Email : kamalmerah@yahoo.co.id
Abstrak
Ilmu pengetahuan umum dan agama merupakan dua wilayah pengetahuan yang selalu diperdebatkan.
Hingga muncul asumsi-asumsi yang saling menegasikan satu dengan lainnya. Sebenarnya apa yang
sedang terjadi di dunia pendidikan sehingga ada pendikotomian ilmu pengetahuan seperti ini.
Penelusuran sejarah terhadap keduanya mungkin bisa menemukan jawaban yang memadai. Penelitian
ini mengungkap sejarah pemisahan ilmu pengetahuan (Umum dan Agama) melalui fragmen-fragmen
yang dibuat oleh manusia dan kekuasaan terutama kolonial yang sengaja membagi posisi
masing-masing ilmu demi kemudahan dan keperluan deteksi dini terhadap kekacauan. Dari sejarah
dapat terlihat bagaimana agama adalah hulu dari segala bentuk proses pengajaran dan pendidikan yang
ada di Indonesia sebelum datangnya ilmu-ilmu modern seperti sekarang ini. Para guru, kiai, ustad, dan
para pengajar di tempat-tempat tertentu memberi pencerahan kepada masyarakatnya menggunakan
tangan terampil mereka melalui suluh agama. Dasar agama yang di dalamnya terkandung pengetahuan
moral, pengetahuan alam, berhitung, filsafat, dan ilmu mistik disampaikan dengan sangat gamblang dan
tegas.
Abstract
General science and religion are two areas of knowledge that have always been debated. Until there are
assumptions that confirm each other. Actually what is going on in the world of education so there is a
dichotomy of science like this. Historical searches of both may be able to find adequate answers. This
research reveals the history of the separation of science (General and Religion) through fragments made
by humans and especially colonial powers who deliberately divided the position of each science for the
convenience and necessity of early detection of chaos. From history can be seen how religion is the
upstream of all forms of teaching and education processes that existed in Indonesia before the arrival of
modern sciences as it is today. Teachers, kiai, ustad, and teachers in certain places enlighten their
communities using their skilled hands through religious studies. The basic religions contained in moral
knowledge, natural knowledge, counting, philosophy, and mystical science are conveyed very clearly
and unequivocally.
www.journal.uwks.ac.id/index.php/sosiologi 4
Penelusuran Sejarah Pendikotomian Ilmu Pengetahuan (Umum dan Agama) di Indonesia
www.journal.uwks.ac.id/index.php/sosiologi 6
Penelusuran Sejarah Pendikotomian Ilmu Pengetahuan (Umum dan Agama) di Indonesia
hipotesis, postulat, aksioma, asumsi, ataupun penting untuk dicatat sebagai awal mula pendidikan
untuk mengkontruksi menjadi teori. Tata fikir dan pengajaran Islam diterapkan. Sebab ia mulai
tersebut adalah tata fikir perspektif, tata fikir mengajarkan Islam di Banjar dengan cara mendirikan
deskriptif, dan tata fikir interpretatif. sebuah madrasah (surau) dengan sistem yang
Data yang terkumpul selanjutnya dianalisis lebih teratur (Mahmud Yunus, 1995, 20). Meski
secara tajam dan terukur dari buku-buku yang sulit menyebut pola ini sebagai madrasah pertama
tersedia dan relevan. Analisis dilakukan secara di Nusantara karena dibangun melalui sistem
induktif, dan deskriptif guna mendapatkan hasil yang amat sederhana dengan mengandalkan surau
yang diinginkan dan kesimpulan yang memadai. (masjid kecil) sebagai tempatnya. Ia mengajar
hingga wafatnya tahun 1691 M di usia 45 tahun.
Dan dilanjutkan oleh murid-muridnya (Mahmud
SISTEM PENDIDIKAN ISLAM Yunus, 1995, 18). Sampai di sini tidak lagi bisa
MASA AWAL ditemui sistem pendidikan dan pengajaran seperti
apa yang dilakukan oleh murid-murid Syekh
Awal masuknya Islam di pulau-pulau Nusantara Burhanuddin. Buku-buku yang diajarkan pun
menjadi titik mula memberikan penjelasan tentang tidak diketahui jejaknya. Jika pada masa Syekh
sistem pendidikan Islam. Ada dua pendapat yang Burhanuddin ada pengajaran ilmu syariat yang
berbeda dalam penentuan awal masuknya Islam, didapatkan dari gurunya Syekh Abdul Rauf di
satu pendapat ada pada abad ke 7 masehi (pendapat Singkil, Aceh.
Hamka dan kawan-kawan), pendapat yang lain pada Bisa dikatakan sistem pengajaran dan pendidikan
sekitar abad 13 masehi atau masa yang lebih kini. Islam pada masa awal berjalan seiring dengan
Mana yang benar? masih diperlukan penyelidikan penyebaran agama Islam itu sendiri. Masjid,
lebih lanjut terutama penelitian yang melibatkan surau, atau komunitas yang lebih kecil seperti
bidang antropologi dan paleontologi. Yang jelas keluarga menjadi lembaga-lembaga informal yang
menurut MC. Ricklefs meskipun tidak terdapat tumbuh di masyarakat luas. Nor Huda mencatat
satu pun bukti mengenai Islamisasi yang bisa bahwa sebelum masa penjajahan Belanda daerah-
ditemukan di suatu tempat bukan berarti tidak ada daerah di Indonesia sudah memiliki sistem
orang-orang muslim disana (MC. Ricklefs, 2005; pendidikan yang menitikberatkan pada membaca
33). Akan tetapi pembahasan ini hanya dikhususkan (pengajian) al-Qur’an, pelaksanaan shalat, dan
untuk melihat keadaan pendidikan dan pengajaran pelajaran tentang kewajiban-kewajiban pokok agama
Islam dan bukan menentukan persoalan masuknya (Nor Huda, 2015; 15). Tempat mengaji al-Qur’an
Islam. Jika merunut sejarah yang ada pengajaran ada di surau atau masjid dengan duduk bersila
Islam bisa bermula dari sistem pengajaran Islam tanpa meja, guru pun juga duduk. Belum ada
di Minangkabau pada tahun 1250 M bersamaan kelas-kelas dan para murid satu persatu mendatangi
dengan masuknya Islam di wilayah itu. Syekh guru. Pelajaran awal adalah pengenalan huruf-huruf
Burhanuddin adalah tokoh penting dalam menerapkan al-Qur’an, setelah lancar dilanjutkan belajar membaca
pengajaran Islam di ranah Minang, Sumatera Barat. al-Qur’an. Selain itu ada pula pembelajaran
Ia berasal dari Ulakan, Pariaman, yang pernah cara-cara shalat, pelajaran keimanan, dan pengajaran
menimba ilmu di Aceh dari seorang guru bernama akhlaq. Pengajian Qur’an bisa dikatakan merupakan
Syekh Abdul Rauf dari Singkil. Proses sekembalinya sistem pendidikan dan pengajaran Islam pertama
Syekh Burhanuddin dari Aceh merupakan momen (Mahmud Yunus, 1995 ; 34).
Peran pengajar dan penganjur agama Islam Begitu pun sistem pendidikan, penjajah Belanda
masa ini sangat besar untuk memajukan kehidupan melihat kemajuan yang berarti pada bidang
bangsa. Oleh karenanya jika ada anak-anak yang pengetahuan. Sartono Kartodirdjo mengambarkan
belajar (santri) ke surau bersama bimbingan para peran ulama sebagai pembina pengetahuan
ulama dianggap sebuah kemajuan dalam pendidikan. dengan lembaganya yang dinamakan pesantren
Meski yang diajarkan bukan pengenalan telah memfungsikannya sebagai pembangun
huruf-huruf latin seperti sekarang namun budaya karakter secara nasional (Suryanegara, 2009,
literasi di kalangan mereka sudah cukup memadai 302). Belanda menyadari sepenuhnya hal ini
untuk dikatakan sistem pendidikan sedang dengan menjawabnya melalui politik etis (1901).
berjalan. Dalam catatan sejarah sampai awal abad Pelaksanaan modernisasi sistem pendidikan di
20 M, masyarakat pribumi hanya mengenal huruf Indonesia dengan mendirikan sekolah untuk
Arab al-Qur’an, huruf Arab Melayu, atau huruf pribumi sebagai pesaing sistem pesantren yang
daerah, tanpa mengenal huruf latin. Ini merupakan ada sebelumnya bertujuan mematikan peran
contoh kuatnya dampak pengaruh ulama sebagai ulama. Strategi devide et impera dimaksudkan
lembaga pencerdas bangsa (Ahmad Mansur untuk memecah belah jiwa bangsa sejak
Suryanegara, 2009; 301). kanak-kanak dengan pembedaan pelayanan
sistem pendidikan. Didiskriminakasikan melalui
sistem pendidikan atas dasar etnis dan strata sosial
SISTEM PENDIDIKAN ISLAM serta hereditas antara bangsawan dan rakyat jelata
MASA SEBELUM KEMERDEKAAN (Suryanegara 2009; 303). Strategi ini berhasil dengan
bisa memisahkannya antara sistem pendidikan ala
Pada masa ini sistem pendidikan di Indonesia Belanda (sebagai penjajah) dan ala pribumi
mulai ada perubahan dengan mengikuti perkem- (Indonesia). Pola pengajaran yang diterapkannya
bangan masa kolonial. Belanda yang selama hampir juga berbeda. Masyarakat pribumi akrab dengan
3 setengah abad berada di bumi Nusantara, utamanya pola pembelajaran sorogan atau bandongan.
di pulau Jawa, telah membawa perubahan- Sebelumnya disebutkan bahwa proses pem-
perubahan mendasar terhadap hampir semua sistem belajaran bagi anak-anak pribumi dilakukan di
birokrasi. Sistem pemerintahan yang dipegang surau atau mushola kampung yang dipimpin oleh
oleh seorang gubernur (governoor) Belanda seorang ustad atau kiai. Surau menjadi semacam
mendapat mandat langsung dari kerajaan Belanda. tempat belajar sekaligus tempat bermain mereka
Artinya sistem yang digunakan untuk mengatur sehari-hari. Setiap sebelum waktu shalat tiba
ada dalam pengawasan pemerintah Belanda di mereka berbondong-bondong pergi ke surau,
Den Haag atau setidaknya serupa dengan sistem sambil menanti waktu adzan dikumandangkan
yang diterapkan di Belanda. Sistem ekonomi bacaan-bacaan surat pendek dari kitab suci
lebih mengacu pada sistem perdagangan Eropa al-Qur’an mereka lantunkan. Ini merupakan
pada saat itu dengan beberapa modifikasi seperti sarana latihan bagi mereka dalam menghafal isi
yang difungsikan oleh pemerintah Belanda di kitab suci. Tidak ada tahapan dalam proses ini,
negeri asalnya. VOC adalah contoh paling dekat karena mereka begitu saja melafalkan sesuai
dalam sistem perdagangan yang diterapkan di dengan yang diarahkan oleh ustad atau kiai. Tanda
semua lini ekonomi negeri jajahan Belanda, tak baca masih diperhatikan, panjang pendek kata,
terkecuali Nusantara. naik turunnya nada atau aksentuasi.
www.journal.uwks.ac.id/index.php/sosiologi 8
Penelusuran Sejarah Pendikotomian Ilmu Pengetahuan (Umum dan Agama) di Indonesia
Berjalannya waktu sistem pendidikan terutama hadirnya sekolah Muhammadiyah dalam hal ini
yang berkaitan dengan pelajaran agama mengalami penting karena sistem pendidikan agama setidaknya
dinamisasi. Melanjutkan periodesasi dari tanah bisa menjawab kebutuhan akan sekolah formal
Minang Sumatera Barat yang sempat mengalami agama di masa setelah kemerdekaan yang serba
kemunduran pasca perang Paderi. Beberapa tokoh terbatas. Meski diakui ada banyak pesantren dan
perlu disebutkan seperti Syekh Ahmad Khatib, lembaga pendidikan agama non-formal yang
Syekh Thaher Jalaludin, Syekh Muhammad Djamil bertebaran di tiap daerah di Indonesia namun
Djambek, Haji Abdul Karim Amrullah dan Haji posisinya masih kurang diperhitungkan karena
Abdullah Ahmad. Mereka adalah para penerus masalah formalitasnya. Jika dipolakan dalam
dan pelopor pembaharuan sekaligus ‘bidan’ atas sistem pendidikan nasional hanya sekolah-sekolah
lahirnya tokoh-tokoh nasional Indonesia di berbagai yang memiliki sistem organisasional terdaftar yang
bidang seperti ; politik, sosial, pendidikan, dan bisa diperhitungkan. Sekolah-sekolah yang didirikan
lainnya. Bukan hanya tokoh, organisasi-organisasi oleh Muhammadiyah awalnya disebut sebagai
besar juga adalah sumbangsih dari pikiran dan sekolah seperti sekolah umumnya, artinya bukan
pengaruh mereka. Pendidikan menjadi unsur sekolah agama. Namun belum adanya kurikulum
utama yang dapat menyebarkan pikiran dan pendidikan nasional yang baku masa itu, sekolah
pengaruh ke semua kalangan di negeri Nusantara. Muhammadiyah juga mengajarkan pelajaran-
pelajaran agama Islam dan menjadi ciri khas yang
tidak hilang hingga hari ini. Setelah terbit peraturan
SISTEM PENDIDIKAN ISLAM bersama Menteri PP dan K dan Menteri Agama
MASA SESUDAH KEMERDEKAAN tanggal 16 Juli 1951, sekolah negeri juga menye-
lenggarakan pendidikan agama di sekolah. Lalu
Sekolah agama mendapat tantangan yang bermunculan sekolah-sekolah dari lembaga swasta
sangat berat di masa Sukarno, karena tidak ada lain yang mengajarkan agama, seperti sekolah-
sekolah agama yang memadai. Pemerintah masih sekolah katolik dan sebagainya. Tidak sampai
berkonsentrasi memikirkan pembangunan fisik disitu Muhammadiyah juga berinisiatif mendirikan
negara yang hancur akibat perang dan penjajahan. sekolah guru agama seperti ; PGAP, PGAA, atau
Sekolah agama berada pada posisi periferal, PGA 6 tahun, serta perguruan tinggi seperti; FKIP
apalagi pendidikan agama, yang masa itu belum Muhammadiyah dan Universitas Muhammadiyah
menjadi prioritas utama pengembangan sistemnya. guna mendukung dan memperkuat sistem
Pada masa ini prioritas utama yang dipikirkan pendidikan Islam waktu itu. Sebagai lembaga
adalah masalah-masalah yang berkaitan dnegan swasta Muhammadiyah tidak mendapat subsidi
politik, dari perang fisik hingga diplomasi (Haidar dari pemerintah dengan mengandalkan kemampuan,
Putra Daulay, 2013;211). Untungnya ada beberapa kemauan, dan darma bakti umat Islam dan rakyat
sekolah agama seperti Muhammadiyah yang secara sendiri (lihat buku 50 Tahun Pendidikan di
formal masuk di jajaran sistem pendidikan formal Indonesia, DepDikBud, 1995 ; 122).
masa itu. Meskipun swasta sekolah-sekolah yang Di era kepemimpinan presiden Suharto keadaan
ada di bawah naungan organisasi masyarakat sedikit berubah dengan pembangunan fisik dan
Muhammadiyah dapat diperhitungkan sebagai sumber daya manusia yang semakin berkembang.
jalan keluar membantu sekolah-sekolah negeri Era ini ditandai oleh tumbuhnya kesadaran
yang masih terbatas jumlahnya. Titik tekan masyarakat untuk mengejar pendidikan sebaik-
baiknya jika perlu setinggi-tingginya. Mereka sudah upaya pembenahan sistem pendidikan yang
menganggap sekolah sebagai sebuah kebutuhan terkomputerisasi. Generasi yang lahir di atas tahun
yang harus diperjuangkan. Banyak sekolah-sekolah 1960-an dipaksa oleh masa yang menuntut
swasta didirikan demi memenuhi kebutuhan akan mereka melek teknologi informasi.
pendidikan yang memadai. Gedung-gedung sekolah Pendidikan Islam yang memiliki sistem yang
dibangun di mana-mana hampir seluruh daerah di berbeda dari sistem pendidikan umum berusaha
Indonesia. Pemerataan pembagunan yang menyesuaikan diri dengan menerapkan teknologi
dicanangkan oleh pemerintah saat itu dengan informasi pula. Yang paling terlihat di sekolah-sekolah
Pelita (dari I sampai dengan IV) menyebabkan dimana banyak yang menggunakan ilmu pengetahuan
‘perlombaan’ pembangunan fisik sekolah terjadi dan teknologi (iptek) berjalan seiring dengan iman
di banyak tempat. Tidak ketinggalan pendirian dan taqwa (imtaq). Seolah menjadi adagium resmi
perguruan tinggi-perguruan tinggi juga memacu di tengah masyarakat penerapan iptek dan imtaq
pembangunan menjadi lebih berkualitas. Pendidikan banyak dipilih sebagai jalan keluar menghadapi
agama di era ini juga berkembang pesat. Hadirnya era baru sistem pendidikan. Pendidikan Islam
sekolah-sekolah swasta selain Muhammadiyah yang sebenarnya agak tertinggal dalam penerapan
menyebabkan berkembangnya sistem pendidikan digitalisasi sistemnya berusaha mengejar dengan
agama terutama agama Islam. Pemerintah sudah berbagai cara. Siswa-siswa yang belajar agama
menganggap perlu mendukung berkembangnya dipaksa mendigitalisasi proses belajar mereka.
program pendidikan agama atas desakan kebutuhan Tidak melulu mereka belajar dengan cara konven-
orang tua murid yang merasa pendidikan agama sional yang hanya duduk mendengar lalu menirukan
lebih ditingkatkan. dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Siswa harus aktif pula bertanya dan menjawab
persoalan-persoalan sekitar agama dengan cara
SISTEM PENDIDIKAN ISLAM baru. Bahkan Qur’an pun bisa dipergunakan
ERA MILENIUM BARU sebagai pegangan untuk menjawab persoalan
berkaitan dengan era yang serba canggih ini.
Sejak munculnya era komputerisasi di tahun Membaca Qur’an secara digital atau menerangkan
1960 an, dunia berlomba mengubah cara pandang Qur’an dengan sistem tematik adalah cara baru
mereka terhadap pengelolaan sistem pendidikannya. yang sering dilakukan oleh sekolah-sekolah
Jika dulu pendidikan harus hanya diajarkan dalam dalam menerapkan pelajaran pendidikan agama
ruang kelas di sekolah berubah cara menjadi di mereka. Guru-guru agama dipersiapkan agar
mana pun bisa menjadi ruang pengajaran dan mampu menguasai teknologi informasi yang
pembelajaran. Lambat namun pasti perubahan ini ramah terhadap agama. Qur’an tidak lagi dibaca
menjadikan semua unsur pendukungnya berubah hanya melalui buku manual tetapi teknologi telah
pula. Seperti ; kurikulum, materi pelajaran, buku mengubah cara membaca Qur’an di gawai yang
dan alat tulis, dan sebagainya. Komputer adalah bisa dipakai di mana pun. Pembahasan tentang
alat utama yang awalnya sebagai pendukung masalah agama tidak hanya dilakukan di tempat
proses belajar-mengajar kemudian beralih menjadi tertentu seperti masjid, musola, atau ruang sekolah
bagian utama sistem pembelajaran di era ini. saja tetapi bisa dibahas di media sosial yang ada
Indonesia yang menjadi bagian proses komputer- di genggaman. Sehingga kecepatan merespon
isasi dunia mau tidak mau terlibat aktif dalam jawaban dan kemampuan personal seorang
www.journal.uwks.ac.id/index.php/sosiologi 10
Penelusuran Sejarah Pendikotomian Ilmu Pengetahuan (Umum dan Agama) di Indonesia
www.journal.uwks.ac.id/index.php/sosiologi 12
Penelusuran Sejarah Pendikotomian Ilmu Pengetahuan (Umum dan Agama) di Indonesia
salah satu pengetahuan dengan lainnya tanpa kondisi masa lampau. Sejarah Islam pernah
diketahui mengapa harus dipisahkan. Anggapan menorehkan tinta emas di peradaban dunia
seolah ilmu pengetahuan agama berbeda dengan melalui kemunculan ide-ide besar pengetahuan
ilmu pengetahuan umum akan menjadi sebuah asumsi sepanjang sejarah manusia. Tokoh-tokoh seperti
pribadi saja bukan premis umum yang bisa diterima ibn Sina (Avicenna), ibn Rusyd (Averroes), ibn
secara rasional karena tidak mempunyai dasar Haytam, ibn Khaldun dan banyak lagi yang tidak
logika pemisahan sebab perbedaan. Hukum perbedaan pernah berfikir keterpisahan pengetahuan agama
dapat dilihat dari tidak adanya keterkaitan antara dan selain agama. Mereka menemukan gagasan
satu hal dengan hal lainnya. Islam sangat tidak besarnya dengan tetap berorientasi pada Qur’an.
menyepakati keterpisahan dua elemen dasar Lahirnya ilmu kedokteran, matematika,
pendidikan ini dengan alasan yang lebih masuk akal. astronomi, politik, kemasyarakatan, ekonomi,
Setidaknya ada tiga alasan, pertama filosofis; bisa geografi, dan sebagainya bukan karena mereka
dikatakan ini menjadi alasan mendasar mengapa terpisah dari agama namun justru oleh sebab
tidak ada perbedaan antara pengetahuan umum mereka memahami agamanya. Aneh jika rasanya
dan agama baik secara ontologis, epistemologis pengetahuan harus dipisahkan sedangkan ia lahir
dan aksiologis. Konsep dasar suatu pengetahuan dari pemahaman pengetahuan asalnya.
harus ditempatkan pada posisi tertentu dan tidak Ketiga, sosiologis; alasan ini umum dikemuka-
saling terkait sulit dibuktikan. Islam sendiri tidak kan sebagai tempat hidup dan berkembangnya
pernah memisahkan pengetahuan secara dikotomis. pengetahuan. Masyarakat sebagai pengguna ilmu
Hal ini dicontohkan dengan kandungan kitab suci pengetahuan dalam kehidupannya sehari-hari
al-Qur’an yang terdiri dari segala macam ilmu memanfaatkannya untuk membentuk budaya
pengetahuan yang bisa digali dan dibuktikan mereka masing-masing. Budaya yang adalah cipta,
secara ilmiah. Sebagai satu-satunya pedoman rasa, dan karsa manusia lahir atas pengetahuan
literasi bagi umat Islam Qur’an tidak mungkin baik itu agama atau bukan. Bahkan seringkali
hanya berbicara persoalan akhirat tanpa menjelaskan agama dianggap hasil bentukan budaya itu sendiri
melalui pandangan manusia tentang hal itu. Jikalau yang hingga hari ini masih diperdebatkan. Terlepas
ada yang tidak dimengerti sebenarnya bukan dari perdebatan itu pada akhirnya pengetahuan
persoalan ilmu itu hanya bisa diyakini tapi semata tetap dicari dan diperoleh guna kelangsungan hidup
pengetahuan yang belum diperoleh atau dicerna manusia yang lambat laun mampu meningkatkan
oleh akal manusia. Sama halnya seperti manusia kapasitas budaya mereka menjadi peradaban. Jika
di masa lampau yang perlu proses panjang untuk berbicara tentang peradaban maka nilai tertinggi
tahu sesuatu dengan belajar agar mencerna dan yang patut dikemukakan di sini seperti nilai
memahami maksud yang belum terungkap. kemanusiaan, nilai keadilan, nilai kebaikan, nilai
Kedua, historis; berkaitan dengan proses kesempurnaan dan banyak nilai lain yang dianut
panjang kehidupan manusia maka pengetahuan oleh umat manusia. Dan bukankah masalah nilai
sejarah yang akan mengujinya. Secara historis merupakan alasan utama munculnya agama-agama
manusia tidak dapat dipisahkan dari pengetahuan di dunia?
yang diperoleh sepanjang hidupnya. Sejarah yang
berasal dari masa lampau merupakan cermin KESIMPULAN
untuk membentuk keadaan di masa depan.
Keadaan masa kini adalah juga perwujudan dari Guna kemudahan melihat hasil penelitian
kiranya dapat disimpulkan beberapa hal yang metode pembelajaran, kurikulum, pengajar,
penting, antara lain : ruang kelas, namun sudah sampai pada sistem
a. Sejarah awal pengetahuan di Indonesia tidak birokratisasi. Hal ini yang perlu kita tunggu
mengenal pemisahan atau dikotomi antara penyelesaiannya, agar tidak hanya mengulang
pengetahuan agama dan bukan agama. Semua proses di masa lampau.
pengetahuan bersumber dari nilai-nilasi yang
dianut masyarakat setempat lalu dijadikan
ukuran dan pedoman dalam melakukan DAFTAR PUSTAKA
kehidupan sehari-hari.
b. Pengetahuan yang berkembang menyebabkan Abd. Rachman, Assegaf, 2005, Studi Islam
seseorang mulai memilih untuk mendekat atau kontekstual Elaborasi Paradigma Baru
menjauh dari nilai-nilai yang dianut oleh Muslim Kaffah, Yogyakarta: Gama Media.
masyarakatnya. Pemilihan ini dianggap wajar Ahmad Mansur Suryanegara, 2009, Api Sejarah 1,
karena kemampuan memenuhi kebutuhan Bandung ; Salamadani Pustaka Semesta, cet 2.
sendiri seakan tidak terkait antar nilai yang ______________________, 2010, Api Sejarah 2,
satu dengan lainnya. Menariknya mereka Bandung ; Salamadani Pustaka Semesta.
masih menganggap nilai agama adalah sakral Ahmad Syafi’i Ma’arif, 1993, Peta Bumi
untuk ditinggalkan oleh karenanya harus tetap Intelektualisme Islam di Indonesia, Bandung;
dilestarikan dan dijadikan rujukan kembali jika penerbit Mizan, cet.I
diperlukan. Andrew Goss, 2014, Belenggu Ilmuwan dan
c. Masa datangnya kolonial Belanda serta bangsa Pengetahuan dari Hindia Belanda sampai
penjajah lain membawa angin perubahan yang Orde Baru, Depok : penerbit Komunitas
drastis di Indonesia. Di samping saat itu era Bambu.
aufklarung sedang bermekaran di banyak Deliar Noer, 1996, Gerakan Moderen Islam di
negara yang juga membawa perubahan Indonesia 1900-1942, Jakarta; LP3ES, cet. VIII
pandangan manusia terhadap nilai-nilai Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1995,
budaya mereka. Masyarakat dijejali keyakinan 50 Tahun Pendidikan di Indonesia, Humas
untuk memisahkan diri dari pengetahuan yang Depdikbud cet. I
selama ini mereka percayai. Haidar Putra Daulay, 2007, Sejarah Pertumbuhan
d. Tumbuhnya era aufklarung selain menularkan dan Pembaruan Pendidikan Islam di Indonesia,
alam pikiran modern juga membawa perubahan Jakarta ; Penerbit Prenada Kencana.
politik kekuasaan di Indonesia. Pada saat itulah Haught, John F., 1995, Science and Religion:
seakan pengetahuan menjadi milik kekuasaan. From Conflict to Conversation, Paulist
Terbelah pula pengetahuan pada dua sisi yang Press, New York, Amerika, terj. Fransiskus
dibuat bertolak belakang hingga sampai Borgias, 2004, Perjumpaan Sains dan
terlembaga dalam institusi yang bernama Agama, dari Konflik ke Dialog, (Mizan,
sekolah. Bandung).
e. Hari ini usaha untuk mengintegrasikan (agama Juraid Abdul Latif, 2018, Sejarah Intelektual,
dan umum) terus dilakukan dengan melibatkan Yogyakarta; penerbit Magnum Pustaka Utama.
banyak pihak. Usaha itu tidak lagi hanya sekedar Lexy J. Moleong, 1990, Metode Penelitian Kualitatif,
pada tataran sistem yang di dalamnya terkandung; Bandung: Remaja Rosda Karya.
www.journal.uwks.ac.id/index.php/sosiologi 14
Penelusuran Sejarah Pendikotomian Ilmu Pengetahuan (Umum dan Agama) di Indonesia