Anda di halaman 1dari 10

ISSN 2622-9439; E-ISSN 2622-9447

Volume 2, Maret 2020


Halaman: 93-101

Kontribusi Konsep Sains Islam Mehdi Golshani dalam


Menyatukan Epistemologi Agama dan Sains
Musyoyih*, Aina Salsabila
Sekolah Tinggi Filsafat Islam Sadra Jakarta - Indonesia
Email*: elmiftachsoy@gmail.com

Abstrak. Diskursus mengenai hubungan agama dan ilmu pengetahuan (science) sudah berlangsung dalam periode sejarah yang
cukup panjang dan mengalami berbagai dinamika bahkan sampai terjadi disharmonisasi antara keduanya. Penyebabnya adalah
persinggungan epistemologis antara agama dan sains yang dianggap sebagai dialektika kontradiktif dan tidak mungkin mendapatkan
titik temu. Salah satu akibat yang terjadi adalah munculnya teori teosentris (beliefe age) yang menyatakan agama menjadi sumber
kebenaran dan ilmu pengetahuan (science) berada dibawah bayang-bayang agama. Dan juga munculnya teori antroposentris, yaitu
konsep kebenaran pada formulasi positivisme dan menekankan empirisme. Gagasan Mehdi Golshani tentang sains islam merupakan
satu wujud upaya epistemologis untuk ikut turun tangan merespon perdebatan seputar hubungan sains dan agama. Menurutnya, sains
bukan semata hanya merupakan kumpulan teori, konsep, dan hukum-hukum alam, namun juga merupakan bagian dari kenyataan
metafisik yang di dalamnya tersimpan nilai-nilai ketuhanan. Analisis deskriptif dari pandangan Mehdi Golshani tentang sains islam
memberikan pemahaman bahwa sains tidak bisa direduksi pada alam fisik saja (material) namun harus dipadukan dengan alam
supranatural (religion) sehingga menjadi satu kesatuan yang tidak bisa terlepas diantara keduanya.

Kata Kunci: Agama; Epistemologis; Mehdi Gholsani; Sains

PENDAHULUAN mencakup aspek-aspek selainnya bahkan sampai pada


ranah kebebasan dan pemikiran (Haught, 2004). Namun
Perbincangan sains dan agama tidak pernah ada pada abad 16 M posisi agama sebagai sumber
habisnya, perihal relasi antara keduanya selalu saja pengendali kekuasaan mulai luntur dan kehilangan
menjadi pembahasan yang menarik untuk dikaji lebih otoritasnya yang disebabkan oleh dua aksi revolusi
mendalam. Sejarah telah mencatat dalam kurun waktu besar dibarat yaitu renaissance ( kelahiran kembali)
yang sangat panjang, hubungan antara sains dan agama yaitu gerakan perlawanan masyarakat Eropa terhadap
mengalami berbagai dinamika dan pergesekan yang otoritarian gereja. Dan juga aksi revolusi aufklarung
dahsyat sampai terjadi kerenggangan, persinggungan, (masa pencerahan), yaitu gerakan yang muncul akibat
bahkan pertentangan. Agama kokoh dengan segala kekangan dogmatis gereja terhadap kebebasan. Kedua
keagungan dan kemagisannya sedangkan sains menarik revolusi itu menjadi pintu gerbang lahirnya paradigma
diri dari agama dengan mengandalkan ke-rasionalannya ilmu pengetahuan dan peradaban di bumi khususnya
dan ke-alamiahan secara empiris, kemudian menjadi Eropa, yang sekaligus menjadi momentum munculnya
catatan kelam dalam sejarah antara para ilmuan dan dominasi hierarki ilmu pengetahuan terhadap bahasa-
agamawan. bahasa agama (Hidayat, 2012). Kemudian menyebabkan
Dialektika agama dan sains muncul berdasarkan hilangnya dominasi masa teosentris dan kemudian
bangunan dasar keduanya yang secara filosofis tergantikan oleh masa antroposentris.
mempunyai sisi pebedaan yang begitu fundamental. Revolusi ilmu pengetahuan yang mereduksi konsep
Sains dan agama memiliki ciri dan karakteristik masing- kebenaran pada formulasi positivisme dan menekankan
masing baik dalam tataran epistemologi, ontologi dan empirisme begitu kuat sehingga menyebabkan
aksiologi. Namun perbedaan yang paling mendasar munculnya paradigma antroposentris (Kosim, 2012).
diantara keduanya, terletak pada aspek epistemologi mengambil alih paradigma teosentris yang pada
yang kemudian memunculkan perdebatan. Secara umum, mulanya agama disebut menguasai aspek kehidupan
berbagai sisi perbedaan tersebut lahir sebagai dengan segala bahasa mistik dan kemagisannya namun
konsekuensi logis atas konotasi agama yang lebih dekat kemudian mengalami alienasi dan pada akhirnya
dengan sisi mistis sedangkan ilmu pengetahuan identik sebagian ilmuwan menilai agama yang mistik dan
dengan bahasa angka (Smith, 2003). transenden tidak dapat dijadikan standar kebenaran.
Pada masa berkembangnya theosentris (belief age), Antroposenteis kemudian memberikan porsi yang lebih
dimana agama secara dogmatik berkuasa di segala lini untuk pemikiran yang rasional manusia menjadi sumber
dan mengambil alih aspek kehidupan manusia kebenaran yang menggantikan peran teosenteis yang
seluruhnya, bukan hanya mencakup masalah teologis sebelumnya berkuasa.
atau hubungan manusia dengan Tuhan saja, tapi juga
94 2: 93-101, 2020

Sebagaimana dengan sains barat, perdebatan sains Mehdi Golshani mengenai konsep epistemologi sains
modern yang lebih spesifik yaitu sains islam juga islam, dikajian analisa penulis memaparkan mengenai
memunculkan perdebatan yang tajam, Perdebatan yang kontribusi konsep epistemologi Mehdi Golshani yang
mendasar banyak berputar di wilayah keberadaan sains menyatukan konsep epistemologi sains dan agama.
Islam yang dinilai berbeda dengan sains Barat,
walaupun kebanyakan perbincangannya hanya
mengarah pada ilmu alam. Dalam perkembangan sains HASIL DAN PEMBAHASAN
Islam, umat Islam terbagi menjadi dua kelompok;
Pertama, kelompok yang bertujuan untuk menciptakan Menelaah Pengertian Sains dan Agama
masyarakat yang rasional dan ilmiah dalam memandang Sains secara etimologi berasal dari bahasa inggris
sains dengan menerima seluruhnya dari barat. Kedua, science, sedangkan kata science sendiri berasal dari
kelompok yang secara tegas menolak modernitas dan bahasa latin scienta yang berarti mengetahui. Kata sains
Barat, dengan anggapan sains Islam bisa berkembang dalam bahasa inggris diterjemahkan sebagai al ‘ilm
dengan kembali kepada dasar-dasar Islam sendiri. dalam bahasa arab. Dari segi terminologi sains dan ilmu
Tarik menarik antara hubungan sains dan agama bermakna pengetahuan, namun demikian, menurut
kemudian terus mengalami perkembangan serius Sayyid Hussen Al-Nasr kata sains dalam bahasa ingris
walaupun senantiasa terjebak pada dialektika tidak dapat diterjemahkan kedalam bahasa arab sebagai
kontradiktif dengan berbagai argumen masing-masing. al ‘ilm karena konsep ilmu pengetahuan yang dipahami
Hal itu menyebabkan kekhawatiran para kalangan barat ada perbedaannya dengan ilmu pengetahuan
cendekiawan dan agamawan dengan penuh menurut perspektif islam (Anshari, 2012).
keperihatinan terhadap adanya pertentangan agama dan Mulyadi Kartanegara menyatakan: “bahwa istilah
sains. Kekhawatiran ini kemudian mengilhami para ilmu dalam epistemologi islam mempunyai kemiripan
pemikir untuk merumuskan solusi bagaimana dengan istilah science dalam epistemologi barat.
mendudukkan agama dan sains dalam satu sintesa yang Sementara sains dipandang sebagai any organized
berkeseimbangan dan produktif. Salah satu teolog knowledge, ilmu didefinisikan sebagai “pengetahuan
muslim yang muncul adalah Mehdi Golshani yang tentang sesuatu sebagaimana adanya” dengan demikian,
berusaha memadukan agama dan sains melalui konsep ilmu bukan sembarang pengetahuan atau sekedar opini,
islamisasi ilmu pengetahuan. melainkan pengetahuan yang telah teruji kebenarannya
(Kartanegara, 2003).
Menurut para tokoh islam tentang pengertian sains,
METODE PENELITIAN Al- Ghozali membagi ilmu menjadi dua bagian yaitu:
ilmu yang bersifat kasbi dan ilmu yang bersifat laduni.
Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini Sains tergolong dalam ilmu manusiawi (kasybi), yakni
adalah deskriptif analitis pada pemikiran Mehdi ilmu yang didapatkan oleh manusia melalui upaya yang
Golshani yang menyatukan epistemologi antara sains dilakukannya. Ilmu seperti ini tidak pernah mencapai
dan agama. Metode ini, dalam kaitannya dengan puncak kepastian, tapi hanya mendekati saja (Baharudin
pemikiran tokoh Mehdi Golshani berusaha untuk dan Wahuni, 2010). Sedangkan menurut Ibnu Rusd,
mendeskripsikan pemikirannya mengenai penyatuan sains itu tidak pasti tapi bisa benar karena kalau tidak
konsep epistemologi sains dan agama. Data-data benar pasti tidak ada gunanya dan ternyata sampai
kemudian diteliti dan dianalisis yang bersumber dari sekjarang berguna bagi banyak orang. Berdasarkan
kitab rujukan utama Golshani, diantaranya adalah kitab pendapat dari beberapa ahli sains dapat ditegaskan
Issues in Islam and Science dan kitab The Holy Qur’an bahwa sains adalah suatu proses yang terbentuk dari
and The Science of Nature. Selain kitab ini, penulis juga interaksi akal dan panca indera manusia dengan alam
menggunakan referensi dari buku-buku sekunder seperti sekitarnya. Dengan arti kata, objek kajian utama sains
jurnal-jurnal yang relevan dengan penelitian ini. adalah hel-hal yang empirik termasuk juga manusia.
Rujukan-rujukan tersebut kemudian akan dihubungkan Sedangkan agama, menurut Sirr Muhammad Iqbal
dengan konsep-konsep pokok permasalahan penelitian dipilah menjadi tiga dimensi. Yaitu: dimensi keimanan
ini antara lain: disharmonisasi epistemologi sains dan (faith), pemikiran (thought) dan petualangan diri
agama. Data-data terkait ini didapatkan melalui kitab (discovery) (Iqbal, 2016). Agama merupakan
primer terkait pemikiran Mehdi Golshani dan kitab- kesempurnaan eksistensi manusia, sumber yang paling
kitab sekunder dari jurnal yang berhubungan dengan vital yang mewujudkan perubahan dunia dan
permasalahan yang telah dipaparkan diatas dan melestarikan kehidupan manusia. Kualitas suatu
pendapat-pendapat para peneliti sebelumnya. Pada perubahan ditentukan oleh kualitas agama yang
bagian pendahuan penulis telah memaparkan tentang merupakan sumber nilai dan memiliki sumbangan yang
masalah-masalah yang terjadi dikarenakan perbedaan sangat besar dan paling tinggi harganya bagi setiap
epistemologi antara sains dan agama, kemudian di jenjang kehidupan manusia karena setiap peradaban
kajian teori penulis memaparkan pengertian sains dan besar yang terjadi berakar dari agama-agama besar. Max
agama, pandangan pemikir islam tentang relasi agama Muller mendefinisikan agama sebagai keadaan mental
dan sains, biografi dan konsep yang dibangun oleh atau kondisi pikiran yang bebas dari nalar dan
MUSYOYIH & SALSABILA – Kontribusi Konsep Sains Islam Mehdi Golshani dalam … 95

pertimbangan sehingga menjadikan manusia mampu disimpulkan Gülen memainkan peran subordinatif.
memahami yang Maha Tak Terbatas melalui berbagai Agama dan sains, bagi Gülen, tidak bisa dianggap sama
nama dan perwujudan (Menzies, 2014). dalam Islam (Billa, 2011: 296). Gülen berupaya
membangun kerangka metafisis untuk mendukung sudut
Pandangan Pemikir Islam tentang Relasi Agama dan pandang ilmiah Islam tentang kebenaran, yang
Sains notabenenya berlawanan dengan klaim materialisme.
Setelah beberapa dasawarsa agama dan sains mengalami Dalam catatan Gülen, umat Islam sampai saat ini masih
ketegangan yang disebabkan oleh perbedaan konstruksi belum mengembangkan konsep ilmu dalam makna
filosofis yang berbeda, agama dianggap berdiri sendiri sebenarnya berdasar pada nilai-nilai Islam dan
pada nilai-nilai ketuhanan sedangkan sains diformulasi terutama dari al-Qur'ân dan praktik Nabi
mengandalkan ke-rasionalan dan ke-alamiahannya SAW. Gülen meegaskan bahwa asumsi pemisahan
secara empiris. Maka dibutuhkan cara untuk wahyu-akal yang selama ini dipahami, sebenarnya
menjembatani keduanya agar dapat saling mengisi dan merupakan asumsi keliru, justru pertentangan yang
tidak saling meniadakan. Satu hal yang patut diapresiasi seharusnya ada adalah antara pandangan sekuler dan
adalah bahwa saat ini para agamawan (ilmuwan dan religius. Sudut pandang sekuler pun, bagi Gülen,
teolog) terutama dari kalangan Islam memiliki sikap sebenarnya dapat diintegrasikan ke dalam pandangan
positif untuk terjun langsung dalam dunia sains yang dunia Islam, dengan prasyarat bersedia mengakui
sangat luas ini. Selama ini kalangan agamawan banyak kegagalannya mengurai fakta-fakta penting tentang
yang hanya sebagai penonton dalam arus perkembangan alam semesta, termasuk sifat pra eksistensi, akhirat, dan
sains, maka islam paling tidak telah memiliki wakil- alam supra-duniawi. Pandangan dunia materialis pun
wakil tangguhnya, masuk ke gelanggang dan bermain dapat dibenarkan dan diperkuat, jika dimasukkan dalam
dengan aturan sains. Tokoh-tokoh seperti Sayyid kerangka yang lebih besar mecakup karakteristik
Hussen Al-Nasr, Mulla Shadra, M. Fethullah Gulen, metafisik alam semesta, sebagaimana cara pandang
Nidhal Guessoum, Mehdi Golshani, dan tokoh-tokoh Islam.
lainnya merupakan sebagian pemikir hebat dari Gülen menegaskan bahwa teologinya tidak berusaha
kalangan islam dan sekaligus penggagas wacana baru untuk mengakomodasi atau alih-alih minta maaf kepada
dalam menghubungkan sains dan agama. konsep-konsep ilmiah modern, melainkan
Kuwanjono melalui kajiannya berusaha mempromosikan pandangan dunia Islam yang benar.
mengungkap gagasan sains Islam dengan memilih studi Islam yang benar menurutnya harus mampu
kasus pandangan salah satu tokoh Islam, yaitu Mulla menyeimbangkan fungsi akal dan wahyu, mistisisme
Sadra, dalam mendiskusikan wacana integrasi sains dan dan ortodoksi, aktivitas di dunia dan penghargaan di
agama. Kuswanjono menyimpulkan bahwa Mulla Sadra akhirat, dan antara doktrin dan praktik. Jika gagasan ini
secara cerdas dan jernih menempatkan ilmu dan agama dipahami dalam kerangka Islam yang benar, maka
pada posisi yang sangat harmonis, sehingga cukup takkan muncul perdebatan yang tak kunjung selesai
memberikan frame yang jelas bagi perkembangan seputar akal dan wahyu, atau ilmu pengetahuan dan
pemikiran Islam pada umumnya. Frame yang dirancang Islam. Sebaliknya, ilmu pengetahuan modern dan Islam
oleh pemikir Islam kelahiran Persia ini menjadi bisa saling melengkapi. Temuan sains dapat memper-
gambaran kontras dari perkembangan pemikiran Barat dalam pemahaman tentang Al-Qur'ân dan hukum-
yang cenderung menempatkan sains dan agama secara hukum Allah tentang alam semesta, yang
konfrontatif, bahkan konflik. Apa yang dialami oleh memungkinkan umat Islam menata hidup mereka
Galileo Galilei, seorang saintis yang sezaman dengan melalui interpretasi yang lebih tepat dan informasi
Mulla Sadra, telah mengguncang dan mengoyak langit syariah yang lebih akurat. Pandangan dunia Al-Qur'ân,
di Barat dengan penguatan teori heliosentrisme; sebuah pada sisi lain, mampu memperkaya ilmu pengetahuan
teori kosmologis yang bertentangan dengan teori untuk memahami karakter alam semesta sesungguhnya,
geosentrisme yang telah sekian abad menjadi kiblat di saat ilmu untuk memahami karakter alam semesta
keyakinan arus utama para saintis di eranya dan sesungguhnya, di saat ilmu pengetahuan tidak mampu
dibakukan melalui dogma gereja. Perkembangan baru mengeksplorasi persoalan-persoalan metafisika terkait
ini pada akhirnya memicu relasi konflik berkepanjangan sifat mukjizat, misteri penciptaan, pra-keabadian, alasan
antara gereja dan para saintis, atau tepatnya agama dan ada dan keber-ada-an, hanya wahyu yang dapat
sains (Arqom, 2010). digunakan sebagai pedoman. Sebaliknya, beberapa ayat
Nama lain tokoh pemikir islam M. Fethullah Gulen, Al-Qur'ân dan ajaran Islam pun memerlukan
seorang intelektual asal Turki, yang memandang ilmu pengetahuan dari fenomena alam dan konstanta
pengetahuan dan iman tidak hanya bersesuaian universal. Pengetahuan ilmiah me-mungkinkan umat
(compatible) tetapi saling melengkapi. Karenanya, ia Islam untuk memiliki pemahaman lebih lengkap, luas
mendorong penelitian ilmiah dan pengembangan dan praktis-realistis mengenai pesan-pesan Al-Qur'ân
teknologi demi kebaikan umat manusia (Mutamakkin, dan teks-teks suci-otoritatif lain (Mutamakkin, 2011).
2011). Fokus utama Gülen dalam hal ini adalah teologi, Integrasi agama dan sains Nidhal Guessoum
bahwa ia tertarik untuk membela posisi teologi Islam diinspirasi dari pemikiran Ibn Rushd. Beberapa prinsip
terhadap ilmu pengetahuan yang selama ini, Ibn Rushd yang dikuti Nidhal diantaranya: (a) prinsip
96 2: 93-101, 2020

bahwa agama dan filsafat adalah saudara sepersusuan universitas tersebut. seperti pada tahun 1973-1975 M
sehingga selalu selaras; (b) prinsip tidak adanya terpilih sebagai Dekan Fakultas Ilmu Fisika untuk
pertentangan antara agama dan filsafat; (c) pertama kalinya, dan terpilih kembali untuk kedua
menggunakan takwil terhadap ayat-ayat yang secara kalinya pada tahun 197-1989 M. Lalu kemudian
tekstual tidak selaras dengan pemahaman rasional; (d) diamanahkan sebagai Wakil Rektor bidang
bahwa hukum Ilahi adalah kesatuan antara wahyu dan Kemahasiswaan tahun 1979-198 M.
akal. Sejak tahun 1991, Golshani telah menjadi Profesor
Islamisasi sains yang diidentifikasi Nidhal bidang Fisika dan pada tahun 1995 membuka Fakultas
merupakan Model i‘jâz tidak bisa dikembangkan karena Filsafat Ilmu serta terpilih sebagai Dekan di Fakultas
terlalu integrasi agama dan sains modern yang tersebut sejak tahun 1996 sampai sekaang. Golshani
ditawarkan Nidhal adalah pendekatan kuantum, gerakan juga pernah menjabat sebagai Kepala Departemen Ilmu
timbal balik dua arah, dengan didasarkan atas tiga Dasar di Akademi Ilmu Pengetahuan Iran dari tahun
prinsip dasar: (a) prinsip bahwa agama dan sains tidak 19990 s/d 2000 M, dan Direktur Institut Humainora dan
saling bertentangan karena masing-masing berasal dari Budaya Studi di Teheran-Iran dari tahun 1993 s/d 2009
sumber yang sama dan satu, Allah SWT; (b) dari sisi M. serta Senior Fellow dari Sekolah Fisika di Institut
agama dilakukam prinsip penafsiran berlapis, bahwa Studi dalam Teori Fisika dan Matematika (IPM).
ayat Alquran harus ditafsiri secara berjenjang sesuai Golshani adalah anggota Asosiasi Guru Fisika dan
dengan tingkat nalar sang pembaca, sehingga upaya Pusat Teologi Ilmu Pengetahuan Alam di Amerika
untuk memahami logika sains menjadi terbuka; (c) dari Serikat, serta Senior Associate International Center for
sisi sains diterapkan prinsip falsifikatif teistik, bahwa Theoretical Physics di Trieste, Italia. Golshani juga
pengembangan sains modern harus menggunakan Anggota Asosiasi Filsafat Ilmu, Michigan-Amerika
metode ilmiah yang ketat, falsifikasi, tetapi pada aspek Serikat serta Masyarakat Eropa untuk Studi Sains dan
metafisika mengunakan worldview teistik, sehingga Teologi.
ajaran agama yang mengarah kepada Tuhan dapat Golshani pernah menyandang sejumlah
dipahami (Sholeh, 2018). pengahargaan. Diantaranya menerima John Templeton
Dunia Islam untuk beberapa lama sempat menguat Award untuk Sains dan Agama Program Kursus pada
gagasan Islamisasi sains ataupun sains Islam, dengan tahun 1995. Kegiatan penelitian Golshani terkonsentrasi
pemukanya seperti Seyyed Hossein Nasr dan Ziauddin pada masalah-masalah mendasar dalam fisika, mekanika
Sardar yang mengkritik keras modernisme sebagai kuantum dan kosmologi, aspek filosofis fisika, filsafat
akibat perkembangan sains modern. Namun gagasan ilmu pengetahuan dan teologi.
mereka banyak dikritik bahkan dari kalangan muslim Disela-sela kesibukannya sebagai praktisi akademik
sendiri karena ide mereka dianggap tidak realitistik seperti tersbut di atas Golshani juga telah membuktikan
karena harus membongkar sistem sains yang sudah ada dirinya produktif dalam menuangkan ide-ide
dan menggantinya dengan sistem yang baru. Selain akan cemerlangnya dalam bentuk buku, proseding buku dan
bermakna sains islam akan menjadi eksklusif dan makalah-makalah yang ditulis dalam berbagai bahasa.
kehilangan spirit universalitasnya. Alih-alih Diantaranya sudah banyak diterjemahkan ke dalam
merumuskan suatu sistem sains yang baru, fisikawan bahasa Indonesia. Dari sekian banyak tulisan tersebut
seperti Abdus Salam (Peraih Nobel Fisika 1979) justru dapat disimpulkan bahwa Golshani adalah seorang
lebih menganjurkan agar kaum Muslim berikhtiar pemikir Muslim dan praktisi di bidang fisika dasar,
mengejar ketertinggalan mereka dalam bidang sains dari fisika partikel, fisika kosmologi dan implikasi filosofis
sejawatnya di Barat. mekanika kuantum, dan agama, serta ilmu pengetahuan
dan teologi.
Biografi Mehdi Golshani
Mehdi Golshani merupakan seorang ilmuan Membedah Pemikiran Mehdi Golshani tentang
kontemporer dan filsuf yang berkebangsaan Iran dan Relasi Sains dan Agama
juga merupakan seorang Profesor Fisika di Sharif Ketika mendiskusikan relasi Islam dan ilmu-ilmu
University of Techonology. Riset utamanya berpusat kealaman, yang pertama kali dan menarik perhatian
pada persoalan-persoalam dasar dalam kosmologi dan Mehdi Golshani adalah menjelaskan terlebih dahulu
mekanika kauantum. Golshani lahir di Isfahan, Iran definisi pengetahuan ('ilm) dalam pandangan Islam.
pada tahun 1939 M bertepatan denga 131 H. Ia Sebagaimana yang tercantum dalam karyanya Issues in
memperoleh gelar B.Sc dalam bidang Fisika dari Islam and Science. Menurutnya, problem definisi
Universitas Teheran dan Ph.D dalam bidang yang sama pengetahuan ('ilm) sudah muncul sejak periode awal
dari University Of California di Berkeley Amerika Islam yang secara garis besar terdapat dua arus utama
Serikat pada tahun 1969 M/ 1328 H, dengan spesialisasi yang berkembang yaitu: pertama, beberapa sarjana yang
Fisika Partikel. mendefinisikan kata 'ilm secara spesifik hanya meliputi
Ia mengawali karir intelekualnya sejak tahun 1970 ilmu-ilmu keislaman saja. Sedangkan arus kedua,
M, dimana ia bergabung dengan Sharif University of sebagian besar sarjana muslim mendefinisikan istilah
Technology- Teheran sebagai seorang dosen. Golshani ilm dalam pengertian umum dan mencakup spektrum
pernah menduduki jabatan-jabatan strategis di sains yang luas, serta tidak membatasi pada ilmu
MUSYOYIH & SALSABILA – Kontribusi Konsep Sains Islam Mehdi Golshani dalam … 97

keislaman saja. Mehdi Golshani cenderung mengikuti Dalam kata pengantar bukunya, the Holy Quran and
pandangan yang berkembang dalam arus kedua, yang the Science of Nature, Golshani mengingatkan bahwa
mendefinisikan 'ilm secara luas yang meliputi ilmu-ilmu pembahasan dasar-dasar epistemologi dalam pandangan
keislaman maupun ilmu-ilmu non keislaman. Al-Qur’an untuk memperkuat kajian ilmu-ilmu
Pernyataanya diperkuat disamping menggunakan kealaman merupakan hal yang masih sedikit dikerjakan
argumen teologis berupa ayat Al-Qur’an seperti surah dalam tradisi intelektual Islam dan ia menganjurkan
al-Naml ayat 15 dan hadis Nabi s.a.w. seperti "Carilah agar para saintis Muslim untuk menyediakan lebih
ilmu walaupun dengan pergi ke negeri Cina, sebab banyak lagi waktu dan energinya dalam berkontribusi
mencari ilmu itu wajib bagi setiap muslim" (HR. al- pada persoalan yang amat penting ini. Melalui buku
'Uqailiy, Ibn 'Adiy, dan al-Baihaqiy), juga argumen “Filsafat Sains Menurut Al-Qur’an”, Golshani berharap
ilmiah seperti yang dikemukakan para ilmuwan Muslim bisa merangsang penelitian-penelitian lebih lanjut dan
maupun Barat Baginya, kriteria bagi keterpujian suatu sekaligus berkontribusi dalam membangkitkan
bidang ilmu dalam pandangan islam adalah terletak semangat keilmuan umat Islam dan mengembangkan
pada tujuan, manfaat dan kegunaannya, yaitu apakah pengetahuan keilmuan di Dunia Islam(Golshani,1990).
ilmu itu mampu membawa manusia kepada Tuhan atau Al-Qur’an berulangkali menyatakan tentang
tidak. Kaitannya dengan dialektika agama-sains, terlihat kaitannya dengan sains dalam berbagai ayatnya. Ada
jelas dalam pandangan pribadinya, bahwa antara agama banyak pelajaran yang urgent yang bisa kita dapatkan
dan sains tidak dapat dipertentangkan. Sains dan agama didalamnya yang menurut Golshani (2004: 6) dapat kita
bukan realitas oposisi binner, di mana satu sama lain serap dari Al-Qur’an yang berkaitan dengan kajian
saling bersinggungan, Gholsani menegaskan baik agama tentang fenomena alam, yaitu tentang: asal-usul dan
maupun sains sejatinya memiliki titik gradual yang evolusi dunia (Qs. Al-Ankabut: 20), adanya tata tertib
keduanya sama-sama dapat menjadi instrumen untuk (keteraturan) dan harmoni di alam semesta (QS. Al-
mengenal dan memahami Tuhan. Menurut Golshani, Furqon:2), adanya tujuan di balik penciptaan alam
Allah merupakan kenyataan tertinggi yang menjadi titik semesta (QS. Al-Anbiya: 16), pentingnya kedudukan
pusat segala bentuk aktivitas manusia. Karenanya, umat manusia (QS. Al-Isra: 70), adanya kebangkitan
meski tidak semua aktivitas kehidupan manusia tidak kembali (tumbuh kembang) dalam dinamika alam
berwujud ritual ibadah dalam pengertian yang umum, semesta (QS. Fathir: 9), dan argumen keesaan Tuhan
seperti salat, puasa, dan sebagainya, namun ketika hal dari kesatuan alam (QS. Al-Anbiya: 22). Baginya,
itu dilakukan untuk mendekatkan diri kepada Tuhan, prinsip-prinsip Al-Qur’an tentang realitas secara
meningkatkan derajat ketakwaan di sisi Tuhan, maka keseluruhan, seperti beberapa contoh ayat-ayat Al-
yang demikian pun akan dicatat sebagai ibadah. Qur’an tersebut, harus digunakan dan dipertegas untuk
Begitupun dengan sains, ketika sains menjadi instrumen menggantikan pandangan dunia Barat yang selama ini
untuk mengenali dan memahami kekuasaan Tuhan, menguasai pengembangan sains di dunia Muslim.
maka keberadaannya pun mempunyai kedudukan yang Seperti halnya Naquib al-Attas, pencetus gagasan
sama dengan ritual ibadah agama pada umumnya. Islamisasi Ilmu. Golshani berkeyakinan bahwa wilayah
Dalam kerangka inilah, Golshani memandang paradigma adalah wilayah bersama di mana semua
aktivitasnya selama ini, sebagai fisikawan, adalah pandangan dunia dari latarbelakang manapun tentang
bagian dari ibadah (Golshani, 2003). realitas bisa masuk dan berkompetisi untuk saling
Kajian epistemologis Mehdi Golshani, mewarnai dan mendominasi, termasuk paradigma
menyimpulkan bahwa Al-Qur’an menggunakan kata Qurani yang diyakininya bisa menggantikan dominasi
'ilm atau pengetahuan baik ketika membahas ilmu-ilmu paradigma positivisme dan emperisme dari sains Barat,
kealaman maupun ilmu-ilmu yang lain. Dengan semisal yang mempengaruhi teori evolusi Charles
demikian, ia menekankan, kajian tentang alam Darwin (Syamsuddin, 2012).
hendaknya direkomendasikan dengan tujuan untuk Mehdi Golshani menganggap bahwa nilai-nilai
menemukan pola-pola Tuhan di alam semesta (ayat-ayat Islam yg terdapat pada sains islam tersebut perlu
kauniyah) dan memanfaatkannya demi terwujudnya dirumuskan berdasarkan pandangan dunia Al-Qur’an.
kemaslahatan umat manusia. Dalam pandangan dunia Meskipun tidak perlu sampai mendudukan Al-Qur’an
Islam, segala sesuatu di semesta ini bergerak di sekitar sebagai sebuah buku sains secara teknis, sebab Al-
Tuhan, sehingga Tuhan adalah satu-satunya yang harus Qur’an sesungguhnya memang merupakan kitab
dipuji dan disembah, termasuk melalui jalan ilmu petunjuk semua pengetahuan. Pemahaman-pemahaman
pengetahuan (sains). Hal-hal lain yang bersifat sekunder tentang fenomena alam didalam Al-Qur’an hanya untuk
dan hanya layak dipuji sejauh membawa kita kepada mendekatkan manusia pada Allah dengan cara
Tuhan. Oleh sebab itu, pencarian kebenaran mutlak merenungkan wujud alam. Dalam perpektif Al-Qur’an,
yang dimiliki Tuhan adalah tugas utama kita yang bisa sekedar memahami alam bukanlah usaha yang
dilakukan dengan menggunakan berbagai cara. Kajian mempunyai makna kecuali ketika memahami alam
tentang alam namun dengan tujuan demi mengungkap sekaligus juga bertujuan untuk memahami Allah dan
dan menemukan ayat-ayat Tuhan di semesta alam mendekatkan diri pada-Nya. Karena itu, kesimpulan
adalah sebentuk ibadah (Muhammad, 2004). ilmiah ilmuwan beragama secara otomatis akan
berlainan dengan ilmuwan ateis, walaupun
98 2: 93-101, 2020

menggunakan pendekatan teori yang sama. Bagi Sacred science is one that is framed within a theistic
ilmuwan yang percaya kepada Tuhan, studi worldview-one that considers God as the Creator and
eksperimental tak bisa memberikan pengetahuan final. Sustainer of the universe, does not confine the
Pada akhirnya, manusia juga memiliki keterbatasan. existence to the material realm, believes in a telos for
the created world and admits a moral order. Secular
Karena itu penalaran ilmiah harus dibarengi dengan science, on the other hand, is indifferent with respect
perenungan yang tak terikat dengan pengetahuan to all these points.
indrawi (Hidayat, 2014).
Diskursus tentang agama-sains Mehdi Golshani pada Sains sakral adalah sains yang terbingkai dalam
dasarnya bermula dari konstruksi filosofisnya yang pandangan dunia yang teistik–pandangan dunia yang
meyakini bahwa dimensi metafisik memegang peran menganggap Tuhan sebagai Pencipta dan Pemelihara
sentral dalam diri individu begitu juga dalam hal alam semesta, yang tidak mengurung wujud dalam
penguasaan diri terhadap ilmu pengetahuan. Dimensi wilayah material, meyakini pada tujuan bagi alam
metafisik atau yang disebut sebagai dimensi ketuhanan penciptaan dan mengakui aturan moral. Sains sekular,
merupakan suatu yang paling asasi dari keseluruhan pada sisi lain, bersifat abai terhadap segenap poin
eksistensi di alam semesta. Karena kedudukannya tersebut)(Hidayat, 2014).
sebagai asas, maka suatu keniscayaan jika kemudian Berkenaan dengan ilmu sekuler di sini, Golshani
hal-hal yang menyangkut metafisik ini harus menjelaskan ciri khusus ilmu sekuler yang sangat
dimunculkan dan dijaga keberadaannya. Konsep-konsep berbeda denga pemikiran dirinya (ilmu sakral). Pertama,
tentang alam semesta baik meliputi sisi makrokosmos cara pandang terhadap alam fisik sebagai satu-satunya
hingga mikrokosmos, kesemuanya harus dilandaskan yang ada atau sesuatu yang diciptakan berdasarkan pola
pada perwujudan nilai metafisik. Konstruksi pemikiran berpikir materialisme. Bahwa apa yang benar dan apa
di era modern yang hanya terpaku pada pengalaman yang nyata adalah suatu yang ada dalam alam fisik.
inderawi (empirical expereinces), disebabkan oleh Hakikat realitas adalah wujud berdasarkan benda-benda
ketidak hadiran terhadap nilai metafisik di dalamnya. kealaman yang dapat diukur, didefiniskan, dilihat, dan
Menurut Golshani, tidak ada sains yang murni berwujud berdasarkan pada pengalaman langsung pada indera
empirik, karena setiap kali menginterpretasi data manusia. Konsekuensinya, hal-hal di luar itu, seperti
eksperimen bahkan menguji ketepatan data ia selalu bahasa-bahasa mistik agama beserta turunannya,
bergantung pada konsepsi awal (preconception) dan dianggap sebagai ketidakbenaran dan bukan realitas
asumsi sang saintis (Golshani, 2003). Golshani ilmiah. Kedua, menolak ide adanya tujuan teologi bagi
menyebut hubungan sains dan agama layaknya pohon alam. Bahwa kehadiran alam semesta adalah sebuah
dan air. Sains adalah sebuah pohon yang dahannya kenyataan otonom. Berdiri sendiri tanpa melibatkan
tengah dalam keadaan kering, di mana dirinya akan Pencipta. Karena sifatnya yang otonom, maka kehadiran
menjadi tumbuh subur apabila disirami oleh agama alam semesta diyakini tidak memiliki awal dan tidak
sebagai airnya. pula memiliki akhir. Dengan kata lain, eksistensi alam
Konsepsi pengintegrasian agama-sains Golshani semesta beserta segala isisnya dinilai sebagai realitas
didasarkan pada cara pandangnya yang yang tidak mempunyai tujuan. Ketiga, bungkam
mengelompokkan sains pada dua sisi yang berbeda, terhadap makna dan tujuan kehidupan manusia dan
yakni ilmu sakral (sacred sciences) dan ilmu sekuler tentang moralitas. bahwa ilmu sekuler tidak mempunyai
(secular sciences). Menurut Golshani, ilmu sakral kemampuan dan daya untuk menciptakan dan menjaga
adalah ilmu yang terbangun berdasarkan pandangan satu tatanan kehidupan. Hal ini disebabkan oleh
dunia teistik. Yakni menempatkan Tuhan sebegai pusat kenyataan miskinnya ilmu sekuler dari muatan nilai-
dari seluruh alam semesta. Tuhan sebagai pencipta dan nilai keagamaan, spiritualitas, dan kebajikan. Keempat,
Tuhan pula sebagai pemelihara. Karena segala sesuatu sains digunakan untuk mengendalikan dan
berpusat pada Tuhan, maka semua entitas yang ada di memanipulasi alam dan masyarakat yang dalam
dalam semesta menyimpan makna kebesaran Tuhan. kenyatannya seringkali menjadi alat strategis untuk
Dengan demikian, mempelajari, memahami dan mengeksploitasi lingkungan. Kelima, mengembangkan
membedah semua misteri dan fenomena kealaman, kekosongan pada nilai atau mengintegrasikan
secara tidak langsung berarti mempelajari dan pengetahuan dengan serangkaian nilai. Bahwa ilmu
memahami keberadaan, kekuasaan, dan keesaan Tuhan. sekuler tidak memiliki ketegasan dalam hal
Sedangkan ilmu sekuler merupakan kebalikan dari ilmu memperjuangkan nilai-nilai kebajikan, kemanusiaan,
sakral. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) dan nilai etis kehidupan. Konsep free value yang
sekuler memiliki arti bersifat kebendaan atau duniawi. diusung oleh ilmu sekuler menjadikan keberadaannya
Yakni ilmu yang dibangun berdasarkan pengabaian diri seolah tanpa arah. Karenanya, Golshani di sini tegas
terhadap keberadaan Tuhan. Baik dalam bentuk sikap, menolak atas konsep free value pada sains. Menurutnya,
pemikiran, dan tindakan. Ilmu sekuler menganggap semua teori sains, khususnya teori-teori fundamental,
bahwa agama dan sains adalah bangunan berbeda, pasti melibatkan praanggapan-praanggapan metafisika
sehingga keberadaannya tidak dapat dipertemukan. yang berakar pada world view para saintis (Hidayatullah,
Secara umum, Golshani mendefinsikan ilmu sekuler dan 2012).
ilmu sakral sebagai berikut:
MUSYOYIH & SALSABILA – Kontribusi Konsep Sains Islam Mehdi Golshani dalam … 99

Dalam penjelasan selanjutnya, dalam bukunya The menjadikan saintis menjadi pribadi yang memiliki aspek
Holy Qur’an and The Science of Nature, Setelah eksistensialisme ideal. Yaitu satu perwujudan jati diri
Golshani mengklasifikasi ilmu pengetahuan dalam dua yang berkebebasan hakiki, independen, dan
kutub berbeda, antara ilmu sakral dan ilmu sekuler, bertanggung jawab (Masduri, 2018). Dengan
golshani kemudian mengintegrasikan sains dan agama, independensinya tersebut, maka para saintis tidak ada
yang di sebut Sains Islam. Sains Islam mensyaratkan lagi ketergantungan yang hanya terpaku pada dunia
atas kenyataan, bahwa setiap konsepsi keilmuwan yang materi, alam fisik, dan kebendaan semata.
dibangun oleh saintis mustahil bisa terlepas dari model Dalam proses konstruksi sains, Mehdi Golshani
konstruksi berpikirnya. Dengan artian kehadiran dan kemudian meyakini bahwa ke-empat unsur keislaman
keberadaan dimensi metafisik secara langsung akan diatas merupakan tonggak sains yang mengandung
dapat menularkan pengaruh signifikan terhadap nilai-nilai moral dan tanggung jawab yang kemudian
bangunan keilmuan yang ia hasilkan. Apa yang disebut mentransformasikan dua nilai integratif, yaitu nilai
dengan nilai-nilai ketuhanan, meliputi keimanan, kemanusiaan dan nilain ketuhanan.
ketakwaan, religiusitas, spiritualitas, dan kepatuhan diri
terhadap Tuhan pencipta alam semsesta, semuanya Kontribusi Mehdi Golshani Pada Problem
mempunyai dampak dalam perbuatan, proses seleksi, Kontradiktif Sains dan Agama
dan evaluasi sebuah teori(Golshani, 2004). Epistemologi agama dan sains barat yang didasarkan
Gagasan sains Islam Mehdi Golshani, terdapat pada entitas dan bangunan filosofis yang memiliki
empat unsur Islam yang dalam penerapannya dapat karakteristik dan ciri berbeda, yaitu sains sebagai
mempengaruhi konstruksi dunia sains secara umum sumber pengetahuan dan agama sebagai sumber nilai
(Bagir, 2005). Pertama, sifat tunggal Tuhan (tawhid). bagi kehidupan manusia. kemudian memunculkan
yang mempunyai arti keesaan Tuhan Mempunyai arti pendapat bahwa sains dan agama tidak pernah bersatu.
semua yang ada di segala penjuru alam semesta ini Berkembangnya teori teosentris yang menganggap
berakar dari zat tunggal, dan semua ada di bawah bahwa agama merupakan pengendali aspek kehidupan
kekuasaan Tuhan dan pada akhirnya akan kembali manusia seluruhnya, bukan hanya mencakup masalah
kepada-Nya. Begitu pun dengan sains, sains yang teologis, tapi juga mencakup aspek-aspek selainnya
dihasilkan manusia dari kegiatan berpikir terhadap bahkan sampai pada ranah kebebasan dan pemikiran.
fenomena am semesta sejatinya adalah bagian dari Bahkan menganggap bahwa sains berada dibawah
keesaan Tuhan yang dapat berfungsi sebagai manifestasi bayang-bayang agama. Dan berkembangnya teori
manusia untuk mengenal dan memahami Tuhannya antroposentris yang menganggap kebenaran segala
dalam jarak pemahaman yang lebih dekat. Karenanya, sesuatu didadarkan pada formulasi positivisme dan
ilmu pengetahuan selain harus mendatangkan menekankan empirisme dan menilai agama yang mistik
kebermanfaatan untuk memudahkan aktivitas manusia, dan transenden tidak dapat dijadikan standar kebenaran.
paling penting adalah bagaimana dapat memunculkan Hal itu terjadi diakibatkan oleh perbedaanya
kesadaran manusia atas eksistensi Tuhannya. epistemologi yang dibangun.
Kedua, Iman terhadap hal yang gaib. Iman berarti Kontribusi Mehdi Golshani dalam mewujudkan
meyakini. Meyakini terhadap hal-hal yang supranatural harapan-harapan ideal dalam relasi sains dan agama
berarti meyakini atas keterbatasan pengetahuan manusia. serta kemanfaatannya bagi kemaslahatan umat manusia
Bahwa dalam keseluruhan alam semesta ini, apa yang dan keselarasan alam semesta yaitu dengan pemikiran-
disebut sebagai realitas dan fakta tidak melulu bersifat pemikirannya yang luas biasa dan dengan
fisik semata. Di balik yang fisik terdapat realitas lain di pengembangan ilmu kealaman dikalangan umat islam
luar yang keberadaannya tidak bisa dijangkau dan melalui sejumlah karya tulisannya tentang relasi agama
ditangkap oleh indera manusia. Meyakini atas adanya dan sains, yaitu melalui buku The Holy Quran and The
realitas abstrak yang tidak bisa disentuh dan diungkap Science of Nature (1984) dan buku Issues in Islam and
oleh keseluruhan kemampuan manusia, pada gilirannya Science (2004) yang menawarkan wacana tentang
dapat menghadirkan kesadaran diri atas keberadaan dan agama dan sains yang konstruktif, bersifat terbuka
kekuasaan Tuhan semesta alam. Ketiga, mempercayai namun tetap bersikap kritis. Dalam salah satu bukunya
atas tujuan akhir semesta. Keyakinan diri bahwa ketika menyatukan epistemologi sains dan agama
kehadiran alam jagat raya memiliki tujuan dan akhir Mehdi Golshani memulai dengan mendefinisikan dan
tertentu. Semesta hadir bukan tanpa tujuan tetapi menjelaskan terlebih dahulu sains ('ilm) secara luas
semuanya terjadi atas garis yang dituliskan oleh yang meliputi ilmu-ilmu keislaman maupun ilmu-ilmu
Tuhan.Pada masa yang akan datang, semua entitas non keislaman. Mehdi Golshani mencari jalan tengah
kehidupan yang terbentang luas di alam semesta akan atas perdebatan hubungan sains dan agama. Menurutnya
menemui akhirnya. Keempat, berpegang teguh pada sains tidak boleh direduksi pada alam fisik saja
nilai moral. Unsur terakhir ini mensyaratkan bahwa (material), namun harus dipadukan dengan alam
ilmu pengetahuan, apapun jenis dan rumpunnya, harus suupranatural (religion). Sains bukan semata kumpulan
memuat nilai-nilai etika dan menjunjung tinggi prinsip- teori, konsep, dan hukum-hukum alam semata, namun
prinsip kemanusiaan-emansipatif. Paling fundamental merupakan bagian dari kenyataan metafisik yang
dari semuanya, ilmu pengetahuan harus dapat didalamnya menyimpan nilai-nilai ketuhanan. Nilai-
100 2: 93-101, 2020

nilai ketuhanan bisa diperoleh dengan agama, oleh keagamaan sebagai unsur yang fundamental dalan
karena itu sains dan agama menurut Mehdi golshani kehidupan manusia. Sedangkan ilmu sekuler adalah
bukanlah hal yang kontradiktif bahkan saling ilmu yang menfokuskan pada pengayaan dimensi materi
melengkapi. atau fisik. Pengintegrasian itu kemudian disebut dengan
Sains Islam yang berpijak pada empat unsur yaitu: nilai
KESIMPULAN ketuhanan, kepercayaan pada hal ghaib, mempercayai
pada tujuan akhir semesta dan berpegang teguh pada
Perjalanan sejarah relasi antara sains dan agama nilai moral.
memang terbilang dinamis dengan melewati berbagai
dinamika, yang terkadang bersinggungan, bertolak
belakang bahkan sampai pada suatu masa saling DAFTAR PUSTAKA
mengisi satu sama lain. Abad pertengahan merupakan
masa dimana agama berkuasa sepenuhnya, khususnya Aginta, Medhy Hidayat. 2012. Menggugat Modernisme:
gereja mengambil alih semua aspek kehidupan bahkan Mengenali Rentang Pemikiran Postmodernisme Jean
sampai aspek kebebasan dan pemikiran juga dikuasai Baudrillard. Yogyakarta: Jalasutra.
oleh agama (gereja) pada masa ini sains seakan Anshari, Endang Saifuddin. 1992. Sains Falsafah dan Agama.
dibelenggu dengan kedigdayaan agama. Sampai Kuala lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka.
kemudian setelah terjadi aksi renaissance dan Arqom, Koeswanjono. 2010. Integrasi Ilmu dan Agama
aufklarung kekuasaan agama dan otoritas gereja Perspektif Filsafat Mulla Sadra. Badan Penerbit Filsafat
melemah yang kemudian antara agama dan sains UGM, Yogyakarta.
keduanya saling menafikan satu sama lain dengan saling Bagir, Abidin Zainal. 2005. Science and Religion in a Post-
mendudukkan epistemologi masing-masing. Masa ini colonial World. Australia: ATF Press.
disebut dengan modernisme, sains modern yang Baharuddin dan wahyuni, E,N. 2010. Belajar dan Teori
berkembang sama sekali tidak ada kaitannya dan tidak belajar. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media Group.
pernah melibatkan agama sedikitpun. Yang kemudian F John. Haught. 2004. Perjumpaan Sains dan Agama: dari
memunculkan para pemikir-pemikir yang khawatir Konfik ke Dialog, terjemahan, Fransiskus Borgias.
pergesekan antara sains dan agama semakin tidak bisa Bandung: Mizan.
dikendalikan. Salah satu pemikir dari dunia islam adalah Golshani, Mehdi. 2003. The Holy Qur’an and The Science of
mehdi Golshani yang kemudian menawarkan konsepsi Nature. New York: Global Scholarly Publication.
integrasia antara sains dan agama . Golshani, Mehdi. 2004. Issues in Islam and Science. Tehran:
Kajian epistemologis Golshani diawali dengan Institute for Humanities and Cultural Studies (IHCS)
menjelaskan pengertian sains atau ilm didasarkan pada Hidayat, Samsul. 2014. Sacred Science Vs. Secular Science:
Al-Qur’an yang memiliki arti pengetahuan secara luas Carut Marut Hubungan Agama dan Sains”, Kalam:
baik ketika membahas ilmu-ilmu kealaman maupun Jurnal Studi Agama dan Pemikiran Islam, Vol. 8, No. 1.
ilmu-ilmu yang lain. Konstruksi filosofisnya yang Hidayatullah, “Relasi Agama dan Sains dalam Pandangan
meyakini bahwa dimensi metafisik (agama) memegang Mehdi Golshani”, Syamsuddin, Ach. Maimun. 2012,
peran sentral dalam diri individu dan penguasaan diri Integrasi Multidimensi Agama & Sains: Analisis Sains
terhadap ilmu pengetahuan(sains). Dimensi metafisik Islam Al-Attas dan Mehdi Golshani, IRCiSoD, Yogyakarta.
atau yang disebut sebagai dimensi ketuhanan Iqbal, Sirr Muhammad. 2016. Rekonstruksi Pemikiran
merupakan suatu yang paling asasi dari keseluruhan Religius dalam Islam. Terj, Hawashi dan Musa Kadzim.
eksistensi di alam semesta. Tapi mengenai hubungan Bandung: PT Mizan Pustaka.
antara sains dan agama, Golshani menyebut hubungan Jamil, Sholioba, i-Mu’jamal falsafi, Jl, 2 Dar Al-Kutub al-
keduanya layaknya pohon dan air, sains adalah sebuah lubnani, Beirut.
Kartanegara, Mulyadi. 2003. Menyibak Teori Kejahilan:
pohon yang dahannya tengah dalam keadaan kering, di
Pengantar Epistemologi Islam. Bandung: Mizan.
mana dirinya akan menjadi tumbuh subur apabila
disirami oleh agama sebagai airnya. Menurutnya, sains Khudhori, Ahmad Sholeh. 2018. Pendekatan Kuantum Dalam
Intergrasi Agama dan Sains Nidham Guessom. Ulul Albab
bukan semata kumpulan teori, konsep, dan hukum-
Volume 19.
hukum alam semata, namun merupakan bagian dari
Kosim, Mohammad. 2008. Ilmu Pengetahuan dalam Islam:
kenyataan metafisik yang didalamnya menyimpan nilai-
Perspektif Filosofis Historis”, Jurnal Tadrîs, Vol. 3, No.2.
nilai ketuhanan. Nilai-nilai ketuhanan bisa diperoleh
dengan agama, oleh karena itu sains dan agama menurut Masduri. 2018. Telaah Kritis Konstrukksi Ekstensialisme
dalam Teologi Antroposentris Hasan Hanafi”, Islamika
Mehdi golshani bukanlah hal yang kontradiktif bahkan
Inside: Jurnal Keislaman dan Humaniora, Vo. 4, No. 1.
saling melengkapi.
Gagasan tentang sains atau pengetahuan kemudian Menzies, Alan. 2014. Sejarah Agama-Agama: Studi Sejarah,
Karakteristik dan Praktik Agama-Agama Besar didunia,
dikembangkan kembali dengan membagi ilmu
terj. Dion yulianto dan Em irfan. Yogyakarta: Forum.
pengetahuan terbagi menjadi dua kelompok besar, yaitu;
Muhammad, Ahsin. 2004. Melacak Jejak Tuhan dalam Sains:
ilmu sakral dan ilmu sekuler. Ilmu sakral ilmu yang
Tafsir Islami atas Sains. Terjemah Issues in Islam and
memuat nilai teistik yaitu ilmu yang merujuk pada Science Mehdi Golshani. Bandung: Mizan dan CRCS
ketuhanan yang menjadikan sifat moral dan etika GraduateProgram, UGM Yogyakarta.
MUSYOYIH & SALSABILA – Kontribusi Konsep Sains Islam Mehdi Golshani dalam … 101

Mutamakkin, Billa. 2011. “Pemaknaan Teologis M. Fethullah Smith, Huton. 2003. Ajal Agama ditengah Krdigdayaan Islam,
Gulen tentang Relassi Agama dan Sains”, Teosofi, Jurnal terjemahan. Ari Budiyanti. Bandung: Mizan.
Tasawuf dan Pemikiran Islam, Volume 1 Nomor 2. Syamsuddin, Ach. Maimun.2012. Integrasi Multidimensi
Fakultas Ushulud-din IAIN Sunan Ampel, Surabaya. Agama & Sains: Analisis Sains Islam.
Nasution, Saholid. Studi Islam Interdisipliner (Memotret Ilmu
Pengetahuan dan Sains inklusif dalam Islam. Malang:
Bintang Sejahtera Press.
THIS PAGE INTENTIONALLY LEFT BLANK

Anda mungkin juga menyukai