Anda di halaman 1dari 41

ANALISIS RISIKO PADA PRODUK BERAKAD BAGI HASIL

PERBANKAN SYARIAH INDONESIA (STUDI KASUS BANK SYARIAH


INDONESIA KCP PASAMAN BARAT SUDIRMAN)

PROPOSAL SKRIPSI

Ditulis Sebagai Syarat Untuk Penulisan Skripsi pada Program Studi Perbankan
Syariah Falkultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Batusangkar

Oleh:
Sabastian Jorgi
Nim: 1930401018

JURUSAN PERBANKAN SYARIAH


FALKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGRI (IAIN)
BATUSANGKAR
2022
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI............................................................................................................3
BAB I.......................................................................................................................4
A. Latar Belakang Masalah................................................................................4
B. Fokus Penelitian............................................................................................9
C. Sub Fokus Penelitian.....................................................................................9
D. Pertanyaan Penelitian...................................................................................9
E. Tujuan Penelitian........................................................................................10
F. Manfaat dan Luaraan Penelitian.................................................................10
G. Defenisi Operasional...................................................................................11
BAB II....................................................................................................................13
A. Landasan Teori............................................................................................13
B. Jenis-Jenis Risiko........................................................................................13
C. Proses Manajemen Risiko...........................................................................24
D. Penelitian Yang Relevan.............................................................................33
BAB III..................................................................................................................35
A. Jenis Penelitian............................................................................................35
B. Lokasi dan Waktu penelitian.......................................................................35
C. Instrumen Penelitian...................................................................................35
D. Sumber Data................................................................................................36
E. Teknik Pengumpulan Data..........................................................................36
F. Analisis Data...............................................................................................37
G. Teknik Analisis Data...................................................................................38
4

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Di era modern saat ini perbankan sangatlah penting untuk
kemajuan ekonomi suatu negara. Lembaga perbankan merupakan inti dari
perekonomian suatu negara yang telah menjadi instrumen penting dalam
memperlancar jalannya pembangunan suatu negara. Sebab peranan
perbankan dalam memajukan suatu negara sangatlah besar. Hampir semua
sektor yang berhubungan dengan berbagai kegiatan keuangan akan
membutuhkan bank sebagai perantaranya baik perorangan, lembaga,
ataupun perusahaan.
Bank adalah lembaga keuangan yang kegiatan usahanya adalah
menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali dana
tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa-jasa lainnya.1 Sedangkan
menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 yang dimaksud bank
adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk
simpanan dan menyalurkannya ke masyarakat dalam bentuk kredit
dan/atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup
rakyat banyak.
Dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 berdasarkan
prinsip operasionalnya bank dibedakan menjadi dua, yaitu bank
konvensional yang berdasarkan pada prinsip bunga dan bank berdasarkan
prinsip syari’ah atau yang kemudian lazim di kenal dengan bank syari’ah.2
Kehadiran bank berdasarkan prinsip syari’ah di Indonesia masih
relatif baru, yaitu pada awal tahun 90-an, meskipun masyarakat Indonesia
merupakan masyarakan muslim terbesar di dunia. Prakarsa untuk
mendirikan Bank Syari’ah di Indonesia dilakukan oleh Majelis Ulama
Indonesia (MUI) paa tanggal 18-20 Agustus 1990.
1
Zainul Arifin, Dasar-Dasar Manajemen Syariah (tangerang: azkia, 2009).
2
Luhur Prasetiyo, Menilai Kesehatan Bank Syariah Berbasis Maqashid Al-Syariah, ed. Moh.
Nasrudin (pekalongan: pt. nasya expanding management, 2022), www.penerbitan.com.

4
5

Meskipun begitu perbankan syari’ah di Indonesia dengan seiring


berjalannya waktu menunjukkan eksistensinya di bidang Lembaga
Keuangan. Terbukti dengan peningkatan statistik perkembangannya.
Tabel 1.1
Perkembangan BUS, UUS dan BPRS di Indonesia
Pada tahun 2013-2017
No Indikator Tahun
2013 2014 2015 2016 2017
1 BUS 11 12 12 13 13
2 UUS 23 22 22 21 21
3 BPRS 163 163 163 166 167
4 Jaringan 2990 2910 2747 2201 34
Kantor
5 Aset (Triliun 242,276 272,343 296,262 235,504 424,181
Rupiah)
6 DPK (Triliun 183,534 217,858 231,175 270,48 334,888
Rupiah)
Sumber: www.ojk.go.id3

Berdasarkan data diatas dapat dijelaskan bahwa perkembangan


perbankan syariah di Indonesia sudah sangat baik dan bisa dikatakan
tumbuh pesat. Terlihat bahwa pada tahun 2016 sampai 2017 jumlah aset
dan DPK perbankan syariah meningkat dengan sangat pesat pada setiap
tahunnya. Pada tahun 2017 jumlah Asset sebesar 424,181 triliun
sedangkan pada tahun sebelumnya sebesar 356,504 triliun.
Bank memiliki tujuan akhir seperti halnya perusahaan yaitu
menjaga kelangsungan hidup melalui usaha untuk meraih keuntungan.
Terutama mengingat bank bank bekerja dengan dana yang diperoleh dari
masyarakat yang dititipkan kepada bank atas kepercayaan.4
3
Otoritas Jasa Keuangan” (On-Line), Tersedia Di: Http://Www.Ojk.Go.Id (21 April 2019)
4
Seminar Nasional Teknologi Komputer & Sains (SAINTEKS), n.d., https://prosiding.seminar-
id.com/index.php/sainteks.

5
6

Dalam produk berakad bagi hasil, selain imbal hasil yang


diperjelas dalam akad, pembagian kerugianpun harus ada dalam akad awal
sebagai transparansi Kerjasama yang terhindar dari ketidak jelasan/ghoror.
Musyarakah maupun mudharabah keduanya memiliki risiko yang sama
dalam hal apabila nasabah tidak jujur dan menyembunyikan keuntungan.
Selain itu side streaming atau penyalahgunaan dana yang tidak sesuai
dengan yang tertulis dalam akad juga merupakan risiko dalam perbankan
syariah yang tidak bermasalah jika terjadi pada perbankan konvensional.
Beberapa risiko di perbankan syariah dapat diminimalkan dan
bahkan dihilangkan, sementara beberapa tidak bisa, misalnya risiko
pembiayaan yang melekat pada murabahah dapat diminimalkan dengan
memperketat penilaian pembiayaan, jaminan yang lebih tinggi dan
memperketat pembiayaan, atau dapat dihilangkan dengan tidak
menawarkan fasilitas sama sekali, di tabungan wadiah bank tidak memiliki
risiko, sementara produk mudharabah risiko tidak dapat dihindari.
Membangun mekanisme risiko di setiap jenis risiko, termasuk
akuntabilitas (accountability) dan pertanggungjawaban (responsibility)
setiap unit, hal ini merupakan aspek dalam pelaksanaan Good Corporate
Governance bagi Bank Umum Syariah.
Tabel 1.2
Komposisi Pembiayaan
Periode 2013-2017 (Milyar)
No Akad
2013 2014 2015 2016 2017
1 Mudharaba 106.851 122.467 168.516 184.732 124.732
h
2 Musyarakah 426.528 567.658 652.316 733.430 733.430
3 Murabahah 3.546.361 3.965.543 4.491.697 5.746.351 5.904.751
4 Salam 26 16 15 17 0
5 Istishna 17.614 12.881 11.135 12.533 21.426
6 Ijarah 8.318 5.179 6.175 7.422 22.316

6
7

7 Qordh 93.325 97.709 123.588 179.232 189.866


8 lainya 234.469 233.456 311.729 386.234 727.917
Jumlah 4.433.492 5.004.909 5.765.171 7.238.671 7.763.951
Sumber: www.ojk.go.id5
Berdasarkan data statistik perbankan syari’ah diatas, pembiayaan
perbankan mengalami peningkatan setiap tahun. Pembiayaan terbesar
terjadi pada akad murabahah dan di susul dengan pembiayaan
musyarakah dan mudharabah. Hal ini karena pembiayaan murabahah
mudah diterapkan dan tidak rumit serta mirip dengan produk pembiayaan
yang sudah lama dikenal masyarakat pada bank-bank konvensional.6
Realisasi bagi hasil dan pengembalian modal, secara mutlak
bergantung pada realisasi hasil bisnis debitur. Jika debitur memperoleh
keuntungan, maka bank berhak atas keuntungan dan kembalinya modal
100%. Ketika debitur mengalami kegagalan bisnis, maka tidak ada bagi
untung. Sebaliknya, yang ada adalah bagi rugi yang harus ditanggung oleh
bank. Jika keuntungan saja tidak dapat diperoleh, maka kembalinya modal
pun tidak bisa dijamin.
Pembiayaan dengan akad mudharabah dan musyarakah merupakan
permbiayaan yang memiliki risiko tinggi. Risiko tinggi ini disebabkan
karena Al-Mudharabah adalah akad kerja sama antara dua pihak, diamana
pihak pertama menyediakan seluruh modal dan pihak lain menjadi
pengelola. Keuntungan usaha secara mudharabah dibagi dengan
berdasarkan kesepakatan saat kontrak. Sedangkan risiko ditanggung oleh
pemilik modal selama itu bukan kelalaian dari pengelola.
Tiap produk bank memberikan keuntungan bagi pihak bank, sama
halnya dengan kedua pembiayaan tersebut. Pembiayaan mudharabah dan
musyarakah dalam jumlah besar dapat membawa hasil yang
menguntungkan bagi pihak bank, jika penyaluran pembiayaan tersebut
5
Otoritas Jasa Keuangan” (On-Line), Tersedia Di: Http://Www.Ojk.Go.Id (21 April 2019)
6
Nurmasrina dan P. Adiyes Putra, Manajemen Pembiayaan Bank Syariah Scanned by
CamScanner, 2021.

7
8

dalam pengembaliannya berjalan dengan lancar. Dimana semakin besar


pendapatan maka semakin besar pula bank dalam melakukan pembayaran
kewajiban pada pihak lain. Dengan begitu produk berakad bagi hasil juga
merupakan variabel yang penting untuk diteliti dikarenakan risiko pada
akad bagi hasil sangat membedakan dengan akad lainnya dan mengandung
risiko yang tinggi.
Pembiayaan mudharabah adalah akad pembiayaan antara bank
syariah sebagai shahibul maal dan nasabah sebagai mudharib untuk
melaksanakan kegiatan usaha, dimana bank syariah memberikan modal
sebanyak 100% dan nasabah menjalankan usahanya dengan nisbah
pembagian hasil sesuai dengan kesepakatan. Karakteristik nisbah bagi
hasil adalah Nisbah bagi hasil harus dinyatakan dalam persentase (%)
bukan dalam nominal uang tertentu. Pembagian keuntungan berdasarkan
nisbah yang telah disepakati. Adanya menentukan jumlah bagi hasil
diawal kesepakatan pengajuan pembiayaan mudharabah dalam jumlah
yang tetap merupakan salah satu masalah dan menimbulkan dampak
negatif terhadap sistem keuangan yang sesuai syariah islam. Oleh karena
itu penting untuk melakukan teknik penetapan bagi hasil yang baik dan
benar sesuai dengan syari’at islam khususnya teknik bagi hasil Profit
Sharing.7
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis tertarik untuk
melakukan penelitian tentang “ANALISIS RISIKO PADA PRODUK
BERAKAD BAGI HASIL DI BANK SYARIAH INDONESIA KCP
PASAMAN BARAT SUDIRMAN

B. Fokus Penelitian
Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti membatasi
permasalahan yang akan diteliti pada aspek yang akan dianalisi agar
permasalahan dalam penelitian ini tidak meluas dan tidak terjadi
penyimpangan.
7
Muhaimin Humaidillah, “Sistem Bagi Hasil Pada Produk Pembiayaan Mudharabah,” Wadiah 4,
no. 2 (2021).

8
9

Oleh karna itu dalam penelitian ini, peneliti hanya meneliti hal-hal
yang terdapat pada produk yang berakad bagi hasil yaitu risiko. Pada
produk berakad bagi hasil juga merupakan variabel yang penting untuk
diteliti dikarenakan risiko pada akad bagi hasil sangat membedakan
dengan akad lainnya. Risiko dalam penelitian ini meliputi risiko
pembiayaan dan risiko imbal hasil yang melekat pada produk berakad bagi
hasil.

C. Sub Fokus Penelitian


Berdasarkan latar belakang di atas maka identifikasi masalah dari
penelitian ini yaitu :
1. Bagaimanakah risiko pembiayaan, risiko imbal hasil produk berakad
bagi hasil (pembiayaan mudharabah/musyarakah) di Bank Syariah
Indonesia KCP Pasaman Barat Sudirman
2. Bagaimanakah risiko imbal hasil modal pada Bank Syariah Indonesia
KCP Pasaman Barat Sudirman
3. Ketidak tepatan pihak internal dalam mengambil keputusan dan
analisis pemberian pembiayaan murabahah yang kurang cermat seperti
kesalahan dalam menganalisis karakter nasabah dan kondisi usaha
nasabah.

D. Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya,
pokok permasalahan yang dirumuskan dalam penelitian ini yakni:
1. bagaimana bentuk risiko transaksi berbasis akad pembiayaan
mudharabah/musyarakah pada Bank Syariah Indonesia KCP Pasaman
Barat Sudirman?
2. Menganalisis risiko imbal hasil modal di Bank Syariah Indonesia KCP
Pasaman Barat Sudirman?

E. Tujuan Penelitian

9
10

Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka


tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Menganalisis bentuk risiko transaksi berbasis akad pembiayaan
mudharabah/musyarakah pada perbankan syariah
2. mengetahui sistem bagi hasil pada akad pembiayaan mudharabah di
Bank Syariah Indonesia KCP Pasaman Barat Sudirman
3. mengetahui sistem bagi hasil pada akad pembiayaan mudharabah di
Bank Syariah Indonesia KCP Pasaman Barat Sudirman

F. Manfaat dan Luaraan Penelitian


1. Manfaat penelitian
a. Manfaat teoritis
1) Hasil penelitian diharapkan dapat digunakan sebagai bahan
referensi serta menjadi sumber informasi dan bahan
perbandinngan untuk penelitian sebelumnya.
2) Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar sarjana
Ekonomi Syariah pada Jurusan Perbankan Syariah pada Institut
Agama Islam Negeri (IAIN) Batusangkar.
b. Manfaat praktis
1) Pihak Bank, mengetahui risiko pembiayaan pada produk yang
berakad bagi hasil yang berpotensi baik untuk lebih mendapat
perhatian perbankan syariah sehingga dapat digunakan sebagai
bahan masukan dan pertimbangan bagi manajemen untuk
merencanakan akad bagi hasil untuk lebih mendapatkan
perhatian.
2) Pihak luar, mendapatkan gambaran tentang bagaimana profil
risiko imbal hasil dari produk yang menggunakan akad bagi
hasil pada Bank Syariah Indonesia KCP Pasaman Barat
Sudirman, sehingga dapat menilai risiko imbal hasil pada
produk berakad bagi hasil pada bank tersebut.

10
11

3) Pihak akademisi, bagi peneliti selanjutnya dapat digunakan


sebagai acuan dan referensi hasil riset penelitian yang berkaitan
dengan risiko pada industri perbankan Syariah.
2. Luaran Penelitian
Adapun luaran penelitian ini ialah, penulis berharap agar hasil dari
penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumbangan pemikiran pada
pustaka Institut Agama Islam Negri (IAIN) Batusangkar dan sebagai
sumbangan pemikiran dalam bentuk jurnal nantinya.

G. Defenisi Operasional
Agar tidak terjadi kesalahan dalam memahami judul skripsi ini,
maka penulis akan menjabarkan beberapa istilah yang terdapat dalam judul
skripsi ini.
Analisis adalah mengamati aktivitas objek dengan cara
mendeskripsikan komposisi objek dan menyusun kembali komponen-
komponennya untuk dikaji atau dipelajari secara detail.
Sedangkan analisis yang penulis maksud adalah mengamati
produk- produk yang menggunakan akad bagi hasil yang di gunakan oleh
Bank Syariah Indonesia KCP Pasaman Barat Sudirman dalam
operasionalnya.
Risiko dalam KBBI di mana risiko diartikan sebagai semua
kemungkinan terjadinya suatu peristiwa yang bisa membuat perusahaan
merugi.
Produk berakad bagi hasil adalah suatu jasa yang ditawarkan
oleh Bank Syariah dengan prinsip bagi hasil antara penyedia dana dan
pengelola dana dalam memenuhi kegiataan operasionalnya.
Bank Syariah Indonesia KCP Pasaman Barat Sudirman adalah
unit usaha Syariah di Sumatera Barat yang menjalankan usahanya
berdasarkan prinsip syariah dengan nilai-nilai rohani yang mampu
melandasi kegiatan operasionalnya.

11
12

12
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Landasan Teori
1. Risiko
a. Pengertian Risiko
Risiko bisa didefenisikan sebagai bentuk keadaan
ketidakpastian mengenai suatu keadaan yang akan terjadi yang bisa
menghambat pencapaian tujuan dari suatu perusahaan. Keadaan ini
bisa disebabkan oleh faktor internal dan eksternal perusahaan.
Ada beberapa pengertian risiko menurut para ahli yang terdapat
dalam buku yang ditulis oleh Reni Maralis dan Aris Triyono yaitu:
1) Menurut Arthur Williams dan Richard,MH risiko merupakan
suatu variasi dari hasil-hasil yang dapat terjadi selama periode
tertentu.
2) Menurut A.Abas Salim mendefenisikan bahwa risiko
merupakan ketidaktentuan yang mungkin melahirkan peristiwa
kerugian.
3) Menurut Soekarta risiko ialah ketidakpastian atas terjadinya
suatu peristiwa.
4) Menurut Herman Darmawi bahwa risiko adalah penyebaran
atau penyimpangan hasil aktual dari hasil yang diharapkan.
Jadi, bisa disimpulkan bahwa risiko merupakan kejadian yang
bisa berpotensi mendatangkan kerugian pada suatu perusahaan.
Risiko itu muncul disebabkan adanya unsur ketidakjelasan di
waktu yang akan datang, adanya penyelewengan, terjadi hal-hal
yang tidak diharapkan, ataupun tidak terjadinya hal-hal yang
diharapkan.8
B. Jenis-Jenis Risiko
Adapun jenis-jenis risiko Bank Syariah Menurut Peraturan
Otoritas Jasa Keuangan ( POJK ) Nomor 65 Tahun 2016 tentang
8
Nurul Ichsan, Uin Syarif, and Hidayatullah Jakarta, REFLEKSITIVITAS MANAJEMEN RISIKO
KREDIT DAN PEMBIAYAAN ISLAMI, n.d., https://jurnal.umj.ac.id/index.php/taraadin.
14

Penerapan Manajemen Risiko Bank Umum Syariah dan Unit


Usaha Syariah yang terdapat dalam pasal 1 yaitu :9
1) Risiko Kredit / Pembiayaan
Risiko kredit adalah risiko yang terjadi akibat dari
kegagalan nasabah dalam melakukan pembayaran atau
memenuhi kewajiban kepada bank sesuai perjanjian yang telah
disepakati.
2) Risiko Pasar (market risk )
Risiko pasar terjadi karena perubahan harga pasar terhadap
posisi neraca dan rekening administratif.
3) Risiko Likuiditas ( liquity risk )
Risiko likuiditas ini muncul karena adanya masalah dalam
memperoleh uang tunai pada harga wajar dari pinjaman atau
risiko likuiditas pendanaan.
4) Risiko Operasional
Risiko operasional merupakan risiko yang terjadi secara
langsung maupun tidak langsung baik itu dari kegagalan proses
internal. SDM, teknologi atau kejadian dari eksternal
perusahaan.
5) Risiko Hukum
Risiko hukum merupakan risiko yang terjadi karena adanya
tuntutan hukum dan atau adanya kelemahan aspek yuridis.
6) Risiko Reputasi
Risiko reputasi ini terjadi karena adanya persepsi atau
pandangan yang negatif kepada bank sehingga tingkat
kepercayaan dari stakeholder menurun.
7) Risiko Stratejik
Risiko stratejik ini terjadi karena adanya ketidaktepatan
dalam pengambilan ataupun pelaksanaan suatu keputusan yang

9
Ibid.

14
15

stratejik, dan juga kegagalan dalam mengantisipasi perubahan


lingkungan bisnis.
8) Risiko Kepatuhan
Risiko kepatuhan ini terjadi karena bank tidak mematuhi
atau tidak melaksanakan peraturan perundangundangan dan
ketentuan yang berlaku.
9) Risiko Imbal Hasil
Risiko ini terjadi karena adanya perubahan tingkat bagi
hasil yang dibayarkan kepada nasabah yang bisa menyababkan
perubahan imbal hasil yang diterima bank dari penyaluran
dana, yang bisa mempengaruhi prilaku nasabah dana pihak
ketiga bank.
10)Risiko Investasi
Risiko ini terjadi karena bank ikut menanggung kerugian
usaha nasabah yang dibiayai dalam pembiayaan yang berbasis
bagi hasil usaha dan menanggung risiko.
2. Resiko dalam islam
Saat membahas masalah ekonomi Islam, ada dua domain yang
harus dikaji secara mendalam. Domain pertama adalah yang
berkaitan dengan Islam dan kedua adalah domain yang
menjabarkan tentang ekonomi. Aqidah secara etimologi dari asal
kata ‘aqada – ya‘qidu yang bermakna mengikat sesuatu. Jika
seseorang mengatakan (aku ber‘itiqad begini) artinya saya
mengikat hati dan dhohir terhadap hal tersebut. Dengan demikian
kata aqidah secara terminologi bermakna: sesuatu yang diyakini
seseorang, diimani dan dibenarkan dengan hatinya baik hak
ataupun batil. Sedangkan makna aqidah ditinjau dari pengertian
syariat Islam adalah beriman kepada Allah, para malaikat-Nya,
kitab-kitab dan rasul-rasul-Nya beriman kepada hari akhir dan
taqdir (ketentuan) Allah yang baik maupun buruk.10

10
“BukuManajemenPembiayaan-Digabungkan” (n.d.).

15
16

Konsekuensi seseorang memeluk Islam adalah menjadikan aqidah


Islam sebagai standar berpikir dan standar berperilaku, terikat pula
seluruh perbuatannya dengan hukum syaraâ atau syariâat Islam
(hukum Islam). Dia juga memahami Islam sebagai agama yang dapat
memecahkan seluruh problem kehidupan sehingga mempunyai
keyakinan Islam merupakan sistem kehidupan, sebagai sebuah mabda
(ideologi) yang menjadi way of life. Dia memahami Allah SWT
sebagai pencipta alam semesta dan segala isinya, mengetahui segala
sesuatu yang menimpa manusia di dunia sehingga hanya Allah-lah
yang dapat memberikan solusinya (termasuk masalah – masalah
ekonomi) yakni Islam. Hanya dengan mengikuti kehendak Allah SWT,
maka manusia dapat selamat hidup di dunia dan akhirat. Orang yang
mengaku Islam, harus meyakini Islam sebagai satu-satunya jalan yang
memecahkan seluruh masalah kehidupan. Namun hal ini hanya bisa
terjadi jika orang tersebut masuk ke dalam Islam secara kaffah
(menyeluruh). Allah SWT memperingatkan kepada kita semua :

ٌ‫ش ْي ٰط ۗ ِن اِنَّ ٗه لَ ُك ْم َع ُد ٌّو ُّمبِ ْين‬ ِ ‫س ْل ِم َك ۤافَّةً ۖ َّواَل تَتَّبِ ُع ْوا ُخطُ ٰو‬
َّ ‫ت ال‬ ِّ ‫ٰيٓاَيُّ َها الَّ ِذيْنَ ٰا َمنُوا اد ُْخلُ ْوا فِى ال‬
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, masuklah kalian ke
dalam Islam secara keseluruhannya, dan janganlah kalian mengikuti
langkah-langkah syaithan.Sesungguhnya syaithan itu musuh yang
nyata bagi kalian.” (QS. Al Baqarah: 208).11
Jadi masuk ke dalam Islam secara kaffah (keseluruhan) merupakan
hal mutlak yang harus dilakukan sebagai bukti keimanan kita kepada
Allah SWT. Ibnu Katsir menyatakan bahwa semua orang beriman
diperintahkan untuk melaksanakan seluruh cabang iman dan hukum-
hukum Islam. Kita semua harus masuk ke dalam syariat Islam yang
dibawa Nabi Muhammad SAW dan tidak boleh mengabaikan syariat
walau sedikitpun. Syari‘at Islam adalah hukum-hukum (peraturan-
peraturan) yang diturunkan Allah SWT untuk umat manusia melalui

11
Ibid.

16
17

Nabi Muhammad SAW. Aturan-aturan tersebut berupa Al- Qur‘an dan


Sunnah Nabi yang berwujud perkataan, perbuatan, dan ketetapan, atau
pengesahan.12
Syariah terdiri dari dua bagian besar. Pertama adalah ibadah
mahdhah yang aturan dan pelaksanaannya secara rinci telah dijelaskan
dalam Al Quran dan As Sunnah. Bagian kedua adalah muamallah,
yang prinsip dasarnya telah diungkapkan dalam Al Quran dan As
Sunnah.
Sedangkan untuk implementasi dan pelaksanaanya diserahkan
kepada ijtihad para ahli sesuai sesuai dengan perkembangan dan
kebutuhan zaman. Menurut Al-Ghazali: ―Tujuan dari Syariah adalah
meningkatkan kesejahteraan seluruh manusia, yang terletak pada
perlindungan keimanan (dien) mereka, manusia (nafs), akal mereka
(aqal), keturunan mereka (nasl), dan kekayaan mereka (maal). Kelima
hal di atas merupakan maqhasid syariah dan merupakan fokus dari
semua upaya-upaya manusia termasuk kegiatan perekonomian.13
Tujuan-tujuan syariat atau maqhasid syariah mengandung semua
yang diperlukan manusia untuk merealisasikan falah dan hayatan
thayyibah dalam batas-batas syariah. Imam Ghazali meletakkan iman
pada urutan pertama karena dalam perspektif Islam iman adalah isi
yang sangat penting bagi kebahagian manusia. Iman yang meletakkan
hubungan-hubungan kemanusian pada fondasi yang benar dan
memungkinkan umat manusia untuk berinteraksi satu sama lain dalam
mencapai kebahagian bersama. Keimanan seseorang cenderung
mempengaruhi perilaku, gaya hidup,selera, referensi manusia, sikap-
sikap terhadap manusia, sumber daya, dan lingkungan. Selain
itu,keimanan juga menjadi standar moral serta membuka cakrawala
berfikir manusia agar tidak hanya memikirkan kepentingan dunia tapi

12
Disusun Dalam et al., ANALISIS IMPLEMENTASI PRINSIP BAGI HASIL DAN RISIKO PADA
BPRS KABUPATEN DELI SERDANG DAN BPRS KOTA MEDAN TESIS, 2014.
13
mukhsinun, “Evaluasi M.Risiko Mudharabah&Musyarakah,” Jurnal Ilmu Ekonomi Islam 1, no.
1 (2017): 1–21.

17
18

juga akhirat. Jiwa manusia, akal, dan keturunan berhubungan dengan


manusia itu sendiri yang merupakan tujuan utama dari syariah yaitu
kesejahteraan. Segala sesuatu yang diperlukan untuk memperkaya tiga
tujuan tersebut adalah kebutuhan bagi semua umat manusia. Begitu
pula bagi semua hal yang dapat menjamin kebutuhan primer, sekunder,
dan tersier dari setiap umat manusia. Pemenuhan kebutuhan ini akan
menjamin generasi sekarang dan yang akan datang dalam kedamaian,
kenyamanan, sehat dan efisien serta mampu memberikan kontribusi
baik bagi realisasi dan kelanggengan falah dan hayatan thayyibah.
Dari paparan diatas bahwa dalam melakukan kegiatan usaha setiap
manusia selalu dianjurkan untuk melaksanakan sesuai dengan
ketentuan Alqur'an sebagaimana dianjurkan dalam surat Al Baqoroh
ayat 282 :
ٌ ۢ ِ‫س ّمًى فَا ْكتُبُ ْو ۗهُ َو ْليَ ْكت ُْب بَّ ْينَ ُك ْم َكات‬
‫ب بِا ْل َعد ۖ ِْل َواَل‬ َ ‫اَيُّ َها الَّ ِذيْنَ ٰا َمنُ ْٓوا اِ َذا تَدَايَ ْنتُ ْم بِ َد ْي ٍن اِ ٰلٓى اَ َج ٍل ُّم‬
‫ق و ْليت هّٰللا‬ ‫هّٰللا‬
ْ ‫َّق َ َربَّ ٗه َواَل يَ ْب َخ‬
‫س‬ ِ َ َ ُّ ‫ي َعلَ ْي ِه ا ْل َح‬ ْ ‫ب اَنْ يَّ ْكت َُب َك َما َعلَّ َمهُ ُ َف ْليَ ْكت ۚ ُْب َو ْليُ ْملِ ِل الَّ ِذ‬ ٌ ِ‫يَْأ َب َكات‬
‫ست َِط ْي ُع اَنْ يُّ ِم َّل ُه َو فَ ْليُ ْملِ ْل َولِيُّ ٗه‬
ْ َ‫ض ِع ْيفًا اَ ْو اَل ي‬
َ ‫سفِ ْي ًها اَ ْو‬ َ ‫ق‬ ُّ ‫ي َعلَ ْي ِه ا ْل َح‬ْ ‫ش ْيـ ًۗٔا َفاِنْ َكانَ الَّ ِذ‬
َ ُ‫ِم ْنه‬
َ‫ض ْون‬ َ ‫ش ِه ْي َد ْي ِن ِمنْ ِّر َجالِ ُك ۚ ْم فَاِنْ لَّ ْم يَ ُك ْونَا َر ُجلَ ْي ِن فَ َر ُج ٌل َّوا ْم َراَ ٰت ِن ِم َّمنْ ت َْر‬َ ‫ش ِهد ُْوا‬ ْ ‫ِبا ْل َع ْد ۗ ِل َوا‬
ْ َ ‫ست‬
‫ش َه ۤ َدا ُء اِ َذا َما ُدع ُْوا ۗ َواَل‬ ُّ ‫ض َّل اِ ْح ٰدى ُه َما فَتُ َذ ِّك َر اِ ْح ٰدى ُه َما ااْل ُ ْخ ٰر ۗى َواَل يَْأ َب ال‬ ِ َ‫ش َه ۤ َدا ِء اَنْ ت‬
ُّ ‫ِمنَ ال‬
‫هّٰللا‬
‫ش َها َد ِة َواَد ْٰن ٓى اَاَّل‬
َّ ‫سطُ ِع ْن َد ِ َواَ ْق َو ُم لِل‬ َ ‫ص ِغ ْي ًرا اَ ْو َكبِ ْي ًرا اِ ٰلٓى اَ َجلِ ٖ ۗه ٰذلِ ُك ْم اَ ْق‬
َ ُ‫سـَٔ ُم ْٓوا اَنْ تَ ْكتُبُ ْوه‬
ْ َ‫ت‬
‫ش ِهد ُْٓوا‬ ْ َ‫اح اَاَّل تَ ْكتُبُ ْوه َۗا َوا‬ ٌ َ‫س َعلَ ْي ُك ْم ُجن‬ َ ‫ض َرةً تُ ِد ْي ُر ْونَ َها بَ ْينَ ُك ْم فَلَ ْي‬
ِ ‫ت َْرتَابُ ْٓوا آِاَّل اَنْ تَ ُك ْونَ تِ َجا َرةً َحا‬
ۗ ُ ‫ق ِب ُك ْم ۗ َواتَّقُوا هّٰللا َ ۗ َويُ َعلِّ ُم ُك ُم هّٰللا‬
ٌ ۢ ‫س ْو‬ُ ُ‫ش ِه ْي ٌد ەۗ َواِنْ تَ ْف َعلُ ْوا فَاِنَّ ٗه ف‬ ٌ ِ‫ض ۤا َّر َكات‬
َ ‫ب َّواَل‬ َ ُ‫اِ َذا تَبَايَ ْعتُ ْم ۖ َواَل ي‬
‫َوهّٰللا ُ بِ ُك ِّل ش َْي ٍء َعلِ ْي ٌم‬
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu
bermu'amalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan,
hendaklah kamu menuliskannya. dan hendaklah seorang penulis di
antara kamu menuliskannya dengan benar. dan janganlah penulis
enggan menuliskannya sebagaimana Allah mengajarkannya, meka
hendaklah ia menulis, dan hendaklah orang yang berhutang itu
mengimlakkan (apa yang akan ditulis itu), dan hendaklah ia bertakwa
kepada Allah Tuhannya, dan janganlah ia mengurangi sedikitpun
daripada hutangnya. jika yang berhutang itu orang yang lemah

18
19

akalnya atau lemah (keadaannya) atau Dia sendiri tidak mampu


mengimlakkan, Maka hendaklah walinya mengimlakkan dengan jujur.
dan persaksikanlah dengan dua orang saksi dari orang-orang lelaki
(di antaramu). jika tak ada dua orang lelaki, Maka (boleh) seorang
lelaki dan dua orang perempuan dari saksi-saksi yang kamu ridhai,
supaya jika seorang lupa Maka yang seorang mengingatkannya.
janganlah saksi-saksi itu enggan (memberi keterangan) apabila
mereka dipanggil; dan janganlah kamu jemu menulis hutang itu, baik
kecil maupun besar sampai batas waktu membayarnya. yang demikian
itu, lebih adil di sisi Allah dan lebih menguatkan persaksian dan lebih
dekat kepada tidak (menimbulkan) keraguanmu. (Tulislah
mu'amalahmu itu), kecuali jika mu'amalah itu perdagangan tunai yang
kamu jalankan di antara kamu, Maka tidak ada dosa bagi kamu, (jika)
kamu tidak menulisnya. dan persaksikanlah apabila kamu berjual beli,
dan janganlah penulis dan saksi saling sulit menyulitkan. jika kamu
lakukan (yang demikian), Maka Sesungguhnya hal itu adalah suatu
kefasikan pada dirimu. dan bertakwalah kepada Allah, Allah
mengajarmu, dan Allah Maha mengetahui segala sesuatu( Al Baqoroh
ayat 282)
Dari ayat tersebut diatas maka bagi kita dalam melakukan kegiatan
termasuk dalam kegiatan berbisnis untu jangan lupa selalu melakukan
pencatatan atau membuat administrasi sebaik-baiknya ( .... hendaklah
seorang penulis di antara kamu menuliskannya dengan benar,....).
Dan ini merupakan seruan bagi kita untuk -melaksanakan bisnis yang
benar-benar sesuai dengan syariat Islam.
Namun dalam perkembangan dunia yang semakin modern konsep
bisnis juga tidak lepas kondisi teknologi yang semakin maju, hal ini
haruslah dapat mengambil perkembangan teknologi demi
kemaslahatan umat Islam. Perkembangan dan perubahan kebijakan
bisnis juga turut mewarnai fleksibiltas dalam bermuamalat.
Pertumbuhan dunia perbankan dan lembaga keuangan sangat besar

19
20

sekali pengaruhnya dalam dinamika dalam menjalankan aktifitas


bisnis.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992, Perbankan
adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan
itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam
antara satu pihak dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam
untuk melunasinya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian
tambahan berupa margin/bagi hasil sesuai perjanjian yang yang telah
disepakati.
Begitu juga menurut Undang-Undang Nomer 10 Tahun 1998
tentang Perbankan (selanjutnya disebut Undang-undang Perbankan),
dimana dinyatakan bahwa Bank adalah badan usaha yang menghimpun
dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kepada
masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk-bentuk lainnya dalam
rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.14
Pasal 8 ayat (1) Undang-Undang Perbankan yang menyatakan
sebagai berikut: “Dalam memberikan kredit atau pembiayaan
berdasarkan prinsip syariah, bank umum wajib mempunyai keyakinan
berdasarkan analisis yang mendalam atas itikad dan kemampuan serta
kesanggupan nasabah debitor untuk melunasi utangnya atau
mengembalikan pembiayaan dimaksud sesuai dengan yang
diperjanjikan.15
Berdasarkan pengertian di atas, maka bank syariah atau lembaga
keuangan syariah dalam managemen pembiayaan harus memahami
unsur unsur dalam pembiayaan, sebagai bagian yang penting dalam
melakukan tatakelolanya, unsur-unsur tersebut. Dalam pemberian
pembiayaan maka perlu diperhatikan agar risiko yang akan terjadi
dapat diminimkan atau bahkan tanpa risiko yaitu The SIX C’s of
Financing yang meliputi Watak (Character) Kemampuan (Capacity) ,
14
bphn.go.id, “Undang-Undang RI No. 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan,” Lembaran Negara
Republik Indonesia (1998): 182, http://www.bphn.go.id/data/documents/98uu010.pdf.
15
Ibid.

20
21

Modal/Harta (Capital), Jaminan (Collateral), Perkembangan ekonomi


dan sektor usaha (Condition of economy & sector of business), dan
Batasan Hambatan tempat usaha (Constraint).
Agar pemberi pembiayaan yang diberikan oleh Bank / Lembaga
Keuangan dapat meminimalisir terjadi risiko penyaluran pembiayaan ,
maka setiap proses pemberian pembiayaan yang diberikan harus
dijiwai oleh azas kehati-hatian (prudential banking) dengan semangat
untuk menghindarkan diri dari pemberian kredit yang spekulatif dan
berisiko tinggi, maka Pemberian pembiayaan harus memprioritaskan
Azas Prudentialitas (prinsip keberhati-hatian) dan menghindari :
1) Pembiayaan tidak sesuai syariah
2) Pembiayaan untuk spekulasi
3) Pembiayaan tanpa informasi keuangan yang tidak memadai
4) Pembiayaan pada sektor usaha yang tidak dikuasai
5) Pembiayaan kepada nasabah bermasalah

3. Manajemen Risiko
a. Pengertian Manajemen
Risiko Manajemen risiko berdasarkan buku yang ditulis oleh
Irham Fahmi bahwasanya manajemen risiko merupakan suatu
bidang ilmu yang membahas tentang bagaimana suatu organisasi
menerapkan ukuran dalam memetakan berbagai pendekatan
manajemen secara komprehensif dan sistematis.16
Manajemen risiko merupakan penerapan fungsi manajemen
untuk pengendalian risiko, terutama risiko yang dialami oleh
perusahaan atau organisasi, keluarga, dan masyarakat. Jadi
manajemen risiko meliputi aktifitas perencanaan,
pengorganisasian, memimpin, pengkoordinasian dan pengawasan
terhadap pengendalian risiko.17
16
Melayu Hasibuan, “Manajemen Perbankan,” circulation journal 46 (1982): 721–722.
17
Dr. Ir. Suprapto. M. Eng., “Diklat Sistem Manajemen Keselamatan Kesehatan Kerja Konstruksi
Tingkat Dasar,” Modul Manajemen Risiko (2016): 46.

21
22

Pengertian dari manajemen risiko menurut Ferry N. Idroes


dalam Reni Maralis dan Aris Triyono adalah suatu cara logis dan
sistematis dalam identifikasi, kuantifikasi, menentukan sikap,
menetapkan solusi, serta melakukan pengawasan dan pelaporan
risiko yang berlangsung pada setiap kegiatan ataupun proses.
b. Fungsi Pokok Manajemen Risiko
Adapun fungsi pokok dari manajemen risiko meliputi :
1) Menemukan kerugian potensial
Maksudnya adalah untuk menemukan semua risiko
murni yang dialami oleh organisasi atau perusahaan, yang
mencakup :18
a) Kerusakan fisik dari aset perusahaan
b) Kehilangan pendapatan dan kerugian lainnya efek dari
terganggunya aktivitas perusahaan atau organisasi
c) Kerugian akibat dari tuntutan hukum dari pihak lain
d) Kerugian-kerugian yang timbul akibat adanya penipuan,
tindakan kriminal, tidak jujurnya karyawan dan sebagainya.
e) Kerugian yang muncul akibat keyman meninggal dunia,
sakit atau menjadi cacat.
2) Mengevaluasi kerugian potensial
Maksudnya adalah melaksanakan penilaian dan
evaluasi atas seluruh kerugian potensial yang dialami oleh
organisasi atau perusahaan. Penilaian dan evaluasi penilaian ini
terdiri dari perkiraan tentang besarnya kemungkinan frekuensi
terjadinya kerugian dan besarnya kegawatan dari tiap-tiap
kerugian.
3) Memilih metode yang tepat untuk menaggulangi kerugian
Metode yang bisa dipakai untuk mengatasi risiko itu
ada empat metode yaitu mengurangi kesempatan terjadinya
kerugian, meretensi, mengasuransikan dan menghindari. Tugas

18
Ibid.

22
23

dari manajer risiko ialah mengambil salah satu metode yang


paling pas untuk mengatasi risiko atau mengkombinasikan
metode-metode yang paling pas untuk mengatasi risiko.
4) Proses pengelolaan risiko
Proses-proses yang bisa dilakukan untuk mengelola
risiko sebagai berikut :19
a) Menentukan tujuan yang ingin diperoleh dari pengelolaan
risiko. Contohnya seperti pelayanan yang diberikan kepada
pelanggan tetap berjalan.
b) Menentukan kemungkinan adanya kerugian ataupun risiko-
risiko yang dihadapi. Identifikasi ini sangat penting
dilakukan karena keberhasilan pengelolaan risiko dilihat
dari identifikasi ini.
c) Mengevaluasi dan mengukur besarnya kerugian potensial,
dimana yang dievaluasi dan diukur ialah :
 Besarnya kemungkinan risiko yang akan terjadi selama
waktu tertentu
 Besarnya akibat dari kerugian tersebut terhadap kondisi
keuangan perusahaan atau keluarga
d) Mencari metode atau gabungan metode-metode yang yang
paling bagus, paling tepat, dan paling ekonomis untuk
menyelesaikan masalah-masalah yang muncul akibat
adanaya suatu kerugian / peril. Metode-metode tersebut
yaitu :
 Menghindari kemungkinan terjadinya peril
 Mengurangi kesempatan terjadinya peril
 Mengasuransikan kerugian potensial kepada pihak lain
 Menerima dan memikul kerugian yang timbul
e) Melakukan koordinasi dan penerapan keputusan-keputusan
yang sudah diambil untuk mengatasi risiko. Contohnya
19
ikatan bankir indonesia (ibi), Manajemen Risiko 2 (jakarta: pt gramedia pustaka utama, 2016).

23
24

seperti membuat perlindungan yang layak terhadap


kecelakan kerja.
f) Mengadministrasikan, memantau, dan mengevaluasi semua
langkah-langkah atau strategi yang sudah diambil dalam
mengatasi risiko.
C. Proses Manajemen Risiko
Menurut R.A. Supriyono dalam melakukan proses manajemen
risiko dilakukan dengan konsep sistem manajemen risiko (SMR)
diferensial, maksudnya adalah konsep yang mengungkapkan bahwa
untuk organisasi yang berbeda diperlukan SMR yang berbeda.
Konsep ini digunakan karena banyaknya macam risiko yang
dihadapi organisasi yang satu dengan yang lainnya, disini termasuk
juga organisasi perbankan dibandingkan dengan yang lainnya.20
Secara umum ada empat proses manajemen risiko yaitu :
1) Identifikasi risiko
Identifikasi ini dilaksanakan agar bisa mengetahui dan
memahami risiko yang timbul dari suatu usaha yang sudah ada
ataupun dari prakarsa bisnis yang baru.
2) Pengukuran risiko
Pengukuran risiko ini merupakan tahapan setelah
melakukan identifikasi masalah, proses ini dilaksanakan dalam
suatu organisasi untuk mengukur risiko dalam rangka
menentukan dampaknya terhadap organisasi.
3) Pemantauan risiko
Pada tahapan ini dilakukan agar suatu organisasi bisa
meninjau ulang posisi-posisi dan pengecualian-pengecualian
risiko secara tepat waktu.
4) Pengendalian risiko
Pengendalian risiko ini dilakukan agar organisasi bisa
mengomunikasikan batas-batas risiko melalui kebijakan-

20
mukhsinun, “Evaluasi M.Risiko Mudharabah&Musyarakah.”

24
25

kebijakan, standar-standar, dan prosedur-prosedur yang


menggambarkan otoritas dan tanggung jawab untuk
mengendalikan ekspose risiko yang dengan aktivitas
organisasi.

4. Produk-Produk Pembiayaan
a. Pembiayaan Jual Beli
1) Murobahah
Secara sederhana murobahah adalah akad jual beli
seharga barang ditambah keuntungan (margin) yang telah
disepakati. Menurut Fatwa DSN-MUI No. 04 Tahun 2000,
murobahah adalah menjual suatu barang dengan menegaskan
harga belinya kepada pembeli dan pembeli membayarnya
dengan harga yang lebih sebagai laba. Jika kita melihat
pengertian murabahah menurut istilah, akan ada bermacam
pendapat. Berikut pengertian Murabahah menurut istilah :21
a) Bagian dari jenis ba’i, yaitu jual beli dimana harga jualnya
terdiri dari harga pokok barang yang dijual ditambah
dengan sejumlah keuntungan (ribhun) yang disepakati oleh
kedua belah pihak, pembeli dan penjual.
b) Dalam Fiqih Islam, murabahah yaitu suatu bentuk jual beli
tertentu ketika penjual menyatakan biaya perolehan barang,
meliputi harga barang dan biaya-biaya lain yang
dikeluarkan untuk memperoleh barang tersebut, dan tingkat
keuntungan (margin) yang diinginkan.
c) Murabahah merupakan salah satu dari akad/kontrak yang
memberikan kepastian pembayaran, baik dari segi waktu
maupun jumlah sehingga ketika kita mendapat pembiayaan
dari bank syari’ah, jumlah & waktunya telah pasti & sudah
ditentukan di awal (cashflow predertemined) yang

21
Humaidillah, “Sistem Bagi Hasil Pada Produk Pembiayaan Mudharabah.”

25
26

formulanya, harga pokok ditambah dengan harga perolehan


barang (biaya-biaya lain dalam memperoleh barang)
ditambah dengan margin yang disepakati.
d) Murabahah merupakan Akad Pembiayaan suatu barang
dengan menegaskan harga belinya kepada pembeli dan
pembeli membayarnya dengan harga yang lebih sebagai
keuntungan yang disepakati.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat
disimpulkan murobahah didefenisikan sebagai akad jual beli
barang dengan menyatakan harga pokok dan keuntungan
(margin) yang telah disepakati. Karena keuntungan disepakati,
maka karakteristik murobahah adalah si penjual harus
memberitahukan kepada pembeli harga pembelian atau harga
pokok barang dan menyatakan jumlah keuntungan yang
ditambahkan pada biaya tersebut.22
Misalnya A membeli sapi seharga Rp 15.000.000,-
biaya-biaya yang dikeluarkanya sebesar Rp 1.000.000,- lalu A
menjual kembali sapinya Rp 18.000.000,- setelah mengatakan
“saya mengambil keuntungan sebesar Rp 2.000.000,-.
Transaksi jual beli Murabahah bentuk ini diperbolehkan.
Firman Allah SWT ;
َ ‫ٰ ٓياَيُّ َها الَّ ِذيْنَ ٰا َمنُ ْوا اَل تَْأ ُكلُ ْٓوا اَ ْم َوالَ ُك ْم بَ ْينَ ُك ْم بِا ْلبَا ِط ِل آِاَّل اَنْ تَ ُك ْونَ ِت َج‬
ْ‫ارةً عَن‬
‫س ُك ْم ۗ اِنَّ هّٰللا َ َكانَ بِ ُك ْم َر ِح ْي ًما‬ َ ُ‫ض ِّم ْن ُك ْم ۗ َواَل تَ ْقتُلُ ْٓوا اَ ْنف‬
ٍ ‫تَ َرا‬
Artinya: “Hai orang yang beriman! Janganlah kalian saling
memakan (mengambil) harta sesamamu dengan jalan yang
batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan
sukarela di antaramu…”.(QS. AN-Nisa’[4]:29)

‫هّٰللا‬
ِّ ‫َواَ َح َّل ُ ا ْلبَ ْي َع َو َح َّر َم‬
‫الر ٰبو‬

22
“BukuManajemenPembiayaan-Digabungkan.”

26
27

Artinya: "…Dan Allah telah menghalalkan jual beli dan


mengharamkan riba…."(QS. Al Baqarah[2]: 275)

Hadis Nabi Muhammad SAW:


:‫سلَّ َم قَا َل‬
َ ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َوآلِ ِه َو‬ ُ ‫ي رضي هللا عنه َأنَّ َر‬
َ ِ‫س ْو َل هللا‬ َ ‫عَنْ َأبِ ْي‬
ْ ‫س ِع ْي ٍد ا ْل ُخ ْد ِر‬
ٍ ‫ِإنِّ َما ا ْلبَ ْي ُع عَنْ تَ َرا‬،
‫ض‬
(‫)رواه البيهقي وابن ماجه وصححه ابن حبان‬
Artinya: Dari Abu Sa’id Al-Khudri bahwa Rasulullah SAW
bersabda, "Sesungguhnya jual beli itu harus dilakukan suka
sama suka." (HR. al-Baihaqi dan Ibnu Majah, dan dinilai
shahih oleh Ibnu Hibban).

،‫ اَ ْلبَ ْي ُع ِإلَى َأ َج ٍل‬:ُ‫ث فِ ْي ِهنَّ ا ْلبَ َر َكة‬


ٌ َ‫ ثَال‬:‫سلَّ َم قَا َل‬َ ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َوآلِ ِه َو‬ َ ‫َأنَّ النَّبِ َّي‬
‫ت الَ لِ ْلبَ ْي ِع (رواه ابن ماجه عن صهيب‬ َّ ‫ َو َخ ْلطُ ا ْلبُ ِّر بِال‬،ُ‫ضة‬
ِ ‫ش ِع ْي ِر لِ ْلبَ ْي‬ َ ‫َوا ْل ُمقَا َر‬
Artinya: “Nabi bersabda, ‘Ada tiga hal yang mengandung
berkah: jual beli tidak secara tunai, muqaradhah
(mudharabah), dan mencampur gandum dengan jewawut untuk
keperluan rumah tangga, bukan untuk dijual.” (HR. Ibnu
Majah dari Shuhaib).

Disamping itu orang sering menyamakan pembiayaan


murobahah (margin) dengan kredit (bunga) pada bank
konvensional. Pada hal keduanya terdapat perbedaan, adapun
perbedaannya seperti pada table di bawah :

Table 2.1
Perbedaan Margin Murobahah Dengan Bunga
No Margin keuntungan (Ar-Ribh) Bunga (Ar-Riba)
1 Barang sebagai Objek, nasabah berutang Uang sebagai Objek/

27
28

barang, bukan berutang uang Bank Komoditas, nasabah


serahkan barang berutang uang Bank
serahkan uang
2 Harga yang telah disepakati tidak bisa Bunga bisa berubah
berubah secara sepihak
3 Sektor moneter dan riel terkait kuat, Tidak dikaitkan
sehingga mendorong percepatan arus dengan sektor riel
barang dan produksi (Sektor moneter &
riel terpisah)
4 Mendorong percepatan arus barang, Tidak mendorong
mendorong produktifitas dan percepatan arus
entrepreneurship, meningkatkan tenaga barang karena tidak
kerja (employment) mewajibkan adanya
barang, tidak
mendorong
produktifitas dan
unemployment
5 Pertukaran barang dengan uang Pertukaran uang
dengan uang
6 Bila macet tidak ada bunga berbunga Macet bunga
berbunga
7 Jika nasabah dinilai mampu tapi tidak Denda/bunga
bayar dikenakan denda untuk mendidik cendrung tidak
dan dananya dimasukan dalam dana social mendidik dan
bukan pendapatan bersifat eksploitatif
serta denda dihitung
sebagai keuntungan
8 Terjadi pemindahan kepemilikan, barang Tidak ada
sekaligus sebagai jaminan pemindahan
kepemilikan
9 Tidak membuka ruang spekulasi Bungan ruang untuk

28
29

spekulasi
10 Sah, halal dan penuh berkah Tidak sah, haram,
jauh dari keberkahan
11 ‫و أحل اهلل البيع‬ ‫و حرم الربا‬
Sumber: diambil dari berbagai sumber23

2) Salam
Salam merupakan salah satu prinsip dalam jual beli.
Bedanya dengan murabahah adalah dalam prinsip salam
barang yang diperjualbelikan masih dalam proses pembuatan
sehingga barang serahkan kemudian setelah akad, sedangkan
harga barang harus dilunasi saat akad ditanda tangani. Supaya
tidak menimbulkan gharar maka barang yang diperjual belikan
(yang masih dalam proses) harus sudah jelas kualifikasinya
baik kuantitas maupun kualitasnya.24
Secara etimologi salam adalah salaf atau sesuatu yang
didahulukan. Dalam kontek ini jual beli salam berarti
mendahulukan uangnya atau pembayarannya, sedangkan
barangnya diserahkan kemudian. Dalam kontek lain transaksi
salam merupakan pembayaran yang dilakukan di depan.
Sedang menurut Booklet Perbankan Syariah, Salam merupakan
Akad Pembiayaan suatu barang dengan cara pemesanan dan
pembayaran harga yang dilakukan terlebih dahulu dengan
syarat tertentu yang disepakati sedangkan penyerahan barang
dilakukan sesuai kesepakatan yang dibuat.
3) Istishna’
Istishna’ secara bahasa berarti minta dibuatkan. Secara
terminology berarti suatu kontrak jual beli antara pembeli
(mustasni’) dengan penjual (shani’) dimana pembeli memesan
23
Ibid.
24
Cahya Buditama, “Determinan Niat Pengusaha Untuk Menggunakan Pembiayaan Bagi Hasil” 3
(2021).

29
30

barang (mashnu’) dengan kriteria yang jelas, harga yang telah


dipekati dan pembayaran secara bertahap (cicilan) atau
ditangguhkan sampai waktu pada masa yang akan datang.
Menurut Az Zuhaily, ba’i istishna’ ialah kontrak penjualan
antara pembeli dan penjual dengan cara pemesanan pembuatan
barang seperti bangunan, rumah, ruko, pakaian, furniture,
sepatu, jalan raya dan lain-lain. Kedua belah pihak sepakat atas
harga dan system pembayaran.
Sedangkan dalam kamus Istilah Keuangan dan Perbankan
Syariah, BI-DPbs, menyebutkan bai’ istishna’ adalah kontrak
penjual antara pembeli dan pembuat barang, menurut
spesifikasi yang telah disepakati dan menjualnya kepada
pembeli akhir. Kedua belah pihak bersepakat atas harga serta
sistem pembayaran, apakah pembayaran dilakukan dimuka,
melalui cicilan, atau ditangguhkan sampai suatu waktu pada
masa yang akan datang. Berdasarkan pengertian diatas dapat
disimpulkan Istishna’ adalah akad jual beli dalam bentuk
pemesanan pembuatan barang tertentu dengan kriteria
persyaratan tertentu yang disepakati antara pemesan / pembeli
(mustashni’) dan penjual / pembuat (shani’).25

b. Pembiayaan Kemitraan (Partnership)


1) Mudharobah
Mudharabah adalah akad kerja sama usaha antara dua
pihak, dimana pihak pertama (shahibul maal) menyediakan
(100%) modal, sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola.
Keuntungan usaha secara mudharabah dibagi menurut
kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak, sedangkan
apabila rugi ditanggung oleh pemilik modal selama kerugian
itu bukan akibat kelalaian si-pengelola. Seandainya kerugian
Ichsan, Syarif, and Jakarta, REFLEKSITIVITAS MANAJEMEN RISIKO KREDIT DAN
25

PEMBIAYAAN ISLAMI.

30
31

itu diakibatkan karena kecurangan atau kelalaian sipengelola,


si-pengelola harus bertanggung jawab atas kerugian tersebut.
2) Musyarokah
Secara etimologis Musyarokah atau Syirkah berarti
ikhtilath (percampuran), yakni bercampurnya suatu harta
dengan harta lain, sehingga tidak bisa dibedakan antara
keduanya. Secara terminology musyarokah akad kerja sama
antara dua orang atau lebih untuk usaha tertentu dimana
masing-masing pihak memberikan kontribusi dana (expertise)
dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan resiko akan
ditanggung bersama sesuai kesepakatan.26
Dalam Kamus Istilah Keuangan dan Perbankan Syariah
Bank Indonesia menjelaskan musyarakah berarti saling bekerja
sama, berkongsi, berserikat, bermitra (cooperation,
patnership). Sedang secara istilah musyarokah adalah
pembiayaan berdasarkan akas kerjasama antara dua pihak atau
lebih untuk suatu usaha tertentu, dimana masing-masing pihak
memberikan kontribusi dana dengan ketentuan bahwa
keuntungan dibagi berdasarkan nisbah yang disepakati,
sedangkan kerugian ditanggung oleh para pihak sebesar
partisipasi modal yang disertakan dalam usaha. Dalam aplikasi
perbankan syariah pembiayaan musyarakah digunakan untuk
modal kerja atau investasi, dimana dana dari bank merupakan
pertisipasi modal bank dalam usaha yang dikelola oleh
nasabah, dan bank berhak ikut serta dalam mengelola usaha.27
c. Pembiayaan Sewa
1) Ijaroh

Ibid.
26

Kartika Soetopo et al., ANALISIS IMPLEMENTASI PRINSIP BAGI HASIL, RISIKO DAN
27

PENANGANAN PEMBIAYAAN BERMASALAH TERHADAP PEMBIAYAAN MUSYARAKAH


DAN PEMBIAYAAN MUDHARABAH (STUDI KASUS:BANK SYARIAH MANDIRI KC
MANADO), n.d.

31
32

Ijaroh adalah akad penyediaan dana dalam rangkan


pemindahan hak guna atau manfaat dari suatu barang atau jasa
berdasarkan transaksi sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan
kepemilikan barang itu sendiri.
produk yang tersedia di perbankan syariah untuk akad
ijaroh adalah Safe Deposit Box (SDB). Produk SDB, bank
sebagai penyedia dan pemilik asset objek yang disewakan, dan
nasabah sebagai penyewa/pengguna manfaat dari asset tersebut.
SDB merupakan usaha penyewaan tempat penitipan surat-surat
berharga atau benda-benda berharga.
2) Ijaroh Muntahiya Bit-Tamlik (IMBT)
Ijarah Muntahia Bit-tamlik (IMBT) adalah sewa yang
diakhiri dengan pemindahan kepemilikan barang atau sejenis
perpaduan antara kontrak jual beli dan sewa atau lebih tepatnya
akad sewa yang diakhiri dengan kepemilikan barang di tangan
si penyewa. Dalam PSAK 107 (ED) tentang Akuntansi Ijarah
memberikan pengertian Ijarah Muntahiya Bit-tamlik (IMBT)
adalah ijarah dengan wa’ad perpindahan kepemilikan obyek
ijarah pada saat tertentu.28
Perpindahan kepemilikan suatu aset yang diijarahkan
dari pemilik kepada penyewa, dalam ijarah muntahiyah bit-
tamlik, dilakukan jika seluruh pembayaran sewa telah
diselesaikan dan obyek ijarah telah diserahkan kepada penyewa
dengan cara :
a) Hibah
b) Penjualan sebelum akad berakhir
c) Penjualan pada akhir masa Ijarah; atau
d) Penjualan secara bertahap29

D. Penelitian Yang Relevan


28
Ibid.
29
Ibid.

32
33

Berdasarkan tinjauan yang penulis lakukan maupun yang penulis


telusuri, terdapat beberapa penelitian ataupun sumber-sumber ilmiah
lainnya yang berkaitan dengan penelitian yang penulis lakukan, di
antaranya bisa dilihat di bawah ini sebagai berikut:
Heni zelvia belta meneliti tentang pengaruh risiko mudharabah
dan musyarakah terhadap tingkat profitabilitas (return on equity) pada
bank umum Syariah yang terdaftar di bank Indonesia dengan
menggunakan pendekatan kuantitatif, dari hasil penelitian ini menunjukan
bahwa penulis membahas hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Risiko
pembiayaan mudharabah dan musyarakah secara simultan berpengaruh
signifikan terhadap Return On Equity pada bank umum syari’ah yang
terdaftar di bank Indonesia.
Joni andika meneliti tentang analisis manajemen risiko produk
pembiayaan murabahah pada bmt al-hijrah bukittinggi dengan
menggunakan pendekatan kualitatif, Hasil dari penelitian yang dilakukan
yaitu penerapan manajemen risiko pembiayaan pada pembiayaan
murabahah yang dilakukan BMT Al Hijrah Bukittinggi sudah
dilaksanakan dengan tepat yaitu dengan membuat syarat-syarat dan
ketentuan pada saat ingin mengajukan pembiayaan, selain itu BMT Al
Hijrah Bukittinggi melakukan proses-proses manajemen risiko yaitu,
pertama dengan melakukan identifikasi risiko. Identifikasi risiko ini
dilakukan dengan menggunakan prinsip 5C. Kedua dengan melakukan
pengukuran risiko, pengukuran risiko yang dilakukan dengan
mengelompkkan kualitas pembiayaan menjadi lima yaitu lancar, dalam
perhatian khusus, kurang lancar, diragukan, dan macet. Ketiga dengan
melakukan pemantauan risiko, pemantauan risiko ini dilakukan dengan
cara monitoring ke tempat usaha nasabah yang dilakukan sekali sebulan,
sekali seminggu, dan bahkan ada sekali sehari. Keempat dengan
melakukan pengendalian risiko dengan cara monitoring, membuat batas
maksimum pemberian pembiayaan, menghindari pembiayaan yang

33
34

menimbulkan risiko, penagihan terus-menerus, memberikan surat


peringatan, dan melakukan pembinaan.
Mukammilah meneliti tentang analisis resiko bank Syariah pada
produk pembiayaan mudharabah dalam perspektif hukum islam (studi
kasus bni Syariah cabang makassar) dengan menggunakan pendekatan
kualitatif dengan teknik pengumpulan data yang digunakan kuesioner.

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini menggunakan jenis penelitian lapangan (filed
research) yang bersifat deskriptif, maka pendekatan yang dilakukan
dengan cara menggambarkan kejadian yang terjadi pada masa

34
35

sekarang. Lebih khususnya, penulisan penelitian ini menggunakan


metode deskriptif kualitatif, pendekatan yang dilakukan dengan cara
menggambarkan sesuai dengan kenyataan untuk mengetahui
menunjukkan suatu perkembangan yang terjadi, yaitu penelitian yang
mencoba menganalisis atas fenomena yang terjadi pada saat ini.
Penelitian ini berupaya untuk mendeskripsikan analisis risiko pada
produk berakad bagi hasil di Bank Syariah Indonesia KCP Pasaman
Barat Sudirman.

B. Lokasi dan Waktu penelitian


Penelitian ini dilakukan pada Bank Syariah Indonesia KCP
Pasaman Barat Sudirman, penelitian dilakukan pada saat magang yaitu
tanggal 8 Juni sampai dengan penyusunan skripsi akhir.

C. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah peneliti sendiri yang akan
mengumpulkan data, memeriksa data, serta menyelidiki suatu masalah
yang sedang diteliti. Pada penelitian kali ini, penulis dilengkapi dengan
instrumen pendukung seperti field note, camera, recorder, dan daftar
pertanyaan.
D. Sumber Data
Data yang digunakan untuk penelitian ini menurut sumber
perolehannya dapat digolongkan menjadi dua jenis, yaitu:
1. Data Primer
Data primer yaitu data yang berupa teks hasil wawancara
yang diperoleh dengan melakukan wawancara dengan informan
yang sedang dijadikan sebagai sampel dalam penelitian.
Sumber data primer dalam penelitian ini adalah Account
officer dan pegawai lainnya. Peneliti bisa merekam menggunakan
handphone dan mencatat data yang diperoleh dari informan
tersebut. Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini ialah data yang

35
36

berkaitan dengan judul penelitian seperti informasi mengenai risiko


pembiayaan murabahah, jumlah nasabah, jumlah pembiayaan
murabahah, dan juga data-data lainnya yang mendukung penelitian
ini. Sumber data dalam penelitian ini ialah Account Officer dan
karyawan yang bersangkutan di Bank Syariah Indonesia KCP
Pasaman Barat Sudirman.

2. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang diperoleh peneliti
melalui buku-buku yang berkaitan dengan penelitian ini, literatur
dan artikelyang didapat dari jurnal atau website.
Data sekunder, penulis mengambil dari buku-buku dan
jurnal yang berhubungan dengan penelitian ini. Hal ini dilakukan
penulis untuk mendapatkan tambahan pengetahuan mengenai
masalah yang dibahas.

E. Teknik Pengumpulan Data


Adapun teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Observasi
Observasi merupakan teknik pengumpulan data yang mana
penelitian mengadakan pengamatan langsung terhadap objek yang
diteliti. Dalam penelitian ini data perlu diperoleh dengan
melakukan pengamatan secara langsung yang berhubungan dengan
upaya yang dilakukan dalam meminimalisir risiko yang terjadi di
Bank Syariah Indonesia KCP Pasaman Barat Sudirman
2. Wawancara
Wawancara adalah cara menjaring informasi atau data
interaksi verba/lisan. Dan dapat diartikan sebagai teknik
pengumpulan data dengan interview pada satu atau beberapa orang
yang bersangkutan, dimana dilakukan pengumpulan data dengan

36
37

cara wawancara langsung dengan beberapa pihak dari Bank


Syariah Indonesia KCP Pasaman Barat Sudirman yang
berkompeten dengan permasalahan risiko pembiayaan, risiko imbal
hasil produk berakad bagi hasil (pembiayaan
mudharabah/musyarakah) di Bank Syariah Indnesia KCP
Pasaman Barat Sudirman.
3. Dokumentasi
Dokumentasi adalah teknik yang digunakan untuk mencari
data mengenai hal-hal yang berupa catatan, buku, surat kabar,
notulen, danlain sebagainya. Teknik ini digunakan untuk
memperoleh data yang dilakukan pada saat observasi dengan
mencatat semua keterangan dari bahan-bahan dokumen, dan
catatan yang ada mengenai risiko pembiayaan, risiko imbal hasil
produk berakad bagi hasil (pembiayaan mudharabah/musyarakah)
di Bank Syariah Indonesia KCP Pasaman Barat Sudirman.

F. Analisis Data
Dalam menganalisis data penulis menggunakan pendekatan
kualitatif yaitu menggunakan data referensi, baik berupa literature
maupun dokumen-dokumen yang berhubungan dengan itu.

G. Teknik Analisis Data


Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara
sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan
(observasi) menjabarkan data kedalam unit-unit, melakukan sintesa,
menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan
dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh
diri sendiri maupun orang lain. Penelitian kualitatif telah melakukan
analisis data sebelum peneliti mamasuki lapangan. Analisis dilakukan
terhadap data hasil studi pendahuluan, atau data sekunder, yang akan
digunakan untuk menentukan fokus penelitian. Namun demikian fokus

37
38

penelitian ini masih bersifat sementara, dan akan berkembang setelah


peneliti masuk dan selama di lapangan. Analisis yang dimaksud
dengan menggunakan analisis deskriptif kualitatif, artinya penelitian
ini mendeskripsikan tentang risiko pembiayaan, risiko imbal hasil
produk berakad bagi hasil (pembiayaan mudharabah/musyarakah) di
Bank Syariah Indonesia KCP Pasaman Barat Sudirman, dengan
membandingkan teori yang dipelajari dengan kenyataan yang penulis
temukan dilapangan setelah data terkumpul lalu penulis mengelolanya,
dengan mengadakan seleksi terhadap data, kemudian akan
diklasifikasikan sesuai aspek masalah yang disusun.

38
DAFTAR PUSTAKA

(ibi), ikatan bankir indonesia. Manajemen Risiko 2. jakarta: pt gramedia pustaka


utama, 2016.
Arifin, Zainul. Dasar-Dasar Manajemen Syariah. tangerang: azkia, 2009.
bphn.go.id. “Undang-Undang RI No. 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan.”
Lembaran Negara Republik Indonesia (1998): 182.
http://www.bphn.go.id/data/documents/98uu010.pdf.
Buditama, Cahya. “Determinan Niat Pengusaha Untuk Menggunakan Pembiayaan
Bagi Hasil” 3 (2021).
Dalam, Disusun, Rangka Memenuhi, Persyaratan Program, Magister Ekonomi,
and Islam Oleh. ANALISIS IMPLEMENTASI PRINSIP BAGI HASIL DAN
RISIKO PADA BPRS KABUPATEN DELI SERDANG DAN BPRS KOTA
MEDAN TESIS, 2014.
Dr. Ir. Suprapto. M. Eng. “Diklat Sistem Manajemen Keselamatan Kesehatan
Kerja Konstruksi Tingkat Dasar.” Modul Manajemen Risiko (2016): 46.
Hasibuan, Melayu. “Manajemen Perbankan.” circulation journal 46 (1982): 721–
722.
Humaidillah, Muhaimin. “Sistem Bagi Hasil Pada Produk Pembiayaan
Mudharabah.” Wadiah 4, no. 2 (2021).
Ichsan, Nurul, Uin Syarif, and Hidayatullah Jakarta. REFLEKSITIVITAS
MANAJEMEN RISIKO KREDIT DAN PEMBIAYAAN ISLAMI, n.d.
https://jurnal.umj.ac.id/index.php/taraadin.
mukhsinun. “Evaluasi M.Risiko Mudharabah&Musyarakah.” Jurnal Ilmu
Ekonomi Islam 1, no. 1 (2017): 1–21.
Prasetiyo, Luhur. Menilai Kesehatan Bank Syariah Berbasis Maqashid Al-
Syariah. Edited by Moh. Nasrudin. pekalongan: pt. nasya expanding
management, 2022. www.penerbitan.com.
Putra, Nurmasrina dan P. Adiyes. Manajemen Pembiayaan Bank Syariah Scanned
by CamScanner, 2021.
Soetopo, Kartika, David Paul, Elia Saerang, and Lidia Mawikere. ANALISIS

39
IMPLEMENTASI PRINSIP BAGI HASIL, RISIKO DAN PENANGANAN
PEMBIAYAAN BERMASALAH TERHADAP PEMBIAYAAN MUSYARAKAH
DAN PEMBIAYAAN MUDHARABAH (STUDI KASUS:BANK SYARIAH
MANDIRI KC MANADO), n.d.
“BukuManajemenPembiayaan-Digabungkan” (n.d.).
Seminar Nasional Teknologi Komputer & Sains (SAINTEKS), n.d.
https://prosiding.seminar-id.com/index.php/sainteks.

40
41

Anda mungkin juga menyukai