Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

PELUANG DAN TANTANGAN PERBANKAN SYARIAH


Disusun Guna Memenuhi Tugas

Mata Kuliah: Manajemen Pendanaan dan Pembiayaan LKS

Dosen Pengampu: Agep Rumanto, M,E.

Disusun oleh:

1. Sri Puji Lestari 2150410015


2. Mega Noor Jannah Anisya 2150410017
3. Nor Fadillatur Rossidah 2150410031

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS


FAKULTAS EKONOMI BISNIS ISLAM
PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT atas selesainya karya ini dengan rahmat dan
karunia-Nya, sehingga kami dapat mempresentasikan makalah ini. Untuk memenuhi
tugas kelompok mata kuliah Manajemen Pendanaan dan Pembiayaan LKS dengan judul
“Peluang dan Tantangan Perbankan Syariah”.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman yang kami miliki. Sehingga segala
bentuk saran dan kritik yang membangun dari berbagai pihak sangat kami harapkan.
Akhir kata, kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan kontribusi bagi
perkembangan komunitas penelitian.

Kudus, 10 Juni 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................... i


DAFTAR ISI ........................................................................................................ ii
BAB I:PENDAHULUAN .................................................................................... 1
A. Latar Belakang ........................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan..................................................................................... 1
BAB II:PEMBAHASAN ...................................................................................... 2
A. Kondisi Perbankan Syariah di Indonesia ................................................ 2
1. Transformasi Perbankan Syariah ........................................................ 3
B. Peluang dan Tantangan Perbankan Syariah di Indonesia ....................... 4
1. Peluang Perbankan Indonesia.............................................................. 5
2. Tantangan Perbankan Syariah ............................................................. 6
C. Langkah Dalam Menghadapi Peluang dan Tantangan ......................... 10
1. Membentuk Sumber Daya Insani (SDI) Berkualitas......................... 11
2. Ekspansi Segmen Pasar Bank Syariah .............................................. 12
3. Akselerasi Produk Perbankan Syariah .............................................. 12
4. Penggunaan Sistem Informasi Dan Teknologi (IT) Modern ............. 13
5. Kepemimpinan Dinamis. ................................................................... 14
BAB III: PENUTUP ........................................................................................... 15
A. Kesimpulan ........................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 16

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Bank syariah merupakan lembaga intermediasi anatara nasabah dan


investor. Bank syariah menggunakan sistem equity dimana setiap modal adalah
berisiko, oleh sebab itu hubungan antara bank syariah dengan nasabah berprinsip
pada sistem bagi hasil dan bagi risiko.

Apabila dibandingkan dengan perbankan konvensional, risiko yang


dihadapi perbankan syariah sebenarnya tidak banyak berbeda dengan yang
dihadapi perbankan konvensional. Akan tetapi, perbankan syariah diawasi oleh
Dewan Pengawas Syariah (DPS) dalam hal produk dan objek-objek dari
pembiayaan sehingga risiko terhadap pembiayaan yang keluar dari prinsip syariah
relatif terjaga.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana kondisi perbankan syariah di Indonesia?


2. Apa saja peluang dan tantangan yang dihadapi perbankan syariah?
3. Bagaimana langkah-langkah yang harus dilakukan untuk menghadapi peluang
dan tantangan perbankan syariah?

C. Tujuan Penulisan

1. Pembaca dapat mengetahui kondisi perbankan syariah di Indonesia


2. Pembaca dapat mengetahui peluang dan tantangan yang dihadapi perbankan
syariah
3. Pembaca dapat mengetahui langkah-langkah yang harus dilakukan dalam
mengahdapi peluang dan tantangan perbankan syariah

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kondisi Perbankan Syariah di Indonesia

Perbankan Syariah Indonesia yang terdiri dari Bank Umum Syariah


(BUS), Unit Usaha Syariah (UUS) dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS)
terus menunjukkan pertumbuhan positif sampai September. Terdapat 14 BUS dari
tahun 2020, 20 UUS dan 162 BPRS yang mempengaruhi pertumbuhan perbankan
syariah Indonesia. Jumlah aset bank syariah mencapai Rp 575,85 triliun. 1
Pertumbuhan aset perbankan syariah tumbuh sebesar 14,32% (tahun).
didukung oleh pertumbuhan Pembiayaan Yang Disalurkan (PYD) dan Dana Pihak
ketiga (DPK) mengalami pertumbuhan sebesar 8,68% (tahun) dan 15,58%
(tahun). Jadi PYD dan DPK Bank Syariah masing-masing mencapai Rp 384,65
triliun dan Rp460,51 triliun September 2020.

Perbankan syariah meyakini bisnis akan terus tumbuh di tahun 2023. Saat
ini, pertumbuhan keuangan perbankan syariah telah mampu melampaui
pertumbuhan sektor perbankan secara nasional. Menurut Bank Indonesia (BI),
pertumbuhan kredit pada November 2022 tercatat sebesar 11,16% year on year.
Hal ini didukung oleh pertumbuhan positif di semua jenis kredit dan sebagian
besar sektor ekonomi. Pada saat yang sama, pendanaan bank syariah tumbuh
sebesar 23,5% per tahun. BCA Syariah menargetkan pertumbuhan keuangan dua
digit sebesar 10-11% per tahun pada tahun 2023. Alokasi pendanaan ini
memperhatikan tingkat permintaan pasar dan prinsip kehati-hatian tetap menjadi
prioritas. Berikut adalah Perkembangan Total Aset, Jaringan Kantor, dan Tenaga
Kerja Perbankan Syariah pada Januari 2023

Total Aset Jumlah Jumlah ATM Jumlah


Bank Kantor Tenaga
Kerja

1
Otoritas Jasa Keuangan, Roadmap Pengembangan Perbankan Syariah Indonesia 2020-2025

2
Bank Umum 520 885 13 1 198 4 404 50 708
Syariah
Unit Usaha 244 472 20 453 195 5 590
Syariah
Bank Pembiayaan - 169 666 - 7570
Rakyat Syariah
Total 765357 202 2317 4599 63868
Sumber : Otoritas Jasa Keuangan Tahun 2023

Berdasarkan pada tabel di atas, pertumbuhan jumlah kantor perbankan


syariah pada Januari tahun 2023 sudah mencapai 2.317 unit dengan perincian
terdiri atas Bank Umum Syariah (BUS) sebanyak 1.198, Unit Usaha Syariah
(UUS) sebanyak 453, dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) sebanyak
666 ini menunjukkan pertumbuhan positif. Jumlah aset perbankan syariah di
Indonesia secara umum mampu menujukan kinerja keuangan yang positif sebesar
765.357 Triliun dibanding sebelumnya. Pada Januari 2023, kondisi ketahanan
perbankan syariah semakin solid. Dalam empat tahun terakhir, pertumbuhan aset
perbankan syariah rata-rata masih terjaga double digit2.

1. Transformasi Perbankan Syariah

Perbankan syariah harus dilakukan konversi ke perbankan syariah


sangat kompetitif dan memiliki peran yang lebih nyata perekonomian
nasional dan pembangunan sosial di Indonesia. Perbankan Indonesia
diharapkan menjadi Syariah perbankan yang terdepan dalam menjalankannya
jasa keuangan yang mempromosikan mencapai tujuan keberlanjutan (SDG)
dan juga menerapkan prinsip penciptaan Nilai Bersama Aktual (CSV). Esensi
penerapan Maqashid Syariah dalam ekonomi Islam. Transformasi yang akan
dilakukan oleh perbankan syariah yaitu :
a. Identitas baru dalam perbankan syariah:

2
Otoritas Jasa Keuangan, Statistik Perbankan Syariah Januari 2023

3
1) Memiliki keunikan model bisnis/ produk yang berdaya saing tinggi
2) Mengoptimalkan ekosistem ekonomi dan keuangan syariah
3) Mengintegrasikan fungsi keuangan komersial dan sosial
4) SDM berkualitas
5) TI yang mutakhir

Sedangkan kondisi saat ini perbankan syariah saat ini masih belum
memiliki diferensiasi model bisnis atau produk yang signifikan, Indeks
literasi dan inklusi masih rendah, hanya fokus pada tujuan bisnis, kuantitas
dan kualitas SDM yang masih kurang optimal, TI belum memadai.
B. Peluang dan Tantangan Perbankan Syariah di Indonesia

Dalam sejarahnya, perbankan syariah di Indonesia lahir dari rahim MUI


yang secara resmi ditandai dengan berdirinya Bank Muamalat Indonesia (BMI)
pada tahun 1991. Sebagai bank syariah pertama, BMI bisa dikatakan sebagai anak
emas dari hasil kerja keras. Tim Perbankan yang dibentuk oleh MUI. Selain itu,
bank syariah telah mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang pesat selama
ini.

Bank Rakyat Indonesia (BRI) bernama Bank Perkreditan Rakyat (BPR)


pada tahun 1977 untuk memperkenalkan kredit pedesaan untuk pengembangan
lumbung desa, bank pasar, bank pekerja dan bank lainnya. Peran BPR sangat
strategis, memberikan pinjaman uang dalam skala kecil (kredit mikro) dan
melindungi masyarakat dari praktik peminjaman uang yang merugikan rakyat
biasa. Maka peran BPR sangat penting dalam proses pembangunan (development
agent) demi terwujudnya pembangunan yang berkeadilan, terutama bagi
terselenggaranya pemerataan jasa perbankan kepada masyarakat.3

3
Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah: Dari Teori Ke Praktik (Jakarta: Gema Insani, 2001), 50.

4
1. Peluang Perbankan Indonesia

Peluang yang besar dan terbuka lebar bagi perbankan syari’ah di


Indonesia merupakan sesuatu yang wajar. Hal ini disebabkan karena beberapa
faktor, yaitu:

a. Mayoritas Penduduk Islam.

Jumlah ini adalah keadaan pasar dengan begitu banyak potensi.


Jika umat Islam ingin memanfaatkannya, perbankan syariah akan
berkembang lebih cepat dan kuat. Namun, bukan berarti melarang
nasabah non-muslim, justru menjadi tantangan bagi insan perbankan
muslim untuk menjangkau mereka. Beberapa bank syariah asing sudah
memiliki nasabah non-muslim dalam jumlah besar.

b. Fatwa Bunga Bank

Fatwa ini dapat menjadi legitimasi bagi perbankan syariah dalam


menjalankan tugasnya. Masyarakat perlu menyadari bahwa ada cara
alternatif untuk bergerak menuju sistem bagi hasil yang lebih adil,
bahkan solusi untuk menghindari kepentingan pribadi. Meski mungkin
tidak kental dengan sentimen agama, kemunculan bank syariah yang
andal dan terpercaya lebih diutamakan daripada alasan profesional.

c. Menggeliatnya Kesadaran Beragama.

Hal ini ditandai dengan maraknya acara-acara keagamaan seperti


penampilan para tokoh dan selebritis serta diskusi-diskusi aktual
keislaman di kampus-kampus atau masjid-masjid, termasuk ceramah
subuh di radio dan televisi. Bahkan ada konvensi atau lembaga yang
menyelenggarakan acara keagamaan secara rutin. Tentu saja, semua itu
memberikan andil yang cukup besar bagi kebangkitan kesadaran
beragama, termasuk penerapan ekonomi Islam.

5
d. Menjalarnya Penerapan Ekonomi Islam.

Saat ini ada asuransi syariah (takaful), gadai syariah, koperasi


syariah, pasar modal dan obligasi syariah, termasuk bisnis hotel syariah.
Hal ini pada gilirannya memberikan banyak peluang bagi bank syariah
untuk berjejaring untuk tumbuh dan saling menguntungkan.

e. Berkembangnya Lembaga Keislaman

Kehadiran partai-partai Islam pasca reformasi setidaknya


mempengaruhi suasana kehidupan berbangsa. Apalagi ketika politisi
muslim tampil sebagai pengambil keputusan (legislator). Kebijakan
tersebut diharapkan sesuai dengan hukum Syariah dan mendukung penuh
pengembangan perbankan syariah. Pendirian sekolah tinggi ekonomi
Islam atau pembukaan beberapa perguruan tinggi jurusan ekonomi Islam
dan munculnya sekolah-sekolah Islam terkemuka adalah reservoir yang
berharga untuk menciptakan kader ekonom dan bankir Islam.

2. Tantangan Perbankan Syariah

Selain memanfaatkan peluang, perbankan syariah juga dihadapkan


pada berbagai tantangan yang semakin kompleks. Secara keseluruhan,
tantangan berat yang perlu dijawab adalah menjadikan sektor keuangan
syariah yang mapan, yaitu perbankan syariah, profesional, stabil dan handal.
Tantangan yang berbeda ini datang dalam kategori dari dalam (internal) dan
beberapa dari luar (eksternal). Tantangan dari dalam adalah sejumlah
tantangan yang harus dipecahkan, berasal dari diri bank syari’ah sendiri.
Sejumlah tantangan itu meliputi:4

a. Pengembangan Kelembagaan

4
Antonio, Bank Syariah: Dari Teori Ke Praktik, 54.

6
Sejauh ini, lembaga perbankan syariah belum sepenuhnya berdiri.
Beberapa hal masih perlu diperbaiki terutama terkait dengan tata kelola,
peran dan tanggung jawab, peraturan dan struktur organisasi. Hubungan
antara bank konvensional dengan unit (subsistem) syariahnya harus
diperjelas agar sinergis. Sistem perbankan ganda yang berjalan selama
ini perlu perbaikan, apalagi secara de facto Syariah tidak memiliki wakil
gubernur. BCS (Bank Central Syari'ah) juga harus diperhatikan ke
depannya.

b. Sosialisasi dan Promosi

Di lapangan, cukup banyak masyarakat yang belum memahami


secara utuh mengenai bank syariah. Di lapangan, ada 3 kategori nasabah,
yakni loyalis syariah, loyalis konvensional dan pasar mengambang
(floating market). Potensi pasar mengambang mencapai Rp 720 triliun.
Persoalan pada pasar mengambang adalah ada yang sudah tahu tapi
belum paham, sudah paham tapi belum percaya, sudah percaya tapi
belum sepenuhnya berpartisipasi.

Proses sosialisasi perlu dilakukan secara continue. Promosi yang


gencar dan menarik dengan memanfaatkan berbagai media, baik media
bellow the line maupun media. Promosi via televisi nampaknya masih
jarang. Padahal promosi lewat media ini cukup efektif untuk
pembentukan branch image dan branch awareness. Yang perlu digaris
bawahi bahwa, sosialisasi dan promosi itu harus mampu membentuk
image dan dapat mengubah pilihan pasar mengambang pada bank
syariah.

c. Perluasan jaringan kantor

Indonesia memiliki wilayah yang amat luas. Akan tetapi


jumlah kantor syariah yang beroperasi hingga ke pelosok masih kurang.
Menurut Rizqullah, yang merupakan salah satu praktisi BNI Syariah

7
mengakui, salah satu kendala pertumbuhan bank syariah adalah masih
terbatasnya jaringan. Tantangan ini barangkali dapat dipecahkan dengan
cara mensupport pemerintah mendirikan bank syariah, optimalisasi
outlet pada setiap bank konvensional dan bank asing atau menggolkan
konversi bank BUMN besar menjadi bank syariah.

d. Peningkatan SDM.

Harus diakui secara jujur, bahwa sumber daya insani perbankan


syariah yang profesional, amanah, dan berkualitas belum sepenuhnya
tersedia. Insan perbankan yang berkualifikasi syariah handal masih
jarang. Nampaknya, sebagian besar SDM terutama level menengah ke
atas masih hasil didikan ekonomi konvensional. Padahal, yang
dibutuhkan bukan hanya menguasai ekonomi/perbankan modern, tetapi
sekaligus paham fiqih (syariah) serta mampu berinovasi dalam
menyelesaikan persoalan bank syariah yang sistemnya masih baru.
Training, workshop, seminar, studi banding, serta berbagai pembinaan
lain untuk meningkatkan kompetensi SDM harus mendapat perhatian
serius.

e. Peningkatan Modal.

Bank syariah di Indonesia masih merasakan tantangan ini.


Stakeholder (pemegang saham) bank syariah perlu meningkatkan
modalnya untuk meningkatkan kapasitas risikonya. Keseluruhan
kemampuan pembiayaan bank syariah sangat bergantung pada kapasitas
permodalannya. Kebutuhan tersebut tampaknya mendorong pemerintah
untuk menginvestasikan uang dalam jumlah besar di bank syariah.

f. Peningkatan Pelayanan.

Perbankan syariah masih perlu meningkatkan kualitas


layanannya. Prinsip pelayanan yang ramah, sederhana, cepat dan

8
terjangkau harus menjadi ciri khas bank syariah. Pelayanan ramah,
proses mudah dan cepat serta terjangkau dari segi biaya (administrasi).
Upaya kemudahan akses informasi dan penarikan dana atau tabungan
juga harus diperkuat. Penggunaan internet secara online dan keberadaan
ATM di berbagai lokasi strategis dan lokasi yang mudah diakses sangat
diperlukan. Selain itu, diperlukan juga pelatihan dan pendampingan.
Dalam beroperasi di bidang industri, bank syariah harus mampu
mempromosikan dan mampu memegang kendali pada saat yang
bersamaan. Didorong untuk dikembangkan lebih lanjut, dicek agar tidak
ada kejanggalan.

Sejumlah tantangan di atas, merupakan tantangan dari dalam


(internal). Usaha perbankan merupakan industri yang menjual kepercayaan.
Berbagai tantangan internal itu perlu dipecahkan, sehingga masyarakat lebih
percaya dan mau berpartisipasi aktif. Selanjutnya ada juga tantangan yang
datang dari luar (eksternal), yaitu:

a. Belum Memadainya Kerangka Hukum.

Tantangan ini bersifat mendesak, karena akan menghambat


upaya pengembangan bank syariah. RUU perbankan syariah yang tengah
digodok perlu diperjuangkan untuk segera diundangkan. Aturan tentang
pasar modal syariah, surat utang negara syariah, obligasi syariah serta
aturan lain sangat penting. Intinya, semua aturan yang akan memberikan
ruang gerak lebih luas bagi pelaku bisnis syariah.

b. Dukungan Pemerintah Belum Penuh.

Pemerintah mendukung keberadaan perbankan syariah, tetapi


dalam tataran kebijakan (political will) dan keseriusan (good will) belum
optimal. Para menteri, gubernur, bupati belum memberi tempat yang
layak. Di BI (Bank Indonesia) belum ada Deputi Gubernur khusus

9
syariah. Selayaknya, Dewan Syariah Nasional dan bankir syariah
melakukan lobi-lobi dan pendekatan kepada pemerintah, baik pusat
maupun daerah, agar dukungan konkret dan nyata pada perbankan
syariah dapat terealisasikan.

c. Sinisme Masyarakat.

Tidak terelakkan, masih ada masyarakat yang memandang


dengan senyum sinis. Terjadi mis-persepsi, seolah bank syariah itu
ekslusif hanya diperuntukan bagi umat Islam, sistem bagi hasil kurang
menguntungkan dan proses yang rumit. Bank syariah perlu
mempromosikan dirinya secara simpatik dan memikat. Berusaha
mengubah mindset mereka dan yang penting mampu menampilkan sosok
bank syariah yang profesional, berkualitas dan menguntungkan.
Tantangan dari luar bukan untuk dihindari, tetapi untuk dihadapi.
Berbagai tantangan diharapkan akan memotivasi setiap insan perbankan
syariah untuk terus belajar dan berkarya.

C. Langkah Dalam Menghadapi Peluang dan Tantangan

Bank syariah di Indonesia harus bisa memiliki kekuatan tersendiri dalam


menarik nasabah Indonesia dan juga masyarakat dunia, baik dari segi produk yang
inovatif, profit margin kepada nasabah maupun bagi hasil yang bersaing. Untuk
itulah, salah satu upaya bersaing dengan bank asing perlu adanya strategi-strategi
khusus bank syariah Indonesia untuk meningkatkan daya saing sehingga pangsa
pasar perbankan syariah akan lebih luas dan tidak hanya berkutat pada penduduk
Indonesia yang mayoritas muslim.

Berikut adalah beberapa Langkah perbankan syariah dalam menghadapi


peluang serta tantangan di era sekarang:

10
1. Membentuk Sumber Daya Insani (SDI) Berkualitas.

Hal ini merupakan peluang yang sangat prospektif, sekaligus


merupakan tantangan bagi kalangan akademisi dan dunia pendidikan untuk
menyiapkan (SDI) yang berkualitas yang ahli di bidang ekonomi syariah,
bukan karbitan seperti yang banyak terjadi selama ini. Tingginya kebutuhan
(SDI) bank syariah ini menunjukkan bahwa sistem ekonomi syariah semakin
dibutuhkan oleh masyarakat karena (SDI) menjadi aset terpenting dalam
dunia industri manapun termasuk perbankan syariah.

Peningkatan kuantitas jumlah bank syariah yang cepat tersebut, tanpa


diiringi dengan peningkatan kualitas SDI syariah, hanya akan bersifat
fatamorgana dan artifisial. Hal ini perlu diperhatikan dalam pengembangan
bank syariah. Selama ini praktisi perbankan syariah didominasi mantan
praktisi perbankan konvensional yang hijrah kepada bank syariah atau berasal
dari alumni perguruan tinggi umum yang berlatar belakang ekonomi
konvensional. Umumnya mereka biasanya hanya diberi training singkat
mengenai ekonomi syariah atau asuransi syariah lalu diterjunkan langsung
sebagai praktisi ekonomi syariah. Selanjutnya, sebagian mereka mengikuti
training MODP selama satu bulan. Seringkali training seperti ini kurang
memadai, karena yang perlu di upgrade bukan hanya knowledge semata,
tetapi juga paradigma syariah, visi dan misi, serta kepribadian syariah, bahkan
sampai kepada membangun militansi syariah. Selain itu, materi ekonomi
syariah tidak mungkin bisa dipelajari hanya dalam waktu 2 minggu atau 2
bulan. SDI bank syariah haruslah SDI yang multi dimensi yang memiliki
kompetensi lintas keilmuan. Ia harus memiliki kompetensi sebagai seorang
ahli investasi, sekaligus ahli keuangan dan perbankan, beretika, serta
memahami sharia compliancy. Pemenuhan SDI dengan kompetensi lengkap
seperti ini harus dilakukan, baik secara kualitatif maupun kuantitatif, melalui
proses rekruitmen dan pelatihan.

11
2. Ekspansi Segmen Pasar Bank Syariah

Segmentasi pasar perbankan syariah di Indonesia masih terfokus


kepada masyarakat muslim saja. Padahal universalitas ekonomi Islam tidak
hanya sebatas masyarakat muslim saja. Hal yang paling penting adalah bahwa
perbankan syariah bukan hanya diperuntukkan bagi masyarakat muslim saja,
tetapi non-muslim pun bisa menikmatinya.

Apabila masyarakat non-muslim ingin menikmati layanan perbankan


syariah, maka perlu diatur secara jelas teknis transaksinya (Akad) yang
disesuaikan dengan nilai-nilai yang dianut oleh pribadi konsumen. Belajar
dari negara barat bahwa sistem ekonomi syariah semakin populer bukan
hanya di negara-negara Islam tapi bahkan juga di negara-negara barat. Ini
ditandai dengan makin banyaknya beroperasi bank-bank yang menerapkan
konsep syariah. Ini membuktikan bahwa nilai-nilai Islam yang diterapkan
dalam perekonomian bisa diterima diberbagai kalangan karena sifatnya yang
universal dan tidak eksklusif.

3. Akselerasi Produk Perbankan Syariah

Keberagaman produk dan jasa merupakan ciri khas bank syariah.


Bank syariah perlu terus melakukan inovasi produk dan dapat mengeksplorasi
kekayaan skema keuangan yang variatif dan sekaligus bisa menunjukkan
perbedaan dengan perbankan konvensional. Beberapa inisiatif yang dapat
dilakukan oleh bank syariah, misalnya melalui mirroring produk dan jasa
bank syariah internasional serta mendorong bank syariah milik asing untuk
membawa produk-produk yang sukses di luar negeri ke Indonesia. Program
ini menjadi keharusan agar keunikan perbankan syariah dibandingkan dengan
perbankan konvensional lebih terlihat jelas.

12
4. Penggunaan Sistem Informasi Dan Teknologi (IT) Modern

Dukungan sistem IT yang modern sangat mendukung peningkatan


daya saing bank syariah secara nasional. Kebanyakan nasabah memilih bank
karena adanya kemudahan bertransaksi, misalnya adanya ATM yang tersebar
di seluruh Indonesia. Akan tetapi, sistem IT memilki investasi yang tinggi
sehingga bank syariah yang asetnya masih tidak terlalu besar perlu
menyiasatinya dengan cepat. Bebarapa cara yang efektif untuk menangani hal
tersebut adalah:

a. Local Content

Dunia IT di Indonesia dipenuhi dengan berbagai local genius


yang seharusnya mampu menciptakan solusi sistem yang murah dan
handal. Tidak ada sistem IT yang sempurna, namun dukungan teknis
lokal tentu akan lebih mudah dan murah dalam proses
penyempurnaannya.

b. Fokus

Sangat ideal jika vendor yang dipilih fokus pada pada


pengembangan teknologi perbankan syariah.

c. Sinergi.

Jika vendor yang menyiapkan sistem IT syariah memiliki


komitmen bukan hanya pada sistem IT-nya namun juga pada
perkembangan bisnis perbankan syariah, maka tentunya vendor dan
pelaku bisnis perbankan dapat saling berjalan bersama memacu
pertumbuhan bisnis syariah di Indonesia.

d. Added Value

13
Vendor yang memiliki komitmen pada perkembangan bisnis
perbankan syariah umumnya memiliki beberapa produk nilai tambah
yang dapat menjadi faktor pendukung bagi layanan perbankan syariah
yang lebih baik saat ini dan di masa depan.

Jika hal tersebut dapat ditemukan, maka pengembangan sistem IT


perbankan syariah tidak selalu harus mahal. Hal yang terpenting adalah
ukhuwah dan kerja sama mencapai tingkat layanan yang lebih baik untuk
perbankan syariah. Tentu saja, pada akhirnya semua ini sangat tergantung niat
baik dari pelaku bisnis perbankan syariah untuk dapat bahu-membahu
mengembangkan sistem IT perbankan syariah yang ideal bersama-sama
dengan vendor sistem IT perbankan syariah.

5. Kepemimpinan Dinamis.

Pimpinan bank syariah dituntut mengambil tindakan yang responsif,


cerdas, dan cukup fleksibel. Karakter kepemimpinan yang unik dan kuat akan
menjadi faktor penentu berhasil tidaknya penerapan strategi-strategi yang
telah disusun. Para manajer puncak harus mampu mengendalikan aktivitas
operasional bank syariah secara stabil melewati badai krisis. Manajer-
manajer bank syariah saat ini ditantang untuk lebih berani mengambil
keputusan bersifat strategis sebagai bentuk respon atas situasi yang
mendesak. Para manajer muda juga dapat diberi kesempatan untuk mengawal
bank syariah dan mencoba melakukan berbagai terobosan baru yang inovatif.

14
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Kondisi saat ini perbankan syariah saat ini masih belum memiliki
diferensiasi model bisnis atau produk yang signifikan, Indeks literasi dan inklusi
masih rendah kerena hanya fokus pada tujuan bisnis, kuantitas dan kualitas SDM
yang masih kurang optimal, serta ilmu teknologi belum memadai.

Dengan kondisi tersebut, perbankan syariah mempunyai peluang dalam


mengembangkan usahanya. Peluang ini didasarkan penduduk Indonesia yang
mayoritas islam, adanya penerapan ekonomi islam, dan kehadiran Lembaga
islam. Dibalik peluang tersebut, terdapat tantangan yang harus dihadapi oleh
perbankan syariah, meliputi kurangnya literasi kepada masyarakat terkait fungsi
dan keberadaan perbankan syariah, jangkauan perbankan syariah yang masih
terbatas, dan juga sinisme masyarakat.

Dalam menghadapi peluang dan tantangan perbankan syariah tersebut,


perbankan syariah dapat membentuk sumber daya manusia yang memang ahli
di bidang ekonomi syariah. Selain itu penerapan akad harus sesuai dengan nilai-
nilai yang dianut oleh nasabah dikarenakan nasabah perbankan syariah bukan
hanya berasal dari masyarakat muslim saja. Dengan melesatnya perkembangan
ilmu teknologi, perbankan syariah dapat melakukan terobosan terbaru terkait
eksplorasi produk dan kemudahan dalam bertransaksi.

15
DAFTAR PUSTAKA

16

Anda mungkin juga menyukai