A. Pendahuluan
Dalam masa modern, khususnya pasca kolonialisme, sistem administrasi
negara dan keorganisasian negara mengalami perubahan yang cukup signifikan.
Perubahan itu, tentu saja yang paling besar merupakan pengaruh dari
perkembangan sistem organisasi kenegaraan di seluruh dunia, yang pengaruh itu
kemudian mengimbas pada hampir di semua negara muslim. 1 Pada tanggal 25 Mei
1981 di bentuk sebuah blok dagang yang terdiri dari 6 Negara Arab di Teluk
Persia termasuk Kuwait di dalamnya dengan tujuan ekonomi dan sosial.
Selanjutnya blok dagang ini di sebut sebagai negara GCC (Gulf Cooperation
Council). Dengan adanya kelompok negara GCC maka kawasan Timur Tengah
secara ekonomi dibagi dalam 2 kelompok (1) GCC (Gulf Cooperation Council),
dan (2) MENA (Middle East-North Africa).2 Industri perbankan syariah atau
sering disebut Islamic banking sudah ada dan telah berkembang dengan pesat dan
cepat dalam beberapa dekade akhir-akhir ini seiring dengan pertumbuhan di dalam
perekonomian global. Pertumbuhan yang begitu signifikan kemungkinan
dipengaruhi oleh banyak faktor, yakni: ekonomi, politik, sosial, budaya, geografis,
dan pertahanan keamanan3
Hal ini dapat dilihat pada sektor jasa lembaga keuangan Islam Kuwait
yang mana sudah stabil, dengan sejarah panjang dalam perbankan Islam dan
takaful atau asuransi Islam. Segmen ini telah berkembang dalam beberapa tahun
terakhir, membangun reputasi negara ini sebagai pusat baru untuk produk
perbankan, asuransi, dan investasi yang sesuai dengan syariah. Pemerintah telah
memberlakukan serangkaian undang-undang dan peraturan yang bertujuan untuk
lebih mengembangkan keuangan Islam, dan masih ada permintaan yang kuat
untuk produk tersebut. Hal ini tercermin dalam peningkatan pangsa dunia negara
atas aset syariah, dengan Kuwait menyumbang 6,3% dari produk tersebut pada
kuartal kedua 2018, naik dari 6% selama periode yang sama tahun 2017. 4
1
Agus Triyanta, HUKUM EKONOMI ISLAM Dari Politik Hukum Ekonomi Islam Sampai
Pranata Ekonomi Syariah (Yogyakarta: FH UII Press, 2012), hlm. 67.
2
Patria Yunita, “Tinjauan dan Analisis Sektor Perbankan di Enam Negara GCC,” Jurnal
Middle East and Islamic Studies, Vol. 5, no. 2 (2018),
http://meis.ui.ac.id/index.php/meis/article/download/86/66.
3
Rilanda Adzhani dan Rini, “KOMPARASI KINERJA PERBANKAN SYARIAH DI ASIA
DENGAN PENDEKATAN MAQASID SYARIAH,” Jurnal Akuntansi dan Keuangan Islam, Vol. 5,
no. 1 (2017), https://media.neliti.com/media/publications/266290-komparasi-kinerja-perbankan-
syariah-di-a-b6b551eb.pdf.
4
Oxford Business Group, “Islamic Financial Services,” Oxford Business Group, 2019,
https://oxfordbusinessgroup.com/kuwait-2019/islamic-financial-services.
3
Tantangan untuk memperluas prinsip Islam yang tertuang dalam ekonomi terus
dihadapi oleh tokoh-tokoh Islam yang ingin menerapkannya di dunia perbankan.
Namun, perkembangannya semakin signifikan, karena ternyata perbankan syariah
tidak hanya sekadar alternatif, namun sebuah solusi untuk menghadapi krisis
keuangan dunia.5 Oleh karena itu dalam makalah ini penulis akan membahas
mengenai Perkembangan Lembaga Keuangan Syariah di Kuwait, Legal Formal,
Manajemen, dan Produk Lembaga Keuangan Syariah di Kuwait.
B. Perkembangan Lembaga Keuangan Syariah di Kuwait
Perbankan dan Lembaga Keuangan Islam di Kuwait sekarang secara
sistemik penting di pasar keuangan dalam negeri, serta dalam rancangan keuangan
Islam global. Kuwait mengoperasikan dual sistem di mana lembaga keuangan
Islam dan bank konvensional hidup berdampingan. Selama bertahun-tahun,
Perbankan Islam telah menjadi komponen utama perbankan nasional Kuwait dan
sistem keuangan secara keseluruhan. Tidak seperti yurisdiksi lain, Kuwait adalah
rumah bagi bank-bank Islam yang memiliki operasi lintas batas dan/atau struktur
konglomerat yang mencakup keuangan dan perusahaan non-keuangan sebagai
anak perusahaan atau asosiasi. Misalnya, bank Islam terbesar di negara tersebut,
Kuwait Finance House (KFH), memiliki 16 anak perusahaan yang tersebar di
seluruh perbankan, perusahaan investasi, pengembangan real estate,
pengembangan infrastruktur dan industri, komputer, penyewaan pesawat dan
konsultasi manajemen. Ini juga memiliki lintas batas yang substansial dalam
mekanisme perbankan di Turki, Malaysia, dan Bahrain.6
Saat ini ada 6 bank syariah – 5 bank Kuwait dan satu bank asing, dengan
gabungan pangsa pasar 44% dari industri perbankan domestik, hanya berada di
urutan kedua setelah Arab Saudi, yang memiliki pasar perbankan syariah terbesar
di GCC. Bank komersil Kuwait – sebuah bank konvensional, mengumumkan pada
tahun 2014 bahwa mereka berencana untuk mengubahnya menjadi bank penuh
bank Islam. Tapi ini belum terwujud. Keputusan bank tersebut mengikuti jejak
Bou byan Bank, Ahli United Bank Kuwait (AUB) dan Kuwait International Bank
5
Rachmatullah Oky Raharjo dan Mohammad Ghozali, “PERKEMBANGAN DAN
TANTANGAN BANK SYARIAH DI TIMUR TENGAH,” An-Nisbah: Jurnal Ekonomi Syariah, Vol.
5, no. 1 (2018), https://doi.org/https://doi.org/10.21274/an.2018.5.1.216-235, hlm. 218.
6
Global Islamic Finance Report, “KUWAIT: A KEY PLAYER WITHIN THE GLOBAL
ISLAMIC FINANCE INDUSTRY,” 2017, https://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=&ved=2ahUKEwia_-
OA6IrzAhXXgtgFHbVBBnYQFnoECAYQAQ&url=http%3A%2F%2Fwww.gifr.net
%2Fgifr2017%2Fch_07.pdf&usg=AOvVaw2gtskWGlVhRQeH-SuIa6hN, hlm. 132.
4
8
Global Islamic Finance Report, hlm. 135-136.
9
Yunita, “Tinjauan dan Analisis Sektor Perbankan di Enam Negara GCC.”, hlm 233-234.
6
karenanya, KFH tidak berada di bawah lingkup peraturan Bank Sentral Kuwait
(CBK).10
Undang-undang Bank Sentral No. 32 Tahun 1968 kemudian diubah pada
tahun 2003 menempatkan KFH di bawah CBK. Selain itu, undang-undang
tersebut memasukkan bagian baru khusus untuk bank syariah, yang mengatur
tentang Kerangka peraturan dan pengawasan perbankan Islam dan menetapkan
persyaratan untuk Syariah pada kerangka pemerintahan. Meskipun peraturan
perbankan Islam Kuwait hanya merupakan bagian dari kerangka peraturan untuk
bank konvensional dan lembaga keuangan, ia memiliki detail yang sebanding
tentang masalah keuangan Islam. Tidak ada dewan syariah pusat yang dibentuk
oleh regulator keuangan, tetapi undang-undang mengatur untuk merujuk
perselisihan ke Dewan Fatwa Kementerian Wakaf dan Urusan Islam, yang
keputusannya mengikat para pihak yang bersengketa. Perusahaan takaful
(termasuk perusahaan asuransi konvensional) diatur oleh Departemen
Perdagangan dan Perindustrian sesuai dengan UU No 24 Tahun 1961 (asuransi
Kuwait hukum). Hukum memberikan sedikit pengakuan atau ketentuan untuk
takaful sebagai jenis khusus dari Pertanggungan. Sejumlah perubahan telah
dilakukan sejak 2011 pada undang-undang asuransi yang ada, yang juga
mencakup rencana untuk membuat regulator independen untuk industri serta
rencana untuk memasukkan bagian tertentu dalam undang-undang untuk
memenuhi takaful. Terlepas dari apa yang mungkin tampak seperti perkembangan
positif di sektor asuransi, Kementerian Perdagangan dan Industri Kuwait baru-
baru ini menolak proposal untuk membentuk badan terpisah untuk mengawasi
industri ini.11
Kurangnya kerangka hukum khusus untuk sukuk telah menjadi faktorkunci
dalam keterbatasan penerbitan sukuk di Kuwait. Ditambah dengan dua masalah
pada perusahaan suku di Kuwait selama krisis keuangan global 2009-2010,
banyak investor yang mewaspadai penerbitan baru tanpa dasar hukum penerbitan
sukuk di dalam negeri. Menyadari hal tersebut, Otoritas Pasar Modal (CMA)
Kuwait mengeluarkan peraturan baru tentang sukuk pada November 2015, yang
banyak pengamat diyakini akan menjadi langkah signifikan dalam menghidupkan
kembali pasar dan pembukaan sukuk Kuwait pintu untuk penerbitan oleh
10
Global Islamic Finance Report, “KUWAIT: A KEY PLAYER WITHIN THE GLOBAL
ISLAMIC FINANCE INDUSTRY.”, hlm. 133.
11
Global Islamic Finance Report, hlm. 133-134.
7
12
Global Islamic Finance Report, hlm. 134.
13
Global Islamic Finance Report, hlm. 134.
8
keuangan syariah tidak hanya harus tunduk pada ketentuan UU CBK tetapi juga
harus tunduk pada prinsip-prinsip syariah. Ini merupakan ketentuan hukum yang
kuat yang menempatkan syariat sebagai hukum tertinggi dalam hubungannya
dengan Islam perbankan dan keuangan di Kuwait. Berkenaan dengan struktur
pelaporan, dewan syariah memiliki kewajiban untuk menyampaikan laporan
syariah kepada Majelis Umum bank karena mereka juga ditunjuk oleh RUPS. UU
CBK menetapkan isi laporan syariah untuk memuat opini syariah pada operasi
bank Islam dalam hal kepatuhan Syariah termasuk komentar dan pandangan atas
masalah syariah. Laporan Syariah ini harus dimasukkan dalam laporan tahunan
mereka.14
Pada bulan Desember 2016, CBK mengeluarkan instruksi tentang “Tata
Kelola Pengawasan Syariah untuk Kuwait Islamic Banks, yang menggantikan
instruksi CBK mengenai “Aturan dan Ketentuan atas Pengangkatan dan Tanggung
Jawab Dewan Pengawas Syariah di Bank Umum Syariah” dikeluarkan pada tahun
2003 dan melengkapi instruksi yang terkait dengan (Aturan & Standar
Perusahaan) "Governance in Kuwait Banks” yang dikeluarkan pada tahun 2012.
Instruksi baru akan berlaku pada 1 Januari 2018; dan bank syariah di tanah air
diberikan waktu hingga 31 Desember 2017 untuk memenuhi persyaratan sesuai
petunjuk. Persyaratan tersebut meliputi prinsip prinsip tata kelola pengawasan
syariah termasuk pengawasan, akuntabilitas dan tanggung jawab, peran dewan
direksi, manajemen eksekutif dan dewan pengawas syariah, persyaratan
independensi, Persyaratan “Fit and Proper” untuk anggota dewan, dan audit
syariah internal dan eksternal, termasuk ruang lingkup dan tujuan audit, dan
kualifikasi yang disyaratkan syariah auditor. Bank syariah juga akan diminta
untuk memberikan CBK laporan triwulanan termasuk kebijakan, prosedur dan
tindakan yang diambil untuk mematuhi instruksi.15
E. Produk Lembaga Keuangan Syariah di Kuwait
Terdapat 3 produk lembaga keuangan syariah yang utama di Kuwait,
yaitu:
1. Industri Asuransi/Takaful
Di negara-negara GCC, Kuwait memiliki tingkat penetrasi takaful
terendah kurang dari satu persen. Ada 12 perusahaan takaful dan re-takaful di
14
Global Islamic Finance Report, hlm. 134.
15
Global Islamic Finance Report, hlm. 135.
9
16
Global Islamic Finance Report, HLM. 137.
17
Global Islamic Finance Report, HLM. 137.
10
Persyaratan ini hanya dipenuhi oleh dua perusahaan takaful – First Takaful
Insurance dan Wetaq Takaful. Namun, jika perusahaan takaful dapat menawar
untuk bisnis seperti itu, mereka terkendela oleh kurangnya dukungan dari
industri re-takaful besar untuk menyebarkan informasi mengenai risiko yang
ada.18
2. Investasi Dana Islam
Saat ini terdapat 43 perusahaan investasi syariah dengan aset kelolaan
(AuM) sebesar KWD 4,3 miliar per Januari 2017. Banyak perusahaan
investasi syariah adalah anak perusahaan dari grup besar dan bank di Kuwait.
Jumlah perusahaan yang terdaftar melampaui perusahaan investasi
konvensional tetapi volume AuM lebih sedikit dibandingkan dengan
perusahaan konvensional kecuali untuk tahun 2016 dimana total aset dimiliki
oleh syariah perusahaan investasi adalah KWD 4,4 miliar dibandingkan
dengan KWD 3,7 miliar yang dipegang oleh konvensional perusahaan
(Gambar 6). AuM perusahaan investasi Islam mendaftarkan CAGR sebesar
3,6% dari tahun 2012 hingga 2016.19
Sejak 13 September 2011, tanggung jawab pengawasan dan
pengawasan dana investasi dialihkan dari CBK ke CMA sesuai dengan UU No
7 Tahun 2010 tentang pembentukan CMA dan Pengaturan Kegiatan Efek.
Dengan ini pindah, peran CBK terutama terbatas pada pengawasan kegiatan
keuangan yang mereka lakukan saja, sedangkan CMA mengatur segala aspek
dan hal-hal yang berkaitan dengan dana investasi, baik dana yang didirikan
secara lokal atau asing untuk memasukkan pemasaran dana dan penawaran
dan penjualan unit. Undang-Undang Pasar Modal (CML) tidak menentukan
aturan khusus untuk dana Islam tetapi referensi dibuat dalam anggaran rumah
tangga. Padahal tata cara pembentukan dana syariah sama dengan dana
investasi konvensional, dana syariah tunduk pada lapisan lain persetujuan
internal oleh CMA sebagai aplikasi dana Islam disebut "Dewan Penasihat
untuk Pengawasan Syariah". Dewan didirikan oleh CMA untuk menjadi
referensi dalam semua hal-hal yang terkait dengan keputusan Otoritas dalam
kegiatan yang sesuai dengan syariah20
18
Global Islamic Finance Report, hlm 137.
19
Global Islamic Finance Report, hlm. 139.
20
Global Islamic Finance Report, hlm. 139.
11
3. Pasar Sukuk
Pasar sukuk di Kuwait masih terhambat oleh kurangnya kerangka
hukum yang spesifik, kurangnya keahlian dalam penataan sukuk, dan tidak
adanya sukuk pemerintah. Perusahaan Penerbitan sukuk juga terbatas karena
ketergantungan sektor yang besar pada pinjaman bank, yang mana terbantu
oleh likuiditas yang kuat; yang mengakibatkan hampir tidak adanya sukuk
pada perusahaab yang berdiri pada tahun 2014 dan 2015. Faktanya, Kuwait
adalah satu-satunya domisili GCC yang tidak ada apapun mengenai penerbitan
sukuk pada tahun 2015. Implementasi peraturan sukuk baru yang berlaku
efektif pada bulan November 2015, telah memberikan hasil yang nyata. Pada
tahun 2016, dua sukuk senilai US$ 450 juta telah diterbitkan di Kuwait oleh
bank komersial Islam seperti Ahli United Bank dan Boubyan Bank. Ini adalah
sukuk publik pertama yang diterbitkan oleh perusahaan lokal sejak 2007. Pada
Februari 2017, nilai US$ 500 juta sukuk dengan tenor 7 tahun diterbitkan oleh
Equate 2024.
Sebelum krisis keuangan global, penerbitan sukuk meningkat secara
substansial hingga mencapai rekor tertinggi senilai US$ 945 juta dari total
sukuk yang diterbitkan di Kuwait pada tahun 2007. Namun, krisis global
berdampak parah pada pasar keuangan negara, yang mengakibatkan beberapa
lembaga gagal memenuhi kewajiban sukuk mereka yang sedang berjalan. Ini
kemudian menghasilkan virtual penangguhan penerbitan sukuk baru pada
tahun 2009 dan 2010. Meskipun demikian, penerbitan sukuk meningkat lagi
pada tahun 2011, Arab Spring telah banyak mempengaruhi kepercayaan
investor, yang tercermin dalam tahun-tahun berikutnya karena pasar sukuk
mengalami penurunan dalam penerbitan baru.21
F. Kesimpulan
Perbankan dan lembaga keuangan Islam di Kuwait telah siap untuk terus
tumbuh setelah mengalami krisis keuangan global. Sektor perbankan di kuwait
terdiri atas 11 bank lokal dan 12 cabang bank luar negeri. Dari 11 bank lokal, 6
diantaranya merupakan bank konvensional dan 5 lainnya merupakan islamic
banks. Sektor perbankan dibawah otorisasi dan wewenang The Central Bank of
Kuwait (CBK) sedangkan Praktik tata kelola/manajemen syariah di Kuwait diatur
berdasarkan Pasal 93 CBK. Pada peng-aplikasiannya, perbankan maupun lembaga
21
Global Islamic Finance Report, hlm. 140.
12
Daftar Pustaka
Oxford Business Group. “Islamic Financial Services.” Oxford Business Group, 2019.
https://oxfordbusinessgroup.com/kuwait-2019/islamic-financial-services.
Triyanta, Agus. HUKUM EKONOMI ISLAM Dari Politik Hukum Ekonomi Islam
Sampai Pranata Ekonomi Syariah. Yogyakarta: FH UII Press, 2012.
Yunita, Patria. “Tinjauan dan Analisis Sektor Perbankan di Enam Negara GCC.”
Jurnal Middle East and Islamic Studies, Vol. 5, no. 2 (2018).
http://meis.ui.ac.id/index.php/meis/article/download/86/66.