KEUANGAN BANK
BUKOPIN TAHUN
2016 - 2019
KELOMPOK 3 :
• Dimas Hasan SQ - 123011801015
• Elysia Angelina S - 123012001036
• Lenny Efendy - 123012001056
Analisis Horizontal
Analisis horizontal adalah analisis persentase naik atau turun yang ada di dalam pos-pos
akun laporan keuangan komparatif. Dari analisis horizontal dapat diketahui jumlah setiap
pos laporan tahun terakhir bila dikomparasikan dengan pos pada laporan keuangan
sebelumnya.
Setiap jumlah kenaikan atau penurunan per pos akan dicantumkan, termasuk persentase
kenaikan dan penurunannya. Dapat disimpulkan, bila analisa horizontal adalah analisis
untuk membandingkan dua laporan, yakni laporan keuangan tahun sekarang dan laporan
keuangan sebelumnya. Analisis horizontal bisa membandingkan tiga atau lebih periode
laporan keuangan komparasi.
Metode untuk mengimplementasikan analisis horizontal laporan keuangan:
1. Membandingkan dua periode laporan keuangan.
2. Menentukan jumlah kenaikan dan penurunan setiap akun.
3. Menentukan persentase kenaikan dan penurunan dari tahun ke tahun.
4. Melakukan analisis.
Analisis Vertikal
Analisis vertikal adalah analisa yang dilaksanakan dengan cara
membandingkan hubungan tiap unsur laporan keuangan dengan total akun
dalam laporan keuangan tunggal.
Analisis vertikal laporan neraca keuangan, setiap pos aset akan dibandingkan
dengan persentase aset total. Setiap akun-akun dalam kewajiban dan ekuitas,
akan dibandingkan dengan total kewajiban dan ekuitas. Sementara, pada
laporan laba-rugi komprehensif, setiap akun-akun dalam laporan laba-rugi
dibandingkan dengan penjualan bersih.
Nilai dari Persentase Aset Total, Total Kewajiban, dan Ekuitas masing-masing
penjualan bersihnya adalah 100%. Kemudian, akun-akun tersebut akan jadi
pembanding utama analisis vertikal untuk mendapatkan nilai persentase
masing-masing akun.
Analisis Rasio
Analisis Rasio merupakan suatu alat analisis yang digunakan oleh perusahaan untuk
menilai kinerja keuangan berdasarkan data perbandingan masing-masing pos yang
terdapat di laporan keuangan seperti Laporan Neraca, Rugi / Laba, dan Arus Kas dalam
periode tertentu. Analisis Ratio terdiri dari Likuiditas, Profitabilitas, Perputaran
persediaan, Aktivitas, dan Investasi
3. Management (Manajemen)
NPM = (laba bersih/pendapatan operasional) x 100%
4. Earning (Pendapatan)
ROA = (laba bersih/total aktiva) x 100%
5. Liquidity (Likuiditas)
LDR = {(total utang)/total deposit + ekuitas} x 100%
Bank Bukopin (Profil)
PT Bank Bukopin Tbk didirikan pada tanggal 10 Juli 1970 dengan nama Bank Umum Koperasi
Indonesia (BUKOPIN) berdasarkan Surat Keputusan Direktorat Jenderal Koperasi No.
13/Dirjen/Kop/70 dan telah didaftarkan dalam Daftar Umum Direktorat Jenderal Koperasi dengan No.
8251 pada tanggal 10 Juli 1970.
Sejak awal pendiriannnya, Bank Bukopin memfokuskan diri pada segmen UMKM (Usaha Mikro
Kecil dan Menengah), saat ini telah tumbuh dan berkembang menjadi bank yang masuk ke kelompok
bank menengah di Indonesia dari segi aset. Seiring dengan terbukanya kesempatan dan peningkatan
kemampuan melayani kebutuhan masyarakat yang lebih luas, Bank Bukopin telah mengembangkan
usahanya ke segmen Ritel dan Konsumer sejak tanggal 16 Maret 1971. Bisnis Ritel Bank Bukopin
berkembang seiring dengan bisnis komersial sebagai penyeimbang, dengan berbagai produk dan
layanan jasa yang ditawarkan sebagaimana Anggaran Dasar terakhir.
Sejarah perkembangan Bank Bukopin
1970 = Bank Umum Koperasi Indonesia (Bukopin) didirikan dengan badan hukum koperasi.
1989 = Perubahan nama Bukopin menjadi Bank Bukopin dan Menerbitkan Obligasi pertama kali.
1993 = Perubahan status badan hukum menjadi Perseroan Terbatas dengan nama PT Bank Bukopin.
2006 = Menjadi perusahaan terbuka melalui IPO (Initial Public Offering). Akuisisi saham PT Bank Syariah Bukopin
(sebelumnya PT Bank Persyarikatan Indonesia) sebesar 24,73%. dan Akuisisi saham PT Bukopin Finance
(sebelumnya PT Indo Trans Buana Multifinance).
2008 = Akuisisi saham PT Bank Syariah Bukopin menjadi 65,44%.
2010 = Pertama kali diluncurkan dan disosialisasikan budaya PRIDE (Profesionalism, Respect Other, Integrity,
Dedicated to Customer, dan Exellence)
di internal Perseroan.
2015 = PT Bosowa Corporindo menjadi pemegang saham pengendali. 23,4%
2017 = Menginisiasi pendirian BNV Labs sebagai inkubator startup di bidang fintechdan Meluncurkan tabungan digital
Wokee untuk memperkuat
bisnis Perseroan pada segmen perbankan digital.
2019 = Peluncuran Visi-Misi dan Budaya Perusahaan baru yaitu I CAN (Integrity, Competent. Care, Accountable,
Never Give Up), Peluncuran layanan
Virtual Interactive Online Assistantatau VIOLA.
INFORMASI PEMEGANG SAHAM
Komposisi Pemegang Saham per 31 Des 2019
Jumlah
Pemegang saham %
Saham
PT Bosowa Corporindo 2,725,986,130 23.40%
KB Kookmin Bank
2,563,000,000 21.90%
(Asing)
Negara Republik
1,038,968,631 8.90%
Indonesia
Kopelindo 612,727,934 5.30%
Publik/Masyarakat/Asing 4,359,317,305 40.50%
100.00
Total 11,300,000,000
Market capital Bukopin per 31 Des 2020 adalah Rp1,119 Trilliun %
Pada bulan Juli 2006, Bank melakukan Penawaran Umum Saham Perdana sejumlah 843.765.500
Harga Jual Pada saat Pembukaan Perdana adalah Rp.350/Lembar saham
INOVASI BISNIS
Kantor
Kantor Cabang Kantor Kas :
Cabang : 43 Pembantu : 156
176
PENURUNAN KINERJA BANK BUKOPIN
Penjelasan
Bukopin berhasil membukukan pertumbuhan kredit (KYD) sebesar 4,67% dengan komposisi kredit Ritel tumbuh 6,9%
secara yoy. Komposisi kredit segmen ritel Bank Bukopin terus meningkat, hal ini menunjukkan bahwa Bank memiliki
value added di mata nasabah Ritel di Indonesia. Selaras dengan pertumbuhan kredit, pertumbuhan Dana Pihak Ketiga
(DPK) Bank Bukopin juga menunjukkan trend yang positif, yakni tumbuh 6,12% secara yoy tahun 2019. Sejalan
dengan hal tersebut, pertumbuhan DPK segmen Ritel meningkat 5,0% secara yoy yang didominasi oleh peningkatan
pada produk CASA
Sepanjang tahun 2019, Bank Bukopin mampu mengelola likuiditas yang sehat di tengah kondisi pengetatan likuiditas
perbankan nasional serta kondisi ekonomi yang penuh tantangan. Posisi Loan to Deposit Ratio (LDR) Bank Bukopin
tahun 2019 berada pada tingkat yang optimal. Kondisi likuiditas Bank Bukopin jauh lebih baik dibandingkan posisi
LDR industri perbankan terus menunjukkan trend pengetatan, di mana pada akhir Desember 2019 posisi LDR Industri
sebesar 94,4% dan BUKU III sebesar 103,7%.
Di tengah kondisi ekonomi yang penuh tantangan selama tahun 2019, Bank Bukopin berhasil meraih laba bersih Rp217
miliar atau tumbuh 14,10% dibandingkan kinerja 2018. Pencapaian tersebut antara lain bersumber dari pendapatan
bunga dan syariah serta pendapatan operasional lainnya (fee based income). Tahun 2019 Bank fokus untuk
mengembangkan produk fee based income, salah satunya melalui produk yang antara lain bersumber dari produk Flexy,
Invoice Financing, dan Trade Finance yang fee based income-nya tercatat tumbuh signifikan sebesar 181,24% di tahun
2019.
KASUS BANK BUKOPIN
(Bosowa Gugat OJK Rp 20 Triliun di PN Jakarta Pusat atas Kasus Bank Bukopin (BBKP))
Perseteruan PT Bosowa Corporindo dengan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) tidak hanya berlangsung di Pengadilan Tata
Usaha Negara (PTUN) saja. Bosowa juga menggugat OJK di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat.
Erwin Aksa, Komisaris Utama PT Bosowa Corporindo menyatakan, terdapat gugatan terhadap OJK berserta KB
Kookmin Bank terkait sengkarut kepemilikan saham di PT Bank Bukopin Tbk (BBKP). Erwin menyatakan gugatan
pihaknya kepada OJK bernilai hingga Rp 20 triliun. Bosowa merupakan perusahaan investasi. Bosowa masuk ke
Bukopin sejak tahun 2013, itu juga bagian dari investasi. Namun, tegas Erwin, pihaknya tidak ingin meninggalkan
sektor perbankan dengan membawa kerugian investasi. "Kami dulu masuk di harga Rp 1.000-an. Sekarang kan
harganya Rp 100-Rp 200 per saham. Erwin menambahkan, pihaknya menggugat karena banyak dokumen, fakta
menunjukkan OJK telah melakukan perbuatan melawan hukum, yakni inkonsistensi dalam mengeluarkan kebijakan.
Dia mencontohkan kasus kepemilikan KB Kookmin Bank di Bank Bukopin. "Kookmin kan sudah di blacklist, lalu
diserahkan ke Bank BRI, tapi dihidupkan lagi. Terjadi inkonsistensi dan ketidakadilan. OJK seharusnya bertindak
sebagai regulator, pengawas, penyidik. Kok tiga fungsi itu tidak berfungsi.
KASUS BANK BUKOPIN
(Bosowa Gugat OJK Rp 20 Triliun di PN Jakarta Pusat atas Kasus Bank Bukopin (BBKP))
Menang di PTUN
Bosowa Corporindo sedang berada di atas angin. Bosowa memenangkan perkara di Pengadilan Tata Usaha Negara
(PTUN) DKI Jakarta, Senin (18/1). Dalam putusannya, PTUN membatalkan Keputusan Dewan Komisioner OJK
64/KDK.03/2020 tentang hasil penilaian kembali Bosowa Corporindo selaku pemegang saham pengendali PT Bank
Bukopin Tbk (BBKP) tanggal 24 Agustus 2020 silam.
Majelis Hakim PTUN mewajibkan OJK untuk mencabut surat keputusan tersebut. Dus, menghukum OJK (tergugat I)
dan Bank Bukopin (tergugat intervensi) untuk membayar seluruh biaya perkara senilai Rp 416.000. Terhadap putusan
PTUN itu, Erwin memilih untuk tidak banyak berkomentar
Sekedar mengingatkan sebelumnya Bank Bukopin lewat Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB)
memutuskan untuk melakukan aksi korporasi melalui skema Penambahan Modal Tanpa Hak Memesan Efek Terlebih
Dahulu (PMTHMETD) atau private placement. Aksi tersebut digelar pada Selasa, 25 Agustus 2020 silam.
Dalam rapat tersebut, pemilik saham 23% di Bank Bukopin yakni PT Bosowa Corporindo memilih untuk meninggalkan
rapat alias walkout. Hal tersebut dilakukan Bosowa, lantaran adanya Surat Keputusan Dewan Komisioner OJK No.
64/KDK.03/2020 tentang hasil penilaian kembali Bosowa selaku pemegang saham pengendali. Lewat surat keputusan
itu, OJK menyatakan Bosowa telah melakukan pelanggaran.
Oleh karena itu, OJK memvonis Bosowa tidak memiliki hak suara lagi dalam RUPS tersebut. OJK melakukan hal ini
karena menilai Bosowa tidak melaksanakan perintah OJK.
KASUS BANK BUKOPIN
(Bosowa Gugat OJK Rp 20 Triliun di PN Jakarta Pusat atas Kasus Bank Bukopin (BBKP))
Perintah OJK tersebut tertuang dalam Surat Perintah Tertulis OJK No.SR-17/D.03/2020 tanggal 10 Juni 2020 dan Surat
Perintah No. SR-28/D.03/2020 tanggal 9 Juli, terkait Pemberian Kuasa Khusus kepada tim technical assistance dari PT
Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI).
Karena tidak melaksanakan surat perintah tersebut, OJK menetapkan Bosowa tidak lulus sebagai pemegang saham
pengendali. Alhasil, dalam RUPSLB tersebut, Bosowa kehilangan hak suara sekaligus kuorum. Tidak puas dengan
keputusan OJK, Bosowa pun membawa persoalan ini ke pengadilan.
Pada tanggal 27 agustus 2020, Bosowa mengajukan gugatan terhadap OJK ke Pengadilan Tata Usaha negara (PTUN)
dengan nomor perkara 163/G/2020/PTUN.JKT. Menurut Rudyantho, Direktur Utama PT Bosowa Corporindo, pihaknya
sangat menyesalkan keputusan OJK karena ada sejumlah poin yang dinilainya tidak sesuai prosedur.
Pertama, surat bahwa Bosowa dinyatakan Tidak Lulus penilaian itu baru diterima pada saat RUPSLB berlangsung.
Padahal seharusnya, kalau memang Bosowa dinilai tidak lulus, pemberitahuannya bisa dilakukan jauh hari, sehingga
Bosowa bisa melayangkan pembelaan.
"Hal ini sangat disesalkan karena tidak sesuai dengan tata cara POJK. Karena surat itu muncul pagi hari dan kami
posisinya sudah hadir di RUPSLB. Baru saat berlangsung rapat, notaris membacakan laporan bahwa Bosowa tidak
punya hak kuorum dan suara sesuai dengan keputusan OJK," kata Rudyantho, di Jakarta, Kamis (27/8).
- Kantor Publik Purwantono, Sungkoro dan Surja (Firma anggota Ernst dan
Young Global Limited) dan mendapat opini Wajar Dalam Semua Hal yang
Material
- PT Bank Bukopin Tbk merevisi laporan keuangan tiga tahun terakhir, yaitu
2015, 2016, dan 2017.
Aset
● Pada tahun 2018, total aset Perseroan tercatat sebesar 95,64 triliun lebih rendah 10,15% atau sebesar Rp10,79
triliun dibandingkan tahun 2017 yang tercatat sebesar Rp106,44 triliun.
ekuitas
Pada tahun 2018, Peningkatan total ekuitas terutama berasal
dari tambahan modal disetor sebesar Rp1,20 triliun atau
69,60% seiring dengan suksesnya pelaksanaan Penawaran
Umum Terbatas IV (right issue) pada bulan Juli 2018 dan
peningkatan selisih penilaian aset tetap sebesar Rp207 miliar
atau 17,85% dari tahun 2017
serta peningkatan saldo laba.
● Peningkatan kas dan setara kas tahun 2018 adalah sebesar Rp3,27 triliun sehingga saldo kas dan setara kas pada akhir tahun
2018 adalah sebesar Rp11,96 triliun menurun 21,38% dibandingkan tahun 2017 sebesar Rp15,21 triliun. Penurunan tersebut
terutama berasal dari arus kas untuk operasi.
(Disajikan dalam jutaan Rp) 2019 2018 2017 2016_ RESTATE 2016
○Capital (modal)
○Management (manajemen)
○Earning (pendapatan), dan
○Liquidity (likuiditas)
●Berdasarkan ketentuan Undang-Undang RI No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, Bank Indonesia telah
mengeluarkan Surat Edaran No.26/5/BPPP tanggal 29 Mei tahun 1993 yang mengatur tentang tata cara penilaian
tingkat kesehatan bank. Ketentuan ini merupakan penyempurnaan dari ketentuan yang dikeluarkan Bank Indonesia
dengan Surat Edaran No. 23/21/BPPP tanggal 28 Februari 1991.Kemudian, tata cara penilaian tingkat kesehatan
bank tersebut digantikan dengan tata cara penilaian berdasarkan Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No.
30/11/KEP/DIR tanggal 30 April 1997. Metode atau cara penilaian tingkat kesehatan bank tersebut dikenal sebagai
metode CAMEL
Capital (modal)
● Setiap bank yang beroperasi di Indonesia diwajibkan untuk memelihara Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM)
sekurang-kurangnya 8%
● Penilaian terhadap pemenuhan KPMM (Kewajiban Penyediaan Modal Minimum) Bank :
a) Pemenuhan KPMM sebesar 8 % diberi predikat ”sehat” dengan nilai kredit 81, dan untuk setiap kenaikan 0,1% dari
pemenuhan KPMM sebesar 8%, maka Nilai Kredit ditambah 1 hingga maksimum 100.
b) bPemenuhan KPMM kurang dari 8% sampai dengan 7,9% diberi predikat ”Kurang Sehat” dengan Nilai Kredit 65 dan
untuk setiap penurunan 0,1% dari pemenuhan KPMM sebesar 7,9% nilai kredit dikurangi 1 dengan Minimum 0.
Asset (Asset Quality – Kualitas Aset)
● Aspek Kualitas Aset (asset), yaitu untuk mengukur kualitas asset bank. Dalam hal ini upaya yang dilakukan adalah untuk
menilai jenis-jenis asset yang dimiliki bank, yang dinyatakan dalam bentuk persentase:
Management - Manajemen
● Faktor manajemen dalam tingkat kesehatan dinilai berdasarkan atas pertanyaan atau pernyataan yang meliputi 100 aspek
terhadap bank devisa dan 85 aspek terhadap bank bukan devisa.Harmonom(2017:119) mengatakan bahwa nilai kredit setiap
pertanyaan/pernyataan bank devisa sebesar 0,20% ;sedangkan bank bukan devisa sebesar 0,294 .Setiap pertanyaan berskala 0-4
dimana nilai 0 mencerminkan lemah ; nilai 1,2,3 mencerminkan kondisi antara ; serta nilai 4 mencerminkan kondisi baik.Rumus
untuk menentukan nilai kredit dari rasio manajemen adalah
a. Nilai kredit untuk bank devisa : (100x0,25) x rata-rata skala penilaian
b. Nilai kredit untuk bank bukan devisa : (85x0,294) x rata-rata skala penilaian
● Bank Indonesia telah menyusun pertanyaan untuk menilai kemampuan manajemen yang terdiri dari
Harmonom (2017:119)
Management - Manajemen
● Akan tetapi pengukuran tersebut sulit dilakukan karena akan terkait dengan unsur kerahasiaan bank, maka dalam penelitian ini
aspek manajemen diproksikan dengan profit margin dengan pertimbangan rasio ini menunjukkan bagaimana manajemen
mengelola sumber-sumber maupun penggunaan atau alokasi dana secara efisien. Penggunaan Net Profit Margin (NPM) juga
erat kaitannya dengan aspek-aspek manajemen yang dinilai, baik dalam manajemen umum maupun manajemen risiko, di mana
net income dalam aspek manajemen umum mencerminkan pengukuran hasil dari strategi keputusan yang dijalankan dan dalam
tekniknya dijabarkan dalam bentuk sistem pencatatan, pengamanan, dan pengawasan dari kegiatan operasional bank dalam
upaya memperoleh operating income yang optimum.
● Karena aspek manajemen diproksikan dengan profit margin dengan pertimbangan rasio ini menunjukkan bagaimana manajemen
mengelola sumber-sumber maupun penggunaan atau alokasi dana secara efisien, sehingga nilai rasio yang diperoleh langsung
dikalikan dengan nilai bobot CAMEL sebesar 20%
Earning(Rentabilitas)
● Aspek ini mengukur kemampuan bank dalam meningkatkan laba setiap periode. Aspek ini juga mengukur tingkat efisiensi
usaha dan profitabilitas yang dicapai bank. Dalam penilaian faktor rentabilitas didasarkan pada 2 (dua) rasio yaitu :
a. Rasio Laba Sebelum Pajak (Earning Before Income Tax/EBIT) dalam 12 bulan terakhir terhadap Rata-rata Volume Usaha dalam
periode yang sama.
b. Rasio Biaya Operasional dalam 12 bulan terakhir terhadap Pendapatan Operasional dalam periode yang sama. Untuk hal ini
sering digunakan dengan singkatan BOPO, yaitu Biaya operasional dibanding dengan pendapatan operasional.
● Jika butir a diatas sebesar 0% atau negatif diberi nilai kredit 0 dan untuk setiap kenaikan 0,015% mulai dari 0% maka nilai
kredit ditambah 1 dengan maksimum 100.
● Jika butir b sebesar 100% atau lebih diberi nilai kredit dan untuk setiap penurunan sebesar 0,08%, maka nilai kredit ditambah 1
dengan maksimum 100
Earning(Rentabilitas)
● Aspek ini mengukur kemampuan bank dalam meningkatkan laba setiap periode. Aspek ini juga mengukur tingkat efisiensi
usaha dan profitabilitas yang dicapai bank. Dalam penilaian faktor rentabilitas didasarkan pada 2 (dua) rasio yaitu :
a. Rasio Laba Sebelum Pajak (Earning Before Income Tax/EBIT) dalam 12 bulan terakhir terhadap Rata-rata Volume Usaha dalam
periode yang sama.
b. Rasio Biaya Operasional dalam 12 bulan terakhir terhadap Pendapatan Operasional dalam periode yang sama. Untuk hal ini
sering digunakan dengan singkatan BOPO, yaitu Biaya operasional dibanding dengan pendapatan operasional.
● Jika butir a diatas sebesar 0% atau negatif diberi nilai kredit 0 dan untuk setiap kenaikan 0,015% mulai dari 0% maka nilai
kredit ditambah 1 dengan maksimum 100.
● Jika butir b sebesar 100% atau lebih diberi nilai kredit dan untuk setiap penurunan sebesar 0,08%, maka nilai kredit ditambah 1
dengan maksimum 100
Liquidity (Likuiditas)
● Likuiditas bank adalah kemampuan bank dalam memenuhi kewajibannya saat nasabah menarik dananya dalam jumlah besar.
Penilaian likuiditas mencerminkan kemampuan bank untuk mengelola tingkat likuiditas yang memadai untuk memenuhi
kewajibannya yang segera dan untuk memenuhi kebutuhan yang lain. Bank Indonesia menyatakan bahwa kemampuan likuiditas
bank dapat diproksikan dengan LDR (Loan to Deposit Ratio) yaitu perbandingan antara kredit dengan Dana Pihak Ketiga
(DPK)
● Rasio LDR menyatakan seberapa jauh kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan dana yang dilakukan nasabah
dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Rasio ini juga merupakan indikator kerawanan dan
kemampuan dari suatu bank. Semakin tinggi rasio tersebut mencerminkan bahwa semakin rendahnya kemampuan likuiditas
bank yang bersangkutan. Hal ini disebabkan karena jumlah dana yang diperlukan untuk membiayai kredit menjadi semakin
besar.
Capital (modal) Tahun CAR (%)
Yaitu untuk mengukur kemampuan
permodalan yang ada untuk kemungkinan
kerugian didalam kegiatan perkreditan dan 2016 12,83
perdagangan surat-surat berharga, yang
dinyatakan dalam bentuk persentase.
Menurut ketentuan Bank Indonesia yang 2017 11,61
dinyatakan bahwa bank yang dikategorikan
sehat jika memiliki CAR paling sedikit
sebesar 8% 2018 15,16
2019 14,08
Tahun Nilai Kredit Maksimum
(%)
Capital (modal) – Nilai Kredit
2016 0,17
Asset (Asset Quality – Kualitas Aset)
2019 0,22
Tahun Nilai Kredit Maksimu
(%) m
Management(Manajemen)
2019 27,65
Tahun Rasio NPM (%) Nilai Kredit
Earning(Rentabilitas)
2016 83,61
Likuidity(Liquiditas)
2018 86,18
2019 84,82
Tahun Nilai Kredit Maksimum
Likuidity (Liquiditas) – Nilai Kredit
2016 12,56 100
● Pengawasan OJK
Direktur Tindak Pidana Ekonomi dan Khusus Polri Brigadir Jenderal Helmi Santika menjelaskan sejak Mei 2018, Bank Bukopin telah
ditetapkan sebagai bank dalam pengawasan intensif oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) karena permasalahan tekanan likuiditas. Kondisi
tersebut semakin memburuk sejak Januari hingga Juli 2020.
Dalam rangka upaya penyelamatan Bank Bukopin, OJK mengeluarkan kebijakan diantaranya memberikan perintah tertulis kepada Dirut
PT Bosowa Corporindo atas nama Sadikin Aksa melalui surat OJK nomor : SR-28/D.03/2020 tertanggal 9 Juli 2020.
● Perintah untuk Bosowa
Surat itu berisikan tentang perintah tertulis pemberian kuasa khusus kepada Tim Technical Assistance (Tim TA) dari PT Bank Rakyat
Indonesia (Persero) Tbk untuk dapat menghadiri dan menggunakan hak suara dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa
(RUPSLB) Bank Bukopin.
Perintah ini disertai dengan batas waktu pemberian kuasa dan penyampaian laporan pemberian surat kuasa kepada OJK paling lambat 31
Juli 2020. "Akan tetapi Bosowa Corporindo tidak melaksanakan perintah tertulis tersebut," kata Helmy.
Sebelumnya pada 10 Juni 2020, OJK juga berkirim surat yang melarang Bosowa melakukan tindakan apa pun yang bertujuan
menghalangi masuknya investor lain dalam rangka peningkatan permodalan Bank Bukopin.
KASUS BANK BUKOPIN
● Pernyataan OJK
Meski demikian, OJK telah menyampaikan informasi ini sejak Agustus 2020. Di tengah masalah likuiditas ini, OJK melakukan penilaian
kembali terhadap Bosowa sebagai pemegang saham pengendali di Bukopin.
Akibat adanya pelanggaran ini, maka OJK tidak menyatakan Bosowa tidak lulus dalam penilaian kembali. Sehingga, Bosowa harus
menerima sejumlah konsekuensi seperti menjalankan hak sebagai pemegang saham.
Selain itu, Bosowa juga dinilai melakukan tindakan, baik secara langsung maupun tidak langsung, yang bertujuan untuk menghalangi
masuknya investor lain dalam rangka peningkatan modal dan penyelesaian masalah likuiditas Bank Bukopin.
Pihak regulator pun menyatakan Bosowa tidak memenuhi komitmen dalam rangka mendukung penyehatan Bukopin melalui
penambahan modal PUT V dan PMTHMETD dalam satu paket.
● Kookmin Bank asal Korea Selatan
Di tengah situasi ini, OJK juga mengumumkan Kookmin Bank, bank besar asal Korea Selatan, sebagai pemegang 22 persen saham
Bukopin. Bank tersebut siap mengambil alih pengendalian bank yang tengah diterpa kesulitan likuiditas tersebut.
Raksasa finansial asal Korea Selatan itu telah menempatkan dana US$ 200 juta—senilai Rp 2,8 triliun—di rekening penampung untuk
meningkatkan kepemilikannya di Bukopin paling sedikit menjadi 51 persen.
Deputi Komisioner Hubungan Masyarakat dan Logistik OJK Anto Prabowo menjelaskan pihanya sudah bersurat ke semua pemegang
sama Bank Bukopin. Isinya yaitu melaksanakan komitmen memenuhi kebutuhan likuiditas dan permodalan Bukopin.
Jka tidak bisa memenuhi penyuntikan perluasan modal, pemegang saham tak dapat menghalangi investor baru yang akan memperbaiki
kondisi perseroan. Kini, Kookmin menjadi pemegang saham mayoritas di Bank Bukopin dengan 67 persen. Sementara, saham Bosowa
di Bukopin menyusut, dari semula 23,39 persen menjadi 11,68 persen.
KASUS BANK BUKOPIN
● Bukopin Gugat OJK
Adapun pelanggaran dari Bosowa ini kemudian tertuang dalam Surat keputusan Dewan Komisioner OJK Nomor 64/KDK/03/2020.
Surat ini yang kemudian digugat oleh Bosowa ke Pengadilan Tata Usaha Negeri (PTUN) Jakarta pada 15 September 2021.
Bosowa kemudian memenangkan gugatan ini. Tapi OJK tidak tinggal diam dan mengajukan banding. “Terhadap putusan tersebut, OJK
akan memproses pengajuan banding,” tutur Deputi Komisioner Hubungan Masyarakat dan Logistik OJK Anto Prabowo dalam
keterangannya, Selasa, 19 Januari 2021.