Disusun oleh :
Aris Wibowo
Simbar Prihatmoko
Sopiyana
Rinto
Benny Hartono
Syamsudin Nur
2019
BANK SENTRAL DAN OTORITAS MONETER
Krisis moneter dan ekonomi yang melanda Amerika Latin diawal tahun 1990-an dan
sebagian kawasan Asia sepanjang paruh kedua tahun 1997telah meruntuhkan anggapan bahwa
tingginya pertumbuhan ekonomi suatu Negara tidak cukup mampu menangkal akses dari faktor
dari eksternal,karena Fundamental ekonomi Negara tidak lagi diukur sekedar data data agregat
ekonomi makro.
Sistem moneter dunia yang semakin terintegrasi dan saling bergantung telah
mengakibatkan Negara Negara dengan sumber modal terbatas seperti Indonesia tidak berdaya
mengatasi perpindahan arus modal yang semakin cepat dengan menganut rezim devisa bebas dan
sistem nilai tukar bebas sehingga bank sentral Indonesia mengemban tugas yang sangat berat .
Sebuah bank sentral yang baik dan sehat merupakan syarat mutlak untuk mengatasi
kondisi apapun Sistem keuangan di jepang dikenal sebagai salah satu yang terbaik didunia dan
sanggup berkompetisi melawan Amerika Serikat dan Jerman.Siangapura pun telah menjelma
menjadi pusat keuangan regional yang tangguh dan memiliki akses ke seluruh dunia.
Lahirnya bank sentral diindonesia pada tahun 1949,ketika berlangsung konferensi Meja
bundar diDen Haag menunjuk De Javasche Bank NV (Bank Komersial dan Sirkulasi Pemerintah
Juli 1951 agar dibangun bank sentral yang mandiri dan bebas dari pengaruh kolonial Belanda
Bank Indonesia sebagai institusi bank sentral semakin jelas setelah dikeluarkannya
Undang undang no.11 tahun 1953 tentang pokok pokok bank sentral dan masih merangkap
sebagai bank komersial namun lebih berperan sebagai penjaga stabilitas moneter ,mengedarkan
uang ,mengeban system perbankan,mengawasi kegiatan bank dan penyaluran kredit dan sejak
BANK INDONESIA.
Bank Sentral (Bank Indonesia) adalah lembaga Negara yang mempunyai wewenang
untuk mengeluarkan alat pembayaran yang sah dari suatu Negara ,merumuskan dan melaksankan
kebijakan moneter ,mengatur dan menjaga kelancaranran system pembayaran ,mengatur dan
mengawasi perbankan serta menjalankan fungsi sebagai Lender Of Last Resort ( BI hanya
membantu untuk mengatasi Mismatch yang disebabkan resiko kredit atau resiko pembiayaan
berdasarkan Prinsip Syariah,risiko manajemen ,dan risiko pasar .Bank Indonesia sebagai Otoritas
AGEN PEMBANGUNAN.
1.Bank sentral.
2.Bank Umum.
3.Bank Tabungan.
4.Bank pembangunan dan Bank skunder (bank desa,lumbung desa,bank pasar ,bank
pegawai,bank koperasi).
Misi sebagai agen pembangunan yang diemban bank Indonesia tercermin dalam pasal 7 UU
No.14/1967 yaitu:
BI sebagai kasir Negara dan Lender of last resort dalam keadaan darurat,dalam urusan kredit BI
,sehingga memepengaruhi kinerja BI.Peran BI seolah olah hanya sebagai pembantu pemerintah
No.23/1999 merupakan tonggak sejarah baru yang bagi BI memperoleh otoritas moneter secara
dan semakin liberal.Kebijakan Pakto 1988 sebagai pintu masuk pertama proses liberalisasi sector
keuangan merupakan Jalan masuk Globalisasi yang terbuka lebar tanpa persiapan yang memadai
sehingga banyak lembaga keuangan dan perbankan yang tidak kokoh dan tidak sehat,dari segi
kuantitas perbankan berkembang sangat pesat karena sebelum Pakto1988 jumlah bank hanya 111
bank ,tapi pada akhir tahun 1997 jumlah bank naik menjadi 222 bank bahkan pada akhir 1995
Thailand dan Malaysia terkena krisis ekonomi pada tahun 1997 sehingga memicu
perbankan sebagai pengganti UU No.7/1992 ,setelah dibahas dan disetujui DPR maka disahkan
PERUBAHAN TUJUAN.
Pada tanggal 17 mei 1999 UU No.23/1999 tentang Bank Indonesia diberikan landasan
hukum yang jelas bagi independensi BI dan mempunyai satu tujuan yaitu mencapai dan
Pengawasan Bank akan dilakukan oleh lembaga yang terpisah dari BI yang disebut Lembaga
pengawas jasa keuangan,sementara ini fungsi izin dan pengaturan perbankan masih tetap
STATUS.
Berarti bebas dari campur tangan pemerintah dan pihak pihak luar lainnya.Dalam tugasnya BI
wajib menolak segala bentuk intervensi dari pihak manapun.Independensi BI terlihat dari posisi
Bi yang tidak sejajar dengan DPR,MA,BPK dan Presiden sebagai lembaga tinggi
Negara,kedudukan BI juga tidak sama dengan departemen karena berada diluar pemerintah.
TUJUAN.
pemerintah dalam mengatur , menjaga dan memelihara kestabilan nilai rupiah, mendorong
kelancaran produksi dan pembangunan serta memperluas kesempatan kerja guna meningkatkan
nilai rupiah merupakan tujuan tunggal BI, meskipun dalam praktiknya memiliki nilai majemuk.
TUGAS
Untuk mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah BI memiliki 3 tugas dalam pasal
8:
Instrument moneter yang dapat digunakan agar sasaran laju inflasi yang
ditetapkan tercapai adalah melalui pasar terbuka ( SBI & SPBU ), penetapan
tingkat diskonto, penetapan cadangan wajib minimum dan pengaturan kredit atau
pembiayaan.
mengatur system kliring antar bank yang tercantung dalam pasal 10.
tahunan kepada pihak public melalui media massa. Informasi disampaikan setiap awal tahun
anggaran dengan memuat evaluasi kebijakan moneter dan penetapan sasaran – sasaran moneter
untuk tahun mendatang dengan mempertimbangkan sasaran laju inflasi dan perkembangan
STABILISATOR MONOTER
Peran utama BI yang tidak berubah adalah memberi pinjaman dalam keadaan
darurat kepada bank yang mengalami kesulitan dana dalam jangka pendek.
90 hari, dengan syarat harus dijamin dengan surat berharga yang berkualitas
2. Pengendalian moneter
rupiah terhadap barang dan jasa.Ada tugas BI yang bersatu yakni menjaga laju
currencies)
Sistem nilai tukar yang dipakai dapat berupa:
a.Sistem nilai tukar tetap,yang dilakukan dengan devaluasi atau revaluasi terhadap
c.Sistem nilai tukar mengambang,terkendali yang penetapan nilai tukar dan lebar
Sistem kliring domestik dan lintas Negara serta penyelesaian akhir transaksi
BI.
alat pembayaran.
Dalam ketentuan yang baru ,tugas mengawasi bank akan dialihkan kepada
undang.
Pemilihan inflasi sebagai sasaran akhir,sejalan apa yang dilakukan bank-bank sentral didunia.
Pertama , bukti-bukti empiris menunjukan bahwa dalam jangka panjang ,kebijakan moneter
hanya dapat mempengaruhi laju inflasi,sedangkan variable riil seperti pertumbuhan ekonomi
Jalur transmisi,secara teoritis,ada 2 jalur utama mekanisme transmisi,yaitu melalui jalur jumlah
uang beredar(quantity targeting) dan jalur harga melalui suku bunga (price targeting).
Menurut kerangka berfikir yang lama ,Bank sental mengikuti pendekatan kuantitas yang diawali
dari monetary aggregate seperi M1(uang kartal dan giral), M2 (M1 ditambah uang kuasi) atau
kredit sebagai intermediate target ,diharapkan output dan inflasi dapat dicapai.
OTORITAS MONETER
Menurut UU Nomor 23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia mempunyai tujuan agar
otoritas moneter dapat menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter yang efektif dan
efesien melalui system keuangan yang sehat, transparan, terpercaya dan dapat
dipertanggungjawabkan yang didukung oleh system pembayaran yang lancer, cepat, tepat, dan
aman serta pengaturan dan pengawasan Bank yang memenuhi Prinsip kehati – hatian.
Otoritas moneter adalah suatu entitas yang memiliki wewenang untuk mengendalikan
jumlah uang yang beredar pada suatu negara dan memiliki hak untuk menetapkan suku
bunga dan parameter lainnya yang menentukan biaya dan persediaan uang. Otoritas moneter
sebagai lembaga yang berwenang dalam pengambilan kebijakan di bidang moneter, juga
merupakan sumber uang primer, baik bagi perbankan, masyarakat maupun pemerintah. Di
samping mengeluarkan uang kartal, otoritas moneter juga menerima simpanan giro dari
perbankan atau pemerintah. Simpanan giro tersebut bagi otoritas moneter merupakan uang
Dalam kaitan tersebut semua bank diharuskan memiliki rekening giro pada bank sentral dan
mewajibkan setiap bank mempertahankan sejumlah tertentu dana dalam rekening gironya
tersebut di Bank Indonesia sebagai bank sentral. Fungsi giro tersebut pada dasarnya adalah untuk
memperlancar transaksi antarbank melalui mekanisme kliring di samping sebagai alat kebijakan
B. Kebijakan Moneter
Kebijakan moneter adalah proses mengatur persediaan uang sebuah negara untuk mencapai
tujuan tertentu, seperti menahan inflasi, mencapai pekerja penuh atau lebih sejahtera. Kebijakan
moneter juga dikenal sebagai upaya untuk mencapai tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi
peran kebijakan moneter dalam menjaga stabilitas sistem keuangan adalah bagaimana bank
sentral merespon ketidakseimbangan yang terjadi di sektor keuangan (financial imbalances). Isu
yang telah lama menjadi perdebatan ini muncul kembali setelah krisis global karena adanya
argumen bahwa krisis global yang terjadi sebagaian disebabkan oleh kebijakan moneter yang
melakukan pembiaran terjadinya akumulasi imbalances dan kenaikan harga aset yang berlebihan.
IMF (2009), misalnya, mengatakan bahwa pendekatan “benign neglect” seperti itu telah
menyebabkan moral hazard dan speculative booms yang menyebabkan kenaikan harga aset jauh
melebihi fundamentalnya.
b. Menjaga dan memelihara kestabilan nilai uang rupiah, baik untuk dalam negeri maupun
Dengan tingkat inflasi yang rendah, maka iklim investasi akan tetap hidup. Jika inflasi rendah,
suku bunga bank juga cenderung rendah. Rendahnya suku bunga bank akan mendorong orang
Kebijakan moneter dapat menciptakan iklim kondusif bagi berlangsungnya berbagai kegiatan
ekonomi. Setiap kegiatan ekonomi membutuhkan tenaga kerja. Adanya kegiatan ekonomi berarti
kestabilan nilai kurs mata uang serta kestabilan harga barang dan jasa sangat dibutuhkan para
investor atau pengusaha dalam menjalankan kegiatan ekonomi. Kegiatan ekonomi yang berjalan
Neraca pembayaran nasional dikatakan baik jika mengalami surplus atau nilai ekspor melebih
nilai impor. Untuk mencapai kondisi tersebut, kebijakan moneter yang terkait dengan mata uang
atau nilai kurs sangat diperlukan. Kebijakan moneter dapat mempertahankan stabilitas kurs
melakukan kebijakan moneter berupa operasi pasar terbuka. Dalam keadaan apabila nilai kurs
mata uang rupiah merosot tajam dibanding dollar Amerika Serikat, maka Bank Indonesia
Masyarakat membutuhkan keadaan dimana harga barang dan jasa tetap stabil sehingga dapat
menjalankan usahanya. Untuk menciptakan keadaan seperti itu, maka Bank Indonesia dapat
melakukan kebijakan moneter berupa menaikkan atau menurunkan suku bunga Sertifikat Bank
Indonesia (SBI).
Apabila terjadi inflasi yang tinggi, Bank Indonesia dapat melakukan kebijakan moneter untuk
menurunkan jumlah uang yang beredar (JUB). Untuk menurunkan jumlah uang yang beredar,
kebijakan moneter yang diambil dapat berupa menaikkan atau menurunkan suku bunga Sertifikat
Bank Indonesia (SBI) atau pun dengan kebijakan moneter lainnya yaitu reserve requirements.
Untuk menurunkan laju inflasi berarti jumlah uang yang beredar harus dikurangi. Untuk itu,
Suatu kebijakan dalam rangka menambah jumlah uang yang beredar. Untuk mengatasi
pengangguran dan meningkatkan daya beli masyarakat (permintaan masyarakat) pada saat
perekonomian mengalami resesi atau depresi. Kebijakan ini disebut juga kebijakan moneter
Suatu kebijakan dalam rangka mengurangi jumlah uang yang beredar. Dilakukan pada saat
perekonomian mengalami inflasi. Disebut juga dengan kebijakan uang ketat (tight money
policy).
PENUTUP.
Kesimpulan
Kebijakan moneter adalah upaya untuk mencapai tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi
secara berkelanjutan dengan tetap mempertahankan kestabilan harga. Untuk mencapai tujuan
tersebut Bank Sentral atau Otoritas Moneter berusaha mengatur keseimbangan antara persediaan
uang dengan persediaan barang agar inflasi dapat terkendali, tercapai kesempatan kerja penuh
dan kelancaran dalam pasokan/distribusi barang.Kebijakan moneter dilakukan antara lain dengan
salah satu namun tidak terbatas pada instrumen sebagai berikut yaitu suku bunga, giro wajib
minimum, intervensi dipasar valuta asing dan sebagai tempat terakhir bagi bank-bank untuk
Kebijakan moneter pada dasarnya merupakan suatu kebijakan yang bertujuan untuk mencapai
tercapainya tujuan ekonomi makro, yakni menjaga stabilisasi ekonomi yang dapat diukur dengan
kesempatan kerja, kestabilan harga serta neraca pembayaran internasional yang seimbang.
Apabila kestabilan dalam kegiatan perekonomian terganggu, maka kebijakan moneter dapat
dipakai untuk memulihkan (tindakan stabilisasi). Pengaruh kebijakan moneter pertama kali akan
dirasakan oleh sektor perbankan, yang kemudian ditransfer pada sektor riil.
DAFTAR PUSTAKA.
Bernanke, Ben (2006). “Agregat Moneter dan Kebijakan Moneter di Federal Reserve: Sebuah
Perspektif Sejarah” . Federal .