Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

1.1.1 Landasan Teori Bank Sentral

Bank Sentral atau Bank Pusat di suatu negara, pada umumnya adalah
sebuah instansi yang bertanggung jawab atas kebijakan moneter di wilayah negara
tersebut. Bank Sentral berusaha untuk menjaga stabilitas nilai mata uang,
stabilitas sektor perbankan serta sistem finansial secara keseluruhan. Tujuan
uatama dari Bank Sentral adalah untuk menciptakan tingkat kegiatan ekonomi
yang tinggi dan stabil. Di Indonesia Bank Sentral yang mengatur sekuruh sistem
moneter tersebut bernama Bank Indonesia.

1.1.2 Sejarah Bank BNI

Bank Negara Indonesia atau BNI merupakan sebuah institusi bank milik
pemerintah, dalam hal ini adalah perusahaan BUMN, di Indonesia. Dalam struktur

1
manajemen organisasinya, Bank Negara Indonesia, dipimpin oleh seorang
Direktur Utama yang saat ini dijabat oleh Royke Tumilaar.

PT. Bank Negara Indonesia (Persero), Tbk (selanjutnya disebut sebagai


“BNI” atau “Bank”) pada awalnya didirikan di Indonesia sebagai Bank Sentral
dengan nama “Bank Negara Indonesia” berdasarkan Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-Undang No. 02 tahun 1946 tanggal 5 Juli 1946. Selanjutya,
berdasarkan Undang-Undang No. 17 tahun 1968, BNI ditetapkan menjadi “Bank
Negara Indonesia 1946” dan statusnya menjadi Bank Umum Milik Negara.
Selanjutnya, Peran BNI sebagai Bank yang diberi mandat dalam memperbaiki
ekonomi rakyat dan berpartisipasi dalam pembangunan nasional dikukuhkan oleh
UU No. 17 tahun 1968 tentang Bank Negara Indonesia 1946.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah No.19 tahun 1992 pada tanggal 29


April 1992 telah dilakukannya penyesuaian bentuk hukum BNI menjadi
Perusahaan Perseroan Terbatas (Persero). Penyesuaian bentuk hukum menjadi
Persero, dinyatakan dalam Akta No. 131 pada tanggal 31 Juli 1992 dibuat di
hadapan Muhani Salim, S.H., yang telah diumumkan dalam Berita Negara
Republik Indonesia No 73 pada tanggal 11 Septeber 1992 Tambahan No. 1A.

BNI merupakan Bank BUMN (Badan Usaha Milik Negara) pertama yang
menjadi perusahaan publik setelah mecatatkan sahamnya di Bursa Efek Surabaya
pada tahun 1996. Untuk memperkuat struktur keuangan dan daya saingnya di
tengah industri perbankan nasional, BNI melakukan sejumlah aksi korporasi
antara lain adalah proses rekapitalisasi oleh Pemerintah pada tahun 1999, divestasi
saham Pemerintah pada tahun 2007 dan serta penawaran umums aham terbatas
pada tahun 2010.

Untuk memenuhi ketentuan Undang-Undang No. 40 tahun 2007 pada


tanggal 16 Agustus 2007 tentang Perseroan Terbatas, Anggaran Dasar BNI telah
dilakukan penyesuaian. Penyesuaian tersebut dinyatakan dalam Akta No. 46
tanggal 13 Juni 2008 yang dibuat di hadapan Fathiah Helmi S.H., notaris di
Jakarta, berdasarkan keputusan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa
tanggal 28 Mei 2008 dan telah mendapat persetujuan dari Menteri Hukum dan
Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dengan Surat Keputusan No. AHU-

2
AH.01.01-50609 tanggal 12 Agustus 2008 dan telah diumumkan dalam Berita
Negara Republik Indonesia No. 103 tanggal 23 Desember 2008 Tambahan No.
29015.

Perubahan terakhir Anggaran Dsar BNI dilakukan antara lain tentang


penyusunan kembali seluruh Anggaran Dasar sesuai dengan Akta No. 35 tanggal
17 Maret 2015 Notaris Fathiah Helmi S.H., telah mendapatkan persetujuan dari
Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dengan Surat
Keputusan No. AHU-AH.01.03-0776526 tanggal 14 April 2015.

Saat ini, 60% saham-saham BNI dimiliki oleh Pemerintah Republik


Indonesia sedangkan 40% sisanya dimiliki oleh masyarakat baik individu maupun
institusi, domestik serta asing. BNI kini tercatat sebagai Bank Nasional terbesar
ke-4 di Indonesia dilihat dari total aset, total kredit maupun total dana pihak
ketiga. Dalam memberikan layanan finansial secara terpadu BNI didukung oleh
sejumlah perusahaan anak, yakni Bank BNI Syariah, BNI Multifinance, BNI
Sekuritas, BNI Life Insurance, BNI Ventures, BNI Remittance dan Bank Mayora.

BNI menawarkan layanan penyimpanan dana maupun fasilitas pinjaman


baik pada segmen korporasi, menengah, maupun kecil. Beberapa produk dan
layanan terbaik telah disesuaikan dengan kebutuhan nasabah sejak kecil, remaja,
dewasa hingga pensiun.

1.1.3 Visi Misi Bank BNI

Visi dari Bank BNI adalah menjadi Lembaga Keuangan yang terunggul
dalam layanan dan kinerja secara berkelanjutan. Sedangkan misi dari Bank BNI
antara lain :

1. Memberikan layanan prima dan solusi digital kepada seluruh Nasabah


selaku Mitra Bisnis pilihan utama.
2. Memperkuat layanan internasional untuk mendukung kebutuhan Mitra
Bisnis Global.
3. Meningkatkan nilai investasi yang unggul bagi para investor.
4. Menciptakan kondisi terbbaik bagi karyawan sebagai tempat kebanggaan
untuk berkarya dan berprestasi.

3
5. Meningkatkan kepedulian dan tanggung jawab kepada lingkungan dan
masyarakat.
6. Menjadi acuan pelaksanaan kepatuhan dan tata kelola perusahaan yang
baik bagi industri.

1.1.4 Struktur Organisasi Bank BNI

1.1.5 Struktur Bank BNI Group dan Perusahaan Anak

4
BAB II

BAHAN DAN HASIL LAPORAN

2.1 Informasi Reksadana Bank BNI

2.1.1 Informasi Daftar Kinerja Produk Reksadana Pada Bank BNI

Informasi daftar kinerja dari produk Reksadana pada Bank BNI yang saya
dapatkan adalah :

1. Kelompok Reksadana Syariah Bank BNI

Ini adalah tabel kinerja dari produk reksadana pada Bank BNI

5
6
2. Kelompok Reksadana Umum Bank BNI

7
Ini adalah tabel kinerja Reksadana Umum Bank BNI

A. Jenis Pasar Uang

8
9
10
B. Jenis Pendapatan Tetap

11
12
13
14
C. Jenis Campuran

15
16
D. Jenis Saham

17
2.1.2 Informasi Lainnya Pada Reksadana Bank BNI

1. Caustiously Optimistic

Berita mengenai ketidakpastian ekonomi di tahun 2023 memberikan


ketakutan pada pasar saat ini. Tidak sedikit pemberitaan, tokoh publik,
dan influencer keuangan menggambarkan kondisi ekonomi dan pasar keuangan di
tahun 2023 akan menghadapi kondisi sulit, dengan beberapa isu yang sering
diangkat antara lain inflasi, resesi global, tingkat suku bunga tinggi, isu
geopolitical Rusia-Ukraina. Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo pun
menyampaikan hal serupa dalam pidatonya saat konferensi pers hasil Rapat
Dewan Gubernur BI bulan Oktober lalu.

18
Sentimen global memang masih menjadi ancaman bagi pasar keuangan di
banyak negara saat ini. Bermula saat penanganan pandemi Covid-19 di mana
pemerintah dunia menggelontorkan dana yang begitu besar untuk menanggulangi
dampak pandemi, ditambah dengan adanya isu geopolitical antara Rusia dan
Ukraina yang menghambat distribusi komoditas energi dan pangan, mendorong
peningkatan harga atau inflasi yang terjadi di dunia. Menanggulangi hal tersebut,
Bank Sentral di banyak negara saat ini berupaya meredam inflasi dengan
meningkatkan suku bunga, salah satunya Bank sentral Amerika Serikat The
Federal Reserve (The FED) yang sudah menaikan suku bunga hingga level 3,25%
dan diprediksi bisa mencapai 4,5% di tahun ini. Hal ini diprediksi akan memicu
potensi terjadinya resesi di negara tersebut dan menjadikan isu ini menjadi
sentimen negatif bagi pasar keuangan dunia, khususnya pasar saham.

Walaupun resesi global yang dikhawatirkan pasar diprediksi terjadi pada


tahun 2023, namun pasar telah lebih dulu melakukan penyesuaian sebagai
langkah forward looking untuk mengantisipasi kemungkinan yang terjadi di kurun
waktu kedepan. Benar saja, beberapa indeks utama negara-negara di dunia seperti
indeks S&P 500 Amerika Serikat mengalami pelemahan hingga 18,36%, indeks
Hang Seng Hongkong melemah 36,78%, indeks Strait Times Singapura melemah
2,28% dan beberapa indeks saham negara besar lainnya juga mengalami
pelemahan secara year to date (ytd) per 28 Oktober 2022. Lalu bagaimana dengan
pasar saham Indonesia?

Hebatnya di dalam negeri Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih


menorehkan performa positif 7,13% (ytd 28 Oktober 2022). Di tengah tekanan
sentimen negatif global, IHSG masih sanggup menahan tekanan tersebut dan
bahkan IHSG mencatatkan nilai all time high pada bulan September 2022. Hal ini
didorong oleh optimisme investor dalam negeri dan luar negeri terhadap
fundamental ekonomi Indonesia yang dinilai cukup baik, tercermin dari Inflasi
Inti yang masih berada pada level 3-4%, Neraca Dagang yang surplus US$ 39,87
miliar senilai pada periode Jan–Sept 2022, dan cadangan devisa terjaga sebanyak
US$ 130 miliar per akhir September 2022 yang setara dengan pembiayaan 5,9

19
bulan impor atau 5,7 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah,
serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.
Selain catatan ekonomi terkini yang dinilai baik, proyeksi pertumbuhan
ekonomi dalam Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia juga diproyeksikan
meningkat cukup baik. Menteri keuangan Indonesia, Sri Mulyani mengatakan
PDB Indonesia di kuartal III meningkat 5.5%. Selain itu, Dana Moneter
International (IMF) memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia masih berada
pada level 5,2% di tahun 2022 dan 5% pada tahun 2023. Badan Pusat Statistik
(BPS) sendiri merilis data PDB Indonesia Kuartal III 2022 sebesar 5,72% yoy
yang lebih tinggi dari prediksi pasar. Kondisi ini jelas memberikan angin segar
bagi pasar keuangan dalam negeri. Tak heran jika sejak awal tahun Investor Asing
telah masuk ke pasar saham Indonesia sebanyak Rp 74.73 triliun menurut laporan
Bank Indonsia dan dapat mendorong apresiasi IHSG sebesar 7,13% secara year to
date tersebut.

Sepertinya sekarang adalah saat yang tepat untuk


menjalankan quote terkenal dari Warren Buffet, “Be Gready When Market
Fearful”. Meski prinsip kehati-hatian tetap harus dijalankan. Maksimalkan
optimisme terhadap fundamental ekonomi Indonesia melalui investasi pada pasar
saham dalam negeri dengan tetap melakukan mitigasi risiko melalui diversifikasi
portofolio. Sebar portofolio dalam beberapa kelas aset. Selain itu, sesuaikan
portofolio dengan profil risiko serta kebutuhan penggunaan dana di masa depan.
Selain itu, kita juga dapat mengandalkan produk investasi yang dikelola oleh
orang-orang yang memiliki waktu, pengalaman dan sertifikasi di pasar keuangan
seperti reksa dana, sehingga kita dapat lebih termitigasi dari risiko-risiko yang
mungkin dihadapi.

20
2. Simple and Smart Investing With BNIAM IDX30

Bursa Efek Indonesia memiliki Indeks Harga Saham Gabungan atau yang
biasa kita kenal dengan singkatan IHSG untuk mengukur kinerja harga semua
saham yang tercatat di Papan Utama dan Papan Pengembangan Bursa Efek
Indonesia. IHSG diperkenalkan kepada publik dan diluncurkan pada 4 April 1983.
Seiring dengan semakin berkembangnya pasar modal Indonesia, pada 1 Febuari
1997 Bursa Efek Indonesia meluncurkan Indeks LQ45 yang mengukur kinerja
harga dari 45 saham yang memiliki likuiditas tinggi dan kapitalisasi pasar besar
serta didukung oleh fundamental Perusahaan yang baik.

Seiring waktu berjalan, partisipasi investor di pasar modal Indonesia


semakin meningkat dan Bursa Efek Indonesia meluncurkan Indeks IDX30 pada
23 April 2012 untuk membantu dan memudahkan investor dalam berinvestasi
saham karena Indeks IDX30 merupakan Indeks yang mengukur kinerja harga dari
30 saham yang memiliki likuiditas tinggi dan kapitalisasi pasar besar serta

21
didukung oleh fundamental Perusahaan yang baik, atau dalam bahasa
sederhananya 30 saham terbaik dari anggota Indeks LQ45.

Sejalan dengan Bursa Efek Indonesia untuk membantu dan memudahkan


investor untuk berinvestasi, BNI Asset Management bekerjasama dengan Bursa
Efek Indonesia meluncurkan Reksa Dana Indeks BNI-AM Indeks IDX30 (BNI30)
pada 28 Desember 2017. BNI30 dapat menjawab kebingungan investor dalam
memilih Reksa Dana Saham dan menjadi solusi tepat bagi investor karena 30
saham yang menjadi anggotanya merupakan saham-saham dengan likuiditas
perdagangan tinggi, nilai kapitalisasi pasar yang besar, serta memiliki kinerja
fundamental Perusahaan yang baik.

3. Optimize your Investment with Trim Dana Tetap 2

Sejak 2020 investor pasar modal tumbuh sangat pesat di Indonesia. Hal ini
disebabkan informasi mengenai investasi di pasar modal seperti saham, obligasi
dan reksa dana sangat mudah diakses dan tersedia dalam jumlah yang banyak
sejak mulai pandemic Covid-19. Awalnya investasi yang tumbuh pesat adalah
saham, namun seiring berjalannya waktu beberapa investor mulai menyesuaikan
profil risiko mereka dan beralih ke investasi pendapatan tetap seperti obligasi
pemerintah, obligasi ritel, obligasi korporasi dan lain-lain. Naiknya minat investor
terhadap asset pendapatan tetap terjadi seiring penurunan rate deposito yang
menjadi instrument investasi kebanyakan masyarakat Indonesia, investor mulai
mencari alternative produk investasi yang memberikan pendapatan tetap dan tidak
menggerus nilai pokok investasi. Obligasi ritel menjadi salah satu pilihan investor,
dimana instrument ini diterbitkan oleh negara, menawarkan imbal hasil yang
menarik di atas deposito dan nilai pokok investasi terjaga apabila disimpan sampai
jatuh tempo. Namun obligasi ritel memiliki keterbatasan, seperti kuota terbatas,
tanggal penawaran terbatas, dan kemungkinan adanya kerugian apabila dijual
sebelum jatuh tempo.

Pilihan investor selanjutnya dapat jatuh ke reksa dana, khususnya reksa


dana pendapatan tetap. Reksa dana pendapatan tetap berinvestasi pada asset-aset
pendapatan tetap seperti obligasi pemerintah, obligasi korporasi, dan deposito
berjangka. Pergerakan Nilai Aktiva Bersih (NAB) reksa dana pendapatan tetap

22
juga tidak seperti reksa dana saham karena isi dari produk ini memiliki kriteria
pergerakan harga yang cenderung stabil.

Trimegah Asset Management sejak 2008 telah meluncurkan reksa dana


pendapatan tetap yang memiliki strategi fleksibel dalam investasi pada asset
pendapatan tetap baik obligasi pemerintah dan obligasi korporasi.

Dengan adanya fleksibiltas ini, reksa dana Trim Dana Tetap 2 dapat
beradaptasi terhadap kondisi pasar dimana saat obligasi pemerintah sedang
berkinerja baik – Trim Dana Tetap 2 dapat meningkatkan proporsi obligasi
pemerintah. Saat obligasi pemerintah sedang berkinerja kurang baik, reksa dana
ini mengurangi proporsi obligasi pemerintah dan meningkatkan proporsi obligasi
korporasi.

Dengan strategi tersebut reksa dana ini terbukti memberikan kinerja yang
baik di atas benchmark dan competitor. Reksa Dana ini sangat cocok untuk tipe
investor yang memiliki profil risiko moderat yang ingin peningkatan nilai asset
dalam jangka menengah tanpa terekspose volatilitas market yang cukup besar.
Reksa dana ini dapat dibeli kapan saja dan dengan jumlah nominal mulai dari IDR
100,000.

23
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari laporan observasi ini saya dapat sampaikan bahwa Bank BNI Bank
Negara Indonesia atau BNI merupakan sebuah institusi bank milik pemerintah,
dalam hal ini adalah perusahaan BUMN, di Indonesia. Dalam struktur manajemen
organisasinya, Bank Negara Indonesia, dipimpin oleh seorang Direktur Utama
yang saat ini dijabat oleh Royke Tumilaar.

Dan juga dari adanya pembuatan laporan observasi ini saya sebagai
mahasiswa menjadi tahu bahwa informasi produk reksadana apa saja yang dijual
pada Bank BNI, baik itu dari segi kinerja dari produk reksadana Bank BNI
maupun pada Informasi lainnya.

24
LAMPIRAN

4.1 Dokumentasi

4.1.1 Dokumentasi Bank BNI Cabang Ngurah Rai Singaraja Kota

25
4.1.2 Dokumentasi Surat Izin Kunjungan Dari Kampus

26

Anda mungkin juga menyukai