Oleh:
MADE AYU ADHI LESTARI
2032125050
MAGISTER MANAJEMEN
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS WARMADEWA
2020
BAB I
PENDAHULUAN
Perkembangan pariwisata di Bali yang kian pesat membawa dampak positif bagi
peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Bali yang selaras dengan pesatnya
cukup penting dalam menunjang perekonomian suatu Negara. Hampir setiap dari
pihak yang memiliki dana dan pihak yang membutuhkan dana, maka pengelolaan
akibat pihak pemilik dana mempercayakan uangnya kepada bank dalam berbagai
dalam bentuk kredit atau pinjaman. Bank dalam menghimpun dana dari masyarakat
modalnya ke dalam bank tersebut. Masyarakat harus merasa yakin bahwa dana
yang diberikan tidak akan hilang dan dapat dikelola oleh bank dengan baik.
Hasibuan (2013:2), pengertian bank adalah: Bank adalah badan usaha yang
1
kekayaannya terutama dalam bentuk aset keuangan (financial assets) serta bermotif
profit juga sosial, jadi bukan hanya mencari keuntungan saja. Kasmir (2012:2)
kembali ke masyarakat, serta memberikan jasa-jasa bank lainnya. Salah satu sektor
satunya adalah di Bali. Bali merupakan salah satu provinsi di Indonesia dengan
perkembangan jumlah aset BPR terbesar ketiga di Indonesia. Berdasarkan data dari
Bank Indonesia, perkembangan jumlah aset BPR di Provinsi Bali per tahun 2016
adalah sebesar Rp. 12.718.925.115. Berikut ini perkembangan kegiatan usaha BPR
konvensional di Provinsi Bali dalam kurun waktu tahun 2011 sampai dengan 2016
Tabel 1.1
Perkembangan Kegiatan Usaha BPR Konvensional di Provinsi Bali
Tahun 2012 s.d 2016 (dalam jutaan rupiah)
2
Indikator 2012 2013 2014 2015 2016
Antar Bank
1.382.956 1.699.181 2.116.690 2.583.772 2.469.933
Passiva
Pinjaman
19.285 17.057 13.625 67.291 140.750
Diterima
Penanaman
6.094.382 7.463.848 9.035.025 10.843.541 12.035.426
Dana
Kredit yang
4.753.974 5.935.636 7.119.820 8.279.134 8.910.043
diberikan
Antarbank
1.340.407 1.528.213 1.915.205 2.564.406 3.125.382
Aktiva
Jumlah Dana 691.490.00
698.368 714.260 735.516 765.192.000
Pihak Ketiga 0
Tabungan 545.115 564.561 592.033 618.609 636.361
Deposito 39.540 41.390 46.102 51.558 55.129
Debitur 113.713 108.109 97.381 92.848 84.528
Total Aset 6.325.565 7.701.210 9.380.308 11.313.370 12.718.925
Sumber: www.bi.go.id, 2020
Berdasarkan Tabel 1.1 dapat dilihat perkembangan BPR di provinsi Bali dari
tahun 2011 hingga tahun 2016. Meskipun jumlah BPR di Bali tetap sebanyak 137
unit, namun peningkatan sumber dana yang dikelola oleh BPR di Bali terus
meningkat setiap tahunnya. Pada tahun 2011 jumlah sumber dan yang dikelola
hanya sebesar Rp. 4.151.879 kemudian pada tahun 2016 jumlah sumber dana yang
dikelola hingga Rp. 10.772.985. Meningkatnya besaran dana yang dikelola oleh
BPR harus diikuti dengan peningkatan perusahaan atau BPR itu sendiri.
BPR milik Provinsi Bali yang tersebar di 3 (tiga) kabupaten di Bali Kabupaten
3
meruakan komponen mutlak yang harus senantiasa dijaga oleh sebuah bank (BPR).
Kepercayaan dan loyalitas pemilik dana terhadap bank merupakan faktor yang
strategi bisnis yang baik. Sebaliknya para pemilik dana yang kurang menaruh
bank yang bersangkutan karena para pemilik dana sewaktu-waktu dapat menarik
merupakan faktor penting bagi perbankan untuk melihat apakah kinerja di bank
bersangkutan sudah berjalan dengan baik atau belum. Penilaian kinerja keuangan
juga bisa digunakan untuk mengetahui seberapa besar profitabilitas yang dihasilkan
kinerja keuangan suatu bank bisa dilihat dari laporan keuangannya yang berasal
Kesehatan suatu bank dapat dilihat dari laporan keuangan bank. beberapa
rasio yang digunakan untuk menilai kesehatan bank. Kinerja keuangan BPR dapat
diukur oleh masyarakat dan juga investor melalui analisis terhadap laporan
mengetahui tingkat profitabilitas dan tingkat kesehatan bank tersebut (Capriani dan
Dana, 2016). Salah satu tujuan Bank Perkreditan Rakyat adalah mengoptimalkan
4
Performing Loan (NPL). NPL didefinisikan sebagai perbandingan yang digunakan
semakin buruk (Capriani dan Dana, 2016). Ismail, (2014:222) kredit bermasalah
akan mengakibatkan pada kerugian bank, yaitu kerugian karena tidak diterimanya
kembali dana yang telah disalurkan maupun pendapatan bunga yang tidak dapat
diterima.
untuk menutupi risiko kerugian dari aktivitas yang dilakukannya dan kemampuan
diperoleh bank. Semakin kecil angka rasio BOPO, maka semakin baik kondisi bank
tersebut (Christaria dan Ratnawati, 2016). Chatarine dan Lestari (2014) Kinerja
bahwa bank yang memiliki tingkat BOPO yang tinggi menunjukkan bahwa bank
Lusiana (2014) hal ini sesuai dengan teori yang ada, dimana jika rasio BOPO
menurun, maka seharusnya ROA mengalami kenaikan. Jika BOPO semakin kecil,
5
maka dapat disimpulkan bahwa kinerja keuangan suatu perusahaan (perbankan)
dan BOPO terhadap profitabilitas perusahaam. Penelitian Putri dan Dewi (2017)
Penelitian inisejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Olaoye et al. (2015)
Namun, hal yang berbeda dikemukakan oleh Defri (2012) yang menunjukan bahwa
penelitian dari Zulhelmi dan Utomo (2014) menunjukan hasil berbeda, bahwa CAR
Asset (ROA). Biaya yang lebih besar dibandingkan dengan pendapatannya akan
mengurangi laba yang diperoleh. Hal ini sejalan dengan peneliti Hantono at al.
(2017) dan BOPO berpengaruh positif terhadap ROA. Hasil yang berbeda
dilakukan oleh penelitian Prasetyo dan Darmayanti (2015), Dewi dkk. (2015),
Capriani dan Dana (2016) menunjukkan BOPO memiliki pengaruh negatif dan
6
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Apakah Rasio Kecukupan Modal (CAR) berpengaruh terhadap
Provinsi Bali.
1. Manfaat Teoritis
Profitabilitas.
7
2. Manfaat Praktis
Hasil yang diperoleh dari penelitian ini untuk membantu BPR khususnya
8
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Capital Adequacy Ratio (CAR) atau sering disebut dengan istilah ratio
lain Capital Adequacy Ratio (CAR) adalah resiko kinerja bank untuk mengukur
kecukupan modal yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang mengandung
atau menghasilkan resiko (Irham Fahmi, 2015;153). Standart yang ditetapkan Bank
Indonesia untuk rasio Capital Adequacy Ratio (CAR) adalah minimal 8%. Dalam
untuk Non Performing Loan (NPL) bank umum telah ditentukan yaitu sebesar 5%.
Apabila bank mampu menekan rasio Non Performing Loan (NPL) dibawah 5%
maka potensi keuntungan semakin besar karena bank menghemat uang yang akan
9
diperlukan untuk membentuk cadangan kerugian kredit bermasalah. Dalam
2.1.3 Profitabilitas
perusahaan (Sutrisno, 2003). Teori Profitabilitas sebagai salah satu acuan dalam
perusahaan telah menjalankan usahanya secara efisien. Efisiensi sebuah usaha baru
dapat diketahui setelah membandingkan laba yang diperoleh dengan aktiva atau
10
kemampuan suatu perusahaan untuk memperoleh laba yang berhubungan dengan
sendiri dengan asset tertimbang menurut risiko. Pengelolaan modal yang baik akan
bank yang ideal maka hal tersebut akan meningkatkan kepercayaan masyarakat
adalah rasio kinerja bank untuk mengukur kecukupan modal yang dimiliki bank
yang disebabkan oleh aktiva yang berisiko (Eng, 2013:158). Prasanjaya dan
Ramantha (2013) menjelaskan bank dengan modal yang tinggi dianggap relatif
lebih aman dibandingkan dengan bank modal yang rendah, hal ini disebabkan bank
dengan modal yang tinggi biasanya memiliki kebutuhan yang lebih rendah dari
pada pendanaan eksternal. Bank Indonesia menetapkan besarnya rasio CAR yaitu
kerugian (Fiscal dan Lusiana, 2014). Defri dan Hamka (2012) menjelaskna bank
11
yang tidak memiliki kecukupan modal maka bank tersebut bisa dikatakan tidak
sehat rasionya, sehingga bank tersebut masuk dalam kriteria bank dalam
pengawasan khusus karena rasio kecukupan modal CAR-nya di bawah standar yang
ditetapkan. Jika nilai CAR rendah maka profitabilitas (ROA) bank akan mengalami
penurunan.
Hasil dari penelitian yang telah dilakukan oleh Putridan Dewi (2017)
terhadap profitabilitas. Pendapat ini sejalan dengan Defri (2012), Septiani dan
Lestari (2016) Capital Adequacy Ratio (CAR) berpengaruh positif dan signifikan
berikut :
profitabilitas
mengelola kredit bermasalah yang diberikan oleh bank. Semakin tinggi rasio ini
maka akan semakin buruk kualitas kredit bank yang menyebabkan jumlah kredit
rendah NPL maka laba atau profitabilitas bank tersebut akan semakin meningkat
(Herawati dan Sulindawati, 2015). Non Perfoming Loan merupakan kredit yang
12
berpengaruh buruk bagi profitabilitas bank. Uraian tersebut menjelaskan bahwa
bank artinya profitabilitas akan tergantung pada besar kecilnya kredit bermasalah
dalam mengelola kredit bermasalah. Semakin tinggi rasio NPL, maka semakin
buruk kualitas kredit yang menyebabkan jumlah kredit bermasalah semakin besar
yang efektif di pihak bank (Bhattarai, 2016). Putri dan Suhermin (2015)
kompleksnya kegiatan perbankan. Non Perfoming Loan (NPL) yang semakin tinggi
rasio ini maka akan semakin buruk kualitas kredit bank yang menyebabkan jumlah
Oktober 2011 standar NPL yang sehat jika jumlah kredit bermasalah tidak lebih
menetapkan bahwa NPL yang wajar adalah 5%. Terdapat beberapa penelitian yang
terhadap profitabilitas. Putrid dan Dewi (2017) juga menyatakan adanya pengaruh
13
H2: Non Perfoming Loan memiliki perngaruh negatif signifikan terhadap
profitabilitas.
Profitabiltas
Bank yang memiliki tingkat BOPO yang tinggi menunjukkan bahwa bank
memungkinkan risiko operasional yang dimiliki oleh bank akan semakin besar
bank tidak dapat mengelola sumber dana dan aktiva yang dimiliki untuk
memperoleh laba. Tingginya rasio BOPO tersebut dapat mengikis modal bank
sehingga dapat mengganggu kesehatan bank (Chatarine dan Lestari, 2014). Dewi
dkk. (2015) memaparkan bahwa mengingat kegiatan utama bank pada prinsipnya
masyarakat, maka biaya dan pendapatan operasional bank didominasi oleh biaya
bunga dan hasil bunga. Setiap peningkatan biaya operasional akan berakibat pada
berkurangnya laba sebelum pajak yang pada akhirnya akan menurunkan laba atau
rasio BOPOnya dibawah 90%. Sebuah bank memiliki BOPO lebih dari ketentuan
BI maka bank tersebut kategori tidak sehat dan tidak efisien (Capriani dan Dana,
2016). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Santoso (2016) yang menunjukkan
14
dengan penelitian dari Capriani dan Dana (2016), Putri dan Dewi (2017).
berikut :
Biaya Operasional
Pendapatan Operasional
(BOPO)
(X3)
15
BAB III
METODE PENELITIAN
sebagai variabel terikat dan capital adequacy ratio (CAR), Non Performing Loan
data dalam bentuk angka-angka yang dapat dinyatakan dan diukur dengan
satuan hitung (Sugiono, 2008:12), seperti laporan keuangan pada BPR milik
Pemerintah Provinsi Bali tahun 2016-2019. Data Kualitatif adalah data yang
16
tidak dalam bentuk angka, dan tidak dapat diukur dengan satuan ukur
struktur organisasi pada BPR milik Pemerintah Provinsi Bali tahun 2016-
2019.
data yang diperoleh dalam bentuk sudah jadi, sudah dikumpulkan dan diolah
oleh pihak lain (Sugiyono, 2014:193). Data dalam penelitian ini diperoleh
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dalam peneliti ini adalah 3 (tiga) BPR milik Pemerintah Provinsi Bali.
Teknik penentuan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah non
peluang atau kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih
dengan teknik sampling jenuh atau sensus, yaitu teknik penentuan sampel bila
yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi non participant, yaitu dengan
17
diperlukan (Sugiyono, 2009:204). Dalam penelitian ini yang diperlihatkan dalam
penelitian ini adalah analisis regresi linier berganda dengan menggunakan bantuan
program SPSS. Analisis ini digunakan untuk mengetahui arah dan besarnya
pengaruh dari variabel bebas yang akan diteliti yaitu CAR, NPL, BOPO pada LPD
BPR milik Pemerintah Provinsi Bali tahun 2016-2019 baik secara simultan maupun
Keterangan
Y : Profitabilitas (ROA)
X1: Capital Adequacy Ratio (CAR)
X2: Non Performing Loan (NPL)
X3: Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO)
β1: Koefisien Regresi dari X1
β2: Koefisien Regresi dari X2
β3: Koefisien Regresi dari X3
α : Konstanta
Ui : Faktor gangguan stokastik pada observasi atau pengamatan yang ke i.
18