Bank Indonesia (BI) adalah bank sentral Republik Indonesia. Yang memiliki satu tujuan tunggal yaitu
mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah.
Tujuan dan Tugas Bank Indonesia
Sebagai bank sentral, BI memiliki satu tujuan tunggal, yaitu mencapai dan memelihara kestabilan nilai
rupiah. Kestabilan ini bisa mengandung 2 aspek, yakni:
1. Kestabilan nilai mata uang pada barang dan jasa.
2. Kestabilan nilai mata uang pada mata uang negara lain.
Aspek pertama dapat diukur lewat perkembangan laju inflasi, sedangkan aspek kedua tercermin dari
nilai tukar rupiah terhadap mata uang negara lain. Keberadaan tujuan tunggal ini diharapkan dapat
memperjelas sasaran apa yang harus dicapai BI dan batas-batas tanggung jawabnya.
Dalam upaya mencapai tujuan tunggalnya, BI didukung oleh 3 pilar yang merupakan 3 bidang tugasnya,
yakni:
1. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter.
- menjual dan membeli surat berharga pemerintah
- menentukan tingkat diskonto
- mengatur cadangan wajib minimum
-mengatur kredit
2. Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran.
Membuat aturan, standar, dan prosedur dalam peredaran uang
3. Menjaga stabilitas sistem keuangan.
- Mengawasi kegiatan lembaga keuangan
- Mengakses informasi mengenai stabilitas keuangan
- Sebagai lender of the last resort/ sumber pinjaman terakhir
1. Kebijakan Moneter
Kebijakan moneter Bank Indonesia pada 2023 akan difokuskan pada stabilisasi nilai tukar Rupiah dan
pengendalian inflasi agar kembali ke sasaran lebih awal sebagai bagian dari langkah mitigasi terhadap
dampak rambatan gejolak global, serta dukungan terhadap stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan.
Bank Indonesia akan secara konsisten melanjutkan respons kebijakan suku bunga melalui kalibrasi secara
terukur (well-callibrated), perencanaan yang matang (well-planned), dan dikomunikasikan secara
transparan (well-communicated) untuk memastikan tercapainya sasaran inflasi inti lebih awal yaitu pada
semester I 2023.
Besaran dan waktu respons kebijakan suku bunga tersebut didasarkan pada perkembangan ekspektasi
inflasi dan inflasi inti, dibandingkan dengan perkiraan awal dan sasaran yang akan dicapai (data dependent).
2. Kebijakan Makroprudensial
Kebijakan makroprudensial longgar akan tetap dilanjutkan untuk mendorong kredit dan pembiayaan
perbankan pada sektor-sektor prioritas dan UMKM guna mempercepat pemulihan ekonomi nasional,
sekaligus menjaga stabilitas sistem keuangan dan mengembangkan inklusi ekonomi dan keuangan hijau.
Digitalisasi sistem pembayaran berdasarkan Blueprint Sistem Pembayaran Indonesia (BSPI) 2025 yang satu
bahasa, satu bangsa dan satu nusa, terus didorong untuk mengakselerasi integrasi ekonomi dan keuangan
digital, kerja sama sistem pembayaran antarnegara, serta tahapan pengembangan Digital Rupiah
sebagaimana “white paper" yang juga diluncurkan pada penyelenggaraan PTBI 2022.
Akselerasi pendalaman pasar uang dan pasar valas sesuai Blueprint Pengembangan Pasar Uang (BPPU) 2025
juga ditempuh untuk memperkuat efektivitas operasi dan transmisi kebijakan, pembangunan pasar uang
yang modern dan berstandar internasional, serta pengembangan instrumen pembiayaan termasuk
pengembangan keuangan berkelanjutan.