Anda di halaman 1dari 4

Andi Masty Kurniati Adha

E061191089

Ilmu Hubungan Internasional

Mata Kuliah : Sistem Ekonomi Indonesia (SEI)

´’ Apa saja potensi yang mungkin terjadi sebagai Peluang, Ancaman dan kesempatan
bagi perekonomian Indonesia yag menganut Sistem Ekonomi Pancasila akibat dari
Covid-19. ”

Answer :

Penyebaran wabah COVID-19 yang begitu cepat di Negara RI tentunya sangat


memberikan pengaruh bagi sistem perekonomian Indonesia. Pemerintah yang
menghimbau physical distancing, bekerja, belajar dan beribadah di rumah, serta
larangan – larangan yang menimbulkan kegiatan kerumunan tentunya membuat roda
ekonomi nyaris terhenti.Bagaimana bisa Perekonomian terjadi jika tidak adanya proses
dan transaksi jual beli? Baik itu secara langsung mauoun tidak langsung, hal tersebut
tidak efisien untuk menjalankan bisnis perekonomian khususnya di Indonesia. Serta
Respons dari pemerintah dan masyarakat yang melakukan upaya pencegahan, seperti
penutupan sekolah, work from home khususnya pekerja sektor formal, penundaan dan
pembatalan berbagai event-event / acara pemerintah dan swasta, membuat roda
perputaran ekonomi melambat, Hal tersebut jelas sangat merugikan Negara.

Tanggapan dari Center Of Reform On Economics (CORE) mengatakan bahwa serta


membuat Laporan khusus mengenai kerugian yang dialami Indonesia akibat Wabah
virus ini hampir 60% pergerakan ekonomi nasional, dipastikan akan mengalami
kontraksi. Penjualan retail, baik di pasar tradisional dan pasar modern dipastikan turun.
Bahkan, sebelum kasus Covid-19 teridentifikasi di Indonesia, data Indeks Penjualan Riil
yang dikeluarkan Bank Indonesia sudah menunjukkan kontraksi 0,3% pada bulan
Januari 2020. Hingga detik inipun Sistem Perekonomian Indoensia sedang krisis. Salah
satu faktor yang dirasakan negara Indonesia mengalami kerugian pada sektor bidang
Pariwisata dalam negri maupun keluar negri. Seperti yang dikatakan Menteri Sri
Mulyani menggambarkan dampak dari pandemi Covid-19 yang melanda tanah air
terhadap ekonomi Indonesia. Mulai dari keterpurukan sektor perhotelan, penerbangan
hingga terjadi pengurangan pekerja baik di sektor formal maupun informal. Dan
"Penerbangan di antara 15 bandara dibatalkan, angka turis menurun dari 6.800 per hari,
Rp 270 miliar kehilangan pendapatan di sektor layanan udara, dengan sekitar Rp 48
miliar kehilangan yang disebabkan oleh penerbangan dari dan ke Tiongkok melalui
video conference yang membahas APBN KiTa.

Hal tersebut berdampak pada hotel dan restoran yang merupakan sektor yang terkena
sangat langsung dan pertama kali dari pandemic covid -19. Sektor ini mengalami
setidaknya 50 persen penurunan okupansi. Dan "Di berapa tempat bahkan bisa mencapai
hampir 90 persen dari 6.000 hotel di Indonesia, dan Menperkraf juga memperkirakan
potensi kehilangan devisa yang merupakan salah satu penyumbang devisa yang
signifikan di Indonesia. Apalagi dibidang Pariwisata dan Ekspor - Impor, negara-negara
yang menjadi tujuan utama ekspor Indonesia, seperti Amerika Serikat dan Uni Eropa,
telah menjadi pusat pandemi yang telah melampaui kasus yang terjadi di Cina. Di sisi
lain, sebagai akibat turunnya kegiatan ekonomi domestik, impor khususnya bahan baku
dan modal juga mengalami kontraksi dibandingkan tahun lalu. Dengan demikian,
penurunan ekspor juga akan dibarengi dengan penurunan impor, sehingga pengaruh net-
ekspor terhadap pertumbuhan ekonomi domestik tahun ini relatif kecil, sebagaimana
tahun lalu yang memberikan kontribusi -0,5% terhadap PDB.

Tak hanya itu, meluasnya kekhawatiran masyarakat dan investor terhadap Covid-19,
menyebabkan minat investasi juga akan turun signifikan, sehingga pertumbuhan
investasi baru akan melambat. Proyek-proyek investasi yang dikelola pemerintah dan
BUMN akan tetap berlangsung, meskipun juga akan turun sejalan dengan himbauan
social distancing bagi para pekerja. Impor barang modal yang menjadi salah satu leading
indicators Penanaman Modal Tetap Bruto (PMTB) pada bulan Januari dan Februari
2020 sudah mengalami kontraksi 10,6%.

Dan Satu-satunya yang berpotensi menopang ekonomi bidang domestik ini adalah
belanja pemerintah. Penanganan Covid-19 mengharuskan pemerintah bekerja all-out
untuk menyediakan berbagai paket kebijakan baik untuk mengobati pasien Covid-19
(kuratif) dan mencegah eskalasi penyebaran virus tersebut (preventif). Stimulus fiskal
juga menjadi kunci utama dalam meredam dampak negatif terhadap ekonomi Indonesia,
terutama bagi pelaku usaha dan kelompok masyarakat yang terkena dampak paling
besar.

Ada Peluang yang dilakukan Bank Indonesia yang mengeluarkan beberapa kebijakan
untuk meredam dampak kepanikan masyarakat, terutama investor terhadap pandemi
Covid-19, dengan menurunkan suku bunga (BI 7-Day Reserve Repo rate) hingga 50 bps
selama 2020 ini menjadi 4,5%, melonggarkan giro wajib minimum, dan melakukan
intervensi pasar valas untuk meredakan pelemahan rupiah.

Melihat kondisi tersebut, CORE memastikan prospek pertumbuhan ekonomi tahun ini
akan jauh lebih rendah dibandingkan tahun lalu. Jika pemerintah melakukan langkah-
langkah yang lebih 'ketat' untuk menekan penularan wabah ini, sebagaimana yang
dilakukan oleh Pemerintah Tiongkok, maka puncak tekanan ekonomi diperkirakan akan
terjadi pada kuartal kedua, dan setelahnya (kuartal ketiga dan keempat) akan masuk
masa pemulihan.

Dengan skenario paling optimis tersebut, CORE Indonesia memprediksikan ekonomi


Indonesia secara kumulatif tumbuh di kisaran -2% hingga 2%. Akan tetapi, kondisi yang
lebih buruk dapat terjadi jika penyebaran Covid-19 di Indonesia berlangsung lebih dari
dua kuartal dan negara-negara yang menjadi mitra utama ekspor Indonesia juga
mengalami hal serupa. Dalam kondisi tersebut, tekanan permintaan domestik dan global
akan lebih lama, sehingga sangat kecil peluang ekonomi akan tumbuh positif.

Selain melemahkan pertumbuhan ekonomi, pandemi ini juga berpotensi mendorong


peningkatan angka pengangguran dan kemiskinan. Hal ini sangat dimungkinkan
mengingat jumlah penduduk di sekitar garis kemiskinan yang masih sangat tinggi,
meskipun persentase penduduk di bawah garis kemiskinan mengalami penurunan dalam
beberapa tahun terakhir.

Namun, dibalik itu semua ada Hikmah yang bisa dipetik terhadap wabah virus Covid-19
yang telah menyerang Negara Indonesia ini, terkhususnya pada bidang Perekonomian
yang sangat mempengaruhi kesejahteraan masyarakat. Hal itu tergantung dari
bagaimana kita sendiri meresponnya.

Menurut Menurut Direktur Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI IGP Wira
Kusuma, salah satu dampak positif yang bisa didapatkan Indonesia dari pandemik
tersebut adalah terbukanya peluang pasar ekspor baru selain China. Terkait wabah ini,
ekspor kita ke China memang berkurang, tapi ada tujuan ekspor lain yang sifatnya non
tradisional, Ini yang bisa kita kembangkan. Jadi tantangan-tantangan ini akan memaksa
kita untuk berinovasi mencari kesempatan-kesempatan yang lain.

Hal positif lain yang bisa dipetik dari fenomena ini adalah peluang memperkuat
ekonomi dalam Negeri. Disaat saat seperti ini, Pemerintah dipaksa memprioritaskan
untuk focus memperkuat daya beli di dalam Negri ketimbang menarik keuntungan dari
Negara luar. Serta dari sisi eksternal disaat saat seperti ini kita tidak perlu mengandalkan
pertumbuhan ekonomi dari sisi eksternal, tetapi pada bidang domestiknya yang perlu
dioptimalkan untuk menjaga kualitas dan stabilitas konsumsi.

Dengan menjaga Invetasi, ada bantuan dari Omnibus Law, ada proyek infrastruktur. Jadi
yang perlu dilakukan pemerintah dan seluruh masyarakat khususnya bagi pengusaha
untuk menjaga dan menciptakan investasi yang bagus. Jadi permintaan dommestik akan
tetap terjaga meskipun dibidang ekspornya terjadi penurunan. Dan juga peluang yang
terjadi yaitu Indonesia bisa memperkuat sector manufakturnya. Hal tersebut akan
membuat dan menciptakan nilai tambah karena memaksa kita untuk menghadapi
tantangan yang sulit, sehingga kita bisa berinovasi untuk menciptakan peluang –
peluang yang bermanfaat guna mensejahterakan dan menjaga Sistem Perekonomian
Indonesia dengan baik.

#Terimakasih #TetapdiRumahAja.

Anda mungkin juga menyukai