Anda di halaman 1dari 44

BANK DAN

LEMBAGA
KEUANGAN
LAINNYA

OTORITAS MONETER, BI, OJK


By :
Iwan Mulyana, SH, M.E.Sy

Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya


STIE Equitas
Otoritas Moneter Di Indonesia 2

Otoritas moneter : suatu entitas yang memiliki wewenang untuk


mengendalikan jumlah uang yang beredar pada suatu negara dan
memiliki hak untuk menetapkan suku bunga dan parameter lainnya
yang menentukan biaya dan persediaan uang

Beberapa mengalami perubahan sistem moneter. :

 UU No. 13 /1968 ke UU No. 23 /1999 ke UU No. 3 /2004


Otoritas Moneter Di Indonesia 3
UU No 13 Tahun 1968 tentang bank sentral :
• Meskipun 2 lembaga utama sbg pelaksana kebijakan moneter Bank Indonesia
dan Dewan Moneter tetapi otoritas kebijakan moneter di Indonesia pada
dasarnya berada di tangan pemerintah.

Pemerintah melalui presiden dan Menteri Keuangan mempunyai akses/


kekuasaan mengarahkan pelaksanaan kebijakan yang dilakukan Bank Indonesia
dan Dewan Moneter :
 Presiden mengagkat pejabat dan gubernur BI atas usul Dewan Moneter
 Menteri Keuangan dan Menteri bidang ekonomi punya akses besar karena
Dewan Moneter terdiri dari Menkeu, seorang Menteri bidang ekonomi, dan
Gubernur BI.
 Pemerintah menentukan berbagai peraturan pelaksanaan dari UU bank
sentral.
Otoritas Moneter Di Indonesia 4
Jadi : Otoritas moneter tidak terletak di Bank Indonesia, tetapi pada pemerintah
(Presiden, Menkeu, dan Menteri ekonomi)

Atas dasar kekeliruan tsb dan kondisi krisis moneter dan perbankan , maka UU
No. 13 / 1968 diganti dengan UU No. 23 / 1999 tentang Bank Indonesia.

Dengan UU No. 23 /1999, maka :


 Memberikan kewenangan yang besar kepada BI untuk merumuskan dan
melaksanakan kebijakan moneter di Indonesia
 Bank Indonesia ditempatkan sbg otoritas moneter di Indonesia, Dewan
Moneter ditiadakan/hapuskan.

UU No. 23 1999 direvisi lagi dengan UU No. 3 th 2004


Amandemen Undang-Undang Bank Indonesia 5

(UU N0 3 Tahun 2004)

 Penetapan Sasaran Inflasi oleh Pemerintah


 Penundaan Pengalihan Tugas Pengawasan Bank
 Pengaturan Fasilitas Pembiayaan Darurat Bagi Perbankan
 Penyempurnaan Mekanisme Pencalonan Dewan Gubernur
 Penguatan Akuntabilitas dan Transparansi
 Pembentukan Badan Supervisi
 Persetujuan Anggaran Operasional oleh DPR
6
BANK INDONESIA

1. SEJARAH
2. STATUS DAN KEDUDUKAN
3. TUGAS
4. DEWAN GUBERNUR
5. AKUNTABILITAS DAN TRANSPARANSI
6. HUBUNGAN DENGAN LEMBAGA LAIN
Bank Sirkulasi
(De Javasche Bank NV)
1. Sejarah BI 7
Sept 45
Pusat Bank Indonesia Cikal bakal Bank Negara Indonesia
1949
De Javasche Bank = BS
-Menjaga stabilitas moneter
1953
-Mengedarkan uang
Bank Indonesia = BS
-Mengembangkan sistem perbankan
-Menjalankan fungsi bank komersial
-Tanggungjawab Kebijakan moneter ada pada pemerintah
1968
Bank Indonesia = BS -Fungsi Bank Komersil dihapuskan
-Agen Pembagunan - Kasir Pemerintah
-Banker’s bank - Dewan Moneter

1999 -Kebijakan moneter dilaksanakan oleh Bank Indonesia


Bank Indonesia = BS -Menolak campurtangan pihak luar

(Independen) -Menjadi badan hukum


2. STATUS BANK INDONESIA (BI) 8

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia yang merupakan lembaga
negara independen dalam melakanakan tugas dan wewenangnya, bebas dari campur
tangan pemerintah dan/atau pihak lain, kecuali untuk hal-hal yang secara tegas diatur
dalam undang-undang.

 LEMBAGA INDEPENDEN

 BEBAS DARI CAMPUR TANGAN PEMERINTAH DAN/ATAU PIHAK


LAIN

 BI WAJIB MENOLAK INTERVENSI


 Berkedudukan di Ibu Kota Negara RI
 Mempunyai kantor-kantor di dalam dan di luar wilayah negara RI
 Modal BI ditetapkan sekurang-kurangnya 2 Trilyun Rupiah dan harus ditambah shg
menjadi paling banyak 10% dari seluruh kewajiban moneter, dananya berasal dari
cadangan umum atau dari hasil revaluasi aset.
9
Independensi Bank Indonesia

 Sesuai dengan UU 23/1999 yang telah diamandemen dengan


UU 3/2004, BI mempunyai:
 Instrument independence:
 BI diberikan kewenangan untuk menetapkan sasaran-sasaran dan instrumen
kebijakan moneter untuk mencapai sasaran inflasi yang ditetapkan, dengan
mempertimbangkan dampaknya thd perkembangan ekonomi dan keuangan.
 Personal independence:
 Pihak lain dilarang mencampuri kebijakan moneter BI.
 Masa jabatan Dewan Gubernur lima tahun, dengan akhir jabatan secara
berjenjang, dan dapat diangkat kembali.
 Dewan Gubernur diusulkan dan diangkat Presiden dengan persetujuan oleh
DPR.
 BI tidak mempunyai goal independence karena sasaran inflasi ditetapkan oleh
Pemerintah setelah berkoordinasi dengan BI.

9
Undang-undang Nomor 23 Tahun 1999
Bank Indonesia
BAB I Ketentuan Umum
Penjelasan tentang definisi dan pengertian yang dibahas di UU Bank Indonesia, serta
penggunaan rupiah (Rp) sebagai mata uang dan ketentuan penggunaannya.

BAB II Status, Tempat Kedudukan, dan Modal


Penjelasan mengenai status BI sebagai bank sentral yang independen, juga modal
sekurang-kurangnya Rp 2.000.000.000.000 (dua triliun rupiah).

BAB III Tujuan dan Tugas


Penjelasan mengenai tujuan BI untuk mencapai dan memelihara kestabilan nilai
rupiah serta tugas yang dilakukan untuk mencapainya.
BAB IV Tugas Menetapkan dan Melaksanakan Kebijakan Moneter
Penjelasan mengenai detail wewenang yang dimiliki BI dalam
menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter.

BAB V Tugas Mengatur dan Menjaga Kelancaran Sistem Pembayaran


Penjelasan mengenai detail wewenang yang dimiliki BI untuk mengatur
dan menjaga kelancaran sistem pembayaran.

BAB VI Tugas Mengatur dan Mengawasi Bank


Penjelasan mengenai detail wewenang yang dimiliki BI untuk mengatur
dan mengawasi bank, termasuk dalam menetapkan ketentuan perbankan
dengan prinsip kehati-hatian.
BAB VII Dewan Gubernur
Penjelasan mengenai Dewan Gubernur, di dalamnya termasuk persyaratan,
mekanisme pengangkatan dan pemberhentian, wewenang yang dimiliki, serta
mekanisme pengambilan keputusan.

BAB VIII Hubungan dengan Pemerintah


Penjelasan mengenai Bank Indonesia sebagai pemegang kas Pemerintah,
serta wewenang dan kewajiban dalam hubungan antara BI dengan
Pemerintah.

BAB IX Hubungan Internasional


Penjelasan mengenai ketentuan BI ketika melakukan kerjasama dengan bank
sentral lainnya, atau dengan organisasi dan lembaga internasional.
BAB X Akuntabilitas dan Anggaran
Penjelasan mengenai kewajiban BI untuk menyampaikan informasi kepada
masyarakat secara terbuka, juga wewenang Badan Pemeriksa Keuangan untuk
melakukan pemeriksaan khusus kepada BI atas permintaan Dewan Perwakilan
Rakyat. Bab ini juga menjelaskan mengenai penetapan anggaran untuk BI

BAB XI Ketentuan Pidana dan Sanksi Administratif


Penjelasan mengenai ketentuan pidana dan sanksi administratif yang diberikan
kepada pihak yang melanggar UU ini.

BAB XII Ketentuan Peralihan


Penjelasan mengenai penyesuaian saat UU BI ini berlaku dan peralihan dengan
UU yang berlaku sebelumnya.
BAB XIII Ketentuan Penutup
Penjelasan mengenai berlakunya UU BI ini mulai tanggal diundangkan.
Tujuan dan Tugas Bank Indonesia
 Tujuan BI adalah mencapai dan memelihara kestabilan Nilai
Rupiah
 Internal // inflasi
 Eksternal // kurs

Untuk mencapai tujuan tersebut, BI melaksanakan 3 Tugas,


yaitu:
MENETAPKAN DAN MELAKSANAKAN KEBIJAKAN
MONETER
MENGATUR DAN MENJAGA KELANCARAN SISTEM
PEMBAYARAN
A. TUGAS PENETAPAN DAN PELAKSANAAN
KEBIJAKAN MONETER 16
 Menetapkan sasaran moneter dengan memperhatkan sasaran laju
inflasi;
 BI menetapkan sasaran inflasi dengan memperhatikan
perkembangan dan prospek ekonomi makro, terutama
perkembangan harga
 Untuk mencapai sasaran inflasi tsb., BI menetapkan besaran-
besaran moneter atau likuiditas perekonomian

 Mengatur dan mengawasi Bank (dialihkan ke OJK)

 BI Tetap berfungsi sebagai lender of last resort yang memungkinkan


BI membantu kesulitan pendanaan jangka pendek yang dihadapi bank
dengan syarat:
 jangka waktu maksimal 90 hari
 penggunaan hanya untuk mismacth
 Harus dijamin dengan surat berharga yang berkualitas tinggi dan
A. TUGAS PENETAPAN DAN PELAKSANAAN
17
KEBIJAKAN MONETER
 Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran
 Pengendalian moneter menggunakan instrumen kebijakan moneter
 Penetapan tagihan diskonto
 Pengaturan kredit dan pembiayaan
 Penetapan cadangan minimal
 Operasi pasar terbuka
 Mengelola cadangan devisa
 Melaksanakan kebijakan nilai tukar berdasarkan sistem yg ditetapkan - UU Lalu Lintas
Devisa
 Mengelola Cadangan Devisa Negara Dengan Syarat:
- Security
- Liquidity
- Profitability
B. TUGAS PENGATURAN DAN 18
PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN
 Melaksanakan & memberi persetujuan & ijin penyelenggaraan jasa sistem
pembayaran
 Mewajibkan penyelenggara jasa sistem pembayaran untuk menyampaikan
laporan tentang kegiatannya
 Menetapkan penggunaan alat pembayaran
 Mengatur sistem kliring antar bank dalam mata uang rupiah dan atau valas
 Menyelenggarakan penyelesaian akhir transaksi pembayaran antar bank dlm
mata uang rupiah dan atau valas
 Menetapkan macam, harga, ciri uang yang akan dikeluarkan, bahan yang
digunakan, & tgl mulai berlaku sbg alat pembayaran yg sah
 Mengeluarkan & mengedarkan, mencabut, menarik, dan memusnahkan rupiah
dari peredaran
Kepemimpinan Bank Indonesia 19
Susunan Dewan Gubernur BI

Gubernur

Deputi
Gubernur Senior

Deputi Deputi Deputi Deputi Deputi Deputi


Gubernur Gubernur Gubernur Gubernur Gubernur Gubernur

 Calon Gubernur, Deputi Gubernur Senior, dan Deputi Gubernur diusulkan dan diangkat oleh
Presiden dengan persetujuan DPR. Calon Deputi Gubernur diusulkan oleh Presiden berdasarkan
rekomendasi Gubernur.
 Dewan Gubernur berwenang untuk menetapkan kebijakan prinsipil dan strategis (tidak
membedakan kebijakan moneter, perbankan, sist.pembayaran).
 Dewan Gubernur secara keseluruhan bertindak sebagai Policy making body, sedang Deputi
Gubernur dan Direktur-Direktur bertindak sebagai executing body.
 Kinerja Dewan Gubernur dan Bank Indonesia dinilai oleh DPR. 19
4. HUBUNGAN DENGAN PEMERINTAH 20

 PEMEGANG KAS PEMERINTAH (dg memberikan bunga atas saldo kas


pemerintah sesuai perundang-undangan)
 UNTUK DAN ATAS NAMA PEMERINTAH DAPAT MENERIMA
PINJAMAN LUAR NEGERI, MENATAUSAHAKAN, SERTA
MENYELESAIKAN TAGIHAN & KEWAJIBAN KEUANGAN PEMERINTAH
THDP LUAR NEGERI.
 MEMBANTU PENERBITAN SURAT HUTANG NEGARA
 TIDAK BOLEH MEMBERI PINJAMAN KEPADA PEMERINTAH
 MEMBERI PENDAPAT DAN PERTIMBANGAN MENGENAI RAPBN
HUBUNGAN INTERNASIONAL

 KERJASAMA DENGAN BANK SENTRAL NEGARA


LAIN, ORGANISASI DAN LEMBAGA
INTERNASIONAL
 DALAM HAL DIPERSYARATKAN BAHWA
ANGGOTA LEMBAGA INTERNASIONAL DAN
ATAU LEMBAGA MULTILATERAL ADALAH
NEGARA, BI DAPAT BERTINDAK UNTUK DAN
ATAS NAMA NEGARA RI SEBAGAI ANGGOTA

21
5. AKUNTABILITAS DAN ANGGARAN

 Menyampaikan informasi kepada masyarakat.


 Evaluasi kebijakan moneter
 Rencana kebijakan moneter
 BPK dapat melakukan pemeriksaan khusus
 Sisa surplus usaha BI diserahkan kepada
pemerintah

22
OTORITAS JASA KEUANGAN
24
Latar Belakang Pembentukan OJK
 Otoritas Jasa Keuangan (OJK) :
Lembaga Negara yang dibentuk berdasarkan Undang-undang Nomor 21 Tahun 2011
yang berfungsi menyelenggarakan sistem pengaturan dan pengawasan yang
terintegrasi terhadap keseluruhan kegiatan di dalam sektor jasa keuangan baik di sektor
perbankan, pasar modal, dan sektor jasa keuangan non-bank seperti Asuransi, Dana
Pensiun, Lembaga Pembiayaan, dan Lembaga Jasa Keuangan lainnya.

 OJK adalah lembaga independen dan bebas dari campur tangan pihak lain yang
mempunyai fungsi, tugas, dan wewenang pengaturan, pengawasan,
pemeriksaan dan penyidikan sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang
Nomor 21 tersebut.
25
Latar Belakang Pembentukan OJK

 Tugas pengawasan industri keuangan non-bank dan pasar modal secara


resmi beralih dari Kementerian Keuangan dan Bapepam-LK ke OJK pada
31 Desember 2012.

 Pengawasan di sektor perbankan beralih ke OJK pada 31 Desember


2013 dan Lembaga Keuangan Mikro pada 2015.
26
Latar Belakang Pembentukan OJK

 OJK dibentuk dengan tujuan agar keseluruhan kegiatan di dalam sektor


jasa keuangan terselenggara secara teratur, adil, transparan, akuntabel
dan mampu mewujudkan sistem keuangan yang tumbuh secara
berkelanjutan dan stabil, serta mampu melindungi kepentingan
konsumen maupun masyarakat.
(Pasal 4 UU Nomor 21 Tahun 2011 tentang OJK )
Latar Belakang Pembentukan OJK
27

 OJK diharapkan :
 Dapat mendukung kepentingan sektor jasa keuangan secara menyeluruh
sehingga meningkatkan daya saing perekonomian.
 Harus mampu menjaga kepentingan nasional meliputi sumber daya
manusia, pengelolaan, pengendalian, dan kepemilikan di sektor jasa
keuangan dengan tetap mempertimbangkan aspek positif globalisasi.
 OJK dibentuk dan dilandasi dengan prinsip-prinsip tata kelola yang
baik, yang meliputi independensi, akuntabilitas, pertanggungjawaban,
transparansi, dan kewajaran (fairness).
Visi dan Misi OJK 28

 Visi OJK : menjadi lembaga pengawas industri jasa keuangan yang


terpercaya, melindungi kepentingan konsumen dan masyarakat dan mampu
mewujudkan industri jasa keuangan menjadi pilar perekonomian nasional
yang berdaya saing global serta dapat memajukan kesejahteraan umum.

 Misi OJK :
1. Mewujudkan terselenggaranya seluruh kegiatan di dalam sektor jasa
keuangan secara teratur, adil, transparan, dan akuntabel;
2. Mewujudkan sistem keuangan yang tumbuh secara berkelanjutan dan stabil
serta;
3. Melindungi kepentingan konsumen dan masyarakat.
29
Fungsi dan Tugas OJK
FUNGSI OJK :
 berfungsi menyelenggarakan sistem pengaturan dan pengawasan yang
terintegrasi terhadap keseluruhan kegiatan di dalam sektor jasa
keuangan.

Tugas Utama dari OJK ( pasal 6 dari UU No 21 Tahun 2011)


 melakukan pengaturan dan pengawasan terhadap:
1. Kegiatan jasa keuangan di sektor Perbankan;
2. Kegiatan jasa keuangan di sektor Pasar Modal;
3. Kegiatan jasa keuangan di sektor Perasuransian, Dana Pensiun, Lembaga
Pembiayaan, dan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya.
30
Wewenang OJK
1. Terkait Tugas Pengaturan dan Pengawasan Lembaga Jasa Keuangan
di sector Perbankan yang meliputi:
a. Kelembagaan Bank :
 Perizinan untuk pendirian bank, pembukaan kantor bank, anggaran dasar,
rencana kerja, kepemilikan, kepengurusan dan sumber daya manusia,
merger, konsolidasi dan akuisisi bank, serta pencabutan izin usaha bank;
 Kegiatan usaha bank, antara lain sumber dana, penyediaan dana,
produk hibridasi, dan aktivitas di bidang jasa;
Wewenang OJK 31
b. Pengaturan dan pengawasan mengenai kesehatan bank yang meliputi:
 likuiditas, rentabilitas, solvabilitas, kualitas aset, rasio kecukupan modal
minimum, batas maksimum pemberian kredit, rasio pinjaman terhadap
simpanan dan pencadangan bank;
 laporan bank yang terkait dengan kesehatan dan kinerja bank;
 sistem informasi debitur;
 pengujian kredit (credit testing); dan
 standar akuntansi bank;
Wewenang OJK 32
c. Pengaturan dan pengawasan mengenai aspek kehati-hatian bank,
meliputi:

 manajemen risiko;
 tata kelola bank;
 prinsip mengenal nasabah dan anti-pencucian uang; dan
 pencegahan pembiayaan terorisme dan
 kejahatan perbankan; serta
 pemeriksaan bank.
Wewenang OJK 33
2. Terkait Pengaturan Lembaga Jasa Keuangan (Bank dan Non-Bank)
meliputi:

a. Menetapkan peraturan dan keputusan OJK;


b. Menetapkan peraturan mengenai pengawasan di sektor jasa keuangan;
c. Menetapkan kebijakan mengenai pelaksanaan tugas OJK;
d. Menetapkan peraturan mengenai tata cara penetapan perintah tertulis
terhadap Lembaga Jasa Keuangan dan pihak tertentu;
Wewenang OJK 34

e. Menetapkan peraturan mengenai tata cara penetapan pengelola statuter


pada lembaga jasa keuangan;
f. Menetapkan struktur organisasi dan infrastruktur, serta mengelola,
memelihara, dan menatausahakan kekayaan dan kewajiban;
g. Menetapkan peraturan mengenai tata cara pengenaan sanksi sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di sektor jasa
keuangan.
Wewenang OJK 35
3. Terkait pengawasan lembaga jasa keuangan (bank dan non-bank)
meliputi:

a. Menetapkan kebijakan operasional pengawasan terhadap kegiatan jasa


keuangan;
b. Mengawasi pelaksanaan tugas pengawasan yang dilaksanakan oleh
Kepala Eksekutif;
c. Melakukan pengawasan, pemeriksaan, penyidikan, perlindungan
konsumen dan tindakan lain terhadap lembaga jasa keuangan, pelaku,
dan atau penunjang kegiatan jasa keuangan sebagaimana dimaksud
dalam peraturan perundang-undangan di sektor jasa keuangan;
Wewenang OJK 36

e. Melakukan penunjukan pengelola statuter;


f. Menetapkan penggunaan pengelola statuter;
g. Menetapkan sanksi administratif terhadap pihak yang melakukan
pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan di sektor jasa
keuangan;
h. Memberikan dan atau mencabut: izin usaha, izin orang perseorangan,
efektifnya pernyataan pendaftaran, surat tanda terdaftar, persetujuan
melakukan kegiatan usaha, pengesahan, persetujuan atau penetapan
pembubaran dan penetapan lain.
Struktur organisasi OJK 37

a. Dewan Komisioner OJK; dan


b. Pelaksana kegiatan operasional.
Struktur organisasi OJK
Struktur Dewan Komisioner terdiri atas:
38
a. Ketua merangkap anggota;
b. Wakil Ketua sebagai Ketua Komite Etik merangkap anggota;
c. Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan merangkap anggota;
d. Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal merangkap anggota;
e. Kepala Eksekutif Pengawas Perasuransian, Dana Pensiun, Lembaga
Pembiayaan, dan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya merangkap anggota;
f. Ketua Dewan Audit merangkap anggota;
g. Anggota yang membidangi Edukasi dan Perlindungan Konsumen;
h. Anggota ex-officio dari Bank Indonesia yang merupakan anggota Dewan
Gubernur Bank Indonesia; dan
i. Anggota ex-officio dari Kementerian Keuangan yang merupakan pejabat
setingkat eselon I Kementerian Keuangan.
Struktur organisasi OJK
Pelaksana kegiatan operasional terdiri atas:
39
a. Ketua Dewan Komisioner memimpin bidang Manajemen Strategis I;
b. Wakil Ketua Dewan Komisioner memimpin bidang Manajemen Strategis II;
c. Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan memimpin bidang Pengawasan Sektor
Perbankan;
d. Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal memimpin bidang Pengawasan Sektor
Pasar Modal;
e. Kepala Eksekutif Pengawas Perasuransian, Dana Pensiun, Lembaga
Pembiayaan, dan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya memimpin bidang
Pengawasan Sektor IKNB; Ketua Dewan Audit memimpin bidang Audit Internal
dan Manajemen Risiko; dan
f. Anggota Dewan Komisioner Bidang Edukasi dan Perlindungan Konsumen
memimpin bidang Edukasi dan Perlindungan Konsumen..
Hubungan Kelembagaan OJK 40

 Hubungan OJK dengan BI


 Hubungan OJK dengan LPS
Hubungan OJK dengan BI 41

 OJK bisa berkoordinasi dengan BI dalam pengaturan dan pengawasan perbankan,


misalnya, :
 dalam hal kewajiban pemenuhan modal minimum bank
 kebijakan penerimaan dana dari luar negeri,
 penerimaan dana valuta asing maupun pinjaman komersial luar negeri.

 Bentuk - bentuk nyata sinergi antara BI dan OJK:

a. OJK berkoordinasi dengan BI dalam membuat peraturan pengawasan di bidang perbankan.


b. BI dan OJK juga harus terintegrasi dalam tukar menukar informasi perbankan.
c. Dalam rangka pemeriksaan bank, BI dan OJK juga terus melakukan hubungan timbal balik
42
Hubungan OJK dengan LPS

 OJK menginformasikan kepada Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) mengenai bank


bermasalah yang sedang dalam upaya penyehatan oleh OJK.
 LPS dapat melakukan pemeriksaan terhadap bank yang terkait dengan fungsi, tugas dan
wewenangnya serta berkoordinasi terlebih dahulu dengan OJK.
43
OJK dan Penyidikan

 OJK Bisa Menyidik


 OJK berwenang melakukan penyelidikan hingga penyidikan terhadap kasus-kasus
lembaga keuangan yang merugikan konsumen. Sesuai peraturan yang ada, penyidik di
Indonesia hanya ada dari dua elemen yaitu Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan
Kepolisian. Saat ini, penyidik Bapepam-LK yang bergabung di OJK masa berlakunya
akan habis pada 31 Desember 2013.

 OJK Bisa Melakukan Penuntutan


 Menurut Pasal 49 dan Pasal 50 UU OJK, penyidik OJK bisa menyampaikan hasil
penyidikannya kepada jaksa untuk dilakukan penuntutan.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai