Anda di halaman 1dari 13

TUGAS

FINANCIAL DISTRESS PT SUMMARECON AGUNG TBK,


PT SENTUL CITY TBK, DAN PT AGUNG PODOMORO LAND TBK
PERIODE 2020 DAN 2021

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan


Guna Mencapai Gelar Akuntan

Diajukan oleh:
Nama : Septian Dwi Anggoro
NIM : 023102201063

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI AKUNTAN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS TRISAKTI
JAKARTA
2022
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI……………………………………………………………………….i
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………..1
1.1 Latar Belakang ................................................................................... 1
BAB II TINJAUANPUSTAKA…………………………………………………..2
2.1 Financial Distress .............................................................................. 2
2.1.1 Metode Analisis Z Score .......................................................... 2
BAB III PEMBAHASAN…………………………………………………………4
3.1 Financial Distress PT Summarecon Agung Tbk ............................... 4
3.2 Financial Distress PT Sentul City Tbk.............................................. 4
3.3 Financial Distress PT Agung Podomoro Land Tbk .......................... 5
3.4 Perbandingan Financial Distress PT Summarecon Agung Tbk, PT
Sentul City Tbk, dan PT Agung Podomoro Land Tbk ...................... 6

i
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pandemi virus corona memberikan dampak yang luas bagi segala hal.
Banyak bisnis yang terpaksa gulung tikar karena tak bisa bertahan di tengah
hantaman virus corona. Berbagai sektor bisnis terkena dampak dari adanya
Covid-19 ini, seperti: sektor pariwisata, penerbangan, meeting, incentives,
conferences, exhibitions (MICE), otomotif, property dan real estate, keuangan,
perdangan, jasa, dan investasi (kontan.co.id 2020).
Sektor property dan real estate menjadi salah satu yang terdampak
serius akibat pandemi Covid-19, terutama dari sisi permintaan. Salah satu yang
paling terasa adalah masyarakat menahan pembelian hunian, sektor property
pun masih belum mampu bangkit dari keterpurukan. Terbatasnya mobilitas
masyarakat pun mengubah pendekatan pemasaran property yang semula
banyak melalui expo atau pameran secara langsung, menjadi virtual. Hal itu
diungkapkan anggota Real Estate Indonesia (REI) (kontan.co.id 2020).
Kondisi keuangan perusahaan properti lokal berada di titik nadir.
Tercatat beberapa pengembang besar mulai tak kuat membayar utang, bahkan
sudah ada yang digugat pailit. Pandemi virus corona (Covid-19) membuat
perusahaan properti tersebut semakin kesulitan, terlebih dalam kurun waktu
lima tahun terakhir industri properti memang sedang mengalami tekanan
karena perlambatan penjualan. Beberapa emiten properti yang mengalami
penurunan rating obligasi, hal ini mengakibatnya terjadinya gagal bayar
maupun resiko tinggi terhadap perusahaan tersebut.
Berdasarkan latar belakang diatas, penelitian ini dilakukan pada objek
perusahaan sektor properti yaitu PT Summarecon Agung Tbk, PT Sentul City
Tbk, dan PT Agung Podomoro Land Tbk pada periode 2020 dan 2021. Untuk
melihat apakah 3 perusahaan tersebut mengalami kesulitan keuangan atau
tidak.

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Financial Distress


2.1.1 Metode Analisis Z Score
Analisis Z Score adalah suatu alat yang digunakan untuk
meramalkan tingkat kebangkrutan suatu perusahaan dengan menghitung
nilai dari beberapa rasio lalu kemudian dimasukan dalam suatu persamaan
diskriminan. Analisis Z-score dikembangkan oleh (Altman, 1968) dengan
tujuan untuk mendeteksi apakah suatu perusahaan dalam kondisi diambang
kebangkrutan financial distress atau ketidaksehatan bank. Fungsi
diskriminan Z yang ditemukan oleh Altman adalah sebagai berikut:

Z = 1,2X1 + 1,4X2 + 3,3X3 + 0,6X4 + 1,9X5

Untuk mengantisipasi kelemahan dari formula asli Altman Z-score,


ada beberapa solusi yang ditawarkan. Untuk perusahaan non-manufaktur,
Altman mengeliminasi variable X5 (penjualan/total asset) karena rasio ini
sangat bervariatif pada industri dengan ukuran asset yang berbeda-beda.
Altman juga memodifikasi X4 dari membandingkan Market Value of
Equity menjadi Book Value Of Equity. Berikut persamaan Z-Score yang di
modifikasi (Altman, 2000) untuk perusahaan nonmanufaktur adalah sebagai
berikut:
Z =6,56X1 +3,26X2 +6,72X3 +1,05X4
Dimana:
X1 = Modal kerja terhadap total aktiva
X2 = Laba ditahan terhadap total aktiva
X3 = Laba sebelum bunga dan pajak terhadap total aktiva
X4 = Nilai buku terhadap total liabilitas
Keempat variable yang digunakan dalam analisis Z-Score ini adalah
sebagai berikut:
1. Modal kerja terhadap total aktiva: merupakan rasio yang menunjukkan
kemampuan perusahaan untuk menghasilkan modal kerja bersih dari

2
keseluruhan total aktiva yang dimilikinya. Rasio ini dihitung dengan
membagi modal kerja bersih dengan total aktiva.
2. Laba ditahan terhadap total aktiva: merupakan rasio profitabilitas yang
mendeteksi kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan
ditinjau dari kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba
dibandingkan dengan kecepatan perputaran operating assets sebagai
ukuran efisiensi usaha.
3. Laba sebelum bunga dan pajak terhadap total aktiva: merupakan rasio
yang mengukur kemampuan modal yang diinvestasikan dalam
keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan bagi semua
investor termasuk pemegang saham. Rasio ini berfungsi sebagai alat
pengaman jika perusahaan mengalami kegagalan keuangan.
4. Nilai buku terhadap total liabilitas: digunakan untuk menilai
solvabilitas perusahaan, yaitu kemampuan perusahaan memenuhi
kewajiban jangka panjang atau mengukur kemampuan permodalan
perusahaan dalam menanggung seluruh beban utangnya.
Setelah nilai Z ditemukan, maka langka selanjutnya adalah
menentukan kriteria pengembalian keputusan atas nilai Z tersebut. Titik cut
off yang dilaporkan (Altman, 2000) untuk mengambil kesimpulan
bagaimana kondisi masing masing perusahaan berdasarkan analisis rasio
keuangan dan analisis Z score yang telah ditetapkan agar dapat digunakan
untuk mengetahui tingkat kesehatan adalah:
1. Z > 2,99 menunjukkan bahwa perusahaan tidak mengalami masalah
dengan kondisi keuangan safe zones atau sehat
2. 1,22 < Z < 2,99 menunjukkan bahwa perusahaan akan mengalami
permasalahan keuangan jika tidak melakukan perbaikan yang berarti
dalam manajemen maupun struktur keuangan Grey Zones atau kurang
sehat
3. Z < 1,75 menunjukkan bahwa perusahaan mengalami masalah
keuangan yang serius Distress Zones atau tidak sehat

3
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Financial Distress PT Summarecon Agung Tbk

Tabel 1
Hasil Perhitungan Financial Distress PT Summarecon Agung Tbk
V Koefisien 2020 2021
X1 6.56 0.14 0.23
X2 3.26 0.21 0.21
X3 6.72 0.05 0.06
X4 1.05 0.57 0.76
2.56 3.42

Sumber : Data Diolah (2022)

Berdasarkan Perhitungan diatas bahwa Nilai Altman Z-Score PT


Summarecon Agung Tbk Pada Tahun 2020 adalah 2.56 yang artinya
perusahaan berada di daerah kelabu (2.99) dan mendekati batas atas daerah
kelabu sehingga nilai tersebut tidak mengindikasikan adanya kebangkrutan.
Sedangkan Tahun 2021 adalah 3.42 yang artinya perusahaan dinyatakan bebas
dari kebangkrutan. Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa PT Summarecon
Agung Tbk memiliki ketahanan yang kuat dalam menghadapi tekanan pada
kondisi yang buruk dalam masa pandemi Covid-19 serta mampu memperbaiki
kondisi kinerja perusahaan dari kondisi kinerja keuangan sebelumnya.

3.2 Financial Distress PT Sentul City Tbk

Tabel 2
Hasil Perhitungan Financial Distress PT Sentul City Tbk
V Koefisien 2020 2021
X1 6.56 0.07 0.18
X2 3.26 0.03 0.04
X3 6.72 -0.01 0.03
X4 1.05 1.26 1.70
1.79 3.31
Sumber : Data Diolah (2022)

4
Berdasarkan Perhitungan diatas bahwa Nilai Altman Z-Score PT Sentul
City Tbk Pada Tahun 2020 adalah 1.79 yang artinya perusahaan berada di
daerah kelabu dan sangat dekat dengan batas bawah area kelabu (1.75)
sehingga nilai tersebut sangat dimungkinkan terjadi kebangkrutan. Sedangkan
Tahun 2021 adalah 3.31 yang artinya perusahaan dinyatakan bebas dari
kebangkrutan. Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa PT Sentul City Tbk
memiliki ketahanan yang kuat dalam menghadapi tekanan pada kondisi yang
buruk dalam masa pandemi Covid-19 serta mampu memperbaiki kondisi
kinerja perusahaan dari kondisi kinerja keuangan sebelumnya.

3.3 Financial Distress PT Agung Podomoro Land Tbk

Tabel 3
Hasil Perhitungan Financial Distress PT Agung Podomoro Land Tbk
V Koefisien 2020 2021
X1 6.56 0.18 0.16
X2 3.26 0.16 0.14
X3 6.72 0.04 0.02
X4 1.05 0.60 0.55
2.57 2.18

Sumber : Data Diolah (2022)

Berdasarkan Perhitungan diatas bahwa Nilai Altman Z-Score PT


Agung Podomoro Land Tbk Pada Tahun 2020 adalah 2.57 yang artinya yang
artinya perusahaan berada di daerah kelabu dan mendekati batas atas daerah
kelabu (2.99) sehingga nilai tersebut tidak mengindikasikan adanya
kebangkrutan. Sedangkan Tahun 2021 adalah 2.18 yang artinya perusahaan
berdada di daerah kelabu dan menjauh dari batas atas daerah kelabu (2.99).
Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa PT Agung Podomoro Land Tbk
memiliki ketahanan yang kuat dalam menghadapi tekanan pada kondisi yang
buruk dalam masa pandemi Covid-19 dan mampu mempertahankan kondisi
kinerja perusahaan dari kondisi kinerja keuangan sebelumnya walaupun
sewaktu-waktu dapat terjadi kebangkrutan.

5
3.4 Perbandingan Financial Distress PT Summarecon Agung Tbk, PT Sentul
City Tbk, dan PT Agung Podomoro Land Tbk
Dari ketiga perusahaan tersebut PT Summarecon Agung Tbk yang
memiliki nilai paling baik karena memiliki kinerja positif pada tahun 2020 dan
2021 dengan laba yang konsisten dan nilai financial distress yang tidak terlalu
rendah pada tahun 2020 di area kelabu yaitu 2.56 dan mengalami peningkatan
kinerja yang berdampak pada nilai financial distress menjadi 3.42. PT Sentul
City Tbk masih bisa bertahan dalam masa kepailitan dan perusahaan dapat
bertahan dan memperbaiki kinerjanya di tahun 2021 hal tersebut
menggambarkan bahwa perusahaan bisa bertahan dan berkembang dalam
tekanan. PT Agung Podomoro Land Tbk pada tahun 2020 dan 2021 masih
dalam area kelabu dan mengalami penurunan hal ini perlu perhatian penting
bagi manajemen dalam mempertahankan dan meningkatkan strategi
perusahaan untuk dapat bersaing dengan kompetitornya.

6
FINANCIAL
DISTRESS
IDX : SMRA, BKSL, APLN

Septian Dwi Anggoro


023102201063
Berdasarkan Perhitungan diatas bahwa Nilai Altman Z-Score PT
Summarecon Agung Tbk Pada Tahun 2020 adalah 2.56 yang artinya
perusahaan berada di daerah kelabu (2.99) dan mendekati batas atas
daerah kelabu sehingga nilai tersebut tidak mengindikasikan adanya
kebangkrutan. Sedangkan Tahun 2021 adalah 3.42 yang artinya
perusahaan dinyatakan bebas dari kebangkrutan. Dari data di atas
dapat disimpulkan bahwa PT Summarecon Agung Tbk memiliki
ketahanan yang kuat dalam menghadapi tekanan pada kondisi yang
buruk dalam masa pandemi Covid-19 serta mampu memperbaiki
kondisi kinerja perusahaan dari kondisi kinerja keuangan sebelumnya.
Berdasarkan Perhitungan diatas bahwa Nilai Altman Z-Score PT Sentul City Tbk
Pada Tahun 2020 adalah 1.79 yang artinya perusahaan berada di daerah kelabu
dan sangat dekat dengan batas bawah area kelabu (1.75) sehingga nilai
tersebut sangat dimungkinkan terjadi kebangkrutan. Sedangkan Tahun 2021
adalah 3.31 yang artinya perusahaan dinyatakan bebas dari kebangkrutan. Dari
data di atas dapat disimpulkan bahwa PT Sentul City Tbk memiliki ketahanan
yang kuat dalam menghadapi tekanan pada kondisi yang buruk dalam masa
pandemi Covid-19 serta mampu memperbaiki kondisi kinerja perusahaan dari
kondisi kinerja keuangan sebelumnya.
Berdasarkan Perhitungan diatas bahwa Nilai Altman Z-Score PT Agung
Podomoro Land Tbk Pada Tahun 2020 adalah 2.57 yang artinya yang artinya
perusahaan berada di daerah kelabu dan mendekati batas atas daerah
kelabu (2.99) sehingga nilai tersebut tidak mengindikasikan adanya
kebangkrutan. Sedangkan Tahun 2021 adalah 2.18 yang artinya perusahaan
berdada di daerah kelabu dan menjauh dari batas atas daerah kelabu (2.99).
Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa PT Agung Podomoro Land Tbk
memiliki ketahanan yang kuat dalam menghadapi tekanan pada kondisi yang
buruk dalam masa pandemi Covid-19 dan mampu mempertahankan kondisi
kinerja perusahaan dari kondisi kinerja keuangan sebelumnya walaupun
sewaktu-waktu dapat terjadi kebangkrutan.
TERIMA KASIH!

Pendidikan Profesi Akuntan


Universitas Trisakti

Anda mungkin juga menyukai