Anda di halaman 1dari 19

PENGARUH RASIO KECUKUPAN MODAL, NET PERFORMING LOAN,

DAN RASIO BIAYA OPERASIONAL PENDAPATAN OPERASIONAL


PADA PROFITABILITAS BANK PERKREDITAN RAKYAT MILIK
PEMERINTAH DAERAH DI PROVINSI BALI

Oleh:
MADE AYU ADHI LESTARI
2032125050

MAGISTER MANAJEMEN
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS WARMADEWA
2020
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

Pulau Bali merupakan salah satu destinasi pariwisata duni.

Perkembangan pariwisata di Bali yang kian pesat membawa dampak positif bagi

peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Bali yang selaras dengan pesatnya

pula pertumbuhan perekonomian di Bali. Salah satu bukti perkembangan

perekonomian di Provinsi Bali adalah pesatnya perkembangan dan pertumbuhan

industri layanan keuangan dan perbankan. Perbankan memiliki peranan yang

cukup penting dalam menunjang perekonomian suatu Negara. Hampir setiap dari

aspek kehidupan berhubungan dengan jasa perbankan. Jasa perbankan mampu

membantu pembangunan suatu negara karena sesuai fungsinya sebagai lembaga

intermediasi. Perbankan sebagai lembaga intermediasi atau penghubung antara

pihak yang memiliki dana dan pihak yang membutuhkan dana, maka pengelolaan

dan perkembangannya menjadi sorotan banyak pihak. Proses intermediasi terjadi

akibat pihak pemilik dana mempercayakan uangnya kepada bank dalam berbagai

bentuk simpanan/tabungan dan menyalurkannya kepada pihak penerima dana

dalam bentuk kredit atau pinjaman. Bank dalam menghimpun dana dari masyarakat

harus mendapatkan kepercayaan dari masyarakat yang ingin menanamkan

modalnya ke dalam bank tersebut. Masyarakat harus merasa yakin bahwa dana

yang diberikan tidak akan hilang dan dapat dikelola oleh bank dengan baik.

Hasibuan (2013:2), pengertian bank adalah: Bank adalah badan usaha yang

1
kekayaannya terutama dalam bentuk aset keuangan (financial assets) serta bermotif

profit juga sosial, jadi bukan hanya mencari keuntungan saja. Kasmir (2012:2)

berpendapat bahwa bank merupakan lembaga keuangan yang kegiatannya

menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan kemudian menyalurkan

kembali ke masyarakat, serta memberikan jasa-jasa bank lainnya. Salah satu sektor

perbankan yang mengalami perkembangan yang sangat pesat adalah keberadaan

Bank Perkreditan Rakyat (BPR).

BPR telah menjadi bagian dari pengembangan perekonomian bangsa.

Keberadaan BPR telah tersebar di seluruh Kabupaten/Kota di Indonesia, salah

satunya adalah di Bali. Bali merupakan salah satu provinsi di Indonesia dengan

perkembangan jumlah aset BPR terbesar ketiga di Indonesia. Berdasarkan data dari

Bank Indonesia, perkembangan jumlah aset BPR di Provinsi Bali per tahun 2016

adalah sebesar Rp. 12.718.925.115. Berikut ini perkembangan kegiatan usaha BPR

konvensional di Provinsi Bali dalam kurun waktu tahun 2011 sampai dengan 2016

adalah seperti pada Tabel 1.1.

Tabel 1.1
Perkembangan Kegiatan Usaha BPR Konvensional di Provinsi Bali
Tahun 2012 s.d 2016 (dalam jutaan rupiah)

Indikator 2012 2013 2014 2015 2016


Jumlah BPR
137 137 137 137 137
(unit)
Sumber
5.456.143 6.674.702 8.034.860 9.657.647 10.772.985
Dana

Tabungan 1.255.595 1.608.292 2.130.338 1.952.579 2.140.752

Deposito 2.798.307 3.350.176 3.774.213 5.054.003 6.021.549

2
Indikator 2012 2013 2014 2015 2016
Antar Bank
1.382.956 1.699.181 2.116.690 2.583.772 2.469.933
Passiva
Pinjaman
19.285 17.057 13.625 67.291 140.750
Diterima
Penanaman
6.094.382 7.463.848 9.035.025 10.843.541 12.035.426
Dana
Kredit yang
4.753.974 5.935.636 7.119.820 8.279.134 8.910.043
diberikan
Antarbank
1.340.407 1.528.213 1.915.205 2.564.406 3.125.382
Aktiva
Jumlah Dana 691.490.00
698.368 714.260 735.516 765.192.000
Pihak Ketiga 0
Tabungan 545.115 564.561 592.033 618.609 636.361
Deposito 39.540 41.390 46.102 51.558 55.129
Debitur 113.713 108.109 97.381 92.848 84.528
Total Aset 6.325.565 7.701.210 9.380.308 11.313.370 12.718.925
Sumber: www.bi.go.id, 2020

Berdasarkan Tabel 1.1 dapat dilihat perkembangan BPR di provinsi Bali dari

tahun 2011 hingga tahun 2016. Meskipun jumlah BPR di Bali tetap sebanyak 137

unit, namun peningkatan sumber dana yang dikelola oleh BPR di Bali terus

meningkat setiap tahunnya. Pada tahun 2011 jumlah sumber dan yang dikelola

hanya sebesar Rp. 4.151.879 kemudian pada tahun 2016 jumlah sumber dana yang

dikelola hingga Rp. 10.772.985. Meningkatnya besaran dana yang dikelola oleh

BPR harus diikuti dengan peningkatan perusahaan atau BPR itu sendiri.

Selain BPR konvensional, pemerintah Provinsi Bali juga memiliki 3 buah

BPR milik Provinsi Bali yang tersebar di 3 (tiga) kabupaten di Bali Kabupaten

Bangli, Gianyar dan Buleleng. Keberadaan BPR tersebut diharapkan dapat

membantu peningkatan perekonomian di Bali. Sebagai sebuah Lembaga yang

menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat, faktor kepercayaan masyarakat

3
meruakan komponen mutlak yang harus senantiasa dijaga oleh sebuah bank (BPR).

Kepercayaan dan loyalitas pemilik dana terhadap bank merupakan faktor yang

sangat membantu dan mempermudah pihak manajemen bank untuk menyusun

strategi bisnis yang baik. Sebaliknya para pemilik dana yang kurang menaruh

kepercayaan kepada bank yang bersangkutan sangat tidak menguntungkan bagi

bank yang bersangkutan karena para pemilik dana sewaktu-waktu dapat menarik

dananya dan memindahkannya ke bank lain (Millatina,2012). Penilaian kinerja

merupakan faktor penting bagi perbankan untuk melihat apakah kinerja di bank

bersangkutan sudah berjalan dengan baik atau belum. Penilaian kinerja keuangan

juga bisa digunakan untuk mengetahui seberapa besar profitabilitas yang dihasilkan

dan perbandingan antara profitabilitas di tahun-tahun tertentu. Pada umumnya

kinerja keuangan suatu bank bisa dilihat dari laporan keuangannya yang berasal

dari perhitungan rasio keuangannya (Nugroho,2011).

Kesehatan suatu bank dapat dilihat dari laporan keuangan bank. beberapa

rasio yang digunakan untuk menilai kesehatan bank. Kinerja keuangan BPR dapat

diukur oleh masyarakat dan juga investor melalui analisis terhadap laporan

keuangan. Analisis terhadap laporan keuangan suatu bank dilakukan untuk

mengetahui tingkat profitabilitas dan tingkat kesehatan bank tersebut (Capriani dan

Dana, 2016). Salah satu tujuan Bank Perkreditan Rakyat adalah mengoptimalkan

kegiatan operasionalnya untuk mendapatkan profitabilitas.

Tolak ukur profitabilitas untuk perusahaan pada umumnya ialah return on

assets pada perusahaan perbankan (Uthami dan Mustanda, 2016). Terdapat

beberapa rasio yang diigunakan untuk mengukur profitabilitas seperti Non

4
Performing Loan (NPL). NPL didefinisikan sebagai perbandingan yang digunakan

untuk mengukur kemampuan bank dalam menangani kegagalan pengembalian

kredit oleh debitur. NPL yang meningkat mengindikasikan kinerja perbankan

semakin buruk (Capriani dan Dana, 2016). Ismail, (2014:222) kredit bermasalah

akan mengakibatkan pada kerugian bank, yaitu kerugian karena tidak diterimanya

kembali dana yang telah disalurkan maupun pendapatan bunga yang tidak dapat

diterima.

Selain NPL rasio lainnya yang digunakan untuk mengukur profitabilitas

adalah Capital Adequacy Ratio (CAR). CAR mencerminkan kemampuan bank

untuk menutupi risiko kerugian dari aktivitas yang dilakukannya dan kemampuan

bank dalam mendanai operasionalnya (Idores, 2008:69). Selanjutnya, rasio yang

juga digunakan untuk mengukur profitabilitas adalah rasio Biaya Operasional

terhadap Pendapatan Operasional (BOPO). Biaya Operasional terhadap Pendapatan

Operasional (BOPO) adalah rasio yang digunakan untuk mengukur perbandingan

biaya operasional atau biaya intermediasi terhadap pendapatan operasional yang

diperoleh bank. Semakin kecil angka rasio BOPO, maka semakin baik kondisi bank

tersebut (Christaria dan Ratnawati, 2016). Chatarine dan Lestari (2014) Kinerja

operasional merupakan kemampuan bank dalam mengatur biaya dan pendapatan

operasional yang dimilikinya. Oktaviantari dan Wiagustini (2013) menyatakan

bahwa bank yang memiliki tingkat BOPO yang tinggi menunjukkan bahwa bank

tersebut tidak menjalankan kegiatan operasionalnya dengan efisien. Fiscal dan

Lusiana (2014) hal ini sesuai dengan teori yang ada, dimana jika rasio BOPO

menurun, maka seharusnya ROA mengalami kenaikan. Jika BOPO semakin kecil,

5
maka dapat disimpulkan bahwa kinerja keuangan suatu perusahaan (perbankan)

semakin meningkat atau membaik.

Studi empiris menunjukkan inkonsistensi hasil penelitian rasio CAR, NPL

dan BOPO terhadap profitabilitas perusahaam. Penelitian Putri dan Dewi (2017)

Capital Adequacy Ratio berpengaruh positif signifikan terhadap profitabilitas.

Penelitian inisejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Olaoye et al. (2015)

menunjukan bahwa CAR berpengaruh positif signifikan terhadap profitabilitas.

Namun, hal yang berbeda dikemukakan oleh Defri (2012) yang menunjukan bahwa

CAR berpengaruh positif tidak signifikan terhadap profitabilitas, sedangkan

penelitian dari Zulhelmi dan Utomo (2014) menunjukan hasil berbeda, bahwa CAR

berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap profitabilitas. Haryanto (2016)

menemukan bahwa BOPO berpengaruh positif dan signifikan terhadap Return On

Asset (ROA). Biaya yang lebih besar dibandingkan dengan pendapatannya akan

mengurangi laba yang diperoleh. Hal ini sejalan dengan peneliti Hantono at al.

(2017) dan BOPO berpengaruh positif terhadap ROA. Hasil yang berbeda

dilakukan oleh penelitian Prasetyo dan Darmayanti (2015), Dewi dkk. (2015),

Capriani dan Dana (2016) menunjukkan BOPO memiliki pengaruh negatif dan

signifikan terhadap profitabilitas. Berdasarkan uraian tersebut maka Penulis

melaksanakan penelitian berjudul: Pengaruh Rasio Kecukupan Modal, Net

Performing Loan, dan Rasio Biaya Operasional Pendapatan Operasional Pada

Profitabilitas Bank Perkreditan Rakyat Milik Pemerintah Provinsi Bali.

6
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Apakah Rasio Kecukupan Modal (CAR) berpengaruh terhadap

profitabilitas BPR Milik Pemerintah Daerah Provinsi Bali?

2. Apakah Non Performing Loan (NPL) berpengaruh profitabilitas BPR Milik

Pemerintah Daerah Provinsi Bali?

3. Apakah Rasio Biaya Operasional Pendapatan Operasional berpengaruh

profitabilitas BPR Milik Pemerintah Daerah Provinsi Bali?

1.3 TUJUAN PENELITIAN


1. Untuk mengetahui pengaruh Rasio Kecukupan Modal (CAR) berpengaruh

terhadap profitabilitas BPR Milik Pemerintah Daerah Provinsi Bali.

2. Untuk mengetahui pengaruh Non Performing Loan (NPL) berpengaruh

profitabilitas BPR Milik Pemerintah Daerah Provinsi Bali.

3. Untuk mengetahui pengaruh Rasio Biaya Operasional Pendapatan

Operasional berpengaruh profitabilitas BPR Milik Pemerintah Daerah

Provinsi Bali.

1.4 MANFAAT PENELITIAN


Berdasarkan tujuan penelitian, maka penelitian ini diharapkan memberikan

baik manfaat teoritis maupun empiris sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah bukti empiris pada manajemen

keuangan khususnya mengenai pengaruh Capital Adequacy Ratio, Non

Performing Loan, Biaya Operasional Pendapatan Operasional terhadap

Profitabilitas.

7
2. Manfaat Praktis

Hasil yang diperoleh dari penelitian ini untuk membantu BPR khususnya

bagi BPR milik Pemerintah Provisni Bali dalam mengambil keputusan

keuangan yang berkaitan dengan penyaluran kredit, likuiditas, kecukupan

modal, biaya operasional.

8
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 KAJIAN PUSTAKA

2.1.1 Capital Adequacy Ratio (CAR)

Capital Adequacy Ratio (CAR) atau sering disebut dengan istilah ratio

kecukupan modal bank, yaitu bagaimana sebuah perbankan mampu membiayai

aktivitas kegiatannya dengan kepemilikan modal yang dimilikinya. Dengan kata

lain Capital Adequacy Ratio (CAR) adalah resiko kinerja bank untuk mengukur

kecukupan modal yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang mengandung

atau menghasilkan resiko (Irham Fahmi, 2015;153). Standart yang ditetapkan Bank

Indonesia untuk rasio Capital Adequacy Ratio (CAR) adalah minimal 8%. Dalam

penelitain ini Capital Adequacy Ratio (CAR) dirumuskan sebagai berikut:

2.1.2 Non Performing Loan (NPL)

Non Performing Loan (NPL) merupakan rasio yang digunakan untuk

mengukur kemampuan bank dalam mengcover resiko kegagalan pengembalian

kredit oleh debitur. Menurut peraturan Bank Indonesia No.13/3/PBI/2011 bahwa

untuk Non Performing Loan (NPL) bank umum telah ditentukan yaitu sebesar 5%.

Apabila bank mampu menekan rasio Non Performing Loan (NPL) dibawah 5%

maka potensi keuntungan semakin besar karena bank menghemat uang yang akan

9
diperlukan untuk membentuk cadangan kerugian kredit bermasalah. Dalam

penelitian ini Non Performing Loan (NPL) dirumuskan sebagai berikut :

2.1.3 Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO)

Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO) digunakan untuk

mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan

operasionalnya (Harmono, 2009). Standart yang ditetapkan Bank Indonesia untuk

Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO) adalah kurang dari 80%.

Dalam penelitian ini Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO)

dirumuskan sebagai berikut :

2.1.3 Profitabilitas

Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba, semakin

besar tingkat keuntungan/laba, semakin baik pula manajemen dalam mengelola

perusahaan (Sutrisno, 2003). Teori Profitabilitas sebagai salah satu acuan dalam

mengukur besarnya laba menjadi begitu penting untuk mengetahui apakah

perusahaan telah menjalankan usahanya secara efisien. Efisiensi sebuah usaha baru

dapat diketahui setelah membandingkan laba yang diperoleh dengan aktiva atau

modal yang menghasilkan laba tersebut. Profitabilitas dapat diartikan sebagai

10
kemampuan suatu perusahaan untuk memperoleh laba yang berhubungan dengan

penjualan, total aktiva, maupun hutang jangka panjang (Syamsudin, 2000).

2.2 HIPOTESIS PENELITIAN

2.2.1 Pengaruh CAR terhadap Profitabilitas

Capital Adequacy Ratio (CAR) merupakan perbandingan antara modal

sendiri dengan asset tertimbang menurut risiko. Pengelolaan modal yang baik akan

membantu memperlancar aktivitas utama bank yaitu dalam pemberian kredit.

modal juga dapat mempengaruhi kepercayaan masyarakat, apabila tingkat modal

bank yang ideal maka hal tersebut akan meningkatkan kepercayaan masyarakat

dalam menginvestasikan dananya (Ariwidanta, 2016). Capital Adequacy Ratio

adalah rasio kinerja bank untuk mengukur kecukupan modal yang dimiliki bank

untuk menunjang aktiva. CAR merupakan indikator terhadap kemampuan bank

untuk menutupi penurunan aktivanya sebagai akibat dari kerugian-kerugian bank

yang disebabkan oleh aktiva yang berisiko (Eng, 2013:158). Prasanjaya dan

Ramantha (2013) menjelaskan bank dengan modal yang tinggi dianggap relatif

lebih aman dibandingkan dengan bank modal yang rendah, hal ini disebabkan bank

dengan modal yang tinggi biasanya memiliki kebutuhan yang lebih rendah dari

pada pendanaan eksternal. Bank Indonesia menetapkan besarnya rasio CAR yaitu

minimum 8 persen. Aspek permodalan bagi bank sebagaimana perusahaan pada

umumnya selain berfungsi sebagai sumber utama pembiayaan terhadap kegiatan

operasionalnya juga berperan sebagai penyangga terhadap kemungkinan terjadinya

kerugian (Fiscal dan Lusiana, 2014). Defri dan Hamka (2012) menjelaskna bank

11
yang tidak memiliki kecukupan modal maka bank tersebut bisa dikatakan tidak

sehat rasionya, sehingga bank tersebut masuk dalam kriteria bank dalam

pengawasan khusus karena rasio kecukupan modal CAR-nya di bawah standar yang

ditetapkan. Jika nilai CAR rendah maka profitabilitas (ROA) bank akan mengalami

penurunan.

Hasil dari penelitian yang telah dilakukan oleh Putridan Dewi (2017)

Capital Adequacy Ratio berpengaruh positif signifikan terhadap profitabilitas

sedangkan penelitian dari Ningrum (2016) berpengaruh positif dan signifikan

terhadap profitabilitas. Pendapat ini sejalan dengan Defri (2012), Septiani dan

Lestari (2016) Capital Adequacy Ratio (CAR) berpengaruh positif dan signifikan

terhadap profitabilitas Berdasarkan uraian tersebut dapat ditarik hipotesis sebagai

berikut :

H2: Capital Adequacy Ratio memiliki pengaruh positif signifikan terhadap

profitabilitas

2.2.1 Pengaruh NPL terhadap Profitabilitas

Rasio NPL digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam

mengelola kredit bermasalah yang diberikan oleh bank. Semakin tinggi rasio ini

maka akan semakin buruk kualitas kredit bank yang menyebabkan jumlah kredit

bermasalah semakin besar dan menyebabkan kerugian, sebaliknya jika semakin

rendah NPL maka laba atau profitabilitas bank tersebut akan semakin meningkat

(Herawati dan Sulindawati, 2015). Non Perfoming Loan merupakan kredit yang

sedang mengalami kemacetan dalam pelunasannya yang terjadi karena faktor

internal maupun eksternal, sehingga dapat mengurangi perolehan laba dan

12
berpengaruh buruk bagi profitabilitas bank. Uraian tersebut menjelaskan bahwa

kredit bermasalah dapat memengaruhi kemampuan untuk mengelola keuntungan

bank artinya profitabilitas akan tergantung pada besar kecilnya kredit bermasalah

yang dihadapai oleh pihak bank (Putri dan Suhermin, 2015).

NPL merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan manajemen bank

dalam mengelola kredit bermasalah. Semakin tinggi rasio NPL, maka semakin

buruk kualitas kredit yang menyebabkan jumlah kredit bermasalah semakin besar

sehingga dapat menyebabkan kemungkinan suatu bank dalam kerugian. Penyebab

kredit macet biasanya disebabkan oleh kurangnya pemantauan dan pengawasan

yang efektif di pihak bank (Bhattarai, 2016). Putri dan Suhermin (2015)

menjelaskan salah satu munculnya kredit bermasalahmengakibatkan semakin

kompleksnya kegiatan perbankan. Non Perfoming Loan (NPL) yang semakin tinggi

rasio ini maka akan semakin buruk kualitas kredit bank yang menyebabkan jumlah

kredit bermasalah semakin besar. Menurut SE BI Nomor 13/24/DPNP tanggal 25

Oktober 2011 standar NPL yang sehat jika jumlah kredit bermasalah tidak lebih

dari 5% dari total kredit yang diberikan kepada debitur.

Peraturan Bank Indonesia Nomor 18/14PBI/2016 Bank Indonesia

menetapkan bahwa NPL yang wajar adalah 5%. Terdapat beberapa penelitian yang

menguji pengaruh Non Perfoming Loan (NPL) terhadap profitabilitas. Penelitian

Wulandari dan Sudjarni (2014) menemukan bahwa NPL berpengaruh negatif

terhadap profitabilitas. Putrid dan Dewi (2017) juga menyatakan adanya pengaruh

negatif dansignifikan terhadap profitabilitas. Berdasarkan uraian tersebut dapat

ditarik hipotesis sebagai berikut:

13
H2: Non Perfoming Loan memiliki perngaruh negatif signifikan terhadap

profitabilitas.

2.2.3 Pengaruh Biaya Operasional pendapatan operasional terhadap

Profitabiltas

Bank yang memiliki tingkat BOPO yang tinggi menunjukkan bahwa bank

tersebut tidak menjalankan kegiatan operasionalnya dengan efisien sehingga

memungkinkan risiko operasional yang dimiliki oleh bank akan semakin besar

(Oktaviantari dan Wiagustini, 2013). Tingginya rasio BOPO menunjukkan bahwa

bank tidak dapat mengelola sumber dana dan aktiva yang dimiliki untuk

memperoleh laba. Tingginya rasio BOPO tersebut dapat mengikis modal bank

sehingga dapat mengganggu kesehatan bank (Chatarine dan Lestari, 2014). Dewi

dkk. (2015) memaparkan bahwa mengingat kegiatan utama bank pada prinsipnya

adalah bertindak sebagai perantara, yaitu menghimpun dan menyalurkan dana

masyarakat, maka biaya dan pendapatan operasional bank didominasi oleh biaya

bunga dan hasil bunga. Setiap peningkatan biaya operasional akan berakibat pada

berkurangnya laba sebelum pajak yang pada akhirnya akan menurunkan laba atau

profitabilitas bank yang bersangkutan.

Berdasarkan ketentuan Bank Indonesia, bank dapat dikatakan efisien apabila

rasio BOPOnya dibawah 90%. Sebuah bank memiliki BOPO lebih dari ketentuan

BI maka bank tersebut kategori tidak sehat dan tidak efisien (Capriani dan Dana,

2016). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Santoso (2016) yang menunjukkan

biaya operasional memiliki pengaruh negatif terhadap profitabilitas yang sejalan

14
dengan penelitian dari Capriani dan Dana (2016), Putri dan Dewi (2017).

Berdasarkan uraian tersebut dapat ditarik hipotesis sebagai berikut:

H3: Biaya Operasional pendapatan operasonal memiliki pengaruh negatif

signifikan terhadap profitabilitas

2.2 KERANGKA PIKIR

Sugiyono (2016: 128) menyatakan bahwa kerangka konsep akan

menghubungkan secara teoritis antara variabel-variabel penelitian yaitu antara

variabel independen dengan variabel dependen. Secara ringkas kerangka

konseptual yang menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi komitmen

organisasi. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh capital adequacy

ratio, non performing loan, biaya operasional pendapatan operasional terhadap

profitabilitas. Berdasarkan tinjauan kepustakaan dan penelitian terdahulu yang

telah diuraikan oleh peneliti, kerangka pemikiran penelitian digambarkan sebagai

berikut :

Capital Adequacy Ratio


(CAR)
(X1)

Non Performing Loan Profitabilitas


(NPL) (Y)
(X2)

Biaya Operasional
Pendapatan Operasional
(BOPO)
(X3)

Gambar 2.1 Kerangka berpikir

15
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 LOKASI PENELITIAN


Lokasi penelitian dalam penelitian ini adalah di 3 (tiga) BPR milik

Pemerintah Provisni Bali yang tersebar di 3 (tiga) kabupaten di Bali Kabupaten

Bangli, Gianyar dan Buleleng.yang terdiri dari:

a) BPR Bank Pasar Kabupaten Bangli

b) BPR Werdhi Sedana Gianyar

c) BPR Bank Buleleng 45 Singaraja

Objek penelitian dalam penelitian ini adalah profitabilitas BPR milik

Pemerintah Provisni Bali selama periode 2016-2019 yang diproksikan dengan

Return on Assets (ROA).

3.2 VARIABEL PENELITIAN


Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah profitabilitas (ROA)

sebagai variabel terikat dan capital adequacy ratio (CAR), Non Performing Loan

(NPL), biaya operasional pendapatan operasional (BOPO) sebagai variabel bebas.

3.3 JENIS DAN SUMBER DATA


3.1.1 Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data Kuantitatif adalah

data dalam bentuk angka-angka yang dapat dinyatakan dan diukur dengan

satuan hitung (Sugiono, 2008:12), seperti laporan keuangan pada BPR milik

Pemerintah Provinsi Bali tahun 2016-2019. Data Kualitatif adalah data yang

16
tidak dalam bentuk angka, dan tidak dapat diukur dengan satuan ukur

(Sugiono, 2008:13), seperti keterangan mengenai gambaran umum dan

struktur organisasi pada BPR milik Pemerintah Provinsi Bali tahun 2016-

2019.

3.1.1 Sumber Data


Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu

data yang diperoleh dalam bentuk sudah jadi, sudah dikumpulkan dan diolah

oleh pihak lain (Sugiyono, 2014:193). Data dalam penelitian ini diperoleh

dari BPR milik Pemerintah Provinsi Bali tahun 2016-2019.

3.2 POPULASI DAN PENELITIAN


Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiono, 2008:115). Populasi

dalam peneliti ini adalah 3 (tiga) BPR milik Pemerintah Provinsi Bali.

Teknik penentuan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah non

probability sampling, yaitu teknik pengambilan sampel yang tidak memberi

peluang atau kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih

menjadi sampel (Sugiyono, 2013:116). Metode penentuan sampel ini dilakukan

dengan teknik sampling jenuh atau sensus, yaitu teknik penentuan sampel bila

semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Metode pengumpulan data

yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi non participant, yaitu dengan

membaca, mengumpulkan, mencatat data-data, informasi dan keterangan yang

17
diperlukan (Sugiyono, 2009:204). Dalam penelitian ini yang diperlihatkan dalam

laporan keuangan 3 (tiga) BPR milik Provinsi Bali.

3.3 METODE ANALISIS DATA


Metode analisis data yang digunakan untuk memecahkan masalah dalam

penelitian ini adalah analisis regresi linier berganda dengan menggunakan bantuan

program SPSS. Analisis ini digunakan untuk mengetahui arah dan besarnya

pengaruh dari variabel bebas yang akan diteliti yaitu CAR, NPL, BOPO pada LPD

BPR milik Pemerintah Provinsi Bali tahun 2016-2019 baik secara simultan maupun

secara parsial. Adapun persamaan regresi linier berganda dirumuskan secara

matematis sebagai berikut:

Y = a+b1x1+b2x2+b3x3+ei ................................................................................ (1)

Keterangan
Y : Profitabilitas (ROA)
X1: Capital Adequacy Ratio (CAR)
X2: Non Performing Loan (NPL)
X3: Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO)
β1: Koefisien Regresi dari X1
β2: Koefisien Regresi dari X2
β3: Koefisien Regresi dari X3
α : Konstanta
Ui : Faktor gangguan stokastik pada observasi atau pengamatan yang ke i.

18

Anda mungkin juga menyukai