Sesuai dengan Masterplan Ekonomi Syariah Indonesia, KNKS berupaya membangun ekosistem
ekonomi Syariah yang meliputi industri halal, keuangan Syariah baik komersial maupun sosial,
serta infrastruktur pendukung lainnya seperti pembangunan sumber daya manusia, sistem
informasi, dan digitalisasi ekonomi. Dalam melakukan implementasi program strategis, KNKS
mengutamakan kerjasama dan sinergi dengan kementerian/lembaga, regulator, akademisi,
peneliti, praktisi, organisasi masyarakat. Serta pemangku kepentingan terkait lainnya. Informasi
lebih lanjut terkait KNKS dapat diperoleh melalui www.knks.go.id.
2
Tim Penyusun Kajian
Konversi, Merger, Holding, dan Pembentukan Bank BUMN Syariah
Cindhi Cintokowati, M.Sc. Analis Kebijakan Divisi Inovasi Produk Keuangan Syariah
Ziyan Muhammad Farhan, S.E. Staf Analis Divisi Inovasi Produk Keuangan Syariah
3
Ringkasan Eksekutif
Rendahnya penetrasi perbankan syariah di Indonesia masih cukup luas, terutama segmen yang selama ini
menjadi pekerjaan rumah bagi seluruh pemangku belum masuk dalam sistem perbankan (unbanked
kepentingan industri ini di dalam negri. Meskipun population). Program inklusi keuangan yang secara
industri perbankan syariah telah memiliki hampir
semua prasyarat untuk berkembang pesat di Indonesia gencar dilaksanakan oleh regulator dan lembaga
seperti mayoritas penduduk Muslim, layanan keuangan perlahan mulai membuahkan hasil dimana
perbankan syariah terjangkau luas, dan pemahaman inklusi keuangan tahun 2016 sudah mencapai 63% dari
yang sudah semakin baik di masyarakat, pangsa pasar target 75% pada akhir 2019.
perbankan syariah masih berkutat di angka 5%, itu pun
setelah konversi dua Bank Pembangunan Daerah Oleh karena itu, tetap diperlukan bank syariah skala
menjadi Bank Syariah. besar yang dapat meningkatkan efektivitas perbankan
syariah. Adapun kehadiran bank syaria skala besar ini
Apabila pengembangan perbankan syariah dapat dapat melalui beberapa opsi:
dilakukan dengan zero intervention atau business as a. Konversi bank konvensional milik BUMN atau
usual, dengan proyeksi pertumbuhan yang mengacu swasta.
pada data historis industri tahun-tahun sebelumnya b. Merger bank syariah milik BUMN (4 BUS dan 1
e.g CAGR 15%, dalam 5 tahun kedepan total aset UUS).
perbankan syariah hanya berkisar diangka Rp1.000 c. Holding bank syariah milik BUMN.
trilliun, dengan kenaikan pangsa pasar terhadap d. Pembentukan bank BUMN Syariah, dengan
industri perbankan keseluruhan yang tidak begitu pilihan:
besar. Akan tetapi, jika terdapat intervensi penuh dari i. Pendirian bank BUMN Syariah baru;
pemerintah (full intervention) terdapat kemungkinan ii. Penguatan salah satu bank syariah milik
total aset perbankan syariah dapat meningkat secara BUMN existing.
lebih moderat (27%) atau agresif (36%), sehingga total
aset perbankan syariah dapat mencapai Rp2.000 Setelah melakukan serangkaian kajian dan diskusi,
trilliun atau Rp3.000 trilliun. pilihan terbaik yang dapat dilakukan adalah dengan
menjadikan salah satu Bank Umum Syariah (BUS) yang
Meskipun demikian, ketiga skenario intervensi ini tidak ada sebagai bank BUMN Syariah skala besar (BUKU IV).
akan serta merta meningkatkan pangsa pasar BUS tersebut kemudian dapat dibesarkan melalui
perbankan syariah secara signifikan mengingat serangkaian kegiatan merger and aqcuisition (M&A)
pertumbuhan perbankan konvensional masih cukup dengan mengambil alih saham bank lain.
tinggi. Hal ini disebabkan pasar perbankan nasional
4
7
1.1 9
1.2 9
1.3 10
11
11
12
15
17
21
22
24
5
27
30
34
37
39
40
43
6
Indonesia memiliki potensi yang sangat besar dalam Setelah terbitnya UU Perbankan Syariah, Industri
pengembangan keuangan syariah, salah satunya perbankan syariah mengalami masa keemasan pada
melalui industri perbankan syariah yang sudah hadir periode 2007-2012 dengan pertumbuhan aset dua
sejak tahun 1992. Perkembangan bank syariah digit (CAGR ±40%). Meski dalam beberapa tahun
didukung oleh Undang-Undang No 21 Tahun 2008 terakhir terjadi pelambatan, total aset perbankan
tentang perbankan syariah (UU Perbankan Syariah) syariah secara akumulatif masih menunjukkan
sebagai landasan hukum mampu mengakomodasi peningkatan. Namun disisi lain, pangsa pasar bank
peraturan dan perkembangan industri perbankan syariah Indonesia masih terjebak pada angka
syariah pada saat itu. Pertumbuhan industri psikologis 5% hingga tahun 2018. Pangsa pasar ini
perbankan syariah terus meningkat tercermin dari dinilai sangat rendah jika dibandingkan dengan
jumlah lembaga keuangan syariah yang terus beberapa negara muslim lainnya yang memiliki
bertambah. Sampai dengan akhir 2018, Indonesia jumlah populasi dan skala ekonomi lebih kecil.
telah memiliki 14 Bank Umum Syariah (BUS) dan 20
Unit Usaha Syariah (UUS) dengan jaringan kantor dan
layanan yang tersebar luas di seluruh Indonesia.
7
Diantara tantangan yang dihadapi dalam Dalam Road Map Perbankan Syariah Indonesia 2015-
pengembangan perbankan syariah di Indonesia adalah 20191, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyebutkan
keterbatasan modal. Terbatasnya modal bank syariah beberapa perubahan mendasar yang sedang terjadi,
membatasi kedalaman serta fasilitas layanan baik makro maupun mikro, dalam sektor perbankan.
perbankan syariah untuk bersaing dengan bank Menurut OJK, dalam lima atau sepuluh tahun ke
konvensional. Selain itu, terbatasnya aspek depan, perubahan industri perbankan secara global
permodalan ini juga berimbas pada keterbatasan akan lebih drastis dan fundamental dibandingkan
ruang gerak, skala bisnis, serta segmen usaha yang dengan yang sudah pernah atau yang sedang terjadi,
dapat dilayani oleh perbankan syariah Indonesia. dan akan sangat memengaruhi industri perbankan
Penambahan sumber daya manusia yang lebih syariah Indonesia. Diantara situasi yang akan
kompeten juga terhambat karena modal yang memengaruhi kinerja perbankan syariah ke depan
terbatas. adalah sebagai berikut:
a. Adopsi standar dan komitmen internasional
Keterbatasan skala usaha perbankan syariah setelah Indonesia menjadi anggota G20.
menyebabkan bank syariah kurang kompetitif dan b. Integrasi sektor keuangan dalam kerangka
cenderung inefisien dalam mengelola sumber daya. Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) tahun 2020.
Komponen biaya modal yang dikeluarkan oleh bank c. Bonus demografis Indonesia mulai dari 2015
syariah dalam rangka memperoleh pendapatan masih sampai 2035.
belum ideal sehingga pembiayaan yang ditawarkan d. Rasio kredit/GDP Indonesia yang masih dibawah
belum kompetitif dibandingkan dengan perbankan 50% sehingga terbuka potensi pertumbuhan
konvensional. Di sisi lain, skala ekonomi yang terbatas pembiayaan yang sangat besar.
mengakibatkan inefisiensi dalam kegiatan operasional e. Rendahnya tingkat literasi keuangan masyarakat
bank syariah. Oleh karena itu, hasil dari pengelolaan Indonesia yaitu sebesar 22%.
sumber daya menjadi kurang optimal untuk menarik
nasabah simpanan dan/atau investor. Sebagai upaya antisipisasi atas perubahan mendasar
ini, OJK sebagai regulator menyusun Road Map
Dengan kondisi sebagaimana dijelaskan diatas, Pengembangan Perbankan Syariah dari tahun 2015-
diperlukan intervensi secara signifikan agar perbankan 2019 yang dirangkum dalam visi ‘mewujudkan
syariah bukan hanya tumbuh secara organik, namun perbankan syariah yang berkontribusi signifikan bagi
juga anorganik. Oleh karena itu, Komite Nasional pertumbuhan ekonomi berkelanjutan, pemerataan
Keuangan Syariah (KNKS) mengambil inisiatif untuk pembangunan dan stabilitas sistem keuangan serta
mengkaji strategi atau pilihan intervensi unorganik berdaya saing tinggi’. Dalam rangka mencapai visi
yang dapat dilakukan untuk menciptakan quantum tersebut, OJK mencanangkan tujuh arah kebijakan
leap bagi perbankan syariah nasional. yaitu:
1Otoritas
8
Jasa Keuangan (2015). Roadmap Perbankan Syariah Indonesia 2015-2019, Jakarta.
1. Memperkuat sinergi kebijakan antara otoritas Sejalan dengan arah kebijakan yang kedua,
dengan pemerintah dan stakeholder lain; memperkuat permodalan dan skala usaha bank
2. Memperkuat permodalan dan skala usaha bank syariah, terdapat aspirasi agar ada bank syariah
syariah, disertai perbaikan efisiensi; dengan skala besar. Untuk mewujudkan hal tersebut,
3. Memperbaiki struktur dana untuk memperluas terdapat beberapa opsi akselerasi pengembangan
segmen pembiayaan; perbankan syariah untuk menghasilkan bank syariah
4. Memperbaiki kualitas layanan dan keragaman skala besar tersebut, antara lain: (a) konversi, (b)
produk; merger, (c) holding, dan (d) pembentukan bank BUMN
5. Memperbaiki kuantitas dan kualitas SDM & syariah baru. Intervensi tersebut diharapkan dapat
Teknologi Informasi (TI); menghadirkan bank syariah dengan skala besar di
6. Meningkatkan literasi dan preferensi masyarakat; Indonesia sehingga mampu melakukan ekspansi secara
dan kuat dan berkesinambungan, termasuk dalam
7. Memperkuat serta harmonisasi pengaturan dan membiayai proyek besar oleh pemerintah maupun
pengawasan. swasta.
1.1 Tujuan
Kajian ini bertujuan untuk menyediakan analisis yang a. Konversi bank konvensional milik BUMN dan/atau
komprehensif untuk mengidentifikasi berbagai swasta.
intervensi kebijakan dalam rangka meningkatkan aset b. Menyatukan (merger) tiga bank syariah dan satu
industri perbankan syariah secara anorganik dan unit usaha syariah milik BUMN.
menciptakan pertumbuhan secara eksponensial bagi c. Menciptakan holding bank syariah milik BUMN.
industri. Beberapa intervensi kebijakan yang dapat d. Pembentukan bank BUMN Syariah, dengan cara:
dilakukan antara lain: i. Pendirian bank BUMN Syariah baru.
ii. Penguatan salah satu bank syariah milik
BUMN existing.
1.3 Deliverables
Keluaran (deliverables) yang diharapkan dari kegiatan a. Analisis pro dan kontra dari masing-masing pilihan
ini adalah laporan akhir yang berisi kajian konversi, pembentukan bank BUMN Syariah.
merger, holding, dan pembentukan bank BUMN b. Rekomendasi pendekatan terbaik sebagai strategi
Syariah yang mencakup: penguatan perbankan syariah.
10
2.1 Kondisi Perekonomian Global
Perekonomian dunia sedang berada dalam fase Hal ini dikarenakan proses pemulihan yang sudah
penting setelah mengalami pelambatan yang cukup berjalan dari tahun 2009 terhambat oleh resesi
panjang sejak krisis tahun 2008/2009. Bank Dunia ekonomi yang terjadi pada tahun 2010. Bahkan,
menyebut periode 2016/2017 sebagai fase setelah ekonomi dunia kembali pulih pada tahun
pemulihan ekonomi global yang rapuh atau ‘fragile 2012, pertumbuhan cenderung datar sehingga
recovery’.2 lembaga global A.T. Kearney menyebutnya sebagai
‘delicate recovery’.3
2Lihat: The World Bank, 2017. Global Economic Prospects: A Fragile Recovery. Washington D.C.
3Lihat: https://www.atkearney.com/web/global-business-policy-council/article?/a/global-economic-outlook-2017-2021-the-
all-too-visible-hand
11
Gambar 1. Pertumbuhan Ekonomi Dunia (%)
10,00
8,00
6,00
4,00
2,00
0,00
-2,00
-4,00
-6,00
2017( 2018( 2019(
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
p) p) p)
N. Maju 2,51 0,07 -3,51 2,89 1,60 1,10 1,29 1,86 2,11 1,68 1,92 1,85 1,69
N. Berkembang 8,29 5,76 1,79 7,29 6,40 4,87 4,87 4,30 3,56 3,46 4,09 4,47 4,68
Dunia 4,24 1,84 -1,80 4,36 3,25 2,43 2,59 2,76 2,65 2,36 2,75 2,87 2,87
Indonesia 6,35 6,01 4,70 6,38 6,17 6,03 5,56 5,01 4,88 5,02 5,16 5,26 5,38
Meskipun masih rapuh dan datar, dari data yang Dapat disimpulkan bahwa kondisi perekonomian
terangkum dalam Gambar 1, proses pemulihan secara makro cukup kondusif untuk beberapa tahun ke
ekonomi dunia terus berlangsung dan momentum depan sehingga memungkinkan bagi pelaku bisnis
pertumbuhan masih terus berlanjut. Oleh karena itu, untuk merencanakan perluasan usaha, merger,
indikator yang cukup positif ini dapat memberikan konversi, akusisi, atau aksi korporasi lainnya. Sebagai
sedikit keyakinan bahwa ekonomi nasional dan catatan, tingkat pertumbuhan ekonomi Indonesia
regional masih akan terus membaik lima tahun ke relatif lebih baik dibandingkan negara maju dan rata-
depan. rata negara berkembang lainnya sehingga dapat
menjadi insentif bagi pelaku usaha.
12
Dari proyeksi yang dilakukan oleh Bank Dunia (WB) dan Dengan tingkat keyakinan konsumen yang tinggi, maka
Dana Moneter Internasional (IMF), pertumbuhan diperkirakan ekonomi nasional akan tetap mengalami
ekonomi Indonesia selama tiga sampai dengan lima pertumbuhan yang positif.
tahun terakhir masih sekitar 5%. Pertumbuhan yang
cukup tinggi ini dipicu oleh tingkat kepercayaan Bahkan ketika dibandingkan dengan negara maju,
konsumen yang masih tinggi atau pada level ‘optimis’, misalnya yang tergabung dalam OECD, Consumer
misalnya mencapai 113,3 pada Agustus 2016 dan terus Confidence Index Indonesia dalam tiga tahun terakhir
meningkat menjadi 121,9 pada Agustus 2017. hampir sama. Salah satu faktor pendukung tingginya
Consumer Confidence Index cukup penting bagi indeks tersebut adalah stabilitas perekonomian, baik
perekonomian Indonesia mengingat kontribusi sektor dari kondisi politik maupun kebijakan moneter yang
konsumsi secara makro masih menjadi motor relatif bisa diprediksi dengan rezim bunga rendah.
penggerak pertumbuhan PDB nasional untuk lima
tahun kedepan.
102
101
100
99
98
97
96
95
94
2016-06
2016-10
2017-02
2017-06
2007-02
2007-06
2007-10
2008-02
2008-06
2008-10
2009-02
2009-06
2009-10
2010-02
2010-06
2010-10
2011-02
2011-06
2011-10
2012-02
2012-06
2012-10
2013-02
2013-06
2013-10
2014-02
2014-06
2014-10
2015-02
2015-06
2015-10
2016-02
OECD Indonesia
Aspek kestabilan ini juga tercermin dalam berbagai menurun yang disebabkan oleh pelambatan ekonomi
indikator makro ekonomi seperti laju inflasi, tingkat dunia. Faktor ketidakpastian ekonomi dunia dan
suku bunga kredit, dan nilai tukar rupiah dengan mata lemahnya volume perdagangan dunia sepanjang
uang asing. Dalam lima tahun terakhir, pertumbuhan periode ini turut memberikan pengaruh pada ekonomi
ekonomi Indonesia cenderung stabil dengan tren Indonesia, termasuk realisasi pertumbuhan ekonomi.
13
Meskipun demikian, tingginya permintaan rumah Sepanjang tahun 2018, tren perbaikan harga
tangga yang ditandai dengan kestabilan konsumsi komoditas ekspor nasional diperkirakan akan kembali
masyarakat turut mendukung momentum pemulihan dan menjadi faktor pendukung peningkatan kinerja
sektor perdagangan internasional serta kinerja sektor pertumbuhan ekspor beberapa kuartal ke depan.
penting lainnya.Perkembangan ini meningkatkan
optimisme terhadap asumsi pertumbuhan ekonomi
dalam APBN.
Tabel 1. Tren dan Proyeksi Indikator Kunci
Keterangan 2016 2017 2018 2019(p) 2020(p) 2021(p)
Bagi industri perbankan, terdapat beberapa kondisi 20184, namun sumber pertumbuhan masih menjadi
yang menyebabkan peningkatan pembiayaan ke domain sektor konsumsi rumah tangga yaitu sebesar
berbagai sektor perekonomian. Pertama, konsumsi 56% pada tahun 2018.5 Sementara laju inflasi
rumah tangga yang merupakan pendorong utama diperkirakan stabil di kisaran 4,1 - 4,2% selama dua
pertumbuhan memberikan peluang bagi industri tahun ke depan.
perbankan untuk meningkatkan pembiayaan
konsumer dengan pertumbuhan yang diperkirakan Secara historis, laju pertumbuhan ekonomi nasional
stabil. Kedua, berlanjutnya berbagai proyek mengalami penurunan yang signifikan dari tahun 2012
infrastruktur nasional yang memerlukan pembiayaan sampai akhir 2016 yaitu dari 6,2% menjadi 5,2%.
perbankan dalam jumlah yang cukup signifikan. Pelambatan ini dipicu oleh menurunnya harga
Partisipasi bank syariah dalam sindikasi pembiayaan komoditas yang menjadi andalan ekspor Indonesia
infrastruktur menunjukkan tren meningkat dan terjadi seperti batu bara dan crude palm oil (CPO) di pasar
perluasan partisipasi jumlah bank syariah, termasuk internasional. Hal yang sama terjadi dengan nilai tukar
Unit Usaha Syariah bank daerah. Rp yang melemah dari Rp9.400/USD menjadi lebih dari
Rp13.000/USD. Indikator lain seperti laju inflasi dan
Di sisi lain, perekonomian nasional masih dibayangi suku bunga sempat memburuk selama beberapa
oleh lesunya sektor riil dan belum pulihnya sektor tahun, namun kembali membaik pada tahun 2017 dan
manufaktur. Meski pertumbuhan ekonomi masih 2018.
relatif tinggi di kisaran 5,1% sampai 5,4% pada tahun
Dalam beberapa tahun ke depan, tingkat Selama periode 2018-2022, secara umum beberapa
pertumbuhan ekonomi Indonesia diperkirakan akan lembaga seperti Bank Dunia melansir laporan yang
stabil di kisaran 5,1 sampai 5,4% dan laju inflasi terjaga optimistik terhadap indikator kunci perekonomian
dibawah 4,2%. Tingkat suku bunga masih akan Indonesia.
mengikuti irama yang dimainkan oleh Federal Reserve
(The Fed) mengingat potensi peningkatan suku bunga
The Fed masih tinggi.
15
Gambar 3. Pertumbuhan Perbankan Syariah vs Total Perbankan
100,00 94,37
91,47
90,00
80,00
70,00
(Dalam Persentase)
60,00
Growth Total Aset
Pertumbuhan total aset perbankan syariah mengalami Hal ini menunjukkan bahwa pertumbuhan total aset
tren peningkatan sejak tahun 2005 hingga 2018 secara organik di kisaran 15-20% tersebut belum
seperti ditunjukkan pada Gambar 4. Namun, mampu mengejar pertumbuhan industri perbankan
pertumbuhan total aset dengan CAGR 15% ini belum secara keseluruhan. Dengan demikian, diperlukan
mampu memperbesar pangsa pasar perbankan syariah strategi atau intervensi lain yang mampu mendorong
secara signifikan. Dari tahun 2005 hingga 2016, pangsa pertumbuhan industri perbankan syariah secara
pasar perbankan syariah masih bertengger dibawah eksponensial.
5%.
Gambar 4. Tren Pertumbuhan Aset, DPK, Pembiayaan Syariah, dan Market Share
500000 7,00%
450000
6,00%
400000
5,00%
Pertumbuhan
350000
300000 4,00%
Miliar
250000
200000 3,00%
150000 2,00%
100000
1,00%
50000
0 0,00%
16
Gambar 5 berikut menggambarkan secara jelas kondisi perbankan syariah dapat bergeser melampaui 5%
stagnasi pertumbuhan industri perbankan syariah setelah PT Bank Aceh dikonversi menjadi PT Bank Aceh
selama tiga tahun berturut-turut dari tahun 2013 Syariah.
sampai 2015. Hanya pada tahun 2016, market share
2015
2013
2011
2009
2007
2005
92% 93% 94% 95% 96% 97% 98% 99% 100%
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
Asset 1.469.827 1.693.850 1.986.501 2.310.557 2.534.106 3.008.853 3.652.832 4.262.587 4.954.467 5.615.150 6.095.908 6.729.799
Asset iB 20.707 26.722 36.538 49.555 66.090 97.519 145.467 195.018 242.276 272.344 296.262 356.504
Peta persaingan industri perbankan syariah dapat misalnya bank baru atau lembaga non bank, (b)
dijelaskan, diantaranya dengan menggunakan Five bargaining power dari pelanggan/nasabah, (c)
Forces model dari Michael Porter.6 Menurut Porter, bargaining power dari pemasok yaitu penyedia dana
potensi bisnis suatu industri ditentukan oleh intensitas untuk bank, (d) ancaman dari produk/layanan
persaingan dalam industri tersebut; dan persaingan ini alternatif atau subsitusi, dan (e) pergulatan di antara
dipetakan dengan lima kekuatan yang memengaruhi sesama pesaing existing, dalam hal ini bank-bank
sebuah bisnis yaitu (a) ancaman dari pesaing baru, syariah yang ada.
6Michael
17
Porter (1997). The Competitive Strategy
1. New Entrants
5. Existing 2. Customers
4. Suppliers competitors
3. Substitutes
19
Berdasarkan analisis lima aspek five forces diatas, maka tabel dibawah menyajikan ringkasan atas ancaman atau
tekanan yang dihadapi oleh perbankan syariah.
Tingkat
No. Five Forces Bentuk Ancaman
Ancaman
1 Ancaman pesaing baru Modal > Rp1 triliun Sedang
Tingkat imbal hasil bersaing; Porsi
2 Daya tawar konsumen Sedang
nasabah rasional
3 Daya tawar pemasok Special rate; Dana korporasi Tinggi
4 Ancaman produk substitusi Konvensional; Fintech Tinggi
5 Kondisi persaingan saat ini BUS, UUS, BPRS Tinggi
Berdasarkan Tabel 3 diatas, dapat disimpulkan bahwa layanan merupakan prasyarat untuk bisa
tingkat persaingan dan ancaman yang dihadapi oleh meningkatkan portofolio bisnis di luar segmen captive
perbankan syariah adalah moderat sampai dengan konsumer, mengingat karakter nasabah segmen
tinggi. Oleh itu, perbankan syariah dapat merespon produktif komersial atau korporasi sangat berbeda
melalui: dengan nasabah retail konsumtif.
20
2.5 Peluang dari survei tingkat kepuasan pelanggan
BUS pesaing
Dari hasil survei yang dilakukan oleh Bank NTB di Meskipun demikian, hasil survei mengungkapkan
Provinsi Nusa Tenggara Barat tahun 2017, terdapat hal bahwa kepuasan pelanggan keempat BUS tersebut
yang cukup menarik mengenai tingkat kepuasan masih rendah dalam hal lokasi, fasilitas dan program
nasabah terhadap empat BUS terbesar yaitu Bank loyalitas.
Syariah Mandiri, Bank Muamalat, Bank BNI Syariah,
dan Bank BRI Syariah. Keempat BUS tersebut Berdasarkan hasil diatas, dapat disimpulkan bahwa
merupakan pelaku utama perbankan syariah di pola persaingan bank syariah masih berkutat pada
Indonesia yang bersaing ketat baik secara nasional aspek layanan, fitur produk, dan lokasi. Sedangkan
maupun provinsi. Hasil survei internal Bank NTB, yang program loyalitas pelanggan dan kualitas teknologi
dilakukan oleh MarkPlus Inc. ini, menunjukkan bahwa informasi (TI) masih menjadi titik lemah sebagian BUS
performa ke empat BUS hampir sama khususnya ini. Belajar dari hal tersebut, bank syariah yang akan
dalam hal penerapan konsep syariah dan fitur produk dibentuk nanti harus lebih fokus untuk memperbaiki
yang ditawarkan. Sementara untuk aspek aspek layanan yang masih lemah seperti loyalitas
lokasi/fasilitas, layanan, loyalty program, dan nasabah dan TI.
penggunaan teknologi relatif berbeda.
21
Dalam kajian ini, salah satu komponen penting yang 2. Otoriras Jasa Keuangan (OJK).
perlu diperhatikan adalah keterlibatan dan dukungan
3. Dewan Syariah Nasional – Majelis Ulama
para pemangku kepentingan kunci terhadap rencana
Indonesia (DSN-MUI).
pengembangan perbankan syariah. Peran dan
4. Potensial pemegang saham atau pesaing, yaitu
keberpihakan masing-masing stakeholders berbeda-
Bank Mandiri/Bank Syariah Mandiri, Bank
beda, namun semuanya merupakan para pihak yang
BNI/BNI Syariah, Bank Rakyat
harus diperhatikan dan diperlukan dukungannya.
Indonesia/BRIsyariah, dan Bank Tabungan
Adapun profil tingkat dukungan dan pengaruh
Negara/UUS BTN Syariah.
stakeholders ini bagi industri perbankan syariah
5. Komite Nasional Keuangan Syariah (KNKS).
adalah sebagai berikut:
6. Asosiasi Bank Pemerintah (Himbara).
1. Pemerintah Republik Indonesia, khususnya
Kementerian Keuangan (i.e. Dirjen Pajak, BKF) 7. Asosiasi Perbankan Syariah Indonesia
dan Menteri BUMN. (Asbisindo).
22
Gambar 7. Stakeholders Map
Bank
Kementrian
BUMN OJK
Keuangan
(induk)
Pajak BUMN
Bappenas
BI DSN-
LPS MUI
BPJS
Himbara
Asbisindo
BPK
Sumber: Diolah
Gambar 7. mengilustrasikan posisi beberapa Sementara stakeholders dalam kuadran yang lain tetap
stakeholders kunci terkait kepentingan (interest) perlu diperhatikan dan diminta dukungannya, baik
masing-masing dalam pengembangan perbankan secara langsung, misalnya dalam proses pembentukan
syariah, serta tingkat pengaruh yang dimiliki terhadap Bank BUMN Syariah, maupun tidak langsung, seperti
efektivitas intervensi yang mungkin akan dilakukan. dalam hal memastikan perbankan syariah dapat
Dalam kuadran high interest-high influence yang tumbuh secara signifikan dalam lima tahun ke depan
merupakan aspek kritikal, stakeholders utama adalah dengan total aset mencapai Rp2.000 triliun.
otoritas (OJK), pemegang saham (Menteri BUMN dan
Bank BUMN), Direktorat Jenderal Perpajakan, dan
KNKS. Khusus untuk stakeholders tersebut, perlu
dilakukan pendekatan pada level manajemen tertinggi
oleh KNKS untuk memastikan dukungan dan komitmen
stakeholder terkait terhadap intervensi yang diusulkan.
23
Berdasarkan hasil focus group discussion (FGD) Indonesia (MAKSI) dan Masterplan Ekonomi Syariah
bersama empat bank Syariah milik Bank BUMN, Indonesia (MEKSI) 2019 – 2024, isu permodalan ini
terdapat beberapa permasalahan utama yang patut mendapat perhatian khusus karena dampaknya
dihadapi oleh perlaku perbankan Syariah di yang cukup signifikan dalam kegiatan usaha bank.
Indonesia. Permasalahan tersebut antara lain Modal yang terbatas menjadi kendala ketika bank
keterbatasan modal, tingginya biaya dana (cost of Syariah akan melakukan ekspansi bisnis khususnya ke
fund) dan kondisi perbankan syariah yang umumnya sektor korporasi, institusi, atau pembiayaan proyek
mengalami kelebihan likuiditas. Ketiga permasalahan pemerintah yang membutuhkan dana besar. Selain
tersebut memiliki keterkaitan satu sama lain dan itu, bank Syariah dengan ijin usaha devisa juga perlu
berdampak pada kurang kompetitifnya perbankan menjaga rasio Posisi Devisa Neto (PDN) yang
syariah secara umum. dikaitkan dengan modal bank. Dalam kerangka
perbankan yang diatur berdasarkan aspek risiko,
Keterbatasan modal yang dimiliki bank Syariah kekuatan modal menjadi salah satu kunci
menjadi salah satu permasalahan pokok dalam keberhasilan usaha.
mengembangkan industri perbankan syariah. Selaras
dengan Masterplan Arsitektur Keuangan Syariah
24
Sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 8, perbankan Meskipun demikian, pertumbuhan modal bank Syariah
konvensional memiliki jumlah modal hingga 8,5 kali memiliki tren positif yang tercermin pula pada rasio
lebih besar dibandingkan modal perbankan Syariah kecukupan modal yang semakin membaik setiap
pada tahun 2018. Modal yang kuat ini tercermin dalam tahunnya hingga mencapai 20,39% pada tahun 2018.
rasio kecukupan modal bank konvensional yang selalu
diatas 20% selama periode 2015 – 2018.
Gambar 8. Perbandingan Aspek Permodalan antara Bank Syariah dan Bank Konvensional
Rasio modal bank juga dipengaruhi oleh tingkat non- Struktur DPK perbankan Syariah yang didominasi oleh
performing financing (NPF); dimana penyebab NPF deposito mengakibatkan biaya dana menjadi lebih
sendiri dapat bervariasi. Salah satu faktor yang tinggi dibandingkan industri perbankan konvensional
berpengaruh adalah penerapan prinsip kehati-hatian sehingga pricing pembiayaan yang disalurkan pun
dalam penyaluran dana, termasuk pemilihan nasabah menjadi kurang kompetitif. Gambar 9 menunjukan
dengan kualitas dan kinerja yang baik (prime bahwa selama periode 2015 – 2018, rata-rata rasio
customer). Sesuai dengan profil risiko nasabah yang tabungan dan giro (CASA) bank konvensional selalu
rendah, prime customer biasanya akan memiliki berada diatas angka 54%; sebaliknya, bank Syariah
bargaining power tinggi sehingga meminta kompensasi selalu berada dibawah 45%. Namun, angka tersebut
rate yang lebih menarik. Disinilah permasalahan kedua terus mengalami perbaikan meski masih terpaut jauh
muncul yaitu biaya dana perbankan syariah yang dari bank konvensional.
relative lebih mahal sehingga kurang kompetitif dalam
menarik nasabah prima.
25
Apabila dilihat dari motivasi nasabah menempatkan perlu meningkatkan kualitas layanan serta berusaha
dananya pada instrumen dana murah seperti tabungan memberikan solusi keuangan yang terintegrasi kepada
dan giro yang bersifat transaksional, maka nasabah baik individu maupun institusi. Selain itu,
permasalahan struktur DPK ini erat kaitannya dengan perbankan syariah perlu menggencarkan upaya
kualitas layanan bank Syariah; baik secara riil maupun promosi dan engagement untuk memperbaiki persepsi
persepsi nasabah. Oleh karena itu, perbankan Syariah masyarakat terhadap bank syariah.
Gambar 9. Perbandingan Rasio CASA Bank Syariah dan Industri Perbankan Nasional
Permasalahan selanjutnya berkaitan dengan financing perbankan menjadi kurang optimal sehingga return
to deposit ratio (FDR) bank syariah yang berada yang diberikan kepada deposan/ pemilik dana menjadi
dibawah batas minimum yaitu 80%. Salah satu faktor berkurang.
penyebabnya adalah pricing pembiayaan bank syariah
Sebagaimana terlihat pada Gambar 10, FDR bank
yang kurang menarik apabila dibandingkan dengan
syariah selalu berada dibawah bank konvensional
pesaing. Penyaluran pembiayaan yang kurang optimal
selama periode tiga tahun terakhir; serta mengalami
memiliki berbagai konsekuensi bagi perbankan syariah
tren penurunan dari 88,03% pada tahun 2015 menjadi
seperti (1) terjadinya kelebihan likuiditas karena DPK
78,53% di tahun 2018. Kondisi ini diperburuk dengan
tidak terserap secara optimal, (2) terkena disinsentif
terbatasnya instrumen keuangan jangka pendek
penambahan Giro Wajib Minimum bagi bank dengan
syariah sebagai upaya optimalisasi pengelolaan
FDR dibawah 80% dan (3) performa atau produktivitas
likuiditas perbankan syariah.
26
Latar belakang utama perlunya kajian ini adalah skala besar dapat dilihat dari data yang telah
masih rendahnya penetrasi perbankan syariah di disampaikan pada bagian awal laporan ini.
Indonesia, meskipun industri ini telah memiliki semua
prasyarat untuk berkembang pesat di Indonesia Namun secara kualitiatif, raison d’etre atau alasan
antara lain mayoritas penduduk Muslim, layanan perlunya eksistensi bank syariah skala besar dapat
perbankan syariah sudah terjangkau luas, dan dievaluasi dari Laporan Master Plan Ekonomi Syariah,
pemahaman yang sudah semakin baik di masyarakat. dimana disajikan analisis SWOT perbankan syariah
Secara kuantitatif, alasan dan urgensi bank syariah sebagai berikut:
27
Tabel 4. Analisis SWOT Perbankan Syariah
28
Hasil analisis SWOT diatas memberikan gambaran baik itu bank konvensional, institusi keuangan non-
masih banyaknya peluang perbankan syariah yang bank, atau layanan teknologi finansial seperti P2P
belum dimanfaatkan oleh industri, terutama karena atau crowd funding.
keterbatasan permodalan dan kapasitas bank syariah
yang ada. Secara singkat, kebutuhan akan bank Oleh karena itu, peningkatan kapasitas industri
syariah skala besar didorong oleh beberapa hal perbankan syariah merupakan kebutuhan yang
berikut: sangat mendesak, baik dengan pengembangan
beberapa bank inti secara organik maupun anorganik
1. Aspek permodalan seperti melalui aksi merger. Selain itu, pendirian bank
Banyak peluang ekspansi bisnis akan hilang sekiranya syariah baru yang mempunyai skala bisnis besar
pembiayaan yang dibutuhkan pelaku usaha tidak minimal BUKU III juga patut dipertimbangkan. Berikut
ditangani oleh bank syariah. Bahkan dunia usaha bisa merupakan beberapa peluang ekspansi bisnis bank
saja mencari alternatif lain diluar perbankan syariah, syariah yang seringkali terkendala oleh keterbatasan
modal.
5 Hubungan BUKU bank Umumnya, semakin tinggi BUKU suatu bank, maka akan diasumsikan lebih
dengan tingkat imbal hasil aman sehingga pemilik dana berkenan untuk menempatkan dananya
yang diharapkan oleh dengan rate yang lebih rendah. Sedangkan bank dengan BUKU kecil, pada
nasabah pemilik dana umumnya, memberikan insentif lebih agar pemilik dana menempatkan
dananya di bank tersebut.
2. Mayoritas pendanaan bank syariah bersifat Bahkan, akad yang dominan digunakan seperti
jangka pendek murabaha pun minimal berjangka waktu satu tahun.
Kondisi ini juga menjadi hambatan bagi perbankan
Kondisi pendanaan bank syariah yang masih dominan syariah untuk meningkatkan portofolio pembiayaan
jangka pendek menyebabkan terjadinya risiko komersial atau korporasi. Tanpa pembiayaan
likuiditas akibat short-term mismatch. Saat ini, komersial yang signifikan dan berkualitas, akan sulit
likuiditas perbankan syariah masih dominan DPK bagi perbankan syariah untuk berkembang.
jangka pendek, sedangkan produk pembiayaan
unggulan seperti musyarakah dan mudharabah
merupakan skema jangka panjang.
Rencana pengembangan perbankan syariah dapat Namun, ketiga skenario intervensi ini tidak akan serta
dilakukan dengan zero intervention atau business as merta menjadikan pangsa pasar perbankan syariah
usual dengan proyeksi pertumbuhan yang mengacu bertambah secara signifikan mengingat pertumbuhan
pada data historis industri tahun-tahun sebelumnya perbankan konvensional masih cukup tinggi. Hal ini
misalnya CAGR 15%, atau dengan full intervention disebabkan pasar perbankan nasional masih cukup
secara moderat (25%) atau agresif (37,5%). Simulasi luas, terutama segmen yang selama ini belum masuk
dalam Gambar 11 menunjukan bahwa aset industri dalam sistem perbankan (unbanked population).
perbankan syariah akan bertambah menjadi Rp1.000 Program inklusi keuangan yang secara gencar
triliun jika tanpa intervensi, serta akan berkembang dilaksanakan oleh regulator dan lembaga keuangan
dua atau tiga kali lipatnya dengan intervensi yang perlahan mulai membuahkan hasil dimana inklusi
dilakukan secara moderat atau agresif. keuangan tahun 2016 sudah mencapai 63% dari
target 75% pada akhir 2019.
30
Gambar 11. Target Aset Perbankan Syariah: Skenario business as usual vs intervensi
3018
3000
Total Aset Perbankan Syariah
2500 2219
(Dalam Triliun Rupiah)
2000 2001
1632
1500 1576
1200
882 1241
1000 977
649 1103
424 477 769 959
500 606 834
424 477 725
549 631
424 477
0
2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024
Organik
424 477 549 631 725 834 959 1103
(CAGR: 15%)
Intervensi Moderat
424 477 606 769 977 1241 1576 2001
(CAGR: 27%)
Intervensi Agresif
424 477 649 882 1200 1632 2219 3018
(CAGR: 36%)
Dengan demikian, target pertumbuhan perbankan Selain itu, intervensi yang dijalankan sebaiknya bukan
syariah diharapkan tidak hanya pada angka ‘business saja untuk meningkatkan pasar perbankan syariah,
as usual’, tetapi harus lebih tinggi dari pertumbuhan tetapi juga harus bisa mendorong sistem perbankan
perbankan konvensional baik skenario moderat atau secara keseluruhan.
agresif. Dalam rangka mencapai pangsa pasar sebesar
Dengan menggunakan skenario tanpa intervensi atau
10-15% pada tahun 2024, salah satu cara yang harus
business as usual, pangsa pasar perbankan syariah
dilakukan adalah pendekatan top-down yang selama
pada tahun 2024 diproyeksikan mencapai 7,58%
ini telah menjadi modus operandi regulator di negara
dengan asumsi CAGR perbankan konvensional
lain seperti Malaysia. Pendekatan buttom-up yang
sebesar 10%. Adapun dengan skenario intervensi
selama ini menjadi pendekatan pilihan sebaiknya
moderat dan agresif, pangsa pasar perbankan syariah
ditinjau ulang atau minimal diimbangi dengan
diproyeksikan mencapai 12,95% dan 18,33% seperti
intervensi dan keperpihakan dari sisi kebijakan.
pada Gambar 12.
31
Gambar 12. Proyeksi Market Share Perbankan Syariah pada Tahun 2024
80%
Market Share
60%
8.350 9.185 10.104 11.114 12.225 13.448
40%
20%
Organic BUS UUS (CAGR: 15%) Organic Perbankan Konvensional (CAGR 10%)
Dari tabel 5, terlihat bahwa belum terdapat bank triliun agar sejajar dengan bank peringkat ke sepuluh.
syariah yang masuk ke dalam daftar sepuluh bank Oleh karena itu, diperlukan kebijakan intervensi yang
terbesar berdasarkan total aset pada tahun 2018. bersifat moderat atau agresif agar pertumbuhan aset
Adapun bank syariah milik BUMN dengan aset bank syariah lebih pesat. Dengan demikian, efisiensi
tertinggi, yaitu Bank Syariah Mandiri, masih melalui peningkatan skala ekonomis dapat tercapai.
membutuhkan penambahan aset sebesar Rp65,28
Tabel 5. Bank dengan Aset Terbesar (2018) Tabel 6. Bank Syariah Milik BUMN (2018)
No. Nama Bank Total Aset No. Nama Bank Total Aset
(Triliun Rp) (Triliun Rp)
1 Bank BRI 1.234,20 1. Bank Syariah Mandiri 98,58
2 Bank Mandiri 1.038,71 2. Bank BNI Syariah 41,05
3 Bank BCA 808,64 3. Bank BRI Syariah 38,48
4 Bank BNI 754,58 4. Bank BTN Syariah 27,98
5 Bank BTN 272,30
6 Bank CIMB Niaga 265,06
7 Bank Panin 189,24
8 Bank OCBC NISP 173,58
9 Bank MUFG 166,16
10 Bank Maybank 163,86
Indonesia
32
Apabila industri perbankan syariah dibiarkan tumbuh perbankan konvensional tidak mengalami akselerasi
secara organik dengan CAGR 15% dan asumsi CAGR dan cenderung stagnan. Dari simulasi yang telah
konvensional 10%, maka proyeksi total aset sepuluh dilakukan pada Tabel 7, setidaknya pemerintah perlu
bank terbesar dapat dilihat pada tabel 7. Dengan melakukan intervensi yang bersifat moderat agar
demikian, target total aset yang harus dilampaui oleh salah satu bank syariah dapat masuk ke dalam top ten
bank syariah adalah Rp290,29 triliun supaya bank secara nasional dengan proyeksi total aset Rp
menempati posisi sepuluh besar perbankan nasional. 413,64 triliun pada tahun 2024.
Hal ini dengan asumsi bahwa pertumbuhan
Total Aset
No. Nama Bank
(Triliun Rp)
1. Bank BRI 2186,46
2. Bank Mandiri 1840,13
3. Bank BCA 1432,55
4. Bank BNI 1336,78
5. Bank BTN 482,40
6. Bank CIMB Niaga 469,58
7. Bank Panin 335,24
8. Bank OCBC NISP 307,51
9. Bank MUFG 294,37
10. Bank Maybank 290,29
Indonesia
Intervensi yang dilakukan tentu tidak hanya Dengan jumlah agregat yang besar, empat bank
berpengaruh kepada BSM sebagai bank syariah Syariah milik BUMN dapat dijadikan sebagai acuan
terbesar, tetapi juga meningkatkan jumlah aset dalam upaya penguatan perbankan Syariah nasional.
perbankan syariah secara agregat sebagaimana
ditunjukkan pada Gambar 13.
33
Gambar 13. Proyeksi Total Aset 4 Bank Syariah Milik BUMN (2019-2024)
1400 1304,11
1200
Total Aset 4 Bank Syariah Milik BUMN
958,91
1000
(Dalam Triliun Rupiah)
864,78
800 705,08
680,93
600 518,44
536,16
381,21
400 422,18
280,30 332,42 424,31
206,09 374,65
261,75 331,35
200 206,09 293,55
231,52 260,48
206,09
0
2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024
CAGR INDIVIDU BANK CAGR: 27% CAGR: 36%
Dalam penyusunan laporan ini, penyusun telah Wawancara ini dilakukan untuk mengetahui peluang
melakukan indepth interview dengan beberapa dan hambatan yang akan dihadapi oleh Bank Syariah
responden terdiri dari Divisi Perencanaan dari tiga ketika menjadi salah satu bank yang diberi mandat
BUS dan satu UUS anak usaha empat bank BUMN. pengelolaan program pemerintah sebagai salah satu
Responden terdiri dari tim perencanaan Bank Syariah usulan intervensi yang dapat dipertimbangkan.
Mandiri, Bank BNI Syariah, Bank BRIsyariah, UUS
Bank BTN. Dari hasil wawancara didapatkan informasi bahwa
bank-bank dibawah Bank BUMN sangat mendukung
Selain bank syariah yang dimiliki oleh Bank BUMN, intervensi strategis yang akan dilakukan dengan
penyusun dan tim KNKS juga mewawancarai Bank koordinasi KNKS. BUS dan UUS ini juga menyatakan
BUMN terkait pengelolaan kredit program dan sudah menyiapkan berbagai sarana prasarana untuk
penyaluran dana pemerintah melalui bank-bank ini. menerima tambahan bisnis dan nasabah sebagai hasil
dari intervensi yang nantinya akan diterapkan.
34
Namun demikian, terkait usulan merger diantara • “BTN dikonversi menjadi misalnya ‘Bank Syariah
semua BUS/UUS ini, pandangan yang diterima cukup Indonesia’, kemudian ketiga BUS digabungkan
bervariasi. Tidak didapat kesatuan pandangan baik dalam entitas baru ini.”
mendukung atau sebaliknya. Namun, kesan yang kuat
• “Bank Syariah Indonesia ini sebagai holding, dan
adalah adanya ketidaksiapan dan kekhawatiran kalau
mempunyai SBU-SBU.”
merger ini akan berakibat hilangnya fokus dan
orientasi bisnis selama proses merger berlangsung. • “Merger BUS/UUS anak usaha Bank BUMN tidak
Bahkan, terdapat kekhawatiran jika proses merger ada nilai tambah. Akan ada delay selama dua
bantuan langsung pemerintah, masih terdapat BUMN yang ada), sehingga mudah untuk
beberapa hambatan yang mungkin dihadapi. Salah berkembang. Sementara Islamic finance masih
cukup signifikan, dimana bagi Bank BUMN pelaksana Selain pandangan mengenai alternatif
sekarang masih dirasakan cukup berat terutama pengembangan industri dan pembentukan bank
terkait wilayah yang harus dijangkau. Bank BRI syariah BUMN, responden juga ditanyakan mengenai
diuntungkan dengan jaringannya yang sudah sangat format dan bentuk intervensi yang mereka anggap
luas dan menjangkau pelosok terluar Republik perlu dalam rangka pengembangan industri
Indonesia, khususnya jaringan Teras BRI dan mobile perbankan syariah, serta kesiapan keempat bank
unit yang tersambung dengan satelit BRI. Sedangkan syariah ini dalam menghadapi penambahan bisnis
Bank Mandiri dan Bank BNI juga masih bisa yang signifikan pasca intervensi. Berikut adalah
menangani program pemerintah dengan jaringannya ringkasan respon bank-bank syariah ini.
yang cukup luas, terutama untuk Pulau Jawa,
Sumatera, Sulawesi dan Kalimantan.
35
Tabel 7. Respon BUS 1
36
Tabel 10. Respon UUS 1
37
38
Tabel 11 Logical Framewok Intervensi Perbankan Syariah
GOAL: Meningkatkan aset perbankan syariah menjadi Rp2000 triliun pada tahun 2024
EXPECTED OUTPUT EXPECTED OUTCOME EXPECTED IMPACT
ACTIVITIES:
OUTPUTS: INDICATORS: OUTCOMES: INDICATORS: IMPACT: INDICATORS:
What are we actually What are the immediate results of our Where it should bring us at the
What should be implemented?
doing? action? very end?
Objective 1: Mendirikan Bank BUMN Syariah
Konversi salah satu Bank Bank syariah skala Bank Syariah BUKU Bank Syariah Portfolio Perbankan 5,4 juta
BUMN besar III bertambah (2), mampu pembiayaan syariah lapangan kerja
atau Bank syariah menangani korporasi menciptakan tercipta sampai
pertama BUKU IV pembiayaan skala >40% lapangan kerja 2024 tahun
besar baru
Merger BUS & UUS anak Bank Syariah skala Bank Syariah BUKU Bank Syariah Pembiayaan
usaha Bank BUMN besar III dengan jaringan mampu meningkat di Mendukung Rp1,2 triliun
luas menjangkau semua lini penciptaan value added
segmen nasabah bisnis value added dari sektor
yang lebih luas sektor industri halal
halal bertambah
Dalam rangka mencapai sasaran sebagaimana hasil sumber pertumbuhan tersebut akan diperoleh dari
simulasi dalam bagian 5.1, perlu diidentifikasi beberapa alternatif yang disajikan dalam Tabel
sumber-sumber pertumbuhan bisnis bagi perbankan berikut:
syariah. Hasil sementara dari indepth interviews,
39
6.1 Alternatif Pilihan Metode Pengembangan:
Pro-con Analysis
Berdasarkan penjelasan beberapa kondisi eksisting skala bisnis dan jangkauan perbankan syariah
dan aspirasi terhadap pengembangan perbankan nasional.Berikut beberapa alternatif metode
syariah yang luar biasa, maka diperlukan strategi pendirian Bank BUMN Syariah, beserta analisis pro-
utama yang akan menjadi pendorong pengembangan con untuk masing-masing alternatif.
40
No Alternatif Metode Pro Con
Holding Holding
− Merupakan jalan tengah − Menunggu proses holding
bagi regulator, bank induk, bank BUMN yang belum
dan bank BUMN Syariah terealisasi
− Kebijakan strategis tetap − Tidak menyelesaikan
bisa dikontrol secara permasalahan
terpusat dan tidak permodalan perbankan
mengganggu stabilitas syariah
perbankan Syariah seperti
halnya merger
4 Mendirikan bank syariah − Fresh start, format yang − Biaya yang relatif tinggi
baru dinginkan bisa diterapkan − Bank akan mulai dengan
dalam entitas baru skala kecil dengan brand
Biaya: − Perizinan mendukung (ada belum dikenal
Setoran modal: Rp1 triliun kemudahan) − Rekrutmen perlu waktu
− Tidak menyelesaikan
Bangunan, SDM, IT, dll: +/-
permasalahan
Rp200-500 miliar
permodalan
5 Membeli bank swasta − Bank yang tersedia − Persoalan legacy bank
syariah yang sudah ada dijual tersedia i.e. BMI yang diakuisi: reputasi
− Brand telah dikenal dan & pembiayaan
Kandidat bank: Bank bank telah beroperasi bermasalah
Muamalat (SDM, TI, dsb tidak − Aset lebih kecil
perlu setting dari awal) dibandingkan growth
Biaya: Akuisisi Rp3-4 triliun;
− Tidak memerlukan target (< Rp.100 triliun)
jasa konsultan legal &
proses koversi aset- − Perlu injeksi modal
keuangan/due diligence
liabilitas (untuk penyehatan &
Rp30-50 miliar pertumbuhan aset)
− Tidak memberikan nilai
tambah pada industri
perbankan syariah
6 Mengkonversi bank swasta − Bisa membeli bank − Biaya akuisisi besar
konvensional menjadi dengan skala yang − Proses konversi
syariah diinginkan, atau skala operasional/ legal
kecil untuk kemudian di cukup lama diatas 18
Kandidat bank: Bank recapitalised bulan
− Customer base bisa − Potensi resistensi
Permata, Bank BPD
disesuaikan dengan nasabah dan karyawan
(gabungan), dll.
bank target untuk konversi
Biaya: Akuisisi (tergantung
size bank); Jasa konsultasi,
legal, dll. Rp8-10 miliar
41
Berdasarkan analisis pro-con diatas, serta hasil menjalankan dan menerima manfaat yang optimal
indepth interview dan beberapa FGD dengan bank- dari berbagai intervensi yang akan dilakukan. Oleh
bank terkait, dapat disimpulkan bahwa rencana karena itu, skenario pertumbuhan yang optimis
pengembangan perbankan syariah secara agresif berupa aset perbankan syariah mendekati Rp3.000
dapat dilakukan dengan strategi utama berupa triliun akan terwujud pada 2024, sekiranya bank
mendirikan atau membentuk bank syariah skala besar syariah BUMN skala besar bisa dibentuk dalam 2-3
kemudian dilengkapi dengan berbagai kegiatan tahun ke depan.
afirmasi atau intervensi dalam kerangka preferential
treatment. Sebagai perbandingan dengan kondisi sekarang,
apabila BSM, BNIS, BRIS dan UUS BTN digabung,
Pembentukan bank syariah skala besar yang idealnya maka bank hasil gabungan ini akan memiliki aset
dimiliki langsung oleh negara sebagai Bank BUMN lebih dari Rp200 triliun dengan distribusi kontribusi
merupakan strategi utama. Dengan menjadi bank masing-masing bank sebagai berikut.
BUMN, bank syariah yang dibentuk akan mampu
Gambar 12. Skenario Aset BUS anak usaha Bank BUMN setelah merger
BTN Syariah
13%
BNI Syariah
20%
BTN Syariah BRI Syariah BNI Syariah Bank Syariah Mandiri
42
Kajian Studi Kelayakan Pembentukan Bank BUMN b. Alternatif yang akan berdampak signifikan,
Syariah merupakan langkah awal untuk namun sulit direalisasikan dalam jangka waktu
meningkatkan aset serta peran signifikan perbankan lima tahun kedepan adalah konversi salah satu
syariah di Indonesia sesuai dengan potensinya yang Bank BUMN menjadi BUS. Bank BTN adalah bank
sangat besar. Beberapa alternatif telah dikaji dan yang saat ini paling memungkinkan dan relatif
didiskusikan dengan stakeholders utama sehingga lebih mudah untuk dikonversi – dari segi ukuran,
dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut: jenis aset (mayoritas kredit properti) dan ‘sudah
ada ekspektasi’ publik. Namun, Bank BNI juga
a. Merger BUS anak usaha BUMN adalah alternatif patut dipertimbangkan mengingat Bank BNI
yang banyak didiskusikan dalam berbagai tidak memiliki mandat khusus dari pemerintah
pertemuan (FGD) yang dilakukan KNKS. Namun, sebagaimana BRI yang mempunyai mandat
hal ini bukanlah pilihan utama yang disepakati kredit program dan mikro, Bank Mandiri fokus
oleh para stakeholders. Alternatif metode ini pada korporasi/komersial, serta BTN fokus pada
diharapkan akan menjadi strategi jangka perumahan.
menengah setelah anchor Bank Syariah BUMN
yang cukup besar tersedia.
43
c. Alternatif yang cukup agresif dan relatif mudah dalam mewujudkan Bank Syariah BUMN dalam
untuk direalisasikan adalah mengembangkan jangka waktu lima tahun ke depan. Pilihan
salah satu BUS milik bank BUMN sebagai bank mengenai model bisnis bank syariah skala besar
syariah skala besar. Selain itu, bank ini juga patut ini juga perlu dilakukan, serta kajian lebih detil
dipertimbangkan untuk menjadi Bank BUMN mengenai impact analysis untuk memperkuat
penuh (bank BUMN ke-5). Salah satu kandidat argumentasi kepada pemegang saham
kuat adalah BUS terbesar saat ini Bank Syariah pengendali dan pemegang saham publik.
Mandiri (BSM). BSM secara infrastruktur sudah
siap untuk dikembangkan menjadi anchor bank 2. Perlu dipersiapkan Policy Memo atau Policy
untuk perbankan syariah. Recommendation kepada Kementerian
Keuangan, Kementerian Agama, serta
d. Selain mendirikan bank syariah BUMN skala Kementerian dan Lembaga lainnya terkait
besar (BUKU IV), sumber pertumbuhan dari dengan intervensi yang dibutuhkan bagi
sektor industri halal dan sektor institusi pengembangan perbankan syariah. Pendekatan
pendidikan Islam perlu dioptimalkan melalui langsung dengan Perguruan Tinggi Agama Islam
intervensi kebijakan yang terarah dan strategis. Negeri juga perlu dipertimbangkan, terutama
melalui asosiasi perbankan syariah yang ada.
Dengan hasil tersebut, maka pilihan yang
direkomendasikan untuk memperkuat industri 3. Komite Nasional Keuangan Syariah merupakan
perbankan syariah adalah menjadikan BUS yang ada ‘lead arranger’ dalam mewujudkan rencana
sebagai bank syariah BUMN skala besar (BUKU IV) pendirian Bank Syariah BUMN, untuk itu seluruh
dan diimbangi dengan beberapa kebijakan intervensi proses yang akan dilakukan harus
berupa preferential treatment untuk perbankan dikoordinasikan dengan baik pada level tertinggi
syariah. dari KNKS, sehingga proses transformasi yang
akan diberlakukan untuk satu bank BUMN besar
Adapun langkah-langkah yang diusulkan untuk dapat berjalan dengan baik.
dipersiapkan adalah sebagai berikut:
44