Anda di halaman 1dari 64

ANALISA LAPORAN

KEUANGAN BANK
BUKOPIN TAHUN
2016 - 2019
KELOMPOK 3 :
• Dimas Hasan SQ - 123011801015
• Elysia Angelina S - 123012001036
• Lenny Efendy - 123012001056
Analisis Horizontal
Analisis horizontal adalah analisis persentase naik atau turun yang ada di dalam pos-pos
akun laporan keuangan komparatif. Dari analisis horizontal dapat diketahui jumlah setiap
pos laporan tahun terakhir bila dikomparasikan dengan pos pada laporan keuangan
sebelumnya.
Setiap jumlah kenaikan atau penurunan per pos akan dicantumkan, termasuk persentase
kenaikan dan penurunannya. Dapat disimpulkan, bila analisa horizontal adalah analisis
untuk membandingkan dua laporan, yakni laporan keuangan tahun sekarang dan laporan
keuangan sebelumnya. Analisis horizontal bisa membandingkan tiga atau lebih periode
laporan keuangan komparasi.
Metode untuk mengimplementasikan analisis horizontal laporan keuangan:
1. Membandingkan dua periode laporan keuangan.
2. Menentukan jumlah kenaikan dan penurunan setiap akun.
3. Menentukan persentase kenaikan dan penurunan dari tahun ke tahun.
4. Melakukan analisis.
Analisis Vertikal
Analisis vertikal adalah analisa yang dilaksanakan dengan cara
membandingkan hubungan tiap unsur laporan keuangan dengan total akun
dalam laporan keuangan tunggal.
Analisis vertikal laporan neraca keuangan, setiap pos aset akan dibandingkan
dengan persentase aset total. Setiap akun-akun dalam kewajiban dan ekuitas,
akan dibandingkan dengan total kewajiban dan ekuitas. Sementara, pada
laporan laba-rugi komprehensif, setiap akun-akun dalam laporan laba-rugi
dibandingkan dengan penjualan bersih.
Nilai dari Persentase Aset Total, Total Kewajiban, dan Ekuitas masing-masing
penjualan bersihnya adalah 100%. Kemudian, akun-akun tersebut akan jadi
pembanding utama analisis vertikal untuk mendapatkan nilai persentase
masing-masing akun.
Analisis Rasio
Analisis Rasio merupakan suatu alat analisis yang digunakan oleh perusahaan untuk
menilai kinerja keuangan berdasarkan data perbandingan masing-masing pos yang
terdapat di laporan keuangan seperti Laporan Neraca, Rugi / Laba, dan Arus Kas dalam
periode tertentu. Analisis Ratio terdiri dari Likuiditas, Profitabilitas, Perputaran
persediaan, Aktivitas, dan Investasi

Tujuan dari adanya Analisis Rasio dalam sebuah perusahaan:


● Sebagai alat barometer untuk melakukan forecasting atau memproyeksikan posisi
keuangan dimasa yang akan datang.
● Mereview kondisi perusahaan saat ini, permasalahan dalam manajemen, operasional
maupun, keuangan.
● Alat ukur untuk melakukan efisiensi di semua departemen perusahaan
Analisis Industri
Analisis industri merupakan tahap penting yang perlu dilakukan investor baik untuk
meminimalkan risiko maupun untuk mengidentifikasi industri yang mempunyai prospek
yang menguntungkan.
Analisis industri perlu diikuti analisis perusahaan agar investor dapat menentukan saham
perusahaan mana saja dalam suatu kelompok industri yang mempunyai kombinasi return-
risiko yang terbaik.
Penelitian Analisis Industri
Beberapa penelitian yang terkait dengan analisis industri menghasilkan kesimpulan:
● Industri yang berbeda mempunyai tingkat return yang berbeda pula.
● Tingkat return masing-masing industri berbeda di setiap tahunnya.
● Tingkat return perusahaan-perusahaan di suatu industri yang sama, terlihat cukup
beragam.
● Tingkat risiko berbagai industri juga beragam.
● Tingkat risiko suatu industri relatif stabil sepanjang waktu.
Analisis Metode CAMEL
Analisis CAMEL pada prinsipnya merupakan suatu metode analisis rasio-rasio keuangan
untuk mengukur kondisi keuangan suatu lembaga atau perusahaan perbankan.
Sama halnya dengan perusahaan pada umumnya, analisis rasio keuangan dengan metode
CAMEL juga menginformasikan hubungan antar-akun dari laporan keuangan yang
mencerminkan kinerja keuangan dan hasil operasional perusahaan perbankan terkait.
Analisis CAMEL dilakukan dengan menggunakan data primer yang bersumber dari
laporan keuangan yang telah melalui proses audit.
Meski sama-sama mengukur rasio keuangan perusahaan, namun analisisCAMEL yang
dikhususkan untuk perusahaan perbankan lebih menitikberatkan pada aspek Capital
(modal), Asset quality (kualitas aktiva), Management (manajemen), Earning
(pendapatan), dan Liquidity (likuiditas).
Aspek dalam analisis CAMEL
1. Capital (Modal)
CAR = (Modal/ATMR) x 100%

2. Asset quality (Kualitas aktiva)


Rasio KAP = (aktiva produktif yang diklasifikasikan/total aktiva produktif) x 100%.

3. Management (Manajemen)
NPM = (laba bersih/pendapatan operasional) x 100%

4. Earning (Pendapatan)
ROA = (laba bersih/total aktiva) x 100%

5. Liquidity (Likuiditas)
LDR = {(total utang)/total deposit + ekuitas} x 100%
Bank Bukopin (Profil)
PT Bank Bukopin Tbk didirikan pada tanggal 10 Juli 1970 dengan nama Bank Umum Koperasi
Indonesia (BUKOPIN) berdasarkan Surat Keputusan Direktorat Jenderal Koperasi No.
13/Dirjen/Kop/70 dan telah didaftarkan dalam Daftar Umum Direktorat Jenderal Koperasi dengan No.
8251 pada tanggal 10 Juli 1970.
Sejak awal pendiriannnya, Bank Bukopin memfokuskan diri pada segmen UMKM (Usaha Mikro
Kecil dan Menengah), saat ini telah tumbuh dan berkembang menjadi bank yang masuk ke kelompok
bank menengah di Indonesia dari segi aset. Seiring dengan terbukanya kesempatan dan peningkatan
kemampuan melayani kebutuhan masyarakat yang lebih luas, Bank Bukopin telah mengembangkan
usahanya ke segmen Ritel dan Konsumer sejak tanggal 16 Maret 1971. Bisnis Ritel Bank Bukopin
berkembang seiring dengan bisnis komersial sebagai penyeimbang, dengan berbagai produk dan
layanan jasa yang ditawarkan sebagaimana Anggaran Dasar terakhir.
Sejarah perkembangan Bank Bukopin
1970 = Bank Umum Koperasi Indonesia (Bukopin) didirikan dengan badan hukum koperasi.
1989 = Perubahan nama Bukopin menjadi Bank Bukopin dan Menerbitkan Obligasi pertama kali.
1993 = Perubahan status badan hukum menjadi Perseroan Terbatas dengan nama PT Bank Bukopin.
2006 = Menjadi perusahaan terbuka melalui IPO (Initial Public Offering). Akuisisi saham PT Bank Syariah Bukopin
(sebelumnya PT Bank Persyarikatan Indonesia) sebesar 24,73%. dan Akuisisi saham PT Bukopin Finance
(sebelumnya PT Indo Trans Buana Multifinance).
2008 = Akuisisi saham PT Bank Syariah Bukopin menjadi 65,44%.
2010 = Pertama kali diluncurkan dan disosialisasikan budaya PRIDE (Profesionalism, Respect Other, Integrity,
Dedicated to Customer, dan Exellence)
di internal Perseroan.
2015 = PT Bosowa Corporindo menjadi pemegang saham pengendali. 23,4%
2017 = Menginisiasi pendirian BNV Labs sebagai inkubator startup di bidang fintechdan Meluncurkan tabungan digital
Wokee untuk memperkuat
bisnis Perseroan pada segmen perbankan digital.
2019 = Peluncuran Visi-Misi dan Budaya Perusahaan baru yaitu I CAN (Integrity, Competent. Care, Accountable,
Never Give Up), Peluncuran layanan
Virtual Interactive Online Assistantatau VIOLA.
INFORMASI PEMEGANG SAHAM
Komposisi Pemegang Saham per 31 Des 2019

Jumlah
Pemegang saham %
Saham
PT Bosowa Corporindo 2,725,986,130 23.40%
KB Kookmin Bank
2,563,000,000 21.90%
(Asing)
Negara Republik
1,038,968,631 8.90%
Indonesia
Kopelindo 612,727,934 5.30%
Publik/Masyarakat/Asing 4,359,317,305 40.50%
100.00
Total 11,300,000,000
 Market capital Bukopin per 31 Des 2020 adalah Rp1,119 Trilliun %
 Pada bulan Juli 2006, Bank melakukan Penawaran Umum Saham Perdana sejumlah 843.765.500
 Harga Jual Pada saat Pembukaan Perdana adalah Rp.350/Lembar saham
INOVASI BISNIS

LAYANAN LAYANAN FLEXY DIGITAL ASISTEN DIGITAL


FLEXY GAS HEALTH LOUNGE “VIOLA”
Kegiatan Bank Bukopin
 Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa giro, deposito berjangka, sertifikat deposito,
tabungan dan/atau bentuk lainnya.
 Memberikan Kredit
 Menerbitkan surat pengakuan utang
 Melakukan kegiatan dalam valuta asing dengan memenuhi ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.
 Melakukan kegiatan pernyataan modal pada Bank atau perusahaan lain di bidang keuangan, seperti sewa guna
usaha, modal ventura, perusahaan efek, asuransi, serta lembaga kliring penyelesaian dan penyimpanan, dengan
memenuhi ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia
 dll

Annual Report Bank Bukopin


Produk Bukopin

RITEL UMKM &


KREDIT KONSUMER KREDIT KOMERSIL
KONSUMER

FEE BASED INCOME JASA TRADE FINANCE BANK GARANSI


Kantor Cabang

Kantor
Kantor Cabang Kantor Kas :
Cabang : 43 Pembantu : 156
176
PENURUNAN KINERJA BANK BUKOPIN
Penjelasan
Bukopin berhasil membukukan pertumbuhan kredit (KYD) sebesar 4,67% dengan komposisi kredit Ritel tumbuh 6,9%
secara yoy. Komposisi kredit segmen ritel Bank Bukopin terus meningkat, hal ini menunjukkan bahwa Bank memiliki
value added di mata nasabah Ritel di Indonesia. Selaras dengan pertumbuhan kredit, pertumbuhan Dana Pihak Ketiga
(DPK) Bank Bukopin juga menunjukkan trend yang positif, yakni tumbuh 6,12% secara yoy tahun 2019. Sejalan
dengan hal tersebut, pertumbuhan DPK segmen Ritel meningkat 5,0% secara yoy yang didominasi oleh peningkatan
pada produk CASA
Sepanjang tahun 2019, Bank Bukopin mampu mengelola likuiditas yang sehat di tengah kondisi pengetatan likuiditas
perbankan nasional serta kondisi ekonomi yang penuh tantangan. Posisi Loan to Deposit Ratio (LDR) Bank Bukopin
tahun 2019 berada pada tingkat yang optimal. Kondisi likuiditas Bank Bukopin jauh lebih baik dibandingkan posisi
LDR industri perbankan terus menunjukkan trend pengetatan, di mana pada akhir Desember 2019 posisi LDR Industri
sebesar 94,4% dan BUKU III sebesar 103,7%.
Di tengah kondisi ekonomi yang penuh tantangan selama tahun 2019, Bank Bukopin berhasil meraih laba bersih Rp217
miliar atau tumbuh 14,10% dibandingkan kinerja 2018. Pencapaian tersebut antara lain bersumber dari pendapatan
bunga dan syariah serta pendapatan operasional lainnya (fee based income). Tahun 2019 Bank fokus untuk
mengembangkan produk fee based income, salah satunya melalui produk yang antara lain bersumber dari produk Flexy,
Invoice Financing, dan Trade Finance yang fee based income-nya tercatat tumbuh signifikan sebesar 181,24% di tahun
2019.
KASUS BANK BUKOPIN
(Bosowa Gugat OJK Rp 20 Triliun di PN Jakarta Pusat atas Kasus Bank Bukopin (BBKP))

Perseteruan PT Bosowa Corporindo dengan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) tidak hanya berlangsung di Pengadilan Tata
Usaha Negara (PTUN) saja. Bosowa juga menggugat OJK di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat.
Erwin Aksa, Komisaris Utama PT Bosowa Corporindo menyatakan, terdapat gugatan terhadap OJK berserta KB
Kookmin Bank terkait sengkarut kepemilikan saham di PT Bank Bukopin Tbk (BBKP). Erwin menyatakan gugatan
pihaknya kepada OJK bernilai hingga Rp 20 triliun. Bosowa merupakan perusahaan investasi. Bosowa masuk ke
Bukopin sejak tahun 2013, itu juga bagian dari investasi. Namun, tegas Erwin, pihaknya tidak ingin meninggalkan
sektor perbankan dengan membawa kerugian investasi. "Kami dulu masuk di harga Rp 1.000-an. Sekarang kan
harganya Rp 100-Rp 200 per saham. Erwin menambahkan, pihaknya menggugat karena banyak dokumen, fakta
menunjukkan OJK telah melakukan perbuatan melawan hukum, yakni inkonsistensi dalam mengeluarkan kebijakan.
Dia mencontohkan kasus kepemilikan KB Kookmin Bank di Bank Bukopin. "Kookmin kan sudah di blacklist, lalu
diserahkan ke Bank BRI, tapi dihidupkan lagi. Terjadi inkonsistensi dan ketidakadilan. OJK seharusnya bertindak
sebagai regulator, pengawas, penyidik. Kok tiga fungsi itu tidak berfungsi.
KASUS BANK BUKOPIN
(Bosowa Gugat OJK Rp 20 Triliun di PN Jakarta Pusat atas Kasus Bank Bukopin (BBKP))

Menang di PTUN
Bosowa Corporindo sedang berada di atas angin. Bosowa memenangkan perkara di Pengadilan Tata Usaha Negara
(PTUN) DKI Jakarta, Senin (18/1). Dalam putusannya, PTUN membatalkan Keputusan Dewan Komisioner OJK
64/KDK.03/2020 tentang hasil penilaian kembali Bosowa Corporindo selaku pemegang saham pengendali PT Bank
Bukopin Tbk (BBKP) tanggal 24 Agustus 2020 silam.
Majelis Hakim PTUN mewajibkan OJK untuk mencabut surat keputusan tersebut. Dus, menghukum OJK (tergugat I)
dan Bank Bukopin (tergugat intervensi) untuk membayar seluruh biaya perkara senilai Rp 416.000. Terhadap putusan
PTUN itu, Erwin memilih untuk tidak banyak berkomentar
Sekedar mengingatkan sebelumnya Bank Bukopin lewat Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB)
memutuskan untuk melakukan aksi korporasi melalui skema Penambahan Modal Tanpa Hak Memesan Efek Terlebih
Dahulu (PMTHMETD) atau private placement. Aksi tersebut digelar pada Selasa, 25 Agustus 2020 silam.
Dalam rapat tersebut, pemilik saham 23% di Bank Bukopin yakni PT Bosowa Corporindo memilih untuk meninggalkan
rapat alias walkout. Hal tersebut dilakukan Bosowa, lantaran adanya Surat Keputusan Dewan Komisioner OJK No.
64/KDK.03/2020 tentang hasil penilaian kembali Bosowa selaku pemegang saham pengendali. Lewat surat keputusan
itu, OJK menyatakan Bosowa telah melakukan pelanggaran.
Oleh karena itu, OJK memvonis Bosowa tidak memiliki hak suara lagi dalam RUPS tersebut. OJK melakukan hal ini
karena menilai Bosowa tidak melaksanakan perintah OJK.
KASUS BANK BUKOPIN
(Bosowa Gugat OJK Rp 20 Triliun di PN Jakarta Pusat atas Kasus Bank Bukopin (BBKP))

Perintah OJK tersebut tertuang dalam Surat Perintah Tertulis OJK No.SR-17/D.03/2020 tanggal 10 Juni 2020 dan Surat
Perintah No. SR-28/D.03/2020 tanggal 9 Juli, terkait Pemberian Kuasa Khusus kepada tim technical assistance dari PT
Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI).
Karena tidak melaksanakan surat perintah tersebut, OJK menetapkan Bosowa tidak lulus sebagai pemegang saham
pengendali. Alhasil, dalam RUPSLB tersebut, Bosowa kehilangan hak suara sekaligus kuorum. Tidak puas dengan
keputusan OJK, Bosowa pun membawa persoalan ini ke pengadilan. 
Pada tanggal 27 agustus 2020, Bosowa mengajukan gugatan terhadap OJK ke Pengadilan Tata Usaha negara (PTUN)
dengan nomor perkara 163/G/2020/PTUN.JKT. Menurut Rudyantho, Direktur Utama PT Bosowa Corporindo, pihaknya
sangat menyesalkan keputusan OJK karena ada sejumlah poin yang dinilainya tidak sesuai prosedur.
Pertama, surat bahwa Bosowa dinyatakan Tidak Lulus penilaian itu baru diterima pada saat RUPSLB berlangsung.
Padahal seharusnya, kalau memang Bosowa dinilai tidak lulus, pemberitahuannya bisa dilakukan jauh hari, sehingga
Bosowa bisa melayangkan pembelaan. 
"Hal ini sangat disesalkan karena tidak sesuai dengan tata cara POJK. Karena surat itu muncul pagi hari dan kami
posisinya sudah hadir di RUPSLB. Baru saat berlangsung rapat, notaris membacakan laporan bahwa Bosowa tidak
punya hak kuorum dan suara sesuai dengan keputusan OJK," kata Rudyantho, di Jakarta, Kamis (27/8).
- Kantor Publik Purwantono, Sungkoro dan Surja (Firma anggota Ernst dan
Young Global Limited) dan mendapat opini Wajar Dalam Semua Hal yang
Material

- PT Bank Bukopin Tbk merevisi laporan keuangan tiga tahun terakhir, yaitu
2015, 2016, dan 2017.
Aset
● Pada tahun 2018, total aset Perseroan tercatat sebesar 95,64 triliun lebih rendah 10,15% atau sebesar Rp10,79
triliun dibandingkan tahun 2017 yang tercatat sebesar Rp106,44 triliun.

Laporan posisi keuangan (Disajikan 2016_


dalam jutaan Rp) 2019 2018 2017 RESTATE 2016

Jumlah aset 100.264.248 95.643.923 106.442.999 102.778.070 105.406.002

PERUBAHAN 4.620.325 -10.799.076 3.664.929 - 2.627.932 11.039.500

% 4,8% -10% 3,5% 8,9% 11,7%


Total aset Perseroan pada tahun 2019 tercatat
sebesar Rp100,26 triliun meningkat 4,83%
atau sebesar Rp4,62 triliun dibandingkan
tahun 2018 yang tercatat sebesar Rp95,64
triliun.
Peningkatan total aset tersebut khususnya
berasal dari peningkatan kredit yang
diberikan dan pembiayaan/piutang Syariah-
neto sebesar Rp3,47 triliun atau meningkat
5,39% menjadi Rp67,84 triliun di tahun 2019.
Peningkatan surat berharga neto sebesar
15,65% menjadi Rp9,07 triliun serta
peningkatan aset lain-lain neto sebesar
Rp2,40 triliun atau 34,73% menjadi Rp9,31
triliun di tahun 2019 yang terutama berasal
dari peningkatan atas pembiayaan transaksi
perdagangan produk flexy dan invoice
financing.
Peningkatan aset Perseroan juga didukung
oleh peningkatan simpanan nasabah sebesar
6,12% atau Rp4,66 triliun menjadi Rp80,81
triliun.
Pada tahun 2018, total aset Perseroan tercatat
sebesar 95,64 triliun lebih rendah 10,15% atau
sebesar Rp10,79 triliun dibandingkan tahun 2017
yang tercatat sebesar Rp106,44 triliun.

Penurunan total aset tersebut khususnya berasal dari


:

Kredit yang diberikan dan pembiayaan/piutang


Syariah sebesar Rp6,11 triliun

Penempatan pada Bank Indonesia sebesar Rp3,21


triliun

Bank lain serta surat berharga Rp2,23 triliun.


Laporan posisi keuangan
Liabilitas dan Ekuitas (Disajikan dalam jutaan 2019 2018 2017
2016_
2016
RESTATE
Rp)
Pada tahun 2018, total Liabilitas Perseroan sebesar Rp87,05
triliun mengalami penurunan sebesar 12,67% atau sebesar Jumlah liabilitas 91.358.763 87.049.486 99.684.047 95.868.070 95.868.070
Rp12,64 triliun dari tahun 2017 yang tercatat sebesar -
Rp99,68 triliun. Penurunan total Liabilitas khususnya berasal PERUBAHAN
4.309.277 12.634.561 3.815.977 9.036.747 9.036.747
dari penurunan simpanan nasabah.
% 4,95% -12,67% 3,98% 110,41% 110,41%
Pada tahun 2016, total Liabilitas Perseroan meningkat
           
Rp9.037 miliar atau sebesar 10,41% dari Rp86.831
miliar pada tahun 2015 menjadi Rp95.868 miliar di
           
tahun 2016. Peningkatan total Liabilitas khususnya
berasal dari pertumbuhan simpanan nasabah.
Laporan posisi keuangan
2016_
(Disajikan dalam jutaan 2019 2018 2017 2016
RESTATE
Rp)
Pada tahun 2018, total ekuitas Perseroan meningkat Rp1,84
triliun atau sebesar 27,16% dari Rp6,76 triliun pada tahun Jumlah ekuitas 8.905.485 8.594.437 6.758.952 6.910.000 9.537.932
2017 menjadi Rp8,59 triliun di tahun 2018. Peningkatan total
ekuitas terutama berasal dari tambahan modal disetor - -
Penawaran Umum Terbatas IV (right issue) pada bulan Juli PERUBAHAN
311.048 1.835.485 151.048 625.179 2.002.753
2018.
% 3,62% 27,16% -2,19% 91,70% 126,58%
Total Liabilitas sebesar Rp91,36 triliun meningkat
sebesar 4,95% atau sebesar Rp4,31 triliun dari
tahun 2018, disebabkan oleh peningkatan simpanan
nasabah sebesar Rp4,66 triliun atau 6,12% menjadi
Rp80,81 triliun.

Total Ekuitas pada tahun 2019 meningkat Rp311


miliar atau sebesar 3,62% dari Rp8,59 triliun pada
tahun 2018 menjadi Rp8,91 triliun di tahun 2019.
Peningkatan total ekuitas terutama berasal dari
peningkatan saldo laba sebesar 8,69% atau Rp256
miliar dari Rp2,95 triliun menjadi Rp3,20 triliun di
akhir tahun 2019 dan peningkatan dari pos
Keuntungan/(kerugian) yang belum direalisasi atas
surat-surat berharga dalam kelompok tersedia untuk
dijual dan nilai wajar melalui penghasilan
komprehensif lainsetelah pajak tangguhan sebesar
130,92% atau sebesar Rp55 miliar.
Liabilitas
Penurunan 2018 sebesar 12% terbesar berasal dari simpanan
nasabah sebesar Rp12,44 T atau sebesar 14,04% dari tahun
2017. Pada tahun 2016, total Liabilitas Perseroan meningkat
Rp9.037 miliar atau sebesar 10,41% dari Rp86.831 miliar
pada tahun 2015 menjadi Rp95.868 miliar di tahun 2016.
Peningkatan total Liabilitas khususnya berasal dari
pertumbuhan simpanan nasabah.

ekuitas
Pada tahun 2018, Peningkatan total ekuitas terutama berasal
dari tambahan modal disetor sebesar Rp1,20 triliun atau
69,60% seiring dengan suksesnya pelaksanaan Penawaran
Umum Terbatas IV (right issue) pada bulan Juli 2018 dan
peningkatan selisih penilaian aset tetap sebesar Rp207 miliar
atau 17,85% dari tahun 2017
serta peningkatan saldo laba.

Pada tahun 2016, total ekuitas Perseroan meningkat Rp2


triliun atau sebesar 26,58% dari Rp7.54 triliun pada tahun
2015 menjadi Rp9,54 triliun di tahun 2016.
Peningkatan total ekuitas terutama berasal dari adanya
revaluasi aset tanah sebesar Rp1,16 triliun di 2016 dan
perolehan laba selama tahun 2016.
Laba/Rugi
Penghasilan (Rugi) Komprehensif
Perseroan mencatat keuntungan komprehensif lain neto yang mencapai Rp1,20 triliun
di 2016 dan kerugian komprehensif lain-neto tahun 2015 sebesar Rp17 miliar. Peningkatan penghasilan komprehensif sebesar Rp1,22
triliun atau sebesar 7032,62% berasal dari keuntungan revaluasi aset tetap sebesar Rp1,16 triliun di 2016.
Tahun 2019 mengalami penurunan sebesar Rp68 miliar dari Rp204 miliar di 2018. Penurunan tersebut berasal dari penurunan laba
operasional dan pendapatan non operasional Perseroan. Laba operasional tahun 2019 sebesar Rp96 Miliar menurun Rp49 miliar atau
33,95% dari Rp145 miliar di 2018. Penurunan ini disebabkan penurunan pendapatan bunga dan syariah-neto sebesar Rp579 miliar
atau 22,31% serta peningkatan biaya operasional lainnya sebesar Rp42 miliar atau 1,52%, di sisi lain terdapat perbaikan pada pos
penyisihan kerugian penurunan nilai atas aset keuangan-neto, di mana tahun 2019membukukan pendapatan sebesar Rp102 miliar dari
sebelumnya pada tahun 2018 membukukan beban sebesar Rp467 miliar, hal ini sejalan dengan langkah perbaikan kualitas
kreditselama tahun 2019.

Laporan posisi keuangan 2016_


2019 2018 2017 2016
(Disajikan dalam jutaan Rp) RESTATE
laba rugi komprehensif 311.048 379.087 174.934 1.376.735 2.290.880

PERUBAHAN - 68.039 204.153 - 1.201.801 429.741 1.343.886


% -17,95% 116,70% -87,29% 145,38% 241,91%
1 2
1 2
Arus kas
● Penurunan kas dan setara kas tahun 2019 adalah sebesar Rp1,3 triliun sehingga saldo kas dan setara kas pada akhir tahun 2019
adalah sebesar Rp10,66 triliun menurun 10,84% dibandingkan tahun 2018 sebesar Rp11,96 triliun. Penurunan tersebut terutama
berasal dari arus kas untuk investasi.

● Peningkatan kas dan setara kas tahun 2018 adalah sebesar Rp3,27 triliun sehingga saldo kas dan setara kas pada akhir tahun
2018 adalah sebesar Rp11,96 triliun menurun 21,38% dibandingkan tahun 2017 sebesar Rp15,21 triliun. Penurunan tersebut
terutama berasal dari arus kas untuk operasi.

(Disajikan dalam jutaan Rp) 2019 2018 2017 2016_ RESTATE 2016

Kenaikan (penurunan) bersih (1.337.908) (3.268.505) (992.274) (671.228) (671.228)


PERUBAHAN 1.930.597 - 2.276.231 - 321.046 - 3.569.849 - 3.569.849
% -59,07% 229,40% 47,83% -23,16% -23,16%
1 2
● 2018 Arus Kas Untuk Aktivitas Operasi
Arus kas bersih yang digunakan untuk aktivitas operasi untuk tahun 2018 adalah sebesar Rp6,17 triliun, meningkat sebesar
Rp4,60 triliun atau 292,14% dari tahun 2017. Arus kas keluar terbesar bersumber dari penarikan DPK sebesar Rp12,62 triliun
dan pembayaran bunga sebesar Rp5,25 triliun, sedangkan arus masuk utama berasal dari penerimaan bunga sebesar Rp6,73
triliun dan penerimaan KYD yang dibayarkan oleh debitur sebesar Rp5,83 triliun.

● 2019  Arus Kas Untuk Aktivitas Investasi


Arus kas bersih yang digunakan untuk aktivitas investasi pada tahun 2019 sebesar Rp442 miliar, menurun sebesar Rp3,06 triliun
atau 116,88% dari tahun 2018. Penurunan terbesar berasal dari penerimaan surat-surat berharga yang dibeli dengan janji dijual
kembali yang telah jatuh tempo sebesar Rp12,01 triliun atau turun sebesar Rp2,09 triliun dibandingkan tahun lalu dan
penerimaan dari surat berharga yang jatuh tempo sebesar Rp578 miliar atau turun sebesar Rp3,11 triliun dibandingkan tahun
lalu.
PENYAJIAN KEMBALI LAPORAN KEUANGAN
KONSOLIDASIAN
Total Liabilitas sebesar Rp91,36 triliun meningkat
sebesar 4,95% atau sebesar Rp4,31 triliun dari
tahun 2018, disebabkan oleh peningkatan simpanan
nasabah sebesar Rp4,66 triliun atau 6,12% menjadi
Rp80,81 triliun.

Total Ekuitas pada tahun 2019 meningkat Rp311


miliar atau sebesar 3,62% dari Rp8,59 triliun pada
tahun 2018 menjadi Rp8,91 triliun di tahun 2019.
Peningkatan total ekuitas terutama berasal dari
peningkatan saldo laba sebesar 8,69% atau Rp256
miliar dari Rp2,95 triliun menjadi Rp3,20 triliun di
akhir tahun 2019 dan peningkatan dari pos
Keuntungan/(kerugian) yang belum direalisasi atas
surat-surat berharga dalam kelompok tersedia untuk
dijual dan nilai wajar melalui penghasilan
komprehensif lainsetelah pajak tangguhan sebesar
130,92% atau sebesar Rp55 miliar.
Total Liabilitas sebesar Rp91,36 triliun meningkat
sebesar 4,95% atau sebesar Rp4,31 triliun dari
tahun 2018, disebabkan oleh peningkatan simpanan
nasabah sebesar Rp4,66 triliun atau 6,12% menjadi
Rp80,81 triliun.

Total Ekuitas pada tahun 2019 meningkat Rp311


miliar atau sebesar 3,62% dari Rp8,59 triliun pada
tahun 2018 menjadi Rp8,91 triliun di tahun 2019.
Peningkatan total ekuitas terutama berasal dari
peningkatan saldo laba sebesar 8,69% atau Rp256
miliar dari Rp2,95 triliun menjadi Rp3,20 triliun di
akhir tahun 2019 dan peningkatan dari pos
Keuntungan/(kerugian) yang belum direalisasi atas
surat-surat berharga dalam kelompok tersedia untuk
dijual dan nilai wajar melalui penghasilan
komprehensif lainsetelah pajak tangguhan sebesar
130,92% atau sebesar Rp55 miliar.
Total Liabilitas sebesar Rp91,36 triliun meningkat
sebesar 4,95% atau sebesar Rp4,31 triliun dari
tahun 2018, disebabkan oleh peningkatan simpanan
nasabah sebesar Rp4,66 triliun atau 6,12% menjadi
Rp80,81 triliun.

Total Ekuitas pada tahun 2019 meningkat Rp311


miliar atau sebesar 3,62% dari Rp8,59 triliun pada
tahun 2018 menjadi Rp8,91 triliun di tahun 2019.
Peningkatan total ekuitas terutama berasal dari
peningkatan saldo laba sebesar 8,69% atau Rp256
miliar dari Rp2,95 triliun menjadi Rp3,20 triliun di
akhir tahun 2019 dan peningkatan dari pos
Keuntungan/(kerugian) yang belum direalisasi atas
surat-surat berharga dalam kelompok tersedia untuk
dijual dan nilai wajar melalui penghasilan
komprehensif lainsetelah pajak tangguhan sebesar
130,92% atau sebesar Rp55 miliar.
ANALISIS CAMEL
ANALISIS CAMEL
● Merupakan suatu metode analisis rasio-rasio keuangan untuk mengukur kondisi keuangan suatu lembaga atau
perusahaan perbankan.
●Analisis CAMEL yang dikhususkan untuk perusahaan perbankan lebih menitikberatkan pada aspek 

○Capital (modal)

○Asset quality (kualitas aktiva)

○Management (manajemen)

○Earning (pendapatan), dan 

○Liquidity (likuiditas)
●Berdasarkan ketentuan Undang-Undang RI No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, Bank Indonesia telah
mengeluarkan Surat Edaran No.26/5/BPPP tanggal 29 Mei tahun 1993 yang mengatur tentang tata cara penilaian
tingkat kesehatan bank. Ketentuan ini merupakan penyempurnaan dari ketentuan yang dikeluarkan Bank Indonesia
dengan Surat Edaran No. 23/21/BPPP tanggal 28 Februari 1991.Kemudian, tata cara penilaian tingkat kesehatan
bank tersebut digantikan dengan tata cara penilaian berdasarkan Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No.
30/11/KEP/DIR tanggal 30 April 1997. Metode atau cara penilaian tingkat kesehatan bank tersebut dikenal sebagai
metode CAMEL
Capital (modal)
● Setiap bank yang beroperasi di Indonesia diwajibkan untuk memelihara Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM)
sekurang-kurangnya 8%
● Penilaian terhadap pemenuhan KPMM (Kewajiban Penyediaan Modal Minimum) Bank :

a) Pemenuhan KPMM sebesar 8 % diberi predikat ”sehat” dengan nilai kredit 81, dan untuk setiap kenaikan 0,1% dari
pemenuhan KPMM sebesar 8%, maka Nilai Kredit ditambah 1 hingga maksimum 100.

b) bPemenuhan KPMM kurang dari 8% sampai dengan 7,9% diberi predikat ”Kurang Sehat” dengan Nilai Kredit 65 dan
untuk setiap penurunan 0,1% dari pemenuhan KPMM sebesar 7,9% nilai kredit dikurangi 1 dengan Minimum 0.
Asset (Asset Quality – Kualitas Aset)
● Aspek Kualitas Aset (asset), yaitu untuk mengukur kualitas asset bank. Dalam hal ini upaya yang dilakukan adalah untuk
menilai jenis-jenis asset yang dimiliki bank, yang dinyatakan dalam bentuk persentase:
Management - Manajemen
● Faktor manajemen dalam tingkat kesehatan dinilai berdasarkan atas pertanyaan atau pernyataan yang meliputi 100 aspek
terhadap bank devisa dan 85 aspek terhadap bank bukan devisa.Harmonom(2017:119) mengatakan bahwa nilai kredit setiap
pertanyaan/pernyataan bank devisa sebesar 0,20% ;sedangkan bank bukan devisa sebesar 0,294 .Setiap pertanyaan berskala 0-4
dimana nilai 0 mencerminkan lemah ; nilai 1,2,3 mencerminkan kondisi antara ; serta nilai 4 mencerminkan kondisi baik.Rumus
untuk menentukan nilai kredit dari rasio manajemen adalah
a. Nilai kredit untuk bank devisa : (100x0,25) x rata-rata skala penilaian
b. Nilai kredit untuk bank bukan devisa : (85x0,294) x rata-rata skala penilaian

● Bank Indonesia telah menyusun pertanyaan untuk menilai kemampuan manajemen yang terdiri dari

Harmonom (2017:119)
Management - Manajemen
● Akan tetapi pengukuran tersebut sulit dilakukan karena akan terkait dengan unsur kerahasiaan bank, maka dalam penelitian ini
aspek manajemen diproksikan dengan profit margin dengan pertimbangan rasio ini menunjukkan bagaimana manajemen
mengelola sumber-sumber maupun penggunaan atau alokasi dana secara efisien. Penggunaan Net Profit Margin (NPM) juga
erat kaitannya dengan aspek-aspek manajemen yang dinilai, baik dalam manajemen umum maupun manajemen risiko, di mana
net income dalam aspek manajemen umum mencerminkan pengukuran hasil dari strategi keputusan yang dijalankan dan dalam
tekniknya dijabarkan dalam bentuk sistem pencatatan, pengamanan, dan pengawasan dari kegiatan operasional bank dalam
upaya memperoleh operating income yang optimum.
● Karena aspek manajemen diproksikan dengan profit margin dengan pertimbangan rasio ini menunjukkan bagaimana manajemen
mengelola sumber-sumber maupun penggunaan atau alokasi dana secara efisien, sehingga nilai rasio yang diperoleh langsung
dikalikan dengan nilai bobot CAMEL sebesar 20%
Earning(Rentabilitas)
● Aspek ini mengukur kemampuan bank dalam meningkatkan laba setiap periode. Aspek ini juga mengukur tingkat efisiensi
usaha dan profitabilitas yang dicapai bank. Dalam penilaian faktor rentabilitas didasarkan pada 2 (dua) rasio yaitu :
a. Rasio Laba Sebelum Pajak (Earning Before Income Tax/EBIT) dalam 12 bulan terakhir terhadap Rata-rata Volume Usaha dalam
periode yang sama.
b. Rasio Biaya Operasional dalam 12 bulan terakhir terhadap Pendapatan Operasional dalam periode yang sama. Untuk hal ini
sering digunakan dengan singkatan BOPO, yaitu Biaya operasional dibanding dengan pendapatan operasional.
● Jika butir a diatas sebesar 0% atau negatif diberi nilai kredit 0 dan untuk setiap kenaikan 0,015% mulai dari 0% maka nilai
kredit ditambah 1 dengan maksimum 100.
● Jika butir b sebesar 100% atau lebih diberi nilai kredit dan untuk setiap penurunan sebesar 0,08%, maka nilai kredit ditambah 1
dengan maksimum 100
Earning(Rentabilitas)
● Aspek ini mengukur kemampuan bank dalam meningkatkan laba setiap periode. Aspek ini juga mengukur tingkat efisiensi
usaha dan profitabilitas yang dicapai bank. Dalam penilaian faktor rentabilitas didasarkan pada 2 (dua) rasio yaitu :
a. Rasio Laba Sebelum Pajak (Earning Before Income Tax/EBIT) dalam 12 bulan terakhir terhadap Rata-rata Volume Usaha dalam
periode yang sama.
b. Rasio Biaya Operasional dalam 12 bulan terakhir terhadap Pendapatan Operasional dalam periode yang sama. Untuk hal ini
sering digunakan dengan singkatan BOPO, yaitu Biaya operasional dibanding dengan pendapatan operasional.
● Jika butir a diatas sebesar 0% atau negatif diberi nilai kredit 0 dan untuk setiap kenaikan 0,015% mulai dari 0% maka nilai
kredit ditambah 1 dengan maksimum 100.
● Jika butir b sebesar 100% atau lebih diberi nilai kredit dan untuk setiap penurunan sebesar 0,08%, maka nilai kredit ditambah 1
dengan maksimum 100
Liquidity (Likuiditas)
● Likuiditas bank adalah kemampuan bank dalam memenuhi kewajibannya saat nasabah menarik dananya dalam jumlah besar.
Penilaian likuiditas mencerminkan kemampuan bank untuk mengelola tingkat likuiditas yang memadai untuk memenuhi
kewajibannya yang segera dan untuk memenuhi kebutuhan yang lain. Bank Indonesia menyatakan bahwa kemampuan likuiditas
bank dapat diproksikan dengan LDR (Loan to Deposit Ratio) yaitu perbandingan antara kredit dengan Dana Pihak Ketiga
(DPK)
● Rasio LDR menyatakan seberapa jauh kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan dana yang dilakukan nasabah
dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Rasio ini juga merupakan indikator kerawanan dan
kemampuan dari suatu bank. Semakin tinggi rasio tersebut mencerminkan bahwa semakin rendahnya kemampuan likuiditas
bank yang bersangkutan. Hal ini disebabkan karena jumlah dana yang diperlukan untuk membiayai kredit menjadi semakin
besar.
Capital (modal) Tahun CAR (%)
Yaitu untuk mengukur kemampuan
permodalan yang ada untuk kemungkinan
kerugian didalam kegiatan perkreditan dan 2016 12,83
perdagangan surat-surat berharga, yang
dinyatakan dalam bentuk persentase.
Menurut ketentuan Bank Indonesia yang 2017 11,61
dinyatakan bahwa bank yang dikategorikan
sehat jika memiliki CAR paling sedikit
sebesar 8% 2018 15,16

2019 14,08
Tahun Nilai Kredit Maksimum
(%)
Capital (modal) – Nilai Kredit

Berdasarkan ketentuan Bank Indonesia,bank


dinyatakan sehat harus memiliki CAR paling sedikit 2016 129,3 100
sebesar 8%.Hal ini didasarkan pada ketentua yang
ditetapkan oleh Bank for International Settlement
(BIS). Dengan ketentuan sebagai berikut ini :
Untuk CAR = 0% atau negatif,nilai kredit = 0 2017 117,1 100
Untuk setiap kenaikan 0,1% nilai kredit ditambah
dengan nilai maksimum 100.
Bobot CAMEL untuk rasio kecukupan modal
adalah 25% 2018 152,6 100
Adapun rumus untuk menentukan nilai kredit dari
rasio kecukupan modal adalah sebagai berikut:

Dalam hubungannya dengan uraian tersebut diatas,


2019 141,8 100
akan disajikan hasil perhitungan sebagai berikut :
Tahun KAP (%)

2016 0,17
Asset (Asset Quality – Kualitas Aset)

Aspek Kualitas Aset (asset), yaitu untuk


mengukur kualitas asset bank. Dalam hal ini 2017 0,13
upaya yang dilakukan adalah untuk menilai
jenis-jenis asset yang dimiliki bank, yang
dinyatakan dalam bentuk persentase:
2018 0,20

2019 0,22
Tahun Nilai Kredit Maksimu
(%) m

2016 103,2 100

Asset (Asset Quality – Kualitas Aset)– Nilai Kredit


2017 102,46 100
Kemudian akan disajikan hasil perhitungan nilai kredit untuk
rasio KAP,menurut Bank Indonesia yaitu :
Untuk rasio 15,50 % atau dinilai 0
Untuk setiap penurunan 0,15 % dan 15,50 % nilai kredit
dibawah dari maximum 100. Bobot CAMEL untuk asset 2018 103 100
adalah 30%

2019 102,87 100


Tahun NPM (%)

Management(Manajemen)

Aspek Manajemen, yaitu untuk menilai kualitas


2016 27,94
manusianya dalam bekerja. Untuk menilai
kesehatan bank dalam aspek manajemen, biasanya
dilakukan melalui kuesioner yang ditujukan bagi
pihak manajemen bank, akan tetapi pengisian
tersebut sulit dilakukan karena akan terkait dengan 2017 17,70
unsure kerahasian bank. Oleh sebab itu dalam
penelitian ini aspek manajemen diproyeksikan
dengan rasio net profit margin. Kemudian rasio
NPM dapat dihitung dengan menggunakan rumus: 2018 24,24

2019 27,65
Tahun Rasio NPM (%) Nilai Kredit

2016 27,94 27,94


Management (Manajemen) - Nilai Kredit

Kemudian akan disajikan hasil perhitungan nilai kredit untuk


rasio KAP,menurut Bank Indonesia yaitu : 2017 17,70 17,70
Untuk rasio 15,50 % atau dinilai 0
Untuk setiap penurunan 0,15 % dan 15,50 % nilai kredit
dibawah dari maximum 100.

2018 24,24 24,24

2019 27,65 27,65


Tahun ROA (%) BOPO (%)

Earning(Rentabilitas)

Yaitu untuk menggambarkan kemampuan 2016 0,54 94,36


perusahaan untuk mendapatkan laba melalui
semua kemampuan dan sumber yang ada,
seperti kegiatan penjualan, kas, modal, dan
sebagainya yang dinyatakan dalam bentuk: 2017 0,90 99,04

2018 0,22 98,41

2019 0,13 98,98


Tahun Nilai Kredit Maksimu
(%) m
2016 36 100

Earning (Rentabilitas)- Nilai Kredit

Perlu ditambahkan bahwa batas minimum ROA yang telah


ditentukan oleh Bank Indonesia adalah 1%. Apabila suatu
bank memiliki ROA lebih besar dari 1,5 % maka bank 2017= 60 100
tersebut dapat dikatakan produktif mengelola aktivitasnya,
sehingga menghasilkan laba.Adapun nilai kredit ROA dapat
ditentukan sebagai berikut:
Untuk rasio sebesar 0% atau lebih,nilai kredit = 0
Untuk setiap kenaikan 0,015% nilai kredit ditambah 1 2018 14,67 100
dengan maksimum 100.
Bobot CAMEL untuk Return Of Assets adalah 5%. Rumus
untuk menentukan nilai kredit dari rasio ROA adalah sebagai
berikut :

2019 8,66 100


Tahun Nilai Kredit Maksimum

2016 70,50 100

Earning (Rentabilitas)- Nilai Kredit


2017= 12,00 100
Bobot nilai kredit untuk rasio BOPO ini diperlihatkan dari
pengurangan nilai kredit maksimum dengan rasio BOPO,
bobot nilai kredit BOPO adalah sebagai berikut :
Untuk rasio 100% atau lebih,nilai kredit = 0
Untuk penurunan sebesar 0,08 % nilai kredit ditambah 1
dengan maksimum 100.Bobot Camel untuk rasio BOPO 2018 19,87 100
adalah 5% . Rumus untuk menentukan nilai kredit dari rasio
BOPO adalah :

2019 12,75 100


Tahun LDR (%)

2016 83,61
Likuidity(Liquiditas)

Yaitu untuk menggambarkan kemampuan


bank dalam menyeimbangkan antara 2017 81,34
likuiditasnya dengan rentabilitasnya.

2018 86,18

2019 84,82
Tahun Nilai Kredit Maksimum
Likuidity (Liquiditas) – Nilai Kredit
2016 12,56 100

Untuk dapat menentukan nilai CAMEL PT.Bank


Sulselbar pada rasio LDR,terlebih dahulu harus
diketahui nilai kredit yang dihasilkan oleh rasio
LDR ini. Dari nilai kredit yang diperoleh dapat 2017= 13,46 100
dilihat kondisi bank secara umum bila telah
digabungkan dengan komponen yang lainnya dalam
rasio CAMEL ini. Bobot nilai kredit rasio LDR ini
diperoleh dari prngurangan nilai kredit maksimal
dari rasio LDR yang telah diperoleh. Bobot nilai 2018 11,53 100
kredit rasio LDR ini dapat dikategorikan sebagai
bank sehat berdasarkan ketentuan Bank Indonesia
adalah sebesar 100.Berikut ini adalah perhitungan
nilai kredit untuk rasio LDR
2019 12,07 100
Tingkat Kesehatan Bank Menurut CAMEL
Tingkat Kesehatan Bank Menurut CAMEL
Faktor Indikator Nilai Rasio Nilai Bobot
Tahun Penilaian Kerja (%) Kredit (%) Nilai CAMEL
2016Capital CAR 12,83 129,3 25 25
  Asset KAP 0,17 103,2 30 30
  Management NPM 27,94 27,94 25 6,985
  Earning ROA 0,54 36,00 5 5
    BOPO 94,36 70,50 5 5
  Likuidity LDR 83,61 12,56 10 10
            81,985
             
Faktor Indikator Nilai Rasio Nilai Bobot Nilai
Tahun Penilaian Kerja (%) Kredit (%) Nilai CAMEL
2017Capital CAR 11,61 117,1 25 25
Tahun CAMEL Tingkat Kesehatan
  Asset KAP 0,13 102,46 30 30 2016 81,98 SEHAT
  Management NPM 17,70 17,70 25 4,425 2017 79,43 CUKUP SEHAT
  Earning ROA 0,90 60,00 5 5
    BOPO 99,04 12,00 5 5 2018 81,06 SEHAT
  Likuidity LDR 81,34 13,46 10 10 2019 81,91 SEHAT
            79,425
             
Faktor Indikator Nilai Rasio Nilai Bobot
Tahun Penilaian Kerja (%) Kredit (%) Nilai CAMEL
2018Capital CAR 15,16 152,6 25 25
  Asset KAP 0,20 103,00 30 30
  Management NPM 24,24 24,24 25 6,06
  Earning ROA 0,22 14,67 5 5
    BOPO 98,41 19,87 5 5
  Likuidity LDR 86,18 11,53 10 10
            81,06
             
Faktor Indikator Nilai Rasio Nilai Bobot
Tahun Penilaian Kerja (%) Kredit (%) Nilai CAMEL
2019Capital CAR 14,08 141,8 25 25
  Asset KAP 0,22 102,87 30 30
  Management NPM 27,65 27,65 25 6,9125
  Earning ROA 0,13 8,66 5 5
    BOPO 98,98 12,75 5 5
  Likuidity LDR 84,82 12,07 10 10
KASUS BANK BUKOPIN
Mantan Direktur Utama PT Bosowa Corporindo Sadikin Aksa ditetapkan menjadi tersangka dalam kasus tindak pidana perbankan.
Kasus ini berkaitan dengan masalah likuiditas yang dialami oleh PT Bank Bukopin Tbk, yang sahamnya dimiliki sebesar 11,68 persen
oleh Bosowa.

● Pengawasan OJK
Direktur Tindak Pidana Ekonomi dan Khusus Polri Brigadir Jenderal Helmi Santika menjelaskan sejak Mei 2018, Bank Bukopin telah
ditetapkan sebagai bank dalam pengawasan intensif oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) karena permasalahan tekanan likuiditas. Kondisi
tersebut semakin memburuk sejak Januari hingga Juli 2020.
Dalam rangka upaya penyelamatan Bank Bukopin, OJK mengeluarkan kebijakan diantaranya memberikan perintah tertulis kepada Dirut
PT Bosowa Corporindo atas nama Sadikin Aksa melalui surat OJK nomor : SR-28/D.03/2020 tertanggal 9 Juli 2020.
● Perintah untuk Bosowa
Surat itu berisikan tentang perintah tertulis pemberian kuasa khusus kepada Tim Technical Assistance (Tim TA) dari PT Bank Rakyat
Indonesia (Persero) Tbk untuk dapat menghadiri dan menggunakan hak suara dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa
(RUPSLB) Bank Bukopin.
Perintah ini disertai dengan batas waktu pemberian kuasa dan penyampaian laporan pemberian surat kuasa kepada OJK paling lambat 31
Juli 2020. "Akan tetapi Bosowa Corporindo tidak melaksanakan perintah tertulis tersebut," kata Helmy.
Sebelumnya pada 10 Juni 2020, OJK juga berkirim surat yang melarang Bosowa melakukan tindakan apa pun yang bertujuan
menghalangi masuknya investor lain dalam rangka peningkatan permodalan Bank Bukopin.
KASUS BANK BUKOPIN
● Pernyataan OJK
Meski demikian, OJK telah menyampaikan informasi ini sejak Agustus 2020. Di tengah masalah likuiditas ini, OJK melakukan penilaian
kembali terhadap Bosowa sebagai pemegang saham pengendali di Bukopin.
Akibat adanya pelanggaran ini, maka OJK tidak menyatakan Bosowa tidak lulus dalam penilaian kembali. Sehingga, Bosowa harus
menerima sejumlah konsekuensi seperti menjalankan hak sebagai pemegang saham.
Selain itu, Bosowa juga dinilai melakukan tindakan, baik secara langsung maupun tidak langsung, yang bertujuan untuk menghalangi
masuknya investor lain dalam rangka peningkatan modal dan penyelesaian masalah likuiditas Bank Bukopin.
Pihak regulator pun menyatakan Bosowa tidak memenuhi komitmen dalam rangka mendukung penyehatan Bukopin melalui
penambahan modal PUT V dan PMTHMETD dalam satu paket.
● Kookmin Bank asal Korea Selatan
Di tengah situasi ini, OJK juga mengumumkan Kookmin Bank, bank besar asal Korea Selatan, sebagai pemegang 22 persen saham
Bukopin. Bank tersebut siap mengambil alih pengendalian bank yang tengah diterpa kesulitan likuiditas tersebut.
Raksasa finansial asal Korea Selatan itu telah menempatkan dana US$ 200 juta—senilai Rp 2,8 triliun—di rekening penampung untuk
meningkatkan kepemilikannya di Bukopin paling sedikit menjadi 51 persen.
Deputi Komisioner Hubungan Masyarakat dan Logistik OJK Anto Prabowo menjelaskan pihanya sudah bersurat ke semua pemegang
sama Bank Bukopin. Isinya yaitu melaksanakan komitmen memenuhi kebutuhan likuiditas dan permodalan Bukopin.
Jka tidak bisa memenuhi penyuntikan perluasan modal, pemegang saham tak dapat menghalangi investor baru yang akan memperbaiki
kondisi perseroan. Kini, Kookmin menjadi pemegang saham mayoritas di Bank Bukopin dengan 67 persen. Sementara, saham Bosowa
di Bukopin menyusut, dari semula 23,39 persen menjadi 11,68 persen.
KASUS BANK BUKOPIN
● Bukopin Gugat OJK
Adapun pelanggaran dari Bosowa ini kemudian tertuang dalam Surat keputusan Dewan Komisioner OJK Nomor 64/KDK/03/2020.
Surat ini yang kemudian digugat oleh Bosowa ke Pengadilan Tata Usaha Negeri (PTUN) Jakarta pada 15 September 2021.
Bosowa kemudian memenangkan gugatan ini. Tapi OJK tidak tinggal diam dan mengajukan banding. “Terhadap putusan tersebut, OJK
akan memproses pengajuan banding,” tutur Deputi Komisioner Hubungan Masyarakat dan Logistik OJK Anto Prabowo dalam
keterangannya, Selasa, 19 Januari 2021.

● Sadikin Aksa Mengundurkan Diri


Pelanggaran yang dilakukan Bosowa ini kemudian diusut oleh Polisi. Dalam penyelidikan, ternyata diketahui Sadikin telah
mengundurkan diri sebagai dirut sejak 23 Juli 2020.
"Pada tanggal 24 Juli 2020, SA masih aktif dalam kegiatan bersama para pemegang saham bank Bukopin maupun pertemuan dengan
OJK pada tanggal 24 Juli 2020, namun tidak menginformasikan soal pengunduran dirinya sebagai Dirut PT Bosowa Corporindo," kata
Helmy.
Kemudian Sadikin Aksa pada 27 Juli 2020 juga mengirimkan foto surat kuasa kepada Dirut Bank Bukopin dengan mencantumkan
jabatannya sebagai Dirut PT Bosowa Corporindo.
Daftar pustaka
● Laporan keuangan bukopin 2019
● Laporan keuangan bukopin 2018
● Laporan keuangan bukopin 2017
● Laporan keuangan bukopin 2016
● Subramanyam K.R., Analisis Laporan Keuangan Financial Statement Analysis Edisi 11 Buku 1. 2017 . Indonesia,
Salemba Empat.

Anda mungkin juga menyukai