Mengapa Banyak Negara yang Optimis Ekonomi PascaCovid akan Kembali
Normal? Covid 19 yang mulai terjadi pada awal 2020 menyebabkan beberapa negara mengalami resesi. Hal tersebut menyebabkan kontribusi dari berbagai sector mengalami penurunan terhadap PDB negara. Pandemi Covid-19 memberi dampak amat besar pada sektor ekonomi dan sosial di dunia. Di negara maju seperti Amerika Serikat pertumbuhan ekonomi pada tahun 2020 mencapai -3,5 dan lebih jauh lagi, pertumbuhan ekonomi di Eropa mencapai -6,5. Adapun di Indonesia pertumbuhan ekonomi mencapai -2,1. Pandemi Covid 19 menyebabkan investasi di beberapa negara ikut melemah dan berimplikasi terhadap berhentinya sebuah usaha. Selain itu, wabah ini menyebabkan banyaknya perusahaan harus melakukan pemangkasan jumlah karyawan yang secara otomatis jumlah pengangguran di negara juga ikut mengalami peningkatan. Menurunnya investasi, meningkatnya pengangguran, penurunan pendapatan masyarakat yang berdampak pada menurunnya tingkat konsumsi, menjadi faktor-faktor yang krusial terhadap pertumbuhan perekonomian suatu negara. Dalam menghadapi resesi, negara mencoba bangkit dengan mengeluarkan berbagai kebijakan tidak hanya pada bidang kesehatan, tetapi juga bidang ekonomi dan sosial. Salah satu upaya yang dilakukan oleh pemerintah di berbagai negara untuk memulihkan kembali perekonomian negara yaitu dengan meningkatkan pengeluaran pemerintah. Di Australia, pemerintah mengeluarkan kebijakan yang seluruh nilainya lebih dari AU$130 miliar yang diberikan kepada para pekerja sebagai subsidi upah. Di Malaysia, pemerintah setempat memberikan bantuan tunai kepada warga yang berpenghasilan rendah dan menengah, bantuan kepada UMKM, dan bantuan kepada kementerian Kesehatan untuk pembelian peralatan kesehatan. Adapun di Indonesia sendiri, pemerintah mengeluarkan dana sebesar Rp 405,1 triliun untuk meredam dampak yang terjadi selama pandemi. Pemerintah mengeluarkan kebijakan vaksinasi gratis, dukungan untuk UMKM dan koperasi, program penciptaan tenaga kerja sebagai upaya untuk menjaga kesinambungan bisnis, program perlindungan sosial, dan UU Ciptakerja. Hal-hal tersebut menginterpretasikan bahwa langkah utama yang dilakukan pemerintah dalam suatu negara untuk memulihkan perekonomian negara setelah resesi adalah dengan meningkatkan pengeluaran pemerintah (G). Dalalm teori ekonomi makro, tingkat pertumbuhan ekonomi atau GDP suatu negara dapat diketahui melalui persamaan Y = C+I+G+ (X-M). Tingkat konsumsi, investasi dan pengeluaran pemerintah berpengaruh positif terhadap pendapatan negara. Oleh karena itu, berdasarkan persamaan tersebut, maka upaya-upaya yang telah dilakukan oleh beberapa negara untuk memulihkan perekonomian, merupakan salah satu bentuk betapa optimisnya negara untuk keluar dari resesi. Indonesia optimis bisa mencapai pertumbuhan ekonomi di angka 5,3 pada tahun 2021 melalui berbagai kebijakan yang telah ditetapkan. Stimulus kebijakan fiskal dengan menambah anggaran pada saat siklus menurun (resesi), beberapa kalangan menilai lebih efektif untuk menggerakkan perekonomian sektor riil sehingga pada akhirnya pengangguran akan mengalami penurunan. Untuk mengendalikan permintaan masyarakat, kebijakan moneter dinilai juga efektif dalam memengaruhi fluktuasi inflasi yang berlebihan. Efektivitas kebijakan ini tergantung jangka waktu (jangka panjang atau 10jangka pendek) dan tergantung bagaimana sensitivitas respons perekonomian terhadap dua kebijakan tersebut. Keterkaitan kebijakan-kebijakan pemerintah terhadap pertumbuhan perekonomian negara dijabarkan sebagai berikut: 1. kebijakan vaksinasi gratis : kebijakan ini menjadi sangat penting mengingat besarnya tingkat produksi ditentukan oleh kinerja karyawan atau pekerja. Kesehatan pekerja yang baik akan berdampak terhadap tingkat produktivitas yang baik pula. Oleh karena itu, vaksin ini sangat diperlukan untuk mendorong peningkatan produksi dan pertumbuhan ekonomi. 2. Dukungan terhadap UMKM dan koperasi: dukungan terhadap UMKM dan koperasi membantu proses produksi dalam negeri terus mengalami perputaran. Suatu negara dapat dikatakan kaya jika negara tersebut memiliki tingkat kewirausahaan yang tinggi. Dengan demikian, semakin banyaknya wirausaha di suatu negara akan mendorong meningkatnya pertumbuhan perekonomian. 3. UU Ciptakerja yang salah satunya adalah penyediaan lapangan kerja, akan mengurangi pengangguran sehingga hal tersebut akan mendorong naiknya upah yang diterima oleh pekerja serta meningkatnya jumlah konsumsi yang berdampak pada naiknya pendapatan negara. 4. Program perlindungan sosial : program perlindungan sosial misalnya dengan memberi BLT membantu masyarakat untuk tetap melakukan konsumsi. Adapun bantuan prakerja bertujuan untuk mengembangkan kompetensi kerja dan kewirausahaan terutama para pekerja yang terkena dampak pemutusan hubungan kerja (PHK). Dengan adanya bekal kompetensi kerja dan kewirausahaan, diharapkan masyarakat dapat menjadi wirausaha dalam skala mikro maupun menengah.
Uraian diatas menunjukkan bahwa kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah
Indonesia dengan meningkatkan pengeluaran menjadi langkah strategis untuk memulihkan perekonomian pascapandemi. Referensi:
Mankiw, N. Principles of Macroeconomics. Third Edition.
Seftarita, Chenny. 2014. Kebijakan Ekonomi Makro dan Siklus Bisnis; Kajian Teori dan Studi Empiris. SYIAH KUALA UNIVERSITY PRESS(No ISBN: 978-602-1270-10-3) https://www.kemenkeu.go.id/publikasi/berita/wamenkeu-ini-3-poin-utama-kerangka-kebijakan- pen/ https://www.tempo.co/abc/5456/melihat-strategi-ekonomi-beberapa-negara-yang-digempur- wabah-virus-corona
Ekonomi makro menjadi sederhana, berinvestasi dengan menafsirkan pasar keuangan: Cara membaca dan memahami pasar keuangan agar dapat berinvestasi secara sadar berkat data yang disediakan oleh ekonomi makro