
ضررو ال ضرارال
Perdagangan itu wajib bebas, tidak boleh ada yang membatasi dengan sesuatu apapun,
termasuk para penguasa tidak boleh ikut campur dalam pelaksanaan atau penentuan
kebijaksanaan perdagangan.
Maksud dari hadits di atas adalah biarkanlah masyarakat mengatur sendiri konsep
perdagangan mereka. Namun, tetap ada batasan-batasan yang tetap harus diperhatikan.
Salah satunya, jangan sampai ada yang dirugikan dalam perdagangan tersebut. Dalam
satu hadits Rasulullah berkata,: “Dari Ma’mar bin Abdulloh r.a. dari Rasulullah SAW
kata Umar : tidaklah akan memonopoli kecuali orang jahat.”
Dari uraian tersebut dumping dengan maksud membahayakan orang lain maka adalah
haram dan juga merupakan kompetisi yang bersifat curang karena ingin mematikan
produk pesaing. Namun jika dumping dilakukan dengan prosedur dan ketentuan yang
benar maka dumping itu diperbolehkan, salah satunya dumping sporadik yang sifatnya
sementara dan hanya menghabiskan produk yang sudah tidak dikehendaki.
c. Umar radhiyallahu ‘anhu sangat menghargai harga yang dibentuk oleh kemampuan pasar
sebagai harga yang adil. Umar radhiyallahu‘anhu menolak adanya suatu price
intervention seandainya itu perubahan harga terjadi karena mekanisme pasar yang wajar.
Umar radhiyallahu‘anhu memiliki kebijakan melarang tindakan Siyasah Al-Ighraq
(dumping) dalam perdagangan, di karenakan hal tersebut dapat mengacaukan harga pasar
serta berdampak pada penurunan jumlah persediyaan barang sehingga menyebabkan
kegiatan ekonomi terganggu. Umar radhiyallahu‘anhu sebagai amirul mukminin sering
kali berkeliling pasar untuk mengontrol setiap transaksi yang berlangsung di pasar, ketika
itu Umar radhiyallahu‘anhu mendapati Hathib bin Abi Baltatah sedang menjual kismis
dengan harga dibawah harga pasar di pasar Madinah,dan Umar radhiyallahu‘anhu saat itu
seraya memerintahkan kepada Hathib untuk menaikan harganya atau keluar dari pasar
tersebut.