Anda di halaman 1dari 29

[BANK VICTORIA INTERNATIONAL TBK] 1

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................................ 1
BAB I ...................................................................................................................................................... 2
PROFIL PERUSAHAAN ..................................................................................................................... 2
BAB II .................................................................................................................................................... 5
ANALISA LAPORAN KEUANGAN ................................................................................................... 5
BAB III ................................................................................................................................................. 18
PERBANDINGAN KINERJA BANK VICTORIA DENGAN BENCHMARK BANK
MAYAPADA. ...................................................................................................................................... 18
BAB IV ................................................................................................................................................. 21
STRATEGI BANK VICTORIA INTERNATIONAL ...................................................................... 21


2 [BANK VICTORIA INTERNATIONAL TBK]





BAB I
PROFIL PERUSAHAAN

PT Bank Victoria International Tbk. (BVIC) adalah bank domestik yang sudah
beroperasi lebih dari 20 tahun di Indonesia. BVIC berdiri pada tanggal 5 Oktober
1992 di Jakarta sebagai bank umum swasta dan kemudian terdaftar di Bursa Efek
Indonesia pada tanggal 30 Juni 1999. Dalam perjalanannya, BVIC telah beberapa kali
melakukan rights issue dan menerbitkan obligasi untuk memperbesar modalnya.
Berikut ini adalah kondisi finansial yang dibukukan oleh BVIC pada tahun 2013:
Tabel 1.1. Finansial BVIC 2013
Account Rp
Total Aset 19.17 triliun
Penyaluran Kredit 11.07 triliun
DPK Terhimpun 15.13 triliun
Modal Saham 1.64 triliun
Laba Bersih 173 miliar

Di akhir tahun 2013 BVIC telah mengoperasikan 100 jaringan kantor
operasional yang tersebar di daerah Jakarta, Depok, Tangerang, dan Bekasi. BVIC,
seperti bank umum lainnya, tugas utamanya adalah untuk meminjam dana dari pihak
ketiga dan menyalurkannya sebagai kredit kepada masyarakat. BVIC mendapatkan
beberapa penghargaan sepanjang tahun 2012 & 2013 atas performanya yang
memuaskan, di antaranya:
Tabel 1.2. Penghargaan BVIC 2012 2013
Award Tahun
Infobank Award 2012 - Sangat Bagus
2
0
1
2

Banking Efficiency Award Bisnis Indonesia 2012
Indonesia Enterprise Risk Management Award 2012 - finalis
Best Performance Banking 2012 - Tempo's Indonesia Banking Award
The Best Bank 2012 - Compliance, Financial Aspects, & GCG

2
0
1
3

Infobank Award 2013 - Sangat Bagus
Anugerah Perbankan Indonesia 2013 - GCG
Best Performance Banking in Buku 2 - Indonesia Banking Award

Produk simpanan dari BVIC antara lain: tabungan, giro, dan deposito
sementara produk kreditnya antara lain: kredit modal kerja, kredit investasi, kredit
rumah, kredit kendaraan bermotor, dan kredit multi guna. Terdapat juga jasa jasa
[BANK VICTORIA INTERNATIONAL TBK] 3





penunjang lainnya yang disediakan BVIC demi melayani kebutuhan para nasabahnya.
BVIC pada tahun 2013 masih terklasifikasikan sebagai bank Buku 2.

1.1. Nilai dan Tujuan BVIC
BVIC dalam menjalankan kegiatan operasionalnya di dalam lini usaha perbankan
yang sangat penuh dengan peraturan dan resiko tinggi memerlukan penerapan
Good Corporate Governance yang baik agar terjaganya seluruh kepentingan dari
para stakeholders. Berikut adalah visi dan misi dari BVIC:
Visi: Menjadi bank pilihan nasabah yang terpercaya, sehat dan efisien
Misi:
1. Senantiasa berupaya memenuhi kebutuhan nasabah, membina hubunganyang
baik dengan nasabah serta memberi layanan yang terbaik kepada para
nasabah.
2. Mengembangkan sumber daya manusia yang profesional, berprinsip dan
berdedikasi untuk memberikan layanan serta memenuhi kebutuhan nasabah.
3. Menjalankan operasional perbankan dengan menerapkan prinsip kehati-hatian
secara efisien dan berkesinambungan.
Melakukan pengelolaan risiko dan keuangan secara prudent serta konsisten dan
senantiasa menerapkan prinsip prinsip Good Corporate Governance. Untuk
mendukung tercapainya visi dan misi perusahaan BVIC telah menetapkan nilai-nilai
budaya utama (core values) yang menjadi dasar dari budaya perusahaan (corporate
culture) yang menjadi acuan bagi seluruh karyawan dari BVIC tanpa terkecuali. Core
values tersebut dapat disingkat menjadi akronim D-A-H-S-Y-A-T supaya lebih
mudah diingat dan tertanam dalam benak seluruh karyawan BVIC. Penjelasannya
adalah sebagai berikut:
Discipline: Seluruh karyawan bank tanpa terkecuali harus memiliki sikap disiplin
yang tinggi baik disiplin terhadap waktu, target kerja, pengendalian biaya dan lainnya.
Accountable: Dalam rangka penerapan GCG yang berkesinambungan, seluruh
karyawan tugas dan tanggung jawab yang spesifik terhadap bidang tugasnya
masingmasing. Tanggung jawab ini tidak hanya sebatas terhadap atasan (supervisor)
dari karyawan terkait, namun juga harus memiliki tanggung jawab kepada seluruh
stakeholders dari Bank Victoria (tanggung jawab publik).
Honest: Kejujuran menjadi landasan budaya kerja yang sangat penti ng bagi setiap
perusahaan, terlebih perusahaan yang bergerak dalam bidang keuangan seperti bank.
4 [BANK VICTORIA INTERNATIONAL TBK]





Solid, Sustain: Kekompakkan dalam arti positif antar bagian/divisi menjadi syarat
mutlak untuk dapat menjaga pertumbuhan bisnis dari bank yang berkesinambungan
(sustainable growth).
Youthful Spirit: Seiring dengan era globalisasi dan juga perkembangan ilmu dan
teknologi yang sangat dinamis saat ini, semangat/jiwa muda dalam setiap kepribadian
karyawan Bank Victoria menjadi keharusan agar bank dapat terus berkembang dalam
menjalankan aktivitas operasionalnya.
Accurate: Sebagai lembaga keuangan dan juga perusahaan terbuka, keakurasian
data terkait dengan penyebaran informasi baik formal maupun informal sudah
menjadi suatu kewajiban dari bank untuk dipenuhi.
Trust: Bank merupakan lembaga kepercayaan bagi para nasabah untuk menyimpan
dana, untuk itu unsur trust (kepercayaan) wajib menjadi nilai budaya yang harus
melekat pada seluruh karyawan Bank Victoria.
Untuk mewujudkan visi yang telah ditetapkan, maka manajemen BVIC telah
menetapkan arah kebijakan BVIC ke depannya yaitu dengan fokus pada target pasar
berikut:
1. Segmentasi Individu:
Fokus pada segmen pasar Affluent dan Mass Affluent
2. Segmentasi Bisnis:
Fokus pada segmen pasar High Commercial, medium Commercial & Small
Companies












[BANK VICTORIA INTERNATIONAL TBK] 5





BAB II
ANALISA LAPORAN KEUANGAN

2.1 ANALISA VERTIKAL
Tabel 1 Analisis Vertikal Laporan Posisi Keuangan BVIC Tahun 2012 - 2013
(dalam Juta Rp) 2013
Persentase
dari aset
2012
Persentase
dari aset
Posisi Keuangan
ASET
Kas 53.249 0,28% 36.624 0,26%
Giro pada Bank Indonesia 1.120.641 5,85% 975.766 6,80%
Penempatan pada Bank Lain 2.914.852 15,20% 1.445.391 10,07%
Surat-surat Berharga - neto 3.601.732 18,79% 3.951.593 27,53%
Kredit yang Diberikan - neto 11.076.019 57,77% 7.580.958 52.82%
Tagihak Akseptasi - neto 397 0,002% - 0,00%
Penyertaan Saham - neto 60 0,0003% 29 0,0002%
Aset Tetap - neto 195.949 1,02% 197.375 1,38%
Aset Tidak Berwujud - neto 2.319 0,01% 2.250 0,02%
Aset Lain-lain - neto 192.669 1,00% 161.770 1,13%
Aset Pajak Tangguhan 13.465 0,07% 1.084 0,01%
TOTAL ASET 19.171.352 100,00% 14.352.840 100,00%

LIABILITAS DAN
EKUITAS

Liabilitas Segera 82.648 0,43% 48.579 0,34%
Tabungan 702.446 3,66% 874.291 6,09%
Giro 1.102.048 5,75% 871.451 6,07%
Deposito Berjangka 13.327.763 69,52% 9.769.990 68,07%
Simpanan dari Bank Lain 1.225.517 6,39% 720.450 5,02%
Liabilitas Akseptasi 397 0,00% - 0,00%
Surat Berharga yang
Diterbitkan
990.843 5,17% 493.737 3,44%
Utang Pajak 39.350 0,21% 44.272 0,31%
Estimasi Kerugian Komitmen
dan Kontijensi
- 0,00% - 0,00%
Liabilitas Lain-lain 55.564 0,29% 60.878 0,42%
TOTAL LIABILITAS 17.526.576 91,42% 12.883.648 89,76%
Ekuitas yang dapat
Diatribusikan kepada Pemilik
Entitas Induk
1.644.747 8,58% 1.469.164 10,24%
Kepentingan Non Pengendali 29 0,0002% 28 0,0002%
TOTAL EKUITAS 1.644.776 8,58% 1.469.192 10,24%

TOTAL LIABILITAS
DAN EKUITAS
19.171.352 100,00% 14.352.840 100,00%
Sumber: Laporan keuangan Bank Victoria tahun 2012 2013, data diolah.
6 [BANK VICTORIA INTERNATIONAL TBK]





Total aset PT Bank Victoria International, Tbk (BVIC) dari tahun 2012 2013
mengalami peningkatan yaitu dari Rp 14,35 triliun menjadi Rp 19,17 triliun.
Komponen terbesar pembentuk total aset berasal dari kredit yang diberikan dengan
kisaran 52% - 58% dari total aset. Secara umum komponen-komponen pembentuk
total aset untuk tahun 2013 tidak mengalami perubahan yang cukup signifikan dari
tahun 2012, kecuali :
Giro pada Bank Indonesia yang disetorkan BVIC pada tahun 2012 sebesar 6,80%
dari total aset, namun pada tahun 2013 mengalami penurunan menjadi 5,85%.
Giro pada Bank Indonesia ini disediakan untuk memenuhi persyaratan Giro
Wajib Minimum (GWM) dari Bank Indonesia yang besarannya didasari oleh
sejumlah persentase dari jumlah dana pihak ketiga. Penurunan komponen giro
pada Bank Indonesia ini disebabkan oleh menurunnya komposisi dana pihak
ketiga yang dimiliki BVIC terhadap total liabilitas dan ekuitas, yaitu sebesar
80,23% pada tahun 2012 menjadi 78,93% pada tahun 2013.
Penempatan dana BVIC pada bank lain untuk tahun 2013 sebesar 15,20% dari
total aset, mengalami peningkatan dari 10,07% pada tahun 2012. Komponen
terbesar pembentuk penempatan dana pada bank lain ini berasal dari penempatan
yang dilakukan oleh BVIC pada PT Bank Central Asia, Tbk yang hampir
mencapai 50% dari total keseluruhan.
Jumlah surat-surat berharga yang dimiliki BVIC untuk tahun 2013 sebesar
18,79% dari total aset, mengalami penurunan yang signifikan dari 27,53% pada
tahun 2012. Surat-surat berharga ini terdiri dari surat berharga yang ditempatkan
pada pemerintah dan bukan pemerintah dengan komposisi 5,54% pada
pemerintah dan 94,46% pada pihak selain pemerintah untuk tahun 2013; dan
20,75% pada pemerintah dan 79,25% pada pihak selain pemerintah untuk tahun
2012.
Jumlah kredit yang diberikan untuk tahun 2013 sebesar 57,77% dari total aset
mengalami peningkatan dari 52,82% pada tahun 2012. Terlihat bahwa BVIC
mulai meningkatkan jumlah kredit yang diberikan dengan komposisi 73,19% dari
total dana pihak ketiga pada tahun 2013, yang sebelumnya sebesar 65,83% dari
total dana pihak ketiga pada tahun 2012.

[BANK VICTORIA INTERNATIONAL TBK] 7





Komponen terbesar pembentuk total liabilitas dan ekuitas berasal dari deposito
berjangka yang hampir mencapai 70% dari total liabilitas dan ekuitas. Secara umum
komponen-komponen pembentuk total liabilitas dan ekuitas BVIC pada tahun 2013
secara umum juga tidak mengalami perubahan yang signifikan dari tahun 2012,
kecuali untuk beberapa komponen di bawah ini :
Jumlah tabungan pada tahun 2013 sebesar 3,66% dari total liabilitas dan ekuitas,
mengalami penurunan dari tahun 2012 yang sebelumnya sebesar 6,09%. Dari segi
jumlah tabungan, memang terjadi penurunan pada tahun 2013 dibandingkan pada
tahun 2012.
Jumlah surat berharga yang diterbitkan BVIC pada tahun 2013 mengalami
peningkatan dari tahun 2012, yaitu dari 3,44% menjadi 5,17% dari total liabilitas
dan ekuitas. Hal ini terjadi karena pada tahun 2013 BVIC menerbitkan Obligasi
Bank Victoria IV Tahun 2013 sebesar Rp 200.000.000 dan Obligasi Subordinasi
Bank Victoria III Tahun 2013 sebesar Rp 300.000.000.
Jumlah ekuitas yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk pada tahun
2013 mengalami penurunan dari tahun 2012, yaitu dari 10,24% menjadi 8,58%
dari total liabilitas dan ekuitas, walaupun dari segi jumlah mengalami
peningkatan.

Tabel 2 Analisis Vertikal Laporan Laba (Rugi) Komprehensif Konsolidasian BVIC
Tahun 2012 - 2013
(dalam Juta Rp) 2013
Persentase
dari
pendapatan
2012
Persentase
dari
pendapatan
Laba (Rugi) Komprehensif Konsolidasian
Pendapatan Bunga dan
Syariah
1.600.960 100,00% 1.117.272 100,00%
Beban Bunga dan Syariah (1.123.819) 70,20% (778.518) 69,68%
Pendapatan Bunga dan
Syariah - neto
477.141 29,80% 338.754 30,32%
Pendapatan Operasional
Lainnya
106.500 6,65% 85.050 7,61%
Beban Operasional Lainnya (269.431) 16,83% (187.817) 16,81%
Laba Operasional 314.210 19,63% 235.987 21,12%
Pendapatan (Beban) Non
Operasional - neto
15.961 1,00% 16.607 1,49%
Laba Sebelum Pajak
Penghasilan
330.171 20,62% 252.594 22,61%
Beban Pajak Penghasilan (67.535) 4,22% (47.023) 4,21%
8 [BANK VICTORIA INTERNATIONAL TBK]





Laba Tahun Berjalan 262.636 16,40% 205.569 18,40%
Pendapatan (Kerugian)
Komprehensif Lain
(89.645) 5,60% 45.840 4,10%
Jumlah Laba
Komprehensif Tahun
Berjalan
172.991 10,81% 251.410 22,50%
Sumber: Laporan keuangan Bank Victoria tahun 2012 2013, data diolah.

Dalam laporan laba (rugi) komprehensif konsolidasian, komponen beban
bunga dan syariah mencapai 70% dari total pendapatan bunga dan syariah. Maka dari
itu pendapatan bunga dan syariah neto menjadi 30% dari total pendapatan bunga
dan syariah. Komponen terbesar pembentuk pendapatan bunga dan syariah berasal
dari kredit yang diberikan yang jumlahnya mencapai 72,50% untuk tahun 2013 dan
67,58% untuk tahun 2012. Sementara komponen terbesar pembentuk beban bunga
dan syariah berasal dari beban bunga yang dibayarkan untuk simpanan dana pihak
ketiga yang mencapai 82,94% untuk tahun 2013 dan 86,65% untuk tahun 2012.
Secara umum komponen yang membentuk laba tahun berjalan BVIC pada
tahun 2013 tidak mengalami perubahan yang signifikan dari tahun 2012. Namun,
jumlah laba komprehensif tahun berjalan pada tahun 2013 hanya sebesar 10,81% dari
total pendapatan bunga dan syariah, sementara pada tahun 2012 mencapai 22,50%.
Hal ini terjadi karena pada tahun 2013 BVIC mengalami kerugian komprehensif
lainnya yang mencapai Rp 89,65 miliar yang besarnya 5,60% dari total pendapatan
bunga dan syariah. Kerugian ini disebabkan oleh penurunan nilai wajar surat-surat
berharga BVIC yang tersedia untuk dijual.

2.2 Analisa Horisontal
Analisa horisontal bertujuan untuk melihat perkembangan kondisi perusahaan
dari tahun ke tahun. Dibawah ini kami sajikan hasil analisa horisontal laporan
keuangan BVIC periode tahun 2012 dan periode 2013. Akun yang ditampilkan pada
tabel hanya akun yang mengalami perubahan yang signifikan. Pada laporan posisi
keuangan BVIC akun yang mengalami peningkatan sangat signifikan yaitu aset pajak
tangguhan dengan peningkatan 1142.47%. Peningkatan ini bersifat positif,
menunjukkan kemampuan manajemen BVIC memulihkan jumlah pajak penghasilan
dimasa yang akan datang.
Selain itu, dari sektor ekuitas terjadi perubahan yang signifikan pada akun
saldo laba yang telah ditentukan penggunaannya, peningkatan 152% disebabkan
[BANK VICTORIA INTERNATIONAL TBK] 9





perubahan undang-undang no. 1/1995 yang digantikan oleh undang-undang no.
40/2007 yang mengharuskan perusahaan menyisihkan cadangan umum sebesar
sekurang-kurangnya 20% dari jumlah modal yang ditempatkan dan disetor penuh.
Secara umum posisi keuangan BVIC tahun 2013 dinilai kurang baik terlihat pada
perbandingan peningkatan jumlah aset dengan jumlah liabilitasnya. Hal ini
menunjukkan adanya kemungkinan kredit bermasalah yang tidak tertagih.
Hasil analisa horisontal laporan laba rugi BVIC juga tidak menunjukkan
performa yang baik. Terlihat dari peningkatan laba tahun berjalan yang hanya
bertumbuh sebesar 28% sedangkan jumlah laba komprehensif tahun berjalan
mengalami penurunan sebesar -31%. Penurunan ini bisa jadi disebabkan karena
kondisi perekonomian Indonesia pada tahun tersebut sedang mengalami penurunan.

Tabel 3 Analisis Horisontal Posisi Keuangan BVIC Tahun 2012 - 2013

2013 2012
Kenaikan (Penurunan)

Jumlah
Persentase
(%)
Aset
Kas 53,249,337 36,624,392 16,624,945 45.39%
Giro pada bank lain 11,046,175 6,933,203 4,112,972 59.32%
Cadangan kerugian
penurunan nilai
(49,128) (33,881) 15,247 45.00%
Giro pada bank lain-
neto
10,997,047 6,899,322 4,097,725 59.39%
Penempatan pada Bank
Indonesia dan bank
lain-neto
2,903,854,920 1,438,491,908 1,465,363,012 101.87%
Cadangan kerugian
penurunan nilai
0 (200,000) (200,000) -100.00%
Surat-surat berharga
Diperdagangkan 41,805,254 14,829,820 26,975,434 181.90%
Diukur pada biaya
perolehan
182,729,130 - 182,729,130 100.00%
Cadangan kerugian
penurunan nilai
(472,858) (834,199) (361,341) -43.32%
Penyertaan saham-neto 59,864 29,174 30,690 105.20%
Aset pajak tangguhan-
neto
13,464,827 1,083,714 12,381,113 1142.47%
Jumlah aset 19,171,351,935 14,352,840,454 4,818,511,481 33.57%

Liabilitas
Liabilitas segera 82,648,295 48,579,457 34,068,838 70.13%
Simpanan dari bank lain 1,225,517,224 720,449,993 505,067,231 70.10%
Liabilitas akseptasi 397,117 - 397,117 100.00%
10 [BANK VICTORIA INTERNATIONAL TBK]





Surat berharga yang
diterbitkan
990,843,021 493,736,882 497,106,139 100.68%
Liabilitas imbalan kerja
jangka panjang
36,990,396 25,063,606 11,926,790 47.59%
liabilitas pajak
tangguhan-neto
- 17,485,174 (17,485,174) -100.00%
Jumlah liabilitas 17,526,575,899 12,883,648,176 4,642,927,723 36.04%

Ekuitas
Keuntungan (kerugian)
yang belum direalisasi
atas perubahan nilai
wajar surat-surat
berharga yang tersedia
untuk dijual-setelah
pajak tangguhan

(11,287,649)
78,357,765

(89,645,414)
-114.41%
Saldo laba
Telah ditentukan
penggunaannya
41,000,000 16,000,000 25,000,000 156.25%
Jumlah ekuitas 1,644,776,036 1,469,192,278 175,583,758 11.95%
Jumlah liabilitas dan
ekuitas
19,171,351,935 14,352,840,454 4,818,511,481 33.57%
Sumber: Laporan keuangan Bank Victoria tahun 2012 2013, data diolah.

Tabel 4 Analisis Vertikal Laporan Laba (Rugi) Komprehensif Konsolidasian BVIC
Tahun 2012 - 2013

2013 2012
Kenaikan (Penurunan)

Jumlah
Persentase
(%)
Pendapatan dan Beban
Operasional

Jumlah pendapatan bunga
dan syariah
1,600,960,281 1,117,271,941 483,688,340 43%
Jumlah beban bunga dan
syariah

(1,123,819,389
)
(778,518,277) 345,301,112 44%
Pendapatan bunga dan
syariah-neto
477,140,892 338,753,664 138,387,228 41%

Pendapatan dan Beban
Operasional Lainnya

Pendapatan operasional
lainnya

Keuntungan atas penjualan
surat-surat berharga yang
diperdagangkan dan tersedia
untuk dijual-neto

58,785,191
39,444,587

19,340,604
49%
Jumlah pendapatan
operasional lainnya
106,499,719 85,050,599 21,449,120 25%
Beban operasional lainnya
[BANK VICTORIA INTERNATIONAL TBK] 11





Beban penyisihan kerugian
penurunan nilai aset
keuangan
(13,857,623) (8,510,283) 5,347,340 63%
Pemulihan (beban)
penyisihan kerugian
penurunan nilai aset non-
keuangan
(423,839) 70,547 (494,386) -701%
Lain-lain (24,183,071) (9,261,401) 14,921,670 161%
Jumlah beban operasional
lainnya
(269,430,950) (187,817,171) 81,613,779 43%

Laba operasional 314,209,661 235,967,092 78,242,569 33%
Laba sebelum beban pajak
penghasilan
330,171,255 252,574,217 77,597,038 31%
Beban pajak penghasilan-
neto
(67,534,825) (47,023,170) 20,511,655 44%
Laba tahun berjalan 262,636,430 205,551,047 57,085,383 28%

Pendapatan Komprehensif
Lain

Perubahan nilai wajar surat-
surat berharga yang tersedia
untuk dijual

(93,407,965)
61,120,257

(154,528,222)
-253%
Pajak tanguhan terkait
dengan komponen
pendapatan komprehensif
lain
3,762,551

(15,280,064)

19,042,615
125%
Pendapatan (kerugian)
komprehensif lain-neto
setelah pajak
(89,645,414) 45,840,193

(135,485,607)
-296%
Jumlah laba komprehensif
tahun berjalan
172,991,016 251,391,240 (78,400,224) -31%
Sumber: Laporan keuangan Bank Victoria tahun 2012 2013, data diolah.

2.3 Analisa Rasio
Selain menganalisa dari aspek laporan keuangan seperti laporan posisi
keuangan dan laporan laba rugi. Diperlukan analisa juga dari segi rasio-rasio. Hal ini
bertujuan untuk mengetahui kondisi keuangan dan kinerja perusahaan. Hal ini
dilakukan dengan membandingkan rasio tahun sekarang (2013) dengan rasio tahun
lalu (2012). Sehingga dari hasil perbandingan tersebut, kita dapat memperkirakan apa
yang akan terjadi dimasa yang akan datang. Beberapa rasio-rasio yang di analisa
yaitu:


12 [BANK VICTORIA INTERNATIONAL TBK]





Tabel 5 Analisa Rasio-rasio Keuangan tahun 2012 dan 2013
Sumber: Laporan keuangan Bank Victoria tahun 2012 2013, data diolah.

a. CAR (Capital Adequacy Ratio)
CAR atau Capital Adequacy Ratio adalah kecukupan modal yang berfungsi
menampung risiko kerugian yang kemungkinan dihadapi oleh bank. Semakin tinggi
CAR maka semakin baik kemampuan bank tersebut untuk menanggung risiko dari
setiap kredit/aktiva produktif yang berisiko (kredit, penyertaan, surat berharga pada
bank lain, tagihan pada bank lain). CAR merupakan indikator terhadap kemampuan
bank untuk menutupi penurunan aktivanya sebagai akibat dari kerugian-kerugian
bank yang disebabkan oleh aktiva yang berisiko. Aktiva berisiko adalah semua aset
bank kecuali kas dan surat berharga pemerintah.
Rumus CAR adalah sebagai berikut :
CAR =


ATMR adalah Aset Tertimbang Menurut Risiko. Bank wajib menyediakan
modal minimum sebesar 8% dari ATMR. Dari perbandingan CAR BVIC tahun 2012
dan 2013, jelas mengalami peningkatan, artinya BVIC mampu mengelola aktiva yang
berisiko dengan lebih baik atau meminimalkan kerugian-kerugian aktiva berisiko, dari
angka 17.97% menjadi 18.25%.


Rasio Keuangan 2013 2012
CAR Dengan Risiko Kredit 18.25 17.97
CAR Dengan Risiko Kredit, Risiko Operasional, Risiko Pasar 18.2 17.96
Aktiva Tetap Terhadap Modal 16.75 18.46
Aset Produktif Bermasalah Terhadap Aset Produktif 0.59 1.37
CKPN Aset Keuangan Terhadap Aset Produktif 1.36 1.96
Pemenuhan CKPN Aset Produktif 100 182.08
Pemenuhan CKPN Aset Non Produktif 0 0
NPL Gross 0.92 2.3
NPL Nett 0 1.76
ROA 1.99 2.17
ROE 16.54 16.48
NIM 3.38 3.12
BOPO 81.55 78.82
LDR 74.73 67.59
GWM Rupiah 8.06 9.13
Persentase Pelanggaran BMPK 0 0
Persentase Pelampauan BMPK 0 0
PDN 0 0
[BANK VICTORIA INTERNATIONAL TBK] 13





b. Rasio Aktiva Tetap terhadap Modal (ATTM)
Rasio ini mengukur kemampuan manajemen bank dalam menentukan besarnya
aktiva tetap dan inventaris yang dimiliki bank yang bersangkutan terhadap modal,
semakin tinggi rasio ini artinya modal yang dimiliki bank kurang mencukupi dalam
menunjang aktiva tetap dan inventaris sehingga kemungkinan suatu bank dalam
kondisi bermasalah akan semakin besar.
Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut :


BVIC mampu menurunkan sebesar 1.71% ATTM-nya dari tahun 2012 ke
tahun 2013. Penurunan ini disebabkan karena kenaikan modal BVIC untuk
membiayai fixed asset dan inventorynya.

c. ROE (Return On Equity)
Rasio ini digunakan untuk mengukur kinerja bank dalam mengelola modal yang
tersedia untuk menghasilkan laba setelah pajak. Semakin besar ROE, Semakin besar
pula tingkat keuntungan yang dicapai bank sehingga kemungkinan suatu bank dalam
kondisi bermasalah semakin kecil. Laba setelah pajak adalah laba bersih dari kegiatan
operasional setelah dikurangi pajak sedangkan rata-rata total ekuitas adalah rata-rata
modal inti yang dimiliki bank, perhitungan modal inti dilakukan berdasarkan
ketentuan kewajiban modal minimum yang berlaku.
Rumusnya adalah sebagai berikut :


Kenaikan ROE BVIC tidak terlalu signifikan dari tahun 2012 ke tahun 2013, hanya
naik sebesar 0.06%, dikarenakan pertumbuhan ekuitas dari tahun 2012 k3 tahun 2013
tidak terlalu signifikan yaitu hanya sebesar Rp175.584 juta.

d. ROA (Return On Asset)
Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam
memperoleh keuntungan (laba sebelum pajak) yang dihasilkan dari rata-rata total aset
bank yang bersangkutan. Semakin besar ROA, semakin besar pula tingkat keuntungan
yang dicapai bank sehingga kemungkinan suatu bank dakam kondisi bermasalah
semakin kecil.
14 [BANK VICTORIA INTERNATIONAL TBK]





Rumus ROA adalah sebagai berikut :



Kondisi ROA BVIC menurun dari tahun 2012 ke tahun 2013 sebesar
0.18%.Kenaikan EBIT adalah sebesar 79.90% dan kenaikan average asset adalah
4.88%.

e. NIM (Net Interest Margin)
Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam
mengelola aktiva produktifnya untuk menghasilkan pendapatan bunga bersih.
Pendapatan bunga bersih diperoleh dari pendapatan bunga dikurangi beban bunga,
semakin besar rasio ini maka meningkatnya pendapatan bunga atas aktiva produktif
yang dikelola bank sehingga kemungkinan risiko bank semakin kecil. Di tahun 2013
BVIC mampu menaikkan NIM nya sebesar 0.26% menandakan risiko bank terhadap
bunga aktiva produktif semakin kecil.

f. BOPO (Biaya Operasional terhadap Pendapata Operasional)
Rasio yang sering disebut rasio efisiensi ini digunakan untuk mengukur
kemampuan manajemen bank dalam mengendalikan biaya operasional terhadap
pendapatan operasional. Semakin kecil rasio ini berarti semakin efisien biaya
operasional yang dikeluarkan bank. Biaya operasional dihitung berdasarkan
penjumlahan dari total beban bunga dan total beban oprasional lainnya. Pendapatan
operasional adalah penjumlahan dari pendapatan bunga dengan pendapatan
operasional lainnya.
Rumus BOPO adalah sebagai berikut :




Rasio BOPO BVIC di tahun 2013 justru meningkat dari tahun 2012 sebesar 2.73%.
Peningkatan ini dikarenakan kenaikan beban bunga dari Rp1.067 juta menjadi
Rp1.124 juta dan kenaikan beban operasional lainnya sebesar Rp108.91 juta.

g. LDR (Loan to Deposit Ratio)
Rasio ini digunakan untuk menilai likuiditas suatu bank dengan cara membagi
jumlah kredit yang diberikan oleh bank terhadap dana pihak ketiga, semakin tinggi
[BANK VICTORIA INTERNATIONAL TBK] 15





rasio ini semakin rendahnya kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan sehingga
risiko bank semakin besar.
Rumus dari LDR ini adalah :




Rasio LDR BVIC di tahun 2013 mengalami kenaikan sebesar 7.14%. Ini
menandakan likuiditas BVIC di tahun 2013 menjadi berkurang atau melemah.

h. Aset Produktif Bermasalah Terhadap Aset Produktif
Rasio ini menunjukkan kemampuan bank dalam mengelola aktiva produktif
bermasalahnya terhadap aktiva produktif yang tidak bermasalah. Semakin tinggi rasio
ini maka semakin buruk kualitas aktiva produktif yang menyebabkan PPAP yang
tersedia semakin besar maka akan meningkatkan risiko. Aktiva produktif bermasalah
adalah aktiva produktif dengan kriteria kurang lancer, diragukan, atau macet.
Rumus dari rasio ini adalah :




APB BVIC mengalami penurunan sebesar 0.78% berarti semakin kecil risiko
yang disebabkan dari aset produktif bermasalah ini. Manajemen melakukan kinerja
lebih baik dalam mengelola aset produktif bermasalah dari tahun 2012 ke tahun 2013.

i. NPL (Non Performing Loan)
Rasio ini menunjukkan bahwa kemampuan manajemen bank dalam mengelola
kredit bermasalah yang diberikan oleh bank. Sehingga semakin tinggi rasio ini maka
akan semakin buruk kualitas kredit bank yang menyebabkan jumlah kredit bermasalah
semakin besar. Kredit dalam hal ini adalah kredit yang diberikan kepada pihak ketiga
tidak termasuk kredit kepada bank lain. NPL Gross adalah perbandingan antara kredit
bermasalah dengan total kredit. Kredit bermasalah adalah kualitas kredit yang kurang
lancar atau diragukan atau macet. Dihitung berdasarkan nilai tercatat dalam neraca
secara gross (belum dikurangi CKPN). Angka rasio dihitung per posisi (tidak
disetahunkan). NPL Nett adalah perbandingan antara kredit bermasalah setelah
dikurangi CKPN dengan total kredit.


16 [BANK VICTORIA INTERNATIONAL TBK]





Rasio ini dapat dirumuskan :




Pengelolaan NPL BVIC semakin membaik di tahun 2013 dari tahun 2012 karena
mengalami penurunan sebesar 1.38% pada NPL Gross dan 1.76% di NPL Nett.
Bahkan di NPL Nett di tahun 2013 tidak ada sama sekali, berarti kualitas kredit
meningkat menjadi lebih baik.

j. CKPN Aset Keuangan Terhadap Aset Produktif
Sejak berlakunya Standar Akuntansi Keuangan yang mengatur mengenai
pembentukan Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN) dalam rangka
pencadangan kerugian aset, Bank diwajibkan membentuk CKPN sebagai pengganti
Penyisihan Penghapusan Aset (PPA) dalam laporan keuangan Bank. PPA tersebut
akan mempengaruhi perhitungan modal dalam perhitungan rasio Kewajiban
Penyediaan Modal Minimum (KPMM). BVIC mengalami penurunan CKPN terhadap
aset produktif sebesar 0.6% menandakan kerugian penurunan nilai semakin berkurang
atau membaik. CKPN bersifat seperti bad debt expense di dalam akuntansi.

k. Giro Wajib Minimum Rupiah (GWM Rupiah)
GWM rupiah adalah GWM primer adalah simpanan minimum yang wajib
dipelihara oleh bank dalam bentuk saldo rekening giro pada Bank Indonesia dalam
rupiah sebesar persentase tertentu dari Dana Pihak Ketiga dalam rupiah. GWM rupiah
primer adalah sebesar 8% dari DPK rupiah. Dana pihak ketiga BVIC terdiri dari :
Tabungan Victoria, Giro, Deposito. Posisi DPK tahun 2012 sebesar 0.36% dan di
tahun 2013 sebesar 0.41% yaitu sebesar Rp 11.51 juta di tahun 2012 dan Rp 15.13
juta, angka ini menunjukkan pertumbuhan sebesar 31,4%.

l. BMPK (Batas Maksimum Pemberian Kredit)
Peraturan BI No. 7/3/PBI/2005 tentang BMPK. Peraturan tersebut menetapkan batas
maksimum penyediaan dana kepada satu peminjam yang bukan merupakan pihak
berelasi tidak melebihi 20% dari modal bank dan kepada satu kelompok peminjam
yang bukan pihak berelasi tidak melebihi 25% modal bank. Dari rangkuman analisis
rasio diatas, rasio BMPK BVIC menunjukkan angka nol pada pelanggaran ataupun
[BANK VICTORIA INTERNATIONAL TBK] 17





pelampauan BMPK, yang berarti BVIC sudah melakukan kepatuhan atas peraturan BI
atas pemberian kredit.














































18 [BANK VICTORIA INTERNATIONAL TBK]





BAB III
Perbandingan Kinerja Bank Victoria dengan Benchmark Bank Mayapada.

Pada Juni 2014, Biro Riset InfoBank merilis daftar bank-bank terbaik
berdasarkan klasifikasi BUKU (Bank Umum Kelompok Usaha). Penilaian rating
terbaik didasarkan pada beberapa kriteria yaitu: permodalan (CAR), aktiva produktif
(NPL dan pemenuhan PPAP), Rentabilitas (ROA, ROE dan BOPO) dan likuiditas
(LDR).
Pada kelompok BUKU 2 peringkat nomor satu dipegang oleh Bank Papua.
Urutan berikutnya yang termasuk lima besar berturut-turut adalah Bank Mayapada,
Bank Jateng, Bank Commonwealth dan Bank Resonia Perdania. Untuk tujuan
benchmarking analysis, kami memilih Bank Mayapada sebagai standar untuk
penilaian kinerja Bank Victoria. Pengukuran yang akan digunakan adalah rasio-rasio
keuangan perbankan berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 3/30/DPNP
tanggal 14 Desember 2001.
Bank Mayapada (PT Bank Mayapada International Tbk.) adalah bank swasta
devisa yang berdiri sejak tahun 1989. Bank Mayapada mulai beroperasi sebagai bank
komersial pada tahun 1990. Pada tahun 1997, Bank Mayapada atau MAYA
melakukan penawaran umum saham perdana kepada publik sebanyak 65,000,000
lembar saham dengan harga nominal Rp 500 dan harga penawaran Rp 800. Setelah go
public, Bank Mayapada telah enam kali melakukan penawaran terbatas (right issue)
sampai dengan tahun 2013. Bank Mayapada saat ini didukung oleh 174 kantor di 21
propinsi dan 65 kota besar di Indonesia, 92 unit ATM milik sendiri dan 65,868
jaringan ATM Bersama dan BCA.
Tabel Data Keuangan Bank Victoria dan Bank Mayapada Tahun 2013
(Dalam Rp jutaan)
Deskripsi BVIC MAYA Selisih %
Total Aktiva 19,171,352 24,015,572 -20%
Total Liabilitas 17,526,576 21,603,247 -19%
Total Ekuitas 1,644,776 2,412,324 -32%
Modal Inti 1,593,171 2,757,058 -42%
Total Pendapatan 583,641 1,109,479 -47%
Laba Sebelum
Pajak
330,171 509,628 -35%
Laba Bersih 262,636 385,351 -32%
Sumber: Laporan Tahunan Bank Victoria dan Bank Mayapada Tahun 2013, Data diolah.
[BANK VICTORIA INTERNATIONAL TBK] 19





Tabel Rasio Keuangan Bank Victoria dan Bank Mayapada Tahun 2013
Rasio Keuangan (%) BVIC MAYA
Permodalan
CAR 18.20 14.07
Aktiva Tetap Terhadap
Modal
16.75 31.77
Aktiva Produktif
Aktiva Produktif Bermasalah
terhadap Total Aktiva
Produktif
0.59 1.04
NPL 0.00 0.64
CKPN Aset Keuangan
terhadap Aset Produktif
1.36 0.49
Rentabilitas
ROA 1.99 2.53
ROE 16.54 22.85
BOPO 81.55 78.58
NIM 3.38 5.75
Likuiditas
LDR 74.73 85.61
Kepatuhan
Persentase Pelanggaran
BMPK
0.00 0.00
Pihak Terkait 0.00 0.00
Pihak Tidak Terkait 0.00 0.00
Persentase Pelampauan
BMPK
0.00 0.00
Pihak Terkait 0.00 0.00
Pihak Tidak Terkait 0.00 0.00
GWM Rupiah 8.06 8.21
PDN 0.00 0.93
Sumber: Laporan Tahunan Bank Victoria dan Bank Mayapada Tahun 2013

CAR BVIC adalah 18.20% lebih besar dari 14.07% milik MAYA. Hal ini
menunjukkan bahwa jumlah aktiva mengandung resiko (dihasilkan dengan
menghitung Aktiva Tertimbang Menurut Resiko) yang dibiayai dengan modal sendiri
milik BVIC lebih besar dibandingkan dengan MAYA sehingga dapat dikatakan BVIC
memiliki resiko keuangan yang lebih rendah dibandingkan MAYA. Aktiva Tetap
terhadap Modal BVIC vs. MAYA adalah 16.75% vs. 31.77%, menunjukkan bahwa
MAYA menggunakan modal lebih banyak untuk memperoleh aktiva tetap.
20 [BANK VICTORIA INTERNATIONAL TBK]





Mengenai aktiva produktif, rasio Aktiva Produktif Bermasalah terhadap Total
Aktiva Produktif BVIC adalah 0.59%, lebih kecil dibandingkan MAYA yaitu 1.04%.
Rasio ini menunjukkan bahwa aktiva produktif BVIC lebih berkualitas dibandingkan
MAYA. Non Performing Loan (NPL) BVIC adalah 0%, sementara MAYA adalah
0.64%. BVIC memiliki kinerja lebih baik dalam mengelola kredit sehingga tidak
terdapat kredit bermasalah. Cadangan Kerugian Nilai BVIC 1.36%, lebih tinggi
0.87% dari MAYA, menunjukkan kemampuan MAYA sedikit lebih baik dalam
mengelola aktiva produktifnya.
Return on Asset (ROA) BVIC 1.99% lebih kecil dibandingkan MAYA yaitu
sebesar 2.53%, menunjukkan bahwa kemampuan BVIC dalam mengelola aktivanya
untuk mendapatkan keuntungan belum maksimal jika dibandingkan dengan MAYA.
Return on Equity (ROE) BVIC 16.54%, lebih rendah 6.31% dibandingkan dengan
MAYA, memperlihatkan kemampuan MAYA dalam mengelola modalnya untuk
mendapatkan keuntungan lebih baik dari BVIC. Biaya Operasi dibanding Pendapatan
Operasi (BOPO) adalah rasio efisiensi untuk mengukur kemampuan manajemen
dalam mengendalikan biaya operasionalnya terhadap pendapatan operasionalnya.
Rasio BOPO BVIC adalah 81.55%, lebih tinggi 2.97% dibandingkan MAYA,
menunjukkan bahwa BVIC masih dapat meningkatkan efisiensi biaya operasionalnya
dibandingkan dengan benchmark. Net Interest Margin (NIM) BVIC 3.38%, lebih
rendah 2.37% dibandingkan MAYA menunjukkan bahwa aktiva produktif BVIC
masih dapat dikelola lebih jauh untuk menghasilkan pendapatan bersih yang lebih
tinggi.
Dalam kelompok rasio likuiditas, hanya terdapat satu rasio yaitu Loan to
Deposit Ratio (LDR). LDR BVIC adalah 74.73% sementara BBMD adalah 85.61%,
hal ini menunjukkan likuiditas BVIC lebih baik.
Dalam pengungkapan kepatuhan, BVIC maupun MAYA tidak melakukan
pelanggaran maupun pelampauan BMPK (Batas Maksimum Pemberian Kredit). Giro
Wajib Minimum (GWM) BVIC adalah 8.06% dan MAYA adalah 8.21%. PDN
(Persentase Devisa Neto) BVIC adalah 0% karena BVIC adalah bank non-devisa.
Kesimpulan yang dapat diambil adalah bahwa BVIC lebih baik dalam
mengelola aktiva produktif dan likuiditasnya dibandingkan benchmark MAYA,
namun dengan sumber daya yang dimiliki , kemampuan BVIC untuk menghasilkan
laba masih dapat ditingkatkan.
[BANK VICTORIA INTERNATIONAL TBK] 21





BAB IV
STRATEGI BANK VICTORIA INTERNATIONAL

5.1 Analisis SWOT
Analisa SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk
merumuskan strategi perusahaan. Analisa ini didasarkan pada hubungan atau interaksi
antara unsur-unsur internal, yaitu kekuatan dan kelemahan, terhadap unsur-unsur
eksternal yaitu peluang dan ancaman. Analisis SWOT mengarahkan analisis strategi
dengan cara memfokuskan perhatian pada kekuatan (strengths), kelemahan
(weaknesses), peluang (opportunities) dan ancaman (threats) yang merupakan hal
yang kritis bagi keberhasilan perusahaan. Maka perlunya identifikasi terhadap
peluang dan ancaman yang dihadapi serta kekutan dan kelemahan yang dimiliki
perusahaan melalui telaah terhadap lingkungan usaha dan potensi sumber daya
perusahaan dalam menetapkan sasaran dan merumuskan strategi perusahaan yang
realistis dalam mewujudkan misi dan visinya.
Tujuan analisis SWOT pada perusahaan adalah untuk membenarkan faktor-
faktor internal dan eksternal perusahaan yang telah dianalisis. Apabila terdapat
kesalahan, agar perusahaan itu berjalan dengan baik maka perusahan itu harus
mengolah untuk mempertahankan serta memanfaatkan peluang yang ada secara baik
begitu juga pihak perusahaan harus mengetahui kelemahan yang dihadapi agar
menjadi kekuatan serta mengatasi ancaman menjadi peluang.
1. Analisis Internal
Menganalisis kelebihan dan kelemahan yang terdapat di dalam perusahan untuk
dapat mengidentifikasi langkah strategis yang diperlukan dimasa depan.
a. Strength
Fokus untuk melakukan penyaluran kredit ke UKM sejak tahun 2012
Memperhatikan kesamarataan pelayanan yang dirasakan oleh konsumen
disemua cabang
Penyaluran kredit terbesar di sektor ekonomi lembaga pembiayaan dengan
nilai sebesar Rp 2.299.291.170,00
Kolektibilitas sesuai peraturan Bank Indonesia adalah lancar
Kolektibiltas surat-surat berharga tergolong lancar sejak tahun 2012-2013
22 [BANK VICTORIA INTERNATIONAL TBK]





Jumlah kredit pihak ketiga terbesar tergolong pada pinjaman tetap, pada
tahun 2013 perusahaan mencatat pinjaman lancar sebesar
Rp 6.253.664.948,00.

b. Weakness
Resiko pada lembaga pembiayaan sangat tinggi (resiko prepayment dan
default)
Fokus penyaluran kredit terhadap UKM tergolong lambat jika
dibandingkan perkembangan UKM sendiri di Indonesia
Sebesar 31,3% dari total aset yang belum digunakan untuk operasi adalah
aset tanpa nilai tambah
Tabungan dalam deposito berjangka memiliki resiko pencairan sebelum
jatuh tempo untuk bank
2. Analisis Eksternal
Menganalisis kesempatan pada industri bank dan ancaman yang mungkin muncul
untuk menyempurnakan perencanaan strategi.
a. Opportunity
Bisnis UKM yang menjadi fokus penyaluran kredit sangat berkembang di
Indonesia
Pengembangan bisnis syariah di Indonesia sangat bagus
Investasi Deposito berjangka masih atraktif untuk nasabah di Indonesia
b. Threat
AFTA menjadi ancaman munculnya bank-bank asing di Indonesia
Pengembangan teknologi perbankan sangat cepat

5.2 Manajemen Strategik Bank
Strategi adalah cara untuk mencapai tujuan, sasaran organisasi serta
mendapatkan dan mempertahankan competitive advantage yang dijabarkan ke dalam
kebijakan-kebijakan dan program-program. Strategi adalah merupakan faktor
terpenting dalam proses perencanaan stratejik, sebab strategi merupakan suatu
rencana yang menyeluruh dan terpadu mengenai upaya mewujudkan tujuan dan
sasaran dengan memperhatikan ketersediaan sumber daya organisasi dan keadaan
lingkungan yang dihadapi.
[BANK VICTORIA INTERNATIONAL TBK] 23





Dengan adanya strategi, diharapkan Victoria dapat memiliki pertumbuhan
usaha yang berkelanjutan (Sustainable growth). Pada tahun 2014, Victoria memiliki
target yang dilakukan untuk memelihara pertumbuhan dan kinerja usaha yang positif.
Beberapa target yang dilakukan oleh Vicoria, adalah:
1. Jaringan Kantor
Membuka cabang baru di beberapa kota yang potensial dan mengoptimalkan
jaringan Kantor Cabang/Kantor Cabang Pembantu/Kantor Kas yang ada saat ini,
serta merelokasi Kantor Cabang Pembantu dan beberapa Kantor Kas yang saat ini
dinilai tidak produktif ataupun tidak sesuai dengan target pasar yang sudah
dicanangkan oleh Bank.
2. Pengembangan Produk dan Aktivitas Kredit Baru
Untuk menjangkau lebih banyak nasabah dan menjaga loyalitas dari segmentasi
yang menjadi target Bank, maka direncanakan selama tahun 2014 akan
diluncurkan produk dan aktivitas baru, yaitu Consumer Lending, Penerbitan
Medium Term Notes (MTN), Bancassurance, Reksadana, beberapa produk
Wealth Management, Mobile Banking, Internet Banking, White Labelling ATM,
dan Delivery Channel.
3. Pengembangan Segmentasi Kredit Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)
a. Mencapai rasio UMKM terhadap total kredit sebesar 16,3% atau lebih
tinggi dari yang ditetapkan regulator di 2014.
b. Meninjau kembali 35 cabang yang terfokus pada Small Medium Enterprise
(SME) yang tidak aktif pada 2013 dan diganti dengan usulan cabang baru
untuk fokus SME pada 2014.
c. Melakukan rekrutmen Account Officer senior yang akan ditempatkan di
masing-masing Area I, II, III untuk percepatan pipeline dan monitoring
kualitas kredit
d. Meninjau kembali kebijakan produk SME, baik kebijakan SME organik
maupun SME non organik.
e. Disiplin terhadap Service Level Agreement (SLA) yang telah ditetapkan dan
mengikuti proses kredit sesuai dengan kriteria yang ditetapkan.
4. Meningkatkan Penerimaan Fee Based Income
Meningkatkan perolehan pendapatan operasional dengan meningkatkan
penerimaan fee base income, terutama melalui produk dan aktivitas baru dan
24 [BANK VICTORIA INTERNATIONAL TBK]





pelayanan kepada nasabah.
5. Memperbaiki Komposisi Dana Pihak Ketiga dan Menerapkan Hukum Pareto
Rules
a. Memperbaiki struktur dana pihak ketiga dengan meningkatkan porsi
tabungan, giro, dan deposito ritel, serta menurunkan deposito institusi.
b. Meningkatkan deposito perorangan dengan harapan dapat menurunkan
risiko konsentrasi pada deposan institusi untuk mengurangi ketergantungan
kepada sejumlah kecil deposan institusi dengan porsi saldo yang dominan
besar dan menggantikannya dengan deposan ritel dengan porsi saldo yang
tidak terlalu besar.
c. Menggeser konsentrasi deposito cabang-cabang agar cabang memiliki
komposisi pareto 20/80 (20% dari total jumlah nasabah mendominasi
maksimum 80% dari portofolio dana pihak ketiga).
d. Kebijakan yang sejalan dengan target pola pelaksanaan penjaminan oleh
Lembaga Penjaminan Simpanan (LPS) yang secara bertahap mengurangi
jumlah simpanan yang dijamin.
6. Upgrade Sistem IT Untuk Mendukung Proses Operasional yang Efektif dan
Efisien
Setelah mempelajari kajian sistem IT yang dilakukan di 2013, maka manajemen
memutuskan mengambil opsi untuk upgrade Core Banking System ke versi yang
lebih tinggi, Upgrade Switching, memodifikasi aplikasi Core Banking, dan
mengembangkan aplikasi non Core Banking untuk mendukung ekspansi bisnis
guna meningkatkan daya saing, khususnya pada produk konsumer. Dengan
demikian, Bank dapat memberikan tingkat layanan yang dapat diharapkan dengan
operasi yang efektif dan efisien.
Untuk mencapai target di atas, Victoria melakukan dan menetapkan strategi
pengembangan bisnis, yaitu:
1. Strategi Pengembangan Penghimpunan Dana Pihak Ketiga
Strategi penghimpunan dana pihak ketiga masih akan melanjutkan strategi
yang telah diterapkan yaitu deposit and relationship bank yang attractive
& appealing bagi segmentasi target market mass affluent dan affluent.
Adapun beberapa key element strategy yang akan diterapkan adalah sebagai
berikut.
[BANK VICTORIA INTERNATIONAL TBK] 25





a) Strategi Pengembangan Produk
Memperbaiki dan menerbitkan produk-produk bundling, baik
dengan tabungan maupun produk-produk Wealth Management
(fee based) berdasarkan segmentasi;
Mempersiapkan mobile and internet banking untuk menarik
nasabah yang lebih luas dalam rangka peningkatan tabungan
dan peningkatan layanan transaksi perbankan;
Secara berkala, mengeluarkan program-program pemasaran
yang menarik nasabah, baik nasabah baru maupun
meningkatkan total relationship portfolio dari nasabah yang
ada
Streamlineproduktabunganyangadasaatini.
b) Strategi Pemasaran
Melakukan segmentasi nasabah menjadi segmen emerging
affluent dan segmen VIP Banking;
Merancang customer value proposition melalui VIP Banking
dengan memberikan pelayanan yang eksklusif dan istimewa
kepada nasabah VIP Banking;
Melakukan aktivitas up selling kepada nasabah yang belum
masuk kategori nasabah VIP Banking;
Melakukan perbaikan dan standardisasi branding, marketing
collaterals, serta semua customer collaterals terkait produk
funding;
Mengeluarkan dan menawarkan program-program akuisisi
(New to Bank) secara agresif, program referral, maupun
program top-up;
Menonjolkan fitur-fitur keunggulan produk kepada nasabah;
Meningkatkan kegiatan promosi, baik above maupun below the
line.
c) Strategi Penjualan
Menempatkan tim Personal Banker dan Relationship Manager di
cabang cluster;
Memberikan pelatihan kepada seluruh Pimpinan Cabang untuk
26 [BANK VICTORIA INTERNATIONAL TBK]





meningkatkan pengetahuan Consumer Banking Business dan
Wealth Management Business;
Memulai program Relationship Manager Development Program
untuk mencari talenta baru yang potensial (talent pool);
Pelaksanaan community program secara berkelanjutan yang
dilaksanakan pada level area dan cluster.
2. Strategi Pembiayaan Kredit
Secara umum, strategi pembiayaan kredit yang akan diterapkan oleh Bank
Victoria adalah menjadi relationship bank dengan pelayanan personal, serta
mempunyai deeper and multiple relationship dengan para nasabah,
khususnya di segmentasi target market small dan mid-size commercial.
Adapun beberapa key element strategy yang akan diterapkan oleh Bank
Victoria adalah sebagai berikut:
a. Meningkatkan Portofolio Kredit
Meningkatkan portofolio kredit, khususnya kepada segmentasi dan
customer target market melalui:
o Memanfaatkan jaringan nasabah untuk melakukan referral
calon debitur berpotensi;
o Mendayagunakan supply and value chain opportunity untuk
cross-selling;
o Mendorong peningkatan utilisasi kredit dan mengkaji potensi
peningkatan limit kredit;
o Melakukan pengembangan pasar pada pasar primer dan pasar
sekunder secara selektif;
o Melakukan tinjauan kembali dan desain ulang produk-
produk yang sesuai dengan kebutuhan pasar.
b. Meningkatkan Produktivitas Sales Force
Meningkatkan kapasitas dan produktivitas jaringan kantor, baik yang
berada di kantor yang dimiliki Bank Victoria maupun divisi yang
berada di kantor pusat, untuk mengakuisisi nasabah baru dan
memperdalam hubungan dengan nasabah yang ada melalui:
- Menambah jumlah sales people (Account Officer) dan
meningkatkan kompetensi kredit para Branch Manager dan
[BANK VICTORIA INTERNATIONAL TBK] 27





Account Officer.
- Memfokuskan pertumbuhan bisnis kredit di 30 sampai
dengan 50 kantor yang dimiliki Bank Victoria yang
mempunyai potensi besar untuk penetrasi ke target market
yang disepakati.
c. Mempercepat Proses Kredit
Senantiasa meninjau kembali pelayanan proses kredit yang cepat agar
Bank Victoria menjadi lebih kompetitif (SLA sejajar dengan bank-
bank pesaing), diantaranya dengan menyempurnakan peran Divisi
Analisa Kredit yang independen dan fokus dalam proses analisa kredit.
3. Jaringan Distribusi
Secara umum, strategi jaringan distribusi yang akan diterapkan oleh Bank
Victoria adalah menjadikan branch network sebagai sales engine yang
produktif, serta menciptakan perceived strong presence di mata nasabah.
Adapun beberapa key element strategy yang akan diterapkan oleh Bank
Victoria adalah sebagai berikut:
a. Mengefektifkan Pengelolaan Cabang Mengoptimalkan potensi dari
99 kantor operasional Bank Victoria yang ada melalui pengelolaan
kantor yang lebih efektif sesuai mekanisme area dan cluster.
b. Memperkuat Sales Practice Memperkuat sales practice di cabang
melalui penambahan jumlah sales force yang didukung sales process
yang disiplin dan mekanisme penghargaan yang adil.
c. Meningkatkan Perceived Strong Presence Meningkatkan perceived
strong presence di target customer area melalui jumlah kantor-kantor
Bank Victoria yang memadai di lokasi yang memungkinkan, serta
penampilan fisik yang konsisten dan menarik. Pada tahun 2014,
direncanakan Bank Victoria akan melakukan white labelling ATM
dengan harapan mampu meningkatkan brand image Bank Victoria
dalam mendukung strategi pemasaran dan produk.
4. Aspek Operasional dan Teknologi
Secara umum, strategi terkait dengan aspek operasional dan teknologi yang
akan diterapkan oleh Bank adalah menyediakan layanan perbankan yang baik,
nyaman dan cepat untuk mendukung strategi relationship bank, serta terus
28 [BANK VICTORIA INTERNATIONAL TBK]





meningkatkan produktivitas dan efisiensi operasional perbankan. Adapun
beberapa key element strategy yang akan diterapkan oleh Bank Victoria adalah
sebagai berikut.:
a. Meningkatkan Produktivitas dan Efisiensi Operasional
Meningkatkan produktivitas dan efisiensi operasional Bank Victoria di
seluruh kantor.
b. Meningkatkan Customer Experience
Melanjutkan upaya peningkatan customer experience di seluruh
cabang.
c. Meningkatkan Proses Kredit
Melanjutkan upaya peningkatan proses kredit melalui pengelolaan
proses legal dan admin kredit (SLA).
d. Meningkatkan Kemampuan dan Kapasitas IT
Meningkatkan kemampuan dan kapasitas teknologi untuk mendukung
kegiatan bisnis dan operasional.
e. Meningkatkan dan Menjaga Kualitas Data/Informasi Keuangan
Melanjutkan upaya peningkatan kualitas data-data/informasi keuangan
melalui proses otomasi komputer dan dual control.
Selain memenuhi target diatas, Victoria juga memiliki visi dan misi yang perlu
direalisasikan. Beberapa langkah-langkah Strategis yang dilakukan Bank Victoria
dalam mencapai Visi dan Misi adalah:
a. Optimalisasi Kantor Cabang dan mendisiplinkan pelaksanaan Sales Process
dari seluruh Kantor Cabang.
b. Memperkuat brand image dari Bank Victoria serta aktif dalam
pengembangan produk dan strategi marketing.
c. Menerapkan organisasi yang efektif untuk mendukung peningkatan
produktivitas.
d. Memperkuat aspek operasional, administrasi kredit serta kapasitas dari IT
system.
e. Memperkuat penerapan dan pengelolaan Manajemen Risiko di seluruh aspek
operasional dan bisnis Bank.
Dari strategi-strategi di atas yang dilakukan oleh victoria bertujuan untuk
mempertahankan competitive advantage. Ada dua competitive advantage yang
[BANK VICTORIA INTERNATIONAL TBK] 29





diberikan Victoria yaitu menjadi relationship bank yang mempunyai hubungan yang
baik, lebih dalam, lebih lama dan lebih banyak (deeper, longer and multiple
relationship) dengan para nasabah baik dari sisi kebutuhan penyediaan jasa dan
produk terkait dengan pendanaan (funding) maupun pembiayaan (lending) dan
memberikan solusi pelayanan jasa dan produk perbankan kepada para nasabahnya
(same products, same price, same service, same policies) di seluruh cabang yang ada
dengan cara pendekatan one bank. Kedua competitive advantage di atas dilakukan
karena memberikan value propotion kepada konsumen serta sebagai perbedaan
dengan para kompetitornya.

Anda mungkin juga menyukai