Anda di halaman 1dari 12

PENELUSURAN SEJARAH

PENDIKOTOMIAN ILMU PENGETAHUAN


(UMUM DAN AGAMA) DI INDONESIA
Mohammad Kamaludin1
1
Program Studi PAI FAI Universitas Muhammadiyah Malang

Email : kamalmerah@yahoo.co.id

Abstrak

Ilmu pengetahuan umum dan agama merupakan dua wilayah pengetahuan yang selalu diperdebatkan.
Hingga muncul asumsi-asumsi yang saling menegasikan satu dengan lainnya. Sebenarnya apa yang
sedang terjadi di dunia pendidikan sehingga ada pendikotomian ilmu pengetahuan seperti ini.
Penelusuran sejarah terhadap keduanya mungkin bisa menemukan jawaban yang memadai. Penelitian
ini mengungkap sejarah pemisahan ilmu pengetahuan (Umum dan Agama) melalui fragmen-fragmen
yang dibuat oleh manusia dan kekuasaan terutama kolonial yang sengaja membagi posisi
masing-masing ilmu demi kemudahan dan keperluan deteksi dini terhadap kekacauan. Dari sejarah
dapat terlihat bagaimana agama adalah hulu dari segala bentuk proses pengajaran dan pendidikan yang
ada di Indonesia sebelum datangnya ilmu-ilmu modern seperti sekarang ini. Para guru, kiai, ustad, dan
para pengajar di tempat-tempat tertentu memberi pencerahan kepada masyarakatnya menggunakan
tangan terampil mereka melalui suluh agama. Dasar agama yang di dalamnya terkandung pengetahuan
moral, pengetahuan alam, berhitung, filsafat, dan ilmu mistik disampaikan dengan sangat gamblang dan
tegas.

Kata Kunci : Dikotomi, Pengetahuan Umum, Pengetahuan Agama

Abstract

General science and religion are two areas of knowledge that have always been debated. Until there are
assumptions that confirm each other. Actually what is going on in the world of education so there is a
dichotomy of science like this. Historical searches of both may be able to find adequate answers. This
research reveals the history of the separation of science (General and Religion) through fragments made
by humans and especially colonial powers who deliberately divided the position of each science for the
convenience and necessity of early detection of chaos. From history can be seen how religion is the
upstream of all forms of teaching and education processes that existed in Indonesia before the arrival of
modern sciences as it is today. Teachers, kiai, ustad, and teachers in certain places enlighten their
communities using their skilled hands through religious studies. The basic religions contained in moral
knowledge, natural knowledge, counting, philosophy, and mystical science are conveyed very clearly
and unequivocally.

Keywords : Dichotomy, General Knowledge, Religious Knowledge

www.journal.uwks.ac.id/index.php/sosiologi 4
Penelusuran Sejarah Pendikotomian Ilmu Pengetahuan (Umum dan Agama) di Indonesia

LATAR BELAKANG perbedaan mendasar sehingga upaya menyand-


ingkan keduanya dalam satu ”kotak” tentu akan
Perdebatan pendikotomian ilmu agama dan memicu beberapa persoalan, terutama terkait
ilmu umum (sains) menjadi isu yang menarik untuk dengan benturan-benturan konseptual, metodologis
selalu dibicarakan hingga saat ini. Dikotomi dan ontologis antara ”sains” dan ”agama”. Secara
antara ilmu umum (sains) dan Ilmu agama juga tegas dapat dikatakan, bahwa dalam sejarah, sikap
terjadi di dunia Barat sendiri pasca pandangan- ”ekspansionis”.
pandangan keilmuan yang bersifat positivistik Agama maupun ‘sains’ menolak pengaplingan
yang mendistorsi nilai-nilai religi, justru muncul wilayah masing-masing. Keduanya sulit dipaksa
fenomena yang hendak menyatukan sains dengan berdiam dalam kotak-kotak tertentu, tetapi ingin
agama. Barbour dan Johan F. Hought misalnya, memperluas wilayah signifikansinya ke kotak-kotak
melihat adanya upaya-upaya di Barat untuk lain. Maka, ketika satu ‘kotak’ didiami oleh dua
memadukan sains dengan agama. Setelah masa-masa entitas ini, terbukalah peluang terjadinya konflik
yang sangat panjang konflik antara agama dengan antara keduanya (Bagis, 2005, 19). Pendekatan
sains, yang akhirnya terjadi keterpisahan satu kontras, suatu pernyataan bahwa tidak ada perten-
sama lain dalam sejarah Barat, kemudian muncul tangan yang sungguh-sungguh, karena agama dan
pandangan tentang perlunya dialog antara sains sains memberi tanggapan terhadap masalah yang
dengan agama, dan akhirnya muncul gagasan sangat berbeda. Banyak ilmuwan dan agamawan
reintegrasi sains dengan agama. Diantaranya adalah tidak menemukan adanya pertentangan antara
model integrasi yang di usung oleh F. Hough agama dan sains. Menurut kubu kontras, ‘agama’
dengan tipologi sebagai berikut; Pendekatan dan ‘sains’ sangatlah berbeda sehingga secara
Konflik, suatu keyakinan bahwa pada dasarnya logis tidak mungkin ada konflik di antara keduanya.
sains dan agama tidak dapat dirujukan atau Agama dan sains sama-sama absah meskipun hanya
dipadukan. Artinya banyak pemikir saintis yang dalam batas ruang penyelidikan mereka sendiri
memandang bahwa agama tidak akan pernah yang sudah jelas. Kita tidak boleh menilai agama
dapat didamaikan dengan sains. Masing-masing dengan tolok ukur sains, begitu juga sebaliknya,
berada pada posisi yang berbeda, sains menguji oleh karena itu keduanya harus dipisahkan antara
semua hipotesis dan semua teorinya berdasarkan satu dan lainnya. Jika agama dan sains sama-sama
pengalaman, sedangkan agama berdasarkan mencoba untuk mengerjakan pekerjaan yang
keyakinan. (Haught, 1995). Kaum skeptis ilmiah sama, tentu saja mereka akan bertentangan. Sains
sering mengatakan agama dilandaskan pada dan agama benar-benar mempunyai tugas-tugas
asumsi-asumsi apriori atau ‘keyakinan’, sedangkan yang tidak sama dan tetap menjaga agar sains dan
sains tidak mau menerima begitu saja segala agama berada dalam wilayah yurisdiksinya masing-
sesuatu sebagai benar. Menurut kaum saintis, masing. Jadi, agama dan sains tidak perlu men-
memandang agama terlalu bersandar pada imajinasi campuri urusan satu sama lain. Pendekatan
yang liar, sedangkan sains bertumpuk pada fakta Kontak, suatu pendekatan yang mengupayakan
yang dapat diamati. Agama terlalu emosional, dialog, interaksi, dan kemungkinan adanya
penuh gairah dan subjektif, sedangkan sains berusaha ”penyesuaian” antara sains dan agama, dan terutama
untuk tidak memihak, tidak terlalu bergairah, dan mengupayakan cara-cara bagaimana sains ikut
objektif. Jadi, pertautan antara keduanya tidak mempengaruhi pemahaman religius dan teologis.
dengan mudah dapat dilakukan. Keduanya memiliki Cara untuk menghubungkan agama dengan sains,

5 Journal of Urban Sociology | Volume 4 / No. 1 / April 2021


Mohammad Kamaludin

sebab Haught, tidak rela membiarkan dunia ini METODE PENELITIAN


terpilah-pilah menjadi dua ranah. Tetapi ia juga
tidak setuju pada harmoni yang dangkal dalam Penelitian ini menggunakan dua pendekatan
pendekatan peleburan. Maka menurutnya, yang memungkinkan, yaitu :
pendekatan ini setuju bahwa sains dan agama 1. Historis yaitu pendekatan yang mengkaji sejarah
jelas berbeda secara logis dan linguistik, tetapi pendidikan agama Islam di Indonesia yang
dalam dunia kenyataan, mereka tidak dapat dikotak- dilakukannya melalui sumber-sumber buku
kotakan dengan mutlak, sebagaimana diandaikan sejarah atau yang relevan.
oleh kubu pendekatan kontras. Kata Haught, 2. Filosofis yaitu pendekatan yang digunakan
bagaimana pun di dunia Barat, agama telah mem- dengan mencermati pola pemikiran yang ada
bentuk sejarah sains, dan pada gilirannya pada masa-masa tertentu untuk diteliti secara
kosmologi ilmiah pun telah mempengaruhi teologi. filosofis.
Pendekatan Konfirmasi, suatu perspektif yang lebih Jenis penelitian ini merupakan penelitian
tenang, tetapi sangat penting, perspektif ini menyoroti pustaka (library research) yaitu penelitian yang
cara-cara agama, pada tataran yang mendalam, objek utamanya adalah buku atau sumber-sumber
mendukung dan menghidupkan segala kegiatan kepustakaan lain yang berkaitan dengan tema
ilmiah. Pendekatan konfirmasi, menyarankan yang diteliti. Penelitian pustaka termasuk kategori
agama dan sains agar saling mengukuhkan. Artinya, penelitian kualitatif artinya penelitian ini tidak
agama dapat memainkan peran dalam pengembangan menggunakan prosedur analisis statistik atau cara
sains yang lebih bermakna. Begitu pula, temuan- kuantifikasi lainnya (Lexi J. Maleong, 2017 ; 6).
temuan sains dapat memperkaya dan memperbarui Penelitian ini adalah termasuk jenis penelitian
pemahaman teologis. Dengan demikian, posisi pustaka berjenis kualitatif, yaitu penelitian yang
“agama memperkuat dorongan yang dapat tidak mengadakan penghitungan data secara
memunculkan sains. Agama dengan suatu cara kuantitatif. Ada beberapa kunci utama dalam
yang sangat mendalam, mendukung seluruh upaya penelitian literatur (pustaka) dengan jenis kualitatif,
kegiatan ilmiah”. Maka dapat dikatakan bahwa, yaitu: 1. The researcher is the main instruments that
“pendekatan konfirmasi adalah “memperkuat” will read the literature accurately; 2. The research
atau “mendukung”. Jadi, agama dapat mendukung is done descriptively. It means describing in the
sepenuhnya dan bahkan melandasi upaya ilmiah form of words and picture not in the form of
dalam memberi makna kepada alam semesta. number; 3. More emphasized on the process not
Lalu bagaimana dengan kasus Indonesia hingga on the result because the literature is a work that
terjadi pemisahan antara ilmu agama dan ilmu umum rich of interpretation; 4. The analysis is inductive;
saat ini terutama yang terjadi di lembaga-lembaga 5. The meaning is the main point. Sedangkan
pendidikan. Maka diperlukan sebuah penelaahan metode pengumpulan data yang digunakan adalah
yang komprehensif atas hal ini dengan menelusuri metode dokumentasi, yaitu data tentang variabel
sejarah masa lalu tentang terbentuknya kondisi yang berupa buku, catatan, transkrip, surat khabar,
seperti sekarang ini. Penelitian ini akan menitik- majalah, jurnal, dan lain sebagainya. Sedangkan
beratkan pada pertanyaan tentang bagaimana sejarah tehnik analisa data yang dipilih adalah deskriptif
sistem pendidikan Islam di Indonesia dari masa ke analisis dengan menggunakan serangkaian tata
masa dan mengapa terjadi pendikotomian ilmu fikir logis yang dapat dipakai untuk mengkon-
pengetahuan (umum dan agama) di Indonesia? struksikan sejumlah konsep menjadi proposisi,

www.journal.uwks.ac.id/index.php/sosiologi 6
Penelusuran Sejarah Pendikotomian Ilmu Pengetahuan (Umum dan Agama) di Indonesia

hipotesis, postulat, aksioma, asumsi, ataupun penting untuk dicatat sebagai awal mula pendidikan
untuk mengkontruksi menjadi teori. Tata fikir dan pengajaran Islam diterapkan. Sebab ia mulai
tersebut adalah tata fikir perspektif, tata fikir mengajarkan Islam di Banjar dengan cara mendirikan
deskriptif, dan tata fikir interpretatif. sebuah madrasah (surau) dengan sistem yang
Data yang terkumpul selanjutnya dianalisis lebih teratur (Mahmud Yunus, 1995, 20). Meski
secara tajam dan terukur dari buku-buku yang sulit menyebut pola ini sebagai madrasah pertama
tersedia dan relevan. Analisis dilakukan secara di Nusantara karena dibangun melalui sistem
induktif, dan deskriptif guna mendapatkan hasil yang amat sederhana dengan mengandalkan surau
yang diinginkan dan kesimpulan yang memadai. (masjid kecil) sebagai tempatnya. Ia mengajar
hingga wafatnya tahun 1691 M di usia 45 tahun.
Dan dilanjutkan oleh murid-muridnya (Mahmud
SISTEM PENDIDIKAN ISLAM Yunus, 1995, 18). Sampai di sini tidak lagi bisa
MASA AWAL ditemui sistem pendidikan dan pengajaran seperti
apa yang dilakukan oleh murid-murid Syekh
Awal masuknya Islam di pulau-pulau Nusantara Burhanuddin. Buku-buku yang diajarkan pun
menjadi titik mula memberikan penjelasan tentang tidak diketahui jejaknya. Jika pada masa Syekh
sistem pendidikan Islam. Ada dua pendapat yang Burhanuddin ada pengajaran ilmu syariat yang
berbeda dalam penentuan awal masuknya Islam, didapatkan dari gurunya Syekh Abdul Rauf di
satu pendapat ada pada abad ke 7 masehi (pendapat Singkil, Aceh.
Hamka dan kawan-kawan), pendapat yang lain pada Bisa dikatakan sistem pengajaran dan pendidikan
sekitar abad 13 masehi atau masa yang lebih kini. Islam pada masa awal berjalan seiring dengan
Mana yang benar? masih diperlukan penyelidikan penyebaran agama Islam itu sendiri. Masjid,
lebih lanjut terutama penelitian yang melibatkan surau, atau komunitas yang lebih kecil seperti
bidang antropologi dan paleontologi. Yang jelas keluarga menjadi lembaga-lembaga informal yang
menurut MC. Ricklefs meskipun tidak terdapat tumbuh di masyarakat luas. Nor Huda mencatat
satu pun bukti mengenai Islamisasi yang bisa bahwa sebelum masa penjajahan Belanda daerah-
ditemukan di suatu tempat bukan berarti tidak ada daerah di Indonesia sudah memiliki sistem
orang-orang muslim disana (MC. Ricklefs, 2005; pendidikan yang menitikberatkan pada membaca
33). Akan tetapi pembahasan ini hanya dikhususkan (pengajian) al-Qur’an, pelaksanaan shalat, dan
untuk melihat keadaan pendidikan dan pengajaran pelajaran tentang kewajiban-kewajiban pokok agama
Islam dan bukan menentukan persoalan masuknya (Nor Huda, 2015; 15). Tempat mengaji al-Qur’an
Islam. Jika merunut sejarah yang ada pengajaran ada di surau atau masjid dengan duduk bersila
Islam bisa bermula dari sistem pengajaran Islam tanpa meja, guru pun juga duduk. Belum ada
di Minangkabau pada tahun 1250 M bersamaan kelas-kelas dan para murid satu persatu mendatangi
dengan masuknya Islam di wilayah itu. Syekh guru. Pelajaran awal adalah pengenalan huruf-huruf
Burhanuddin adalah tokoh penting dalam menerapkan al-Qur’an, setelah lancar dilanjutkan belajar membaca
pengajaran Islam di ranah Minang, Sumatera Barat. al-Qur’an. Selain itu ada pula pembelajaran
Ia berasal dari Ulakan, Pariaman, yang pernah cara-cara shalat, pelajaran keimanan, dan pengajaran
menimba ilmu di Aceh dari seorang guru bernama akhlaq. Pengajian Qur’an bisa dikatakan merupakan
Syekh Abdul Rauf dari Singkil. Proses sekembalinya sistem pendidikan dan pengajaran Islam pertama
Syekh Burhanuddin dari Aceh merupakan momen (Mahmud Yunus, 1995 ; 34).

7 Journal of Urban Sociology | Volume 4 / No. 1 / April 2021


Mohammad Kamaludin

Peran pengajar dan penganjur agama Islam Begitu pun sistem pendidikan, penjajah Belanda
masa ini sangat besar untuk memajukan kehidupan melihat kemajuan yang berarti pada bidang
bangsa. Oleh karenanya jika ada anak-anak yang pengetahuan. Sartono Kartodirdjo mengambarkan
belajar (santri) ke surau bersama bimbingan para peran ulama sebagai pembina pengetahuan
ulama dianggap sebuah kemajuan dalam pendidikan. dengan lembaganya yang dinamakan pesantren
Meski yang diajarkan bukan pengenalan telah memfungsikannya sebagai pembangun
huruf-huruf latin seperti sekarang namun budaya karakter secara nasional (Suryanegara, 2009,
literasi di kalangan mereka sudah cukup memadai 302). Belanda menyadari sepenuhnya hal ini
untuk dikatakan sistem pendidikan sedang dengan menjawabnya melalui politik etis (1901).
berjalan. Dalam catatan sejarah sampai awal abad Pelaksanaan modernisasi sistem pendidikan di
20 M, masyarakat pribumi hanya mengenal huruf Indonesia dengan mendirikan sekolah untuk
Arab al-Qur’an, huruf Arab Melayu, atau huruf pribumi sebagai pesaing sistem pesantren yang
daerah, tanpa mengenal huruf latin. Ini merupakan ada sebelumnya bertujuan mematikan peran
contoh kuatnya dampak pengaruh ulama sebagai ulama. Strategi devide et impera dimaksudkan
lembaga pencerdas bangsa (Ahmad Mansur untuk memecah belah jiwa bangsa sejak
Suryanegara, 2009; 301). kanak-kanak dengan pembedaan pelayanan
sistem pendidikan. Didiskriminakasikan melalui
sistem pendidikan atas dasar etnis dan strata sosial
SISTEM PENDIDIKAN ISLAM serta hereditas antara bangsawan dan rakyat jelata
MASA SEBELUM KEMERDEKAAN (Suryanegara 2009; 303). Strategi ini berhasil dengan
bisa memisahkannya antara sistem pendidikan ala
Pada masa ini sistem pendidikan di Indonesia Belanda (sebagai penjajah) dan ala pribumi
mulai ada perubahan dengan mengikuti perkem- (Indonesia). Pola pengajaran yang diterapkannya
bangan masa kolonial. Belanda yang selama hampir juga berbeda. Masyarakat pribumi akrab dengan
3 setengah abad berada di bumi Nusantara, utamanya pola pembelajaran sorogan atau bandongan.
di pulau Jawa, telah membawa perubahan- Sebelumnya disebutkan bahwa proses pem-
perubahan mendasar terhadap hampir semua sistem belajaran bagi anak-anak pribumi dilakukan di
birokrasi. Sistem pemerintahan yang dipegang surau atau mushola kampung yang dipimpin oleh
oleh seorang gubernur (governoor) Belanda seorang ustad atau kiai. Surau menjadi semacam
mendapat mandat langsung dari kerajaan Belanda. tempat belajar sekaligus tempat bermain mereka
Artinya sistem yang digunakan untuk mengatur sehari-hari. Setiap sebelum waktu shalat tiba
ada dalam pengawasan pemerintah Belanda di mereka berbondong-bondong pergi ke surau,
Den Haag atau setidaknya serupa dengan sistem sambil menanti waktu adzan dikumandangkan
yang diterapkan di Belanda. Sistem ekonomi bacaan-bacaan surat pendek dari kitab suci
lebih mengacu pada sistem perdagangan Eropa al-Qur’an mereka lantunkan. Ini merupakan
pada saat itu dengan beberapa modifikasi seperti sarana latihan bagi mereka dalam menghafal isi
yang difungsikan oleh pemerintah Belanda di kitab suci. Tidak ada tahapan dalam proses ini,
negeri asalnya. VOC adalah contoh paling dekat karena mereka begitu saja melafalkan sesuai
dalam sistem perdagangan yang diterapkan di dengan yang diarahkan oleh ustad atau kiai. Tanda
semua lini ekonomi negeri jajahan Belanda, tak baca masih diperhatikan, panjang pendek kata,
terkecuali Nusantara. naik turunnya nada atau aksentuasi.

www.journal.uwks.ac.id/index.php/sosiologi 8
Penelusuran Sejarah Pendikotomian Ilmu Pengetahuan (Umum dan Agama) di Indonesia

Berjalannya waktu sistem pendidikan terutama hadirnya sekolah Muhammadiyah dalam hal ini
yang berkaitan dengan pelajaran agama mengalami penting karena sistem pendidikan agama setidaknya
dinamisasi. Melanjutkan periodesasi dari tanah bisa menjawab kebutuhan akan sekolah formal
Minang Sumatera Barat yang sempat mengalami agama di masa setelah kemerdekaan yang serba
kemunduran pasca perang Paderi. Beberapa tokoh terbatas. Meski diakui ada banyak pesantren dan
perlu disebutkan seperti Syekh Ahmad Khatib, lembaga pendidikan agama non-formal yang
Syekh Thaher Jalaludin, Syekh Muhammad Djamil bertebaran di tiap daerah di Indonesia namun
Djambek, Haji Abdul Karim Amrullah dan Haji posisinya masih kurang diperhitungkan karena
Abdullah Ahmad. Mereka adalah para penerus masalah formalitasnya. Jika dipolakan dalam
dan pelopor pembaharuan sekaligus ‘bidan’ atas sistem pendidikan nasional hanya sekolah-sekolah
lahirnya tokoh-tokoh nasional Indonesia di berbagai yang memiliki sistem organisasional terdaftar yang
bidang seperti ; politik, sosial, pendidikan, dan bisa diperhitungkan. Sekolah-sekolah yang didirikan
lainnya. Bukan hanya tokoh, organisasi-organisasi oleh Muhammadiyah awalnya disebut sebagai
besar juga adalah sumbangsih dari pikiran dan sekolah seperti sekolah umumnya, artinya bukan
pengaruh mereka. Pendidikan menjadi unsur sekolah agama. Namun belum adanya kurikulum
utama yang dapat menyebarkan pikiran dan pendidikan nasional yang baku masa itu, sekolah
pengaruh ke semua kalangan di negeri Nusantara. Muhammadiyah juga mengajarkan pelajaran-
pelajaran agama Islam dan menjadi ciri khas yang
tidak hilang hingga hari ini. Setelah terbit peraturan
SISTEM PENDIDIKAN ISLAM bersama Menteri PP dan K dan Menteri Agama
MASA SESUDAH KEMERDEKAAN tanggal 16 Juli 1951, sekolah negeri juga menye-
lenggarakan pendidikan agama di sekolah. Lalu
Sekolah agama mendapat tantangan yang bermunculan sekolah-sekolah dari lembaga swasta
sangat berat di masa Sukarno, karena tidak ada lain yang mengajarkan agama, seperti sekolah-
sekolah agama yang memadai. Pemerintah masih sekolah katolik dan sebagainya. Tidak sampai
berkonsentrasi memikirkan pembangunan fisik disitu Muhammadiyah juga berinisiatif mendirikan
negara yang hancur akibat perang dan penjajahan. sekolah guru agama seperti ; PGAP, PGAA, atau
Sekolah agama berada pada posisi periferal, PGA 6 tahun, serta perguruan tinggi seperti; FKIP
apalagi pendidikan agama, yang masa itu belum Muhammadiyah dan Universitas Muhammadiyah
menjadi prioritas utama pengembangan sistemnya. guna mendukung dan memperkuat sistem
Pada masa ini prioritas utama yang dipikirkan pendidikan Islam waktu itu. Sebagai lembaga
adalah masalah-masalah yang berkaitan dnegan swasta Muhammadiyah tidak mendapat subsidi
politik, dari perang fisik hingga diplomasi (Haidar dari pemerintah dengan mengandalkan kemampuan,
Putra Daulay, 2013;211). Untungnya ada beberapa kemauan, dan darma bakti umat Islam dan rakyat
sekolah agama seperti Muhammadiyah yang secara sendiri (lihat buku 50 Tahun Pendidikan di
formal masuk di jajaran sistem pendidikan formal Indonesia, DepDikBud, 1995 ; 122).
masa itu. Meskipun swasta sekolah-sekolah yang Di era kepemimpinan presiden Suharto keadaan
ada di bawah naungan organisasi masyarakat sedikit berubah dengan pembangunan fisik dan
Muhammadiyah dapat diperhitungkan sebagai sumber daya manusia yang semakin berkembang.
jalan keluar membantu sekolah-sekolah negeri Era ini ditandai oleh tumbuhnya kesadaran
yang masih terbatas jumlahnya. Titik tekan masyarakat untuk mengejar pendidikan sebaik-

9 Journal of Urban Sociology | Volume 4 / No. 1 / April 2021


Mohammad Kamaludin

baiknya jika perlu setinggi-tingginya. Mereka sudah upaya pembenahan sistem pendidikan yang
menganggap sekolah sebagai sebuah kebutuhan terkomputerisasi. Generasi yang lahir di atas tahun
yang harus diperjuangkan. Banyak sekolah-sekolah 1960-an dipaksa oleh masa yang menuntut
swasta didirikan demi memenuhi kebutuhan akan mereka melek teknologi informasi.
pendidikan yang memadai. Gedung-gedung sekolah Pendidikan Islam yang memiliki sistem yang
dibangun di mana-mana hampir seluruh daerah di berbeda dari sistem pendidikan umum berusaha
Indonesia. Pemerataan pembagunan yang menyesuaikan diri dengan menerapkan teknologi
dicanangkan oleh pemerintah saat itu dengan informasi pula. Yang paling terlihat di sekolah-sekolah
Pelita (dari I sampai dengan IV) menyebabkan dimana banyak yang menggunakan ilmu pengetahuan
‘perlombaan’ pembangunan fisik sekolah terjadi dan teknologi (iptek) berjalan seiring dengan iman
di banyak tempat. Tidak ketinggalan pendirian dan taqwa (imtaq). Seolah menjadi adagium resmi
perguruan tinggi-perguruan tinggi juga memacu di tengah masyarakat penerapan iptek dan imtaq
pembangunan menjadi lebih berkualitas. Pendidikan banyak dipilih sebagai jalan keluar menghadapi
agama di era ini juga berkembang pesat. Hadirnya era baru sistem pendidikan. Pendidikan Islam
sekolah-sekolah swasta selain Muhammadiyah yang sebenarnya agak tertinggal dalam penerapan
menyebabkan berkembangnya sistem pendidikan digitalisasi sistemnya berusaha mengejar dengan
agama terutama agama Islam. Pemerintah sudah berbagai cara. Siswa-siswa yang belajar agama
menganggap perlu mendukung berkembangnya dipaksa mendigitalisasi proses belajar mereka.
program pendidikan agama atas desakan kebutuhan Tidak melulu mereka belajar dengan cara konven-
orang tua murid yang merasa pendidikan agama sional yang hanya duduk mendengar lalu menirukan
lebih ditingkatkan. dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Siswa harus aktif pula bertanya dan menjawab
persoalan-persoalan sekitar agama dengan cara
SISTEM PENDIDIKAN ISLAM baru. Bahkan Qur’an pun bisa dipergunakan
ERA MILENIUM BARU sebagai pegangan untuk menjawab persoalan
berkaitan dengan era yang serba canggih ini.
Sejak munculnya era komputerisasi di tahun Membaca Qur’an secara digital atau menerangkan
1960 an, dunia berlomba mengubah cara pandang Qur’an dengan sistem tematik adalah cara baru
mereka terhadap pengelolaan sistem pendidikannya. yang sering dilakukan oleh sekolah-sekolah
Jika dulu pendidikan harus hanya diajarkan dalam dalam menerapkan pelajaran pendidikan agama
ruang kelas di sekolah berubah cara menjadi di mereka. Guru-guru agama dipersiapkan agar
mana pun bisa menjadi ruang pengajaran dan mampu menguasai teknologi informasi yang
pembelajaran. Lambat namun pasti perubahan ini ramah terhadap agama. Qur’an tidak lagi dibaca
menjadikan semua unsur pendukungnya berubah hanya melalui buku manual tetapi teknologi telah
pula. Seperti ; kurikulum, materi pelajaran, buku mengubah cara membaca Qur’an di gawai yang
dan alat tulis, dan sebagainya. Komputer adalah bisa dipakai di mana pun. Pembahasan tentang
alat utama yang awalnya sebagai pendukung masalah agama tidak hanya dilakukan di tempat
proses belajar-mengajar kemudian beralih menjadi tertentu seperti masjid, musola, atau ruang sekolah
bagian utama sistem pembelajaran di era ini. saja tetapi bisa dibahas di media sosial yang ada
Indonesia yang menjadi bagian proses komputer- di genggaman. Sehingga kecepatan merespon
isasi dunia mau tidak mau terlibat aktif dalam jawaban dan kemampuan personal seorang

www.journal.uwks.ac.id/index.php/sosiologi 10
Penelusuran Sejarah Pendikotomian Ilmu Pengetahuan (Umum dan Agama) di Indonesia

pendidik menguasai teknologi informasi adalah SISTEM PENDIDIKAN INDONESIA


pertimbangan utama kemajuan sistem pendidikan DALAM KONFLIKTUAL
Islam di era milenium baru ini.
Era baru ini juga ditandai dengan kemudahan Ada proses yang panjang jika membicarakan
penyebaran informasi kepada siapa pun dan sistem pendidikan agama di Indonesia dari era
dimana pun. Pendidikan agama terutama Islam di masa lampau sebelum kemerdekaan hingga era
Indonesia melalui departemen agama berusaha millenium baru. Pendidikan agama merupakan corak
menciptakan inovasi-inovasi baru pembelajaran yang khas yang muncul sebagai sistem pendidikan
agama. Kurikulum agama juga berubah dari yang di Indonesia. Bagi negara lain pendidikan agama
konvensional imajinatif ke arah lebih teknologis mungkin bukan sebagai penanda penting pendidikan
informatif. Pengetahuan sains membuat pembelajar mereka. Sepengetahuan penulis pendidikan agama
berpikir rasional dan empiris dan pendekatan di negara lain hanya merupakan salah satu bagian
agama tidak bisa dilepaskan dari pendekatan dari mata pelajaran umum yang disediakan oleh
rasional dan empiris juga (Haidar Putra Daulay, pemerintah. Di Indonesia pendidikan agama
2013;207). Materi-materi belajar agama bukan berada di bawah binaan dan naungan departemen
hanya sekedar belajar membaca cerita-cerita masa agama Republik Indonesia bukan departemen
lalu atau menerapkan hukum-hukum menjalankan pendidikan dan kebudayaan Republik Indonesia.
perintah Allah saja. Kini materi agama harus men- Penempatan pendidikan agama yang seperti ini
gandung pemanfaatan cerita masa lalu sebagai menyebabkan pendidikan agama di Indonesia
pelajaran untuk masa kini dan penerapan berada dalam posisi berbeda dengan pendidikan
hukum-hukum Islam bisa berubah seiring umum. Belum lagi berkenaan dengan lembaga
perkembangan jaman dengan mentafsirkan ulang atau instirusi yang mengelola pendidikan tersebut.
hukum tersebut. Selain itu majelis-majelis ilmu yang Karena lembaga atau institusi ini akan terpisah
ada di media sosial bisa sangat bermanfaat untuk secara manajemen dan kepemimpinannya beserta
mengembangkan pengetahuan agama seseorang unsur-unsur di bawahnya seperti guru, dosen,
yang mungkin tidak diperoleh di sekolah formal. kurikulum, dan program-program pengembangan
Kompleksitas masalah di era ini memang perlu yang melingkupinya.
jawaban yang komprehensif yang tidak mungkin Dari sejarah dapat terlihat bagaimana agama
hanya didapat di sekolah yang hanya beberapa adalah hulu dari segala bentuk proses pengajaran
jam saja. Pengetahuan dari luar sekolah perlu dan pendidikan yang ada di Indonesia sebelum
dicari sendiri oleh setiap pembelajar agama untuk datangnya ilmu-ilmu modern seperti sekarang ini.
memperkaya khazanah pengetahuan agamanya. Para guru, kiai, ustad, dan para pengajar di
Pemerintah dalam hal ini departemen agama yang tempat-tempat tertentu memberi pencerahan
menaungi pendidikan agama di sekolah hanya kepada masyarakatnya menggunakan tangan
berfungsi secara formal mengatur sistem pendidikan terampil mereka melalui suluh agama. Dasar
agama tanpa mampu menghambat siswa atau agama yang di dalamnya terkandung pengetahuan
pembelajar agama di luar sekolah. Jadi tidak ada lagi moral, pengetahuan alam, berhitung, filsafat, dan
pemahaman bahwa agama sebagai benteng seseorang ilmu mistik disampaikan dengan sangat gamblang
menghadapi masalah namun diri pembelajar dan tegas.
sendiri yang mencari benteng pertahanan untuk Dari sejarah dapat terlihat bagaimana agama
dirinya dengan agama. adalah hulu dari segala bentuk proses pengajaran

11 Journal of Urban Sociology | Volume 4 / No. 1 / April 2021


Mohammad Kamaludin

dan pendidikan yang ada di Indonesia sebelum berada di bawah kendalinya.


datangnya ilmu-ilmu modern seperti sekarang ini. Satu kesimpulan penting dalam konferensi
Para guru, kiai, ustad, dan para pengajar di Islam Internasional tentang dikotomis ilmu bisa
tempat-tempat tertentu memberi pencerahan dicatatkan di sini yaitu :
kepada masyarakatnya menggunakan tangan dan “..And that there exists at present a regrettable
pikiran terampil mereka melalui suluh agama. Dasar dichotomy in education in Muslim world, one system,
agama yang di dalamnya terkandung pengetahuan namely, religious education being completely
moral, pengetahuan alam, berhitung, filsafat, dan divorced from the secular sciences and secular
ilmu mistik disampaikan dengan sangat gamblang education being equally divorced from religion,
dan tegas. Belum ada pemisahan antara yang althought such compartmentalization was contrary
mereka ajarkan antara ilmu agama dan bukan to the true Islamic concept of education and made
ilmu agama. Menurut Muhammad Mustaqim dalam it impossible for the product of either system to
penjelasan Jurnalnya mengatakan bahwa secara represent Islam as a comprehensive and integrated
normatif Islam menghargai penguasaan ilmu vision of life.”
pengetahuan. Ilmu dalam Islam dipandang secara Menarik jika mencermati pernyataan tersebut,
utuh dan universal, tidak ada istilah pemisahan berkaitan dengan pembedaan penempatan dua
atau dikotomi (Mustaqim , 2015 ; 260). Penghargaan elemen dasar di dunia pendidikan. Pada konferensi
terhadap ilmu menjadikan agama Islam tidak itu menyayangkan adanay keterpisahan antara
memandang sebelah mata terhadap ilmu apa pun. pengetahuan agama dan pengetahuan umum yang
Dasar inilah yang dipakai oleh Islam mengajarkan disebut sebgai pengetahuan sekuler. Sekularisasi
segala sesuatu tanpa keraguan seperti yang pernah pengetahuan tidak memiliki akar yang jelas.
dilakukan oleh sarjana-sarjana muslim masa Belum diketahui siapa yang pertama kali men-
lampau di era peradaban Islam. ganggap keterpisahan antara pengetahuan agama
Andrew Goss pernah menulis dalam bukunya dan sains (umum). Padahal terang sekali Islam tidak
di tahun 2011 tentang Belenggu Ilmuwan dan pernah memisahkan antara dua kutub keilmuan
Pengetahuan dari Hindia Belanda sampai Orde tersebut. Karena anggapan Islam ilmu bersifat
Baru yang menyayangkan bahwa “dunia ilmu komprehensif dan memiliki pandangan hidup
pengetahuan Indonesia (pengetahuan umum; penulis) yang menyatu. Sulit mengatakan dalam kehidupan
bahkan jika ditarik mundur di masa kolonial hanya jika harus memisahkan posisi pengetahuan itu
sebuah catatan kaki dalam sejarah ilmu pengetahuan” sekuler atau agama kecuali ada kehendak untuk
lalu ia menambahkan “....Selama 20 tahun terakhir memisahkannya. Contoh sederhana seperti masalah
para sarjana membuktikan dengan meyakinkan hidup manusia apakah itu persoalan biologis semata
bahwa di Hindia Belanda, para ilmuwan, mulai atau masalah yang berkaitan dengan hubungan
dari antropolog, dokter, hingga pembuat peta dan dengan Tuhan. Jika mengatakan hanya persoalan
ahli geofisika hanyalah tentakel dari kekuasaan biologis saja lalu bagaimana manusia yang hidup
kolonial” (Andrew Goss, 2014; 3). akan menghargai makna atau nilai-nilai kehidupan
Kenyataan yang tragis bagi pengetahuan dan kemanusiaan yang jelas berada di ranah
umum yang tumbuh di Indonesia dari masa lalu spiritual atau agama?
mungkin hingga sekarang. Nampaknya tidak Beda maksud apabila ada kehendak memisahkan
pernah sekali pun pengetahuan umum bebas dari antara pengetahuan umum dan agama. Sedari awal
jeratan otoritatif kekuasaan yang menghendaki akan terbimbing keinginan untuk tidak melibatkan

www.journal.uwks.ac.id/index.php/sosiologi 12
Penelusuran Sejarah Pendikotomian Ilmu Pengetahuan (Umum dan Agama) di Indonesia

salah satu pengetahuan dengan lainnya tanpa kondisi masa lampau. Sejarah Islam pernah
diketahui mengapa harus dipisahkan. Anggapan menorehkan tinta emas di peradaban dunia
seolah ilmu pengetahuan agama berbeda dengan melalui kemunculan ide-ide besar pengetahuan
ilmu pengetahuan umum akan menjadi sebuah asumsi sepanjang sejarah manusia. Tokoh-tokoh seperti
pribadi saja bukan premis umum yang bisa diterima ibn Sina (Avicenna), ibn Rusyd (Averroes), ibn
secara rasional karena tidak mempunyai dasar Haytam, ibn Khaldun dan banyak lagi yang tidak
logika pemisahan sebab perbedaan. Hukum perbedaan pernah berfikir keterpisahan pengetahuan agama
dapat dilihat dari tidak adanya keterkaitan antara dan selain agama. Mereka menemukan gagasan
satu hal dengan hal lainnya. Islam sangat tidak besarnya dengan tetap berorientasi pada Qur’an.
menyepakati keterpisahan dua elemen dasar Lahirnya ilmu kedokteran, matematika,
pendidikan ini dengan alasan yang lebih masuk akal. astronomi, politik, kemasyarakatan, ekonomi,
Setidaknya ada tiga alasan, pertama filosofis; bisa geografi, dan sebagainya bukan karena mereka
dikatakan ini menjadi alasan mendasar mengapa terpisah dari agama namun justru oleh sebab
tidak ada perbedaan antara pengetahuan umum mereka memahami agamanya. Aneh jika rasanya
dan agama baik secara ontologis, epistemologis pengetahuan harus dipisahkan sedangkan ia lahir
dan aksiologis. Konsep dasar suatu pengetahuan dari pemahaman pengetahuan asalnya.
harus ditempatkan pada posisi tertentu dan tidak Ketiga, sosiologis; alasan ini umum dikemuka-
saling terkait sulit dibuktikan. Islam sendiri tidak kan sebagai tempat hidup dan berkembangnya
pernah memisahkan pengetahuan secara dikotomis. pengetahuan. Masyarakat sebagai pengguna ilmu
Hal ini dicontohkan dengan kandungan kitab suci pengetahuan dalam kehidupannya sehari-hari
al-Qur’an yang terdiri dari segala macam ilmu memanfaatkannya untuk membentuk budaya
pengetahuan yang bisa digali dan dibuktikan mereka masing-masing. Budaya yang adalah cipta,
secara ilmiah. Sebagai satu-satunya pedoman rasa, dan karsa manusia lahir atas pengetahuan
literasi bagi umat Islam Qur’an tidak mungkin baik itu agama atau bukan. Bahkan seringkali
hanya berbicara persoalan akhirat tanpa menjelaskan agama dianggap hasil bentukan budaya itu sendiri
melalui pandangan manusia tentang hal itu. Jikalau yang hingga hari ini masih diperdebatkan. Terlepas
ada yang tidak dimengerti sebenarnya bukan dari perdebatan itu pada akhirnya pengetahuan
persoalan ilmu itu hanya bisa diyakini tapi semata tetap dicari dan diperoleh guna kelangsungan hidup
pengetahuan yang belum diperoleh atau dicerna manusia yang lambat laun mampu meningkatkan
oleh akal manusia. Sama halnya seperti manusia kapasitas budaya mereka menjadi peradaban. Jika
di masa lampau yang perlu proses panjang untuk berbicara tentang peradaban maka nilai tertinggi
tahu sesuatu dengan belajar agar mencerna dan yang patut dikemukakan di sini seperti nilai
memahami maksud yang belum terungkap. kemanusiaan, nilai keadilan, nilai kebaikan, nilai
Kedua, historis; berkaitan dengan proses kesempurnaan dan banyak nilai lain yang dianut
panjang kehidupan manusia maka pengetahuan oleh umat manusia. Dan bukankah masalah nilai
sejarah yang akan mengujinya. Secara historis merupakan alasan utama munculnya agama-agama
manusia tidak dapat dipisahkan dari pengetahuan di dunia?
yang diperoleh sepanjang hidupnya. Sejarah yang
berasal dari masa lampau merupakan cermin KESIMPULAN
untuk membentuk keadaan di masa depan.
Keadaan masa kini adalah juga perwujudan dari Guna kemudahan melihat hasil penelitian

13 Journal of Urban Sociology | Volume 4 / No. 1 / April 2021


Mohammad Kamaludin

kiranya dapat disimpulkan beberapa hal yang metode pembelajaran, kurikulum, pengajar,
penting, antara lain : ruang kelas, namun sudah sampai pada sistem
a. Sejarah awal pengetahuan di Indonesia tidak birokratisasi. Hal ini yang perlu kita tunggu
mengenal pemisahan atau dikotomi antara penyelesaiannya, agar tidak hanya mengulang
pengetahuan agama dan bukan agama. Semua proses di masa lampau.
pengetahuan bersumber dari nilai-nilasi yang
dianut masyarakat setempat lalu dijadikan
ukuran dan pedoman dalam melakukan DAFTAR PUSTAKA
kehidupan sehari-hari.
b. Pengetahuan yang berkembang menyebabkan Abd. Rachman, Assegaf, 2005, Studi Islam
seseorang mulai memilih untuk mendekat atau kontekstual Elaborasi Paradigma Baru
menjauh dari nilai-nilai yang dianut oleh Muslim Kaffah, Yogyakarta: Gama Media.
masyarakatnya. Pemilihan ini dianggap wajar Ahmad Mansur Suryanegara, 2009, Api Sejarah 1,
karena kemampuan memenuhi kebutuhan Bandung ; Salamadani Pustaka Semesta, cet 2.
sendiri seakan tidak terkait antar nilai yang ______________________, 2010, Api Sejarah 2,
satu dengan lainnya. Menariknya mereka Bandung ; Salamadani Pustaka Semesta.
masih menganggap nilai agama adalah sakral Ahmad Syafi’i Ma’arif, 1993, Peta Bumi
untuk ditinggalkan oleh karenanya harus tetap Intelektualisme Islam di Indonesia, Bandung;
dilestarikan dan dijadikan rujukan kembali jika penerbit Mizan, cet.I
diperlukan. Andrew Goss, 2014, Belenggu Ilmuwan dan
c. Masa datangnya kolonial Belanda serta bangsa Pengetahuan dari Hindia Belanda sampai
penjajah lain membawa angin perubahan yang Orde Baru, Depok : penerbit Komunitas
drastis di Indonesia. Di samping saat itu era Bambu.
aufklarung sedang bermekaran di banyak Deliar Noer, 1996, Gerakan Moderen Islam di
negara yang juga membawa perubahan Indonesia 1900-1942, Jakarta; LP3ES, cet. VIII
pandangan manusia terhadap nilai-nilai Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1995,
budaya mereka. Masyarakat dijejali keyakinan 50 Tahun Pendidikan di Indonesia, Humas
untuk memisahkan diri dari pengetahuan yang Depdikbud cet. I
selama ini mereka percayai. Haidar Putra Daulay, 2007, Sejarah Pertumbuhan
d. Tumbuhnya era aufklarung selain menularkan dan Pembaruan Pendidikan Islam di Indonesia,
alam pikiran modern juga membawa perubahan Jakarta ; Penerbit Prenada Kencana.
politik kekuasaan di Indonesia. Pada saat itulah Haught, John F., 1995, Science and Religion:
seakan pengetahuan menjadi milik kekuasaan. From Conflict to Conversation, Paulist
Terbelah pula pengetahuan pada dua sisi yang Press, New York, Amerika, terj. Fransiskus
dibuat bertolak belakang hingga sampai Borgias, 2004, Perjumpaan Sains dan
terlembaga dalam institusi yang bernama Agama, dari Konflik ke Dialog, (Mizan,
sekolah. Bandung).
e. Hari ini usaha untuk mengintegrasikan (agama Juraid Abdul Latif, 2018, Sejarah Intelektual,
dan umum) terus dilakukan dengan melibatkan Yogyakarta; penerbit Magnum Pustaka Utama.
banyak pihak. Usaha itu tidak lagi hanya sekedar Lexy J. Moleong, 1990, Metode Penelitian Kualitatif,
pada tataran sistem yang di dalamnya terkandung; Bandung: Remaja Rosda Karya.

www.journal.uwks.ac.id/index.php/sosiologi 14
Penelusuran Sejarah Pendikotomian Ilmu Pengetahuan (Umum dan Agama) di Indonesia

Mahmud Yunus, 1995, Sejarah Pendidikan Islam


di Indonesia, Jakarta ; Mutiara Sumber
Widya, cet. 4.
MC. Ricklefs, 2005, Sejarah Indonesia Modern;
1200-2004, Jakarta ; Serambi Ilmu Semesta,
cet. 2.
Muhammad Mustakim, 2015, Pengilmuan Islam
dan Problem Dikotomi Pendidikan, Jurnal
Pendidikan, vol. 9 no. 2 Agustus 2015.
Nor Huda, 2015, Sejarah Sosial Intelektual Islam
di Indonesia, Jakarta ; Rajagrafindo Persada,
cet. 1.
Rizem Aizid, 2017, Para Pelopor Kebangkitan
Islam; Sejarah Lengkap Tokoh Kebangkitan
Dunia Islam Dalam dan Luar Negeri,
Yogyakarta; penerbit Diva Press.
S. Nasution, 1987, Sejarah Pendidikan Indonesia,
Bandun : penerbit Jemmars.
Samsul Nizar, 2013, Sejarah Sosial dan Dinamika
Intelektual; Pendidikan Islam di Nusantara,
Jakarta ; Prenada Media Kencana, cet.1
Zainal Abidin Bagis et al, 2005, Integrasi Ilmu
dan Agama Interpretasi dan Aksi, Mizan,
Bandung.
Zuhairini dkk, 1995, Sejarah Pendidikan Islam,
Jakarta ; Bumi Aksara, cet. IV

15 Journal of Urban Sociology | Volume 4 / No. 1 / April 2021

Anda mungkin juga menyukai