Anda di halaman 1dari 23

PERAN DAN URGENSI BANK SYARIAH PATRIOT DALAM

MEMBANGUN PENGEMBANGAN EKONOMI DAERAH

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

(S.E)

Fahrurozzi

41182933180004

PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH

FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM “45” BEKASI

2022 M/ 1444 H
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia sebagai negara muslim terbesar di dunia, telah muncul pula

kebutuhan untuk adanya bank yang melakukan kegiatan berdasarkan Prinsip

Syariah. Keinginan ini kemudian tertampung dengan dikeluarkannya

Undang-Undang No. 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah tanggal 16

Juli 2008. Dengan dikeluarkannya Undang-Undang No. 21 tahun 2008

tersebut, bank dan syariah yang telah didirikan berdasarkan Undang-Undang

No. 7 tahun 1992 sebagaimana kemudian telah diubah dengan Undang-

Undang No. 10 tahun 1998 memperoleh dasar hukum yang khusus dan lebih

kuat serta lebih tegas. Dengan dikeluarkannya Undang-Undang No. 10 tahun

1998, istilah yang dipakai ialah “Bank Berdasarkan Prinsip Syariah”. Oleh

karena pedoman operasi bank tersebut adalah ketentuan-ketentuan syariah

Islam, maka bank yang demikian itu disebut pula “Bank Syariah”.

Dengan dikeluarkannya Undang-Undang No. 21 tahun 2008 tentang

Perbankan Syariah, sebagaimana menurut definisi yang disebutkan dalam

pasal 1 Angka 7 undang-undang tersebut, bank yang menjalankan kegiatan

usahanya berdasarkan Prinsip Syariah disebut Bank Syariah.1

1
Syihabuddin, ‘Peran Pemerintah Dalam Pengembangan Perbankan Syariah Di Indonesia’, 2.1
(2012), 72–89.
Seiring berjalannya waktu bank syariah di Indonesia terus tumbuh dan

semakin banyak jumlahnya, berdasarkan stastistik otoritas jasa keuangan

tahun 2019-2022, pertumbuhan Bank Umum Syariah (BUS), Unit Usaha

Syariah (UUS) dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) di Indonesia

dari tahun 2019 sampai juli 2022 dapat dilihat melalui tabel 1.12

Tabel 1.1 Jumlah Bank Syariah Tahun 2019-Juli 2022

2019 2020 2021 Juli 2022

BUS 14 14 12 12

UUS 20 20 21 21

BPRS 164 163 164 166

Sumber: (OJK,2022)

Dengan jumlah bank syariah diatas sejauh ini bank syariah telah

mencatatkan market share atau pangsa pasar sebesar mencapai 7,03 persen.

pangsa pasar tersebut terdiri dari komposisi bank umum syariah sebesar 66,14

persen, unit usaha syariah dengan pangsa pasar sebesar 31,39 persen dan bank

pembiayaan rakyat syariah dengan pangsa 2,47 persen. 3 jumlah ini tentu

masih jauh dibandingkan bank konvensional secara nasional.

2
OJK, ‘Statistik Perbankan Syariah’, 2022 <https://www.ojk.go.id/id/kanal/syariah/data-dan-
statistik/statistik-perbankan-syariah/Pages/Statistik-Perbankan-Syariah---Juli-2022.aspx>
[accessed 10 November 2022].
3
OJK.
Pangsa pasar yang dicapai bank syariah masih belum optimal jika dilihat

dari data tersebut, dengan jumlah penduduk muslim di Indonesia sebanyak

257,53 juta jiwa per 31 Desember 2021. Jumlah itu setara dengan 86,9% dari

populasi tanah air yang mencapai 275,32 juta orang.4

Dengan jumlah penduduk muslim yang besar dan market share yang

terbilang kecil, bank syariah masih belum mampu berperan secara optimal,

meskipun pada praktiknya bank syariah mampu bertahan disegala kondisi

yang tidak menentu bahkan ditengah kondisi yang tidak stabil seperti saat

krisis moneter dan pandemi covid-19.

Sebagai contoh pada masa pandemi covid-19, Menurut data Juni 2021,

pertumbuhan bank syariah mengungguli bank konvensional dalam hal aset,

kredit atau pembiayaan, dan DPK. Aset Bank Umum Syariah tercatat sebesar

Rp632 triliun, naik 15,80% year-on-year (YoY). Di sisi lain, perbankan

konvensional hanya meningkat 8,07% year-on-year menjadi Rp 8.95 triliun.

Dari sisi penyaluran kredit atau pembiayaan, bank syariah tumbuh 7,35% yoy

menjadi Rp405 triliun, sedangkan bank konvensional tumbuh 0,17% yoy

menjadi Rp5.302 triliun. Demikian pula, DPK bank syariah tercatat Rp 501

triliun, naik 16,5% yoy. Di sisi lain, bank konvensional meningkat 10,88%

yoy menjadi Rp 6,586 triliun.5 Meskipun secara jumlah bank syariah kalah

namun secara pertumbuhan bank syariah mampu mengungguli bank

konvensional.

4
ditjen dukcapil kemendagri, ‘No Title’, 2022
<https://dukcapil.kemendagri.go.id/berita/baca/1396/dukcapil-kemendagri-rilis-data-penduduk-
semester-i-tahun-2022-naik-054-dalam-waktu-6-bulan>.
5
Dimas Elly Ana and others, ‘Strategi Perbankan Syariah Dalam Memenangkan Persaingan Di
Masa Pandemi Covid-19’, 1.1 (2022), 167–88.
Dalam (Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor, Nomor 82 Tahun

2016 tentang Strategi Nasional Keuangan Inklusif) Berdasarkan Pasal 1 (2),

SNKI adalah Strategi Nasional yang meliputi Visi, Misi, Tujuan, dan

Kebijakan Keuangan Inklusif. Hal ini terkait dengan peningkatan

pertumbuhan ekonomi, percepatan penanggulangan kemiskinan, pengurangan

ketimpangan antar individu dan daerah, serta pencapaian kesejahteraan bagi

masyarakat Indonesia.6 Melalui strategi nasional keuangan inklusif

pemerintah berharap seluruh masyarakat dapat mengakses lembaga keuangan

secara merata. Keuangan inklusif pada tahun 2016 hanya sebesar 63,63%

kemudian meningkat sekitar 10,25% di tahun 2019 menjadi 73,88%.

Meskipun keuangan inklusif baru dilaksanakan survei di tahun 2016 saja,

akan tetapi lembaga keuangan perbankan baik konvensional maupun syariah

membuktikan lebih mampu memberikan akses keuangan kepada masyarakat

di bottom line.7

Ekonomi mengalami krisis pada era 1990-an atau lebih tepatnya pada

tahun 1998 yang terjadi di Indonesia membuat perkonomian melemah dan

tidak terkecuali untuk bank terutama bank konvensional, hanya satu bank dari

bank syariah yang dapat bertahan dari masa itu yaitu bank Muamalat

Indonesia.8 Beberapa bank BUMN yang terdampak oleh krisis 1998 ini

termotivasi untuk menerapkan prinsip syariah dengan melakukan

6
Novita Dwi Anggraeni and Purnama Putra, ‘Analisis Peran Keuangan Inklusif Terhadap
Profitabilitas Perbankan Syariah Di Indonesia’, MASLAHAH (Jurnal Hukum Islam Dan Perbankan
Syariah), 12.2 (2022), 59–74 <https://doi.org/10.33558/maslahah.v12i2.3208>.
7
Anggraeni and Putra.
8
Adib Khusnul Rois and Didik Sugianto, ‘Kekuatan Perbankan Syariah Di Masa Krisis’, 1.1 (2021),
1–8.
penggabungan sistem kerja dengan melahirkan Bank Mandiri Syariah.

Kesuksesan Bank Mandiri Syariah menjadi tolak ukur dan motivasi lahirnya

bank-bank syariah lainnya di Indonesia.9

Setidaknya telah terjadi tiga kali krisis ekonomi global. 1998, 2008 dan

yang terbaru 2020. Industri perbankan telah menunjukkan kinerja perbankan

syariah yang kuat, tidak terpengaruh oleh krisis. Hal ini disebabkan

penggunaan skema bagi hasil yang tidak berdasarkan suku bunga seperti yang

digunakan oleh bank konvensional. Hal ini dikarenakan mata uang sangat

fluktuatif dan cenderung mengalami inflasi dan deflasi dari tahun ke tahun.10

Perbankan syariah bersama perusahaan-perusahaan lain dalam rantai nilai

ekonomi dan keuangan syariah di Indonesia, memiliki peran dalam

penciptaan dan penambahan nilai atau manfaat dari aktivitas muamalah

syariah di Indonesia.11 Secara umum, bank syariah telah berkinerja baik

dalam perekonomian Indonesia dan jauh lebih tangguh dalam kinerja

dibandingkan bank konvensional. Sebagai implementasi dari muamalah,

kegiatan usaha Bank Syariah didasarkan pada Syariah Islam, yaitu Al-Quran

dan Assunnah. Karena itu, perbankan syariah tidak hanya berkinerja baik dan

tahan terhadap tekanan dan gejolak keuangan, namun juga diridhai dan

diberkahi Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

9
Aulia, Akuntansi Bank Syariah (Madura: Duta Media Publishing, 2020).
10
Rois and Sugianto.
11
Sri Mahargiyantie, ‘Peran Strategis Bank Syariah Indonesia Dalam Ekonomi Syariah Di
Indonesia’, Al - Misbah, 1.2 (2020), 83–94
<http://jurnal.umika.ac.id/index.php/almisbah/article/view/135>.
Mengenai fungsi komersial yang dimiliki bank dalam menjalankan fungsi

intermediasinya, hendaknya bank syariah memiliki peran dengan prinsip

ta’awun (tolong menolong) yang harus diterapkan oleh bank syariah. Prinsip

Bantuan dapat diterapkan dalam bentuk Zakat, Infak dan Shodakho (ZIS).

Menurut hukum Islam, zakat tunduk pada peraturan hukum sedangkan infaq

dan shodaqoh adalah sunnah. Sebagai lembaga keuangan berbasis syariah,

bank syariah berhak atas pembayaran zakat. Selain itu, bank syariah diatur

oleh instrumen hukum positif lainnya, seperti kewajiban membayar zakat dan

mendistribusikan.12

Sebagai contoh ketika masa pandemi covid-19 bank syariah mampu

memberikan dampak positif melalui kegiatan yang bersifat ta’awun. Adanya

Bank Syariah dapat menjadi instrumen powerful dan memiliki peran

fundamental untuk mengatasi efek pandemi dengan program nyata yang

membantu dan memberdayakan masyarakat. 13 Pandemi COVID-19

merupakan ujian sekaligus momentum bagi umat Islam untuk

mengaktualisasikan nilai dan pesan agama dengan mengoptimalkan peran

Ekonomi Syariah.

12
Andi Cahyono, Erwin Saputra Siregar, and Asiah Wati, ‘Peran Bank Syariah Pada Masa Pandemi
Covid-19’, Al-Intaj : Jurnal Ekonomi Dan Perbankan Syariah, 7.2 (2021), 198
<https://doi.org/10.29300/aij.v7i2.4761>.
13
Hafizd Jefik Zulfikar, ‘Peran Bank Syariah Mandiri ( Bsm )’, Jurnal Penelitian Hukum Ekonomi
Islam, 5.December 2020 (2021), 139–40.
Selain peran, dengan urgensi adanya perbankan syariah adalah selain

memberikan jasa keuangan halal juga diharapakan memberikan kontribusi

demi tercapainya tujuan sistem ekonomi Islam.14 Dengan demikian, lahirnya

bank berdasarkan prinsip syariah di dalam sistem perbankan di Indonesia

bukan saja telah menambah semaraknya khazanah hukum, melainkan

sekaligus mempertegas visi tentang kehidupan perbankan di Indonesia, bahwa

sebagian besar bangsa Indonesia beragama Islam, oleh karena itu kehadiran

bank yang berdasarkan prinsip syariah benar-benar mendapat tempat yang

istimewa di masyarakat.15

Pentingnya ekonomi syariah dalam kegiatan muamalah tercermin dari

peran aktif lembaga perbankan syariah dan non bank dalam mendorong

perkembangan sektor riil yang ada di perbankan syariah, meskipun akad

murabahah masih dominan di perbankan syariah. Dengan berpegang pada hak

prerogatif ekonomi Islam, ekonomi Islam membangun integritas umat Islam

yang mengarahkan roda perekonomian sesuai ajaran Islam yang tidak

merugikan orang lain.16

Bank syariah sebagai lembaga keuangan tentu mendapat tempat bagi

pembangunan baik ditingkat nasional maupun daerah, pembangunan yang

dilakukan di tingkat daerah sebagian besar dilakukan oleh pemerintah daerah

setempat melalui berbagai kegiatan yang dilakukan.

14
dkk Dani Setiawan, ‘Urgensi Marger Bank Umum Syari’ah Milik Negara: Tinjauan Analisis
Komparatif Efisiensi Dan Kinerja Keuangan Bank Syariah BUMN’, Diponegoro Journal of Islamic
Economics and Business, 1.2 (2021), 1–13 <https://ejournal2.undip.ac.id/index.php/djieb/index>.
15
Rizayusmanda Rizayusmanda, ‘Urgensi Prinsip Good Corporate Governance Dalam Kegiatan
Perbankan Syariah’, Solusi, 18.1 (2020), 78–90 <https://doi.org/10.36546/solusi.v18i1.260>.
16
Anggela Septiani, ‘Urgensi Ekonomi Syariah Dalam Menghadapi Ekonomi Global’, Jurnal Inovasi
Penelitian Vol 2 No 7 DEsember 2021, 2.7 (2021), 2203–12.
Dalam melakukan pembangunan daerah, pemerintah pusat telah mengatur

disentralisasi melalui otonomi daerah yang dipusatkan pembangunan pada

daerah masing-masing. karena dirasa pemerintah daerah lebih mengetahui

yang dibutuhkan setiap daerahnya. Peraturan tentang otonomi daerah juga

telah dimasukkan dalam undang-undang negara republik Indonesia

diantaranya yaitu pada undang-undang nomor 32 tahun 2004 dan Undang-

undang republik Indonesia nomor 23 tahun 2014.17 Disentralisasi dimaksud

agar pembangunan dipusatkan di daerah-daerah untuk mengembangkan

daerah supaya lebih berkembang terutama di bidang perekonomian daerah itu

sendiri.

Penyelenggaraan otonomi daerah harus selalu berorientasi pada

peningkatan kesejahteraan masyarakat dengan selalu memerhatikan

kepentingan kepentingan dan aspirasi yang tumbuh dalam masyarakat. Untuk

itu, otonomi daerah diharapkan dapat menciptakan efisiensi dan efektifitas

pengelolaan sumber daya daerah, meningkatkan kualitas pelayanan umum

dan kesejahteraan masyarakat, dan membudayakan dan menciptakan ruang

bagi masyarakat untuk ikut berpartisifasi dalam proses pembangunan.18

Dalam hal melakukan pembangunan daerahnya, pemerintah daerah

mendapatkan anggaran dari pemerintah pusat dan daerah masing-masing.

Sejak otonomi daerah diberlakukan maka pemerintah daerah yang baik akan

melakukan pembangunan daerahnya melalui anggaran daerah setempat yang

17
Yulia Devi Ristanti and Eko Handoyo, ‘Undang-Undang Otonomi Daerah Dan Pembangunan
Ekonomi Daerah’, Jurnal Riset Akutansi Keuangan, 2.2 (2017), 115–22.
18
Dhils Noviades, ‘PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DI ERA OTONOMI DAERAH Oleh : Dhils
Noviades 1’, Jurnal Ilmu Hukum Jambi, 2013, 81–97.
lebih besar presentasenya dibanding dari pemerintah pusat, untuk

mendapatkan anggaran tersebut pemeritah daerah dapat mencari Pedapatan

Asli Daerah (PAD) sendiri. Secara garis besar, sumber pembiayaan

(pendapatan) ini dapat diklasifikasikan ke dalam dua kategori sumber

pembiayaan.19 Kategori pertama adalah pendapatan yang diperoleh

pemerintah daerah dari sumber-sumber di luar pemerintah daerah (external

source). Pendapatan ini merupakan pendapatan yang diperoleh dari sumber-

sumber yang berasal dari pihak luar dan tidak secara langsung ditangani

sendiri oleh pemerintah daerah. Yang dimaksud dengan pihak luar di sini

adalah pihak- pihak yang berada di luar pemerintah daerah yang bersangkutan

(selain pemerintah daerah beserta perangkatnya) dan bukan merupakan

penduduk daerah yang bersangkutan, seperti pemerintah pusat, tingkatan

pemerintahan yang ada di atas pemerintahan daerah yang bersangkutan,

negara asing, pihak swasta, dan pihak ketiga. Kategori kedua adalah

pendapatan yang diperoleh pemerintah daerah dari sumber-sumber yang

dikelola oleh pemerintah daerah itu sendiri (local source). Kategori

pendapatan yang kedua ini merupakan pendapatan yang digali dan ditangani

sendiri oleh pemerintah daerah dari sumber-sumber pendapatan yang terdapat

dalam wilayah yurisdiksinya. Pendapatan yang termasuk ke dalam kategori

pendapatan ini adalah pajak daerah (local tax, sub national tax), retribusi

daerah (local retribution, fees, local licence) dan hasil-hasil badan usaha

19
Mohammad Riduansyah, ‘Kontribusi Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah Terhadap Pendapatan
Asli Daerah (Pad) Dan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah (Apbd) Guna Mendukung
Pelaksanaan Otonomi Daerah (Studi Kasus Pemerintah Daerah Kota Bogor)’, Makara Human
Behavior Studies in Asia, 7.2 (2003), 49 <https://doi.org/10.7454/mssh.v7i2.51>.
(local owned enterprises) yang dimiliki oleh daerah. Ketiga jenis pendapatan

ini merupakan pendapatan yang digali dan ditangani sendiri oleh pemerintah

daerah dari sumber-sumber pendapatan yang terdapat dalam wilayah

yurisdiksinya. Terkait dengan pendapatan asli daerah, seorang pakar dari

World Bank berpendapat bahwa batas 20% perolehan PAD merupakan batas

minimum untuk menjalankan otonomi daerah. Sekiranya PAD kurang dari

angka 20%, maka daerah tersebut akan kehilangan kredibilitasnya sebagai

kesatuan yang mandiri.20

Dengan adanya Pendapatan Asli Daerah (PAD) bisa tahu tentang

keuangan setiap kabupaten atau kota. Dengan demikian, pendapatan asli

daerah (PAD) dan pelayanan publik dapat dimaksimalkan.21 Dalam Peraturan

Pemerintah No. 105 Tahun 2000, tentang keuangan daerah menyatakan:

Semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintah

daerah yang dapat dinilai dengan uang termasuk di dalamnya segala bentuk

kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban daerah tersebut,

dalam kerangka pendapatan anggaran dan belanja daerah (APBD).

Optimalisasi dalam penerimaan PAD hendaknya di dukung dengan upaya

pemerintah daerah meningkatkan kualitas layanan publik. Eksploitasi PAD

yang berlebihan justru akan semakin membebani masyarakat, menjadi

disinsentif bagi daerah dan mengancam perekonomian secara makro.

20
Riduansyah.
21
Muhammad Yasin, ‘Analisis Pendapatan Asli Daerah Dan Belanja Pembangunan Terhadap
Pertumbuhan Ekonomi Di Kabupaten/Kota Jawa Timur’, Journal of Economic, Bussines and
Accounting (COSTING), 3.2 (2020), 465–72 <https://doi.org/10.31539/costing.v3i2.1161>.
Pemerintah daerah melalui upayanya memenuhi kewajiban daerah salah

satu tujuannya yaitu meningkatkan perekononomian yang diharapkan secara

langsung akan berdampak meningkatkan kualitas hidup masyarakatnya,

sehingga pembangunan perkembangan ekonomi daerah dapat berjalan dengan

baik.

Pembangunan Ekonomi adalah merupakan salah satu upaya dalam rangka

mendukung pelaksanaan salah satu prioritas yang tercantum pada prioritas

pembangunan nasional: percepatan pemulihan ekonomi dan memperkuat

pondasi Pembangunan ekonomi berkelanjutan dan berkeadilan berbasis

kerakyatan. Penetapan prioritas tersebut didasarkan pada permasalahan dan

tantangan yang dihadapi serta arah pembangunan ekonomi dalam jangka

pendek dan menengah. Secara umum pertumbuhan ekonomi dapat diartikan

perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan

jasa yang diproduksi dalam masyarakat bertambah dan kemakmuran

masyarakat meningkat.22

Salah satu pendapatan yang dimiliki pemerintah daerah adalah badan

usaha milik daerah (BUMD), bentuk dari BUMD memiliki bermacam-macam

jenis salah satuya adalah bank pembangunan daerah adapun bentuk dari bank

pembangunan daerah terbagi menjadi bank konvensional dan bank syariah.

Sebagian pemerintah daerah memilih untuk membentuk bank syariah sebagai

BUMD. terdapat 3 Bank Umum Syariah milik pemerintah daerah yaitu Bank

22
A. A Irman, M., & Purwati, ‘Analysis On The Influence Of Current Ratio, Debt to Equity Ratio
and Total Asset Turnover Toward Return On Assets On The Otomotive and Component Company
That Has Been Registered In Indonesia Stock Exchange Within 2011- 2017’, International Journal
of Economics Development Research (IJEDR), 1 (2022), 36–44.
Aceh Syariah, Bank Jabar dan Banten Syariah dan Bank NTB Syariah, 13

Unit Usaha Syariah yang dimiliki pemerintah daerah dan 24 BPRS milik

Pemerintah daerah.23

Perkembangan Bank Umum Syariah milik pemerintah daerah tumbuh

cukup signifikan ditiap tahunnya. Total aset ini dapat mengimbangi BUS

Nasional lainnya, dimana pangsa pasar BUS milik pemerintah daerah hanya

didominasi oleh nasabah penduduk daerah bersangkutan. perkembangan

kinerja Bank Umum Syariah milik pemerintah daerah tersebut, dibandingkan

BUS nasional yang memiliki pangsa pasar lebih luas.24 Gabungan bank

umum syariah milik pemerintah daerah tersebut berkinerja efisien atau

optimal pada 2014-2016, namun tidak tampil optimal pada 2017-2018. Secara

teknis, bank umum syariah ini kurang optimal pada tahun 2017.

Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) Bangka Belitung memberikan

modal dana bagi masyarakat yang memenuhi syarat untuk pendanaan bagi

individu yang membutuhkan dana untuk mendirikan atau mempertahankan

UMKM yang ada, asalkan sesuai dengan Syariah Islam. Dalam hal ini, peran

Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) Bangka Belitung adalah

memberikan pendanaan dan pengawasan, saran dan saran yang

membangun.25

23
OJK.
24
Muljibir Rahman and Alwahidin La Pade, ‘Efisiensi Bank Umum Syariah Milik Pemerintah
Daerah Di Indonesia’, Li Falah: Jurnal Studi Ekonomi Dan Bisnis Islam, 4.2 (2020), 251
<https://doi.org/10.31332/lifalah.v4i2.1405>.
25
Ahmad Fauzi, ‘Peran Bank Pembiayaan Rakyat Syariah ( Bprs ) Dalam Pemberdayaan Ekonomi
Masyarakat Bangka Belitung’, 5.1 (2019), 36–52.
Pemerintah Kabupaten Bogor dalam hal ini mendirikan BUMD, Pendirian

BUMD tersebut diarahkan pada BPRS dengan model Badan Hukum PT

berdasarkan PERDA No. 20 Tahun 2011 mengenai Pembentukan BUMD

BPRS. Tujuan dibentuknya PT. BPRS Bogor Tegar Beriman adalah :

meningkatkan kesejahteraan ekonomi masyarakat, menumbuhkan usaha

sektor riil terutama pada kelompok usaha kecil dan mikro, mengembangkan

permodalan, menambah lapangan kerja, meningkatkan PAD, membina

ukhuwah islamiyah, dan melaksanakan semua kegiatan usaha dengan prinsip

syariah serta tidak melanggar ketentuan perundang-undangan.26

Berdasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Temi Wijaya

(2019) yang berjudul Urgensi Pemerintah Kabupaten/Kota dalam Mendirikan

BPR Syariah menunjukan bahwa dengan jumlah penyertaan modal

Pemerintah Daerah yang tetap pada BPR Syariah miliknya, dapat

meningkatkan jumlah asset dan laba BPR Syariah yang cukup signifikan serta

diiringi dengan meningkatkan Product Domestic Regional Bruto (PDRB)

Pemerintah Daerah yang bersangkutan. Dan pemerintah mempunyai

kebijakan dan otoritas penuh terhadap keberlangsungan proses manajemen

bank serta dapat mengontrol secara penuh pada lembaga keuangan bank

maupun non bank dalam menjalankan regulasi yang dibuat oleh pemerintah.27

26
Suryani, Kartini, and Khairi, ‘AKSELERASI BADAN USAHA MILIK DAERAH ( BUMD )
ACCELERATION OF REGIONAL OWNED ENTERPRISES ( BUMD ) The Purpose of This Study Was to
Find out the Best Legal Model of Government in Managing’, 9.2018 (2019), 56–66.
27
Ni’matul Fitria Mukaromah and Temmy Wijaya, ‘Profit : Jurnal Kajian Ekonomi Dan Perbankan’,
Jurnal Kajian Ekonomi Dan Perbankan, 3.1 (2019), 14–29.
Selanjutnya Penelitian yang dilakukan oleh Ahmad Fauzi (2019) yang

membahas mengenai Peran Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (Bprs) Dalam

Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Bangka Belitung menunjukan bahwa

Peran Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) Bangka Belitung dalam

mengembangkan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Dalam

pemberian pembiayaan untuk masyarakat Bangka Belitung tentunya harus

melewati proses-proses yang sudah ditetapkan diantaranya analisa

pembiayaan, nasabah harus memenuhi persyaratan dan ketentuan pembiayaan

tersebut dan Kendala yang dihadapi Bank Pembiayaan Rakyat Syariah

(BPRS) Bangka Belitung dalam mengembangkan Usaha Mikro Kecil dan

Menengah (UMKM). Bank syariah dalam hal ini belum maksimal perannya

dalam mengembangkan UMKM. Mereka hanya membantu memberi

pembiayaan kepada masyarakat yang membutuhkan dengan persyaratan-

persyaratan yang sudah dipenuhi oleh nasabah saja tidak membantu

mengembangkan seperti memberi pelatihan-pelatihan agar nasabah memiliki

keterampilan agar dapat bersaing dengan yang lain.28

Penelitian yang dilakukan oleh Diaruk Manasari mengenai Motif

pemerintah kota dalam mendirikan bank pembiayaan syariah (kajian ekonomi

politik terhadap BPRS Patriot) (2014) menyampaikan bahwa Motif pendirian

BPRS Patriot oleh pemkot Bekasi hanya didorong oleh motif meningkatkan

kesejahteraan masyarakat melalui kemudahan transaksi dan pembiayaan dan

bukan motif politik. Selanjutnya adalah Bank Pembiayaan Rakyat Syariah

28
Fauzi.
Patriot memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pendapatan asli

daerah (PAD) pemerintah kota Bekasi. dan faktanya, BPRS Patriot

memberikan laba kepada pemerintah kota Bekasi. Lebih lanjut BPRS Patriot

juga memberikan kontribusi yang signifikan terhadap nasabahnya. Faktanya,

BPRS memberikan kemudahan transaksi dan pembiayaan kepada nasabahnya

khususnya kepada Aparatur Sipil Negeri kota Bekasi.29

Atas dasar penelitian terdahulu, terdapat perbedaan penelitian terdahulu

dengan penulis, dimana objek yang akan diteliti adalah BPRS Patriot dan

Pemerintah Kota Bekasi baik legislatif maupun eksekutif kemudian penulis

menilai peran dan urgensi pemerintah kota Bekasi dalam membangun BPRS

Patriot sebagai pendorong kesejahteraan masyarakat kota Bekasi.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode kualitatif karena dalam

penelitian ini penulis membutuhkan data secara langsung baik dari pihak

pemerintah kota Bekai sebagai pemegam saham sekaligus regulator, pihak

BPRS Patriot sebagai yang menjalankan operasional, masyarakat kota Bekasi

sebagai nasabah dan mendapatkan manfaatnya serta legilatif yang dipegang

oleh DPRD kota Bekasi tepatnya komisi III yang monitor dan memantau

perusahaan milik daerah kota Bekasi. Hingga dinas terkait yang membawahi

perusahaan daerah tersebut.

29
Diaruk Manasri, ‘Motif Pemerintah Kota Dalam Mendirikan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah
(Kajian Ekonomi Dan Politik Pada BPRS Patriot)’, 2014.
Berdasarkan uraian permasalahan diatas penulis tertarik untuk melakukan

penelitian lebih jauh tentang hal-hal yang menjadi Peran Dan Urgensi Bank

Syariah Patriot Dalam Membangun Pengembangan Ekonomi Daerah, maka

oleh karena itu untuk melakukan penelitian penulis mengambil judul : “Peran

Dan Urgensi Bank Syariah Patriot Dalam Membangun Pengembangan

Ekonomi Daerah.

1.2 Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalah diatas, maka sekiranya penulis

perlu membatasi pokok permasalahan agar mendapatkan suatu batasan yang

jelas sekaligus mencegah terjadinya pembahasan yang meluas yang tidak ada

kaitannya dengan pokok permasalahan.

Pembatasan masalah meliputi:

1. Penelitian dilakukan di Bank Pembiayaan Rakyat Patriot kota Bekasi dan

pemerintah kota Bekasi baik tingkat legislative maupun eksekuitf

2. Objek yang diteliti adalah tentang apa yang menjadi dasar pemikiran

pemerintah kota Bekasi dalam membangun Bank Syariah patriot agar

diketahui peran dan urgensi bank syariah patriot dalam membangun

pengembangan ekonomi daerah.


1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan pada latar belakang diatas, maka dapat diambil rumusan

masalahnya adalah:

1. Apakah peran bank pembiayaan rakyat syariah patriot dalam

perkembangan ekonomi daerah?

2. Apakah urgensi Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Patriot dalam

perkembangan ekonomi ekonomi daerah?

3. Bagaimana kontribusi bank pembiayaan rakyat syariah terhadap

pengembangan ekonomi daerah?

1.4 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan penelitian ini adalah

sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui apakah peran bank pembiayaan rakyat syariah patriot

dalam pengembangan ekonomi daerah?

2. Untuk mengetahui apakah urgensi Bank Pembiayaan Rakyat Syariah

Patriot dalam pengembangan ekonomi daerah?

3. Untuk mengetahui bagaimana kontribusi bank pembiayaan rakyat syariah

terhadap pengembangan ekonomi daerah?


DAFTAR PUSTAKA

Ana, Dimas Elly, Arif Zunaidi, Institut Agama, Islam Negeri, And Iain Kediri,

‘Strategi Perbankan Syariah Dalam Memenangkan Persaingan Di Masa

Pandemi Covid-19’, 1.1 (2022), 167–88

Anggraeni, Novita Dwi, And Purnama Putra, ‘Analisis Peran Keuangan Inklusif

Terhadap Profitabilitas Perbankan Syariah Di Indonesia’, MASLAHAH

(Jurnal Hukum Islam Dan Perbankan Syariah), 12.2 (2022), 59–74

<Https://Doi.Org/10.33558/Maslahah.V12i2.3208>

Aulia, Akuntansi Bank Syariah (Madura: Duta Media Publishing, 2020)

Cahyono, Andi, Erwin Saputra Siregar, And Asiah Wati, ‘Peran Bank Syariah

Pada Masa Pandemi Covid-19’, Al-Intaj : Jurnal Ekonomi Dan Perbankan

Syariah, 7.2 (2021), 198 <Https://Doi.Org/10.29300/Aij.V7i2.4761>

Dani Setiawan, Dkk, ‘Urgensi Marger Bank Umum Syari’ah Milik Negara:

Tinjauan Analisis Komparatif Efisiensi Dan Kinerja Keuangan Bank Syariah

BUMN’, Diponegoro Journal Of Islamic Economics And Business, 1.2

(2021), 1–13 <Https://Ejournal2.Undip.Ac.Id/Index.Php/Djieb/Index>

Ditjen Dukcapil Kemendagri, ‘No Title’, 2022

<Https://Dukcapil.Kemendagri.Go.Id/Berita/Baca/1396/Dukcapil-

Kemendagri-Rilis-Data-Penduduk-Semester-I-Tahun-2022-Naik-054-Dalam-

Waktu-6-Bulan>

Fauzi, Ahmad, ‘Peran Bank Pembiayaan Rakyat Syariah ( Bprs ) Dalam


Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Bangka Belitung’, 5.1 (2019), 36–52

Hafizd Jefik Zulfikar, ‘Peran Bank Syariah Mandiri ( Bsm )’, Jurnal Penelitian

Hukum Ekonomi Islam, 5.December 2020 (2021), 139–40

Irman, M., & Purwati, A. A, ‘Analysis On The Influence Of Current Ratio, Debt

To Equity Ratio And Total Asset Turnover Toward Return On Assets On

The Otomotive And Component Company That Has Been Registered In

Indonesia Stock Exchange Within 2011- 2017’, International Journal Of

Economics Development Research (IJEDR), 1 (2022), 36–44

Mahargiyantie, Sri, ‘Peran Strategis Bank Syariah Indonesia Dalam Ekonomi

Syariah Di Indonesia’, Al - Misbah, 1.2 (2020), 83–94

<Http://Jurnal.Umika.Ac.Id/Index.Php/Almisbah/Article/View/135>

Manasri, Diaruk, ‘Motif Pemerintah Kota Dalam Mendirikan Bank Pembiayaan

Rakyat Syariah (Kajian Ekonomi Dan Politik Pada BPRS Patriot)’, 2014

Mukaromah, Ni’matul Fitria, And Temmy Wijaya, ‘Profit : Jurnal Kajian

Ekonomi Dan Perbankan’, Jurnal Kajian Ekonomi Dan Perbankan, 3.1

(2019), 14–29

Noviades, Dhils, ‘PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DI ERA

OTONOMI DAERAH Oleh : Dhils Noviades 1’, Jurnal Ilmu Hukum Jambi,

2013, 81–97

OJK, ‘Statistik Perbankan Syariah’, 2022

<Https://Www.Ojk.Go.Id/Id/Kanal/Syariah/Data-Dan-Statistik/Statistik-
Perbankan-Syariah/Pages/Statistik-Perbankan-Syariah---Juli-2022.Aspx>

[Accessed 10 November 2022]

Rahman, Muljibir, And Alwahidin La Pade, ‘Efisiensi Bank Umum Syariah Milik

Pemerintah Daerah Di Indonesia’, Li Falah: Jurnal Studi Ekonomi Dan

Bisnis Islam, 4.2 (2020), 251 <Https://Doi.Org/10.31332/Lifalah.V4i2.1405>

Riduansyah, Mohammad, ‘Kontribusi Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah

Terhadap Pendapatan Asli Daerah (Pad) Dan Anggaran Pendapatan Dan

Belanja Daerah (Apbd) Guna Mendukung Pelaksanaan Otonomi Daerah

(Studi Kasus Pemerintah Daerah Kota Bogor)’, Makara Human Behavior

Studies In Asia, 7.2 (2003), 49 <Https://Doi.Org/10.7454/Mssh.V7i2.51>

Ristanti, Yulia Devi, And Eko Handoyo, ‘Undang-Undang Otonomi Daerah Dan

Pembangunan Ekonomi Daerah’, Jurnal Riset Akutansi Keuangan, 2.2

(2017), 115–22

Rizayusmanda, Rizayusmanda, ‘Urgensi Prinsip Good Corporate Governance

Dalam Kegiatan Perbankan Syariah’, Solusi, 18.1 (2020), 78–90

<Https://Doi.Org/10.36546/Solusi.V18i1.260>

Rois, Adib Khusnul, And Didik Sugianto, ‘Kekuatan Perbankan Syariah Di Masa

Krisis’, 1.1 (2021), 1–8

Septiani, Anggela, ‘Urgensi Ekonomi Syariah Dalam Menghadapi Ekonomi

Global’, Jurnal Inovasi Penelitian Vol 2 No 7 Desember 2021, 2.7 (2021),

2203–12
Suryani, Kartini, And Khairi, ‘AKSELERASI BADAN USAHA MILIK

DAERAH ( BUMD ) ACCELERATION OF REGIONAL OWNED

ENTERPRISES ( BUMD ) The Purpose Of This Study Was To Find Out

The Best Legal Model Of Government In Managing’, 9.2018 (2019), 56–66

Syihabuddin, ‘Peran Pemerintah Dalam Pengembangan Perbankan Syariah Di

Indonesia’, 2.1 (2012), 72–89

Yasin, Muhammad, ‘Analisis Pendapatan Asli Daerah Dan Belanja Pembangunan

Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Kabupaten/Kota Jawa Timur’, Journal

Of Economic, Bussines And Accounting (COSTING), 3.2 (2020), 465–72

<Https://Doi.Org/10.31539/Costing.V3i2.1161>

Anda mungkin juga menyukai