Anda di halaman 1dari 4

Nama : Hady Afriansyah

Nim : 170604117
MK : Ekonomi Moneter

Ulasan dari tugas ini ada mengenai Perppu 2020 kebijakan moneter yang
dikeluarkan oleh BI, bagian pertama adalah penjelasan luas indonesia, kedua Bank
Indonesia dari sejarah dan kebijakan dan peran BI dalam menjaga kestabilitas nilai
mata uang rupiah dari mata uang asing maupun dari krisis, inflasi, deflasi.
Tanggapan tentang Perpu Kebijakan Moneter merupakan dari bahasan menguatkan
pondasi tanggapan kebijakan dan singgungan terhadap penggunaan penanganan
Covid-19 di Aceh.

A. Indonesia
Indonesia suatu negara kepulauan dan masih dikategorikan negara
berkembang. Suatu negara berkembangan dan berpendapatan menengah tentunya
pemerintah berbagai cara untuk meningkatkan pendapat dan pertumbuhan
perekonomian tujuan untuk memajukan dan kesejahteraan masyarakatnya.

Pembangunan Nasional bertujuan mewujudkan masyarakat adil dan


makmur secara keseluruhan (spiritual dan material) dengan dasar Pancasila dan
UUD Negara Republik Indonesia Pasal 33 Tahun 1945, sebagai pondasi dasar
untuk mewujudkan keadilan dan kesejahteraan rakyat. Melalui peranan atau
kepedulian negara dalam meningkatkan taraf hidup masyarakat, dan pembangunan
dilakukan demi meningkatkan kemakmuran masyarakat melalui pengembangan
perekonomian supaya mampu mengatasi permasalahan kemiskinan dan
pengangguran. Selain itu, dalam pembangunan penting melihat suatu aspek
pembangunan dengan terciptanya lapangan pekerjaan, dalam proses pembangunan
sering terjadi terdapat ketidakseimbangan dalam pemerataan kesejahteraan hingga
timbul ketimpangan.

B. Bank Indonesia
Bank Indonesia (BI) adalah sebuah lembaga tertua di Indonesia dan juga
mempunyai sejarah yang panjang. Pada masa Hindia-Belanda (1858) awal
berdirinya De Javasche Bank untuk mencetak uang sekaligus mengedarkan uang
untuk sebagai alat tukar yang sah di wilayah kekuasaan Hindi-Belanda. Kemudian
berubah menjadi Bank Indonesia pada tahun (1953), pada saat itu peran Bank
Indonesia tidak hanya mengedarkan uang tetapi juga mengatur sistem perbankan,
moneter serta peraturan sistem pembayaran yang diberlakukan oleh pemerintah
saat itu. Setelah negara Indonesia terjadi krisis pada tahun (1999), Bank Indonesia
memiliki peran baru dan penting sebagai Bank Sentral Independen yang
mengembangkan tugas dan wewenang demi mencapai dan memelihara kestabilan
nilai tukar rupiah. Dan kemudian pada tahun (2008) adanya perubahan atas
Undang-Undang perubahan atas dua UU Nomor 23 tahun 1999, sebagai
menetapkan Bank Indonesia sebagai bagian dan upaya menjaga ke stabilitas
keuangan di Negara Indonesia.
Bank Indonesia berfungsi sebagai Bank Sentral tujuan dengan mencapai,
memelihara, dan mencapai kestabilitas nilai rupiah. Adapun kestabilitas nilai mata
uang terbagi dua aspek; kestabilitas nilai mata uang terhadap barang dan jasa; dan
kestabilitas terhadap mata uang negara lain (asing).

Sehubungan dengan hal tersebut, Bank Indonesia menegaskan kewenangan


Bank Indonesia yang diatur di dalam Perpu No.1 Tahun 2020, sebagai berikut:
1) Perluasan kewenangan bagi Bank Indonesia untuk dapat membeli SUN/SBSN
jangka panjang di pasar perdana untuk membantu Pemerintah membiayai
penanganan dampak penyebaran COVID-19 terhadap stabilitas sistem keuangan.
2) Pembelian SBN di pasar perdana dilakukan dalam hal pasar tidak bisa menyerap
seluruh SBN yang diterbitkan Pemerintah, peran Bank Indonesia sebagai “last
resort”. Ketentuan lebih lanjut akan diatur bersama antara Menteri Keuangan dan
Gubernur Bank Indonesia, dengan mempertimbangkan antara lain: kondisi pasar
keuangan dan dampaknya terhadap inflasi.
3) Sebagai langkah antisipatif, Bank Indonesia membeli repo surat berharga yang
dimiliki LPS untuk biaya penanganan permasalahan solvabilitas bank sistemik
dan bank selain bank sistemik (laporan kebijakan april 2020).

C. Tanggapan

Mengenai tentang beberapa poin dari kebijakan Bank Indonesia dalam


Perpu No. 1 Tahun 2020 tentunya adalah sebuah kebijakan yang sudah
dipertimbangkan dengan matang oleh pihak Bank Sentral dalam menjaga
kestabilitas mata uang rupiah dalam suatu keadaan genting ini. Mengingat
penyebaran Corona Virus (Covid-19) terus menyebar luas dan menyebabkan sektor
ekonomi lemah dan juga menyebabkan beberapa hal lainnya dalam suatu negara.
Hal ini menjadi cerminan bagi Indonesia khususnya Bank Indonesia sendiri di
mana Bank Indonesia sebagai Bank Sentral, dan bertujuan untuk menjaga dan
memelihara kestabilitas rupiah.
Sebagaimana yang telah dilewati dalam sejarah Bank Indonesia dalam
mengambil keputusan. Kali ini tidak bedanya dengan masa lalu (krisis) yang
dihadapi oleh Bank Sentral Indonesia terus berupaya untuk menekan inflasi dan
deflasi untuk keberlangsungan selama pandemi Covid-19 dalam menguatkan nilai
rupiah.

Berangkat dari hal itu, kebijakan publik mempunyai suatu Implementasi


kebijakan, artinya kebijakan tersebut dapat diukur selama proses itu berlangsung,
dan kebijakan tersebut dapat dinilai atau dianalisis melalui pencapai selama itu
kepentingan negara dan kepentingan kelangsungan kelayakan kehidupan
masyarakat.

Lebih dalam, keputusan yang dilakukan oleh Bank Indonesia dalam


melakukan kebijakan moneter yang dipublikasikan secara bulanan oleh Bank
Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG). Laporan itu dimaksudkan
sebagai media bagi Dewan Gubernur Bank Indonesia sebagai tujuan memberikan
penjelasan kepada masyarakat luas mengenai evaluasi kondisi moneter terkini atas
asesmen, dan prakiraan perekonomian Indonesia serta respons kebijakan moneter.
Tentu dalam keputusan tersebut juga ada pro kontra terhadap suatu kebijakan,
apalagi mengingat kondisi Indonesia yang merupakan negara berkembang dan
berpendapat menengah.

Kebijakan tersebut bila dilihat keseluruhan dalam masyarakat menjadi


sebuah polemik, tetapi jika dilihat dengan sekilas merupakan hal yang biasa saja.
Karena dalam bernegara Indonesia tidak asing lagi dengan keputusan atau
kebijakan dalam kepentingan negara bukan kepentingan masyarakat sendirinya,
hal ini berdasarkan di lapangan di mana terdapat tidak transparannya penggunaan
Dana penanganan Covid-19.

Seperti yang diterbitkan oleh (Kompas.com) menganggap bahwa UU atau


kebijakan tersebut kebal hukum, misalnya dalam Perpu 2020 bab 1 Pasal 27 dan
Pasal 1,2, dan Pasal 3. Pasal-pasal tersebut bahwa biaya yang dikeluarkan
pemerintah untuk menyelamatkan perekonomian dari krisis bukan kerugian negara,
pejabat pemerintah terkait pelaksanaan Perpu tidak dapat dituntut perdata ataupun
pidana jika melaksanakan tugas berdasarkan iktikad baik, dan segala keputusan
berdasarkan Perpu bukan objek gugatan ke peradilan tata usaha negara. Kedua,
pemerintah mengeluarkan biaya untuk menyelamatkan negara Tiga fokus utama
dalam menyelamatkan negara dari pandemi Covid-19 adalah keselamatan jiwa dan
kesehatan masyarakat, jarring pengaman sosial dan pemulihan ekonomi bagi yang
terdampak. Semua fokus kemudian diwujudkan dalam belanja tambahan dengan
total sebesar Rp 405,1 triliun, yang terdiri dari: a. Rp 75 triliun untuk intervensi
penanggulangan Covid-19 berupa tambahan belanja kesehatan, pemberian insentif
tenaga kesehatan, dan pemberian alat kesehatan termasuk Alat Pelindung Diri
(APD) bagi seluruh 132 rumah sakit rujukan. b. Rp 110 Triliun untuk memperkuat
jaring pengaman sosial (Erlangga, 13 April 2020).

Pandangan tersebut terlihat jelas pada penggunaan Dana pandemi atau


Penanganan Covid-19 di Aceh yang tidak transparan membuka ke publik. Padahal
pemberian bantuan kepada masyarakat yang dilakukan oleh pemerintah hanya
berupa cuma-cuma, dan itu pun masih dikategorikan, dan tidak seluruhnya
masyarakat miskin yang berdampak kebagian. Hal ini justru terlihat lagi akhir-
akhir ini uang revitalisasi ruang sekda aceh mencapai 4 miliaran, padahal sudah
diumumkan bahwa tidak ada tender proyek tahun ini karena semua dialihkan untuk
penanganan covid-19. Ini menjdai pertanyaan sekaligus menjdai bumerang dalam
keputusan kebijakan moneter 2020.

Referensi
https://money.kompas.com/read/2020/04/13/060600326/perppu-nomor-1-tahun-2020-
tak membuat-penyelenggara-negara-kebal-hukum? (akses 14 Juli 2020).
https://www.bi.go.id/id/ruang-media/info-terbaru/Pages/Perkembangan-Langkah-Langkah-BI-
dalam-Hadapi-COVID-19.aspx

Anda mungkin juga menyukai