Anda di halaman 1dari 20

Analisis Kebangkrutan Usaha

Dosen Pengampu : SITI RIDLOAH, S.E., M. Mgmt.

Kelompok 10:
Mutiara Angel As Syifa 7311420078
Fahriza Naufal Yunus 7311420187
Reza Bahrul Zacky 7311420188
Ika Putri Ainurrizqi 7311420293
Lenny Novieta Dewi 7311420304

PROGRAM STUDI MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI


UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat dan hidayah-Nya
terutama nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga dapat menyelesaikan tugas makalah
mata kuliah Analisis Laporan Keuangan yang berjudul “ Analisis Kebangkrutan Usaha”.
Harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan bagi para
pembaca. Semoga untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi
makalah agar menjadi lebih baik lagi.Karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman
kami, masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu kami sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah
ini.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Tujuan

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Analisis Kebangkrutan


B. Tujuan Analisis Kebangkrutan
C. Metode Analisis Kebangkrutan
D. Contoh Analisis Kebangkrutan

BAB IV PENUTUP

KESIMPULAN

DAFTARPUSTAKA
BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kebangkrutan merupakan masalah yang sangat esensial yang harus diwaspadai oleh perusahaan.
Jika perusahaan sudah terkena bangkrut, maka perushaan tersebut benar- benar mengalami kegagalan
usaha. Untuk itu perusahaan harus sedini mungkin melakukan berbagai analisis yang menyangkut
kebangkrutan perusahaan. Dengan analisis ini maka sangat bermanfaat bagi perusahaan untuk
melakukan antisipasi yang di perlukan.

Analisis kebangkrutan dilakukan untuk memperoleh peringatan awal kebangkrutan. Semakin


awal tanda-tanda kebangkrutan semakin baik bagi pihak manajemen karena bisa melakukan
perbaikan-perbaikan, agar kebangkrutan tersebut benart-benar tidak terjadi pada perusahaan dan
perusahaan dapat mengantisipasi atau membuat strategi untuk menghadapi jika kebangkrutan benar-
benar menimpa perusahaan. Tanda – tanda awal kebangkrutan ditandai dengan adanya financial
distress.
B. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana memahami dan menganalisis kebangkrutan usaha?


2. Bagaimana tujuan analisis kebangkrutan usaha?
3. Bagaimana mempelajari metode untuk mencegah kebangkrutan usaha?

C. TUJUAN

1. Memahami dan menganalaisis kebangkrutan usaha


2. Mengetahui pendekatan data base untuk pengelolaan data
3. Mempelajari metode untuk mencegah kebangkrutan usaha
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Analisis Kebangkrutan

Kegagalan keuangan perusahaan adalah ketidakmampuan suatu perusahaan


untuk membayar kewajiban keuangannya pada saat jatuh tempo yang
menyebabkan kebangkrutan. Suatu perusahaan dinyatakan bangkrut apabila
perusahaan gagal dalam menjalankan operasi usaha untuk mencapai tujuannya.
Menurut Toto (2011:332) dalam Karina (2014:19), “kebangkrutan
(bankcruptcy) merupakan kondisi dimana perusahaan tidak mampu lagi untuk
melunasi kewajibannya”. Kondisi ini biasanya tidak muncul begitu saja di
perusahaan, ada indikasi awal dari perusahaan tersebut yang biasanya dapat
dikenali lebih dini kalau laporan keuangan dianalisis secara lebih cermat dengan
suatu cara tertentu. Rasio keuangan dapat digunakan sebagai indikasi adanya
kebangkrutan di perusahaan.
Kebangkrutan sebagai suatu kegagalan yang terjadi
pada sebuah perusahaan. Kegagalan didefinisikan dalam beberapa pengertian
menurut Martin (2007:15) dalam Karina (2014:19) yaitu :

1. Kegagalan ekonomi (Economic Distressed)

Kegagalan dalam ekonomi artinya bahwa perusahaan kehilangan uang


atau pendapatan perusahaan tidak mampu menutupi biayanya sendiri,
ini berarti tingkat labanya lebih kecil dari biaya modal atau nilai
sekarang dari arus kas perusahaan lebih kecil dari kewajiban. Kegagalan
terjadi bila arus kas sebenarnya dari perusahaan tersebut jauh dibawah
arus kas yang diharapkan.

2. Kegagalan keuangan (Financial Distressed)

Pengertian financial distressed mempunyai makna kesulitan dana baik


dalam arti dana dalam pengertian kas atau dalam pengertian modal
kerja. Sebagai asset liability management sangat berperan dalam
pengaturan untuk menjaga agar tidak terkena financial distressed.
Kebangkrutan akan cepat terjadi pada perusahaan yang berada di
Negara yang sedang mengalami kesulitan ekonomi, karena kesulitan
ekonomi akan memicu semakin cepatnya kebangkrutan perusahaan
yang mungkin tadinya sudah sakit kemudian semakin sakit dan
bangkrut.
Berdasarkan beberapa pendapat para ahli tersebut, bahwa kebangkrutan
merupakan kondisi perusahaan yang tidak sehat dalam melanjutkan usahanya
dikarenakan ketidakmampuan dalam bersaing sehingga mengakibatkan penurunan
profitabilitas. Emiten atau perusahaan publik yang gagal atau tidak mampu
menghindari kegagalan untuk membayar kewajibannya terhadap pemberi
pinjaman yang tidak terafiliasi, maka emiten atau perusahaan publik wajib
menyampaikan laporan mengenai pinjaman termasuk jumlah pokok dan bunga,
jangka waktu pinjaman, nama pemberi pinjaman, penggunaan pinjaman dan
alasan kegagalan atau ketidakmampuan menghindari kegagalan kepada Bapepam
dan Bursa Efek. Emiten atau perusahaan publik tercatat secepat mungkin paling
lambat akhir hari kedua sejak emiten atau perusahaan publik mengalami
kegagalan atau mengetahui ketidakmampuan untuk menghindari kegagalan
dimaksud (Yani dkk, 2004:14).
Menurut Darsono dkk, (2005:101) dalam Karina (2014:20), “kesulitan
keuangan dapat diartikan sebagai ketidakmampuan perusahaan untuk membayar
kewajiban keuangannya pada saat jatuh tempo yang menyebabkan kebangkrutan
perusahaan”.
Kebangkrutan terjadi bila semua utang perusahaan melebihi nilai wajar aset
totalnya. Suatu perusahaan dianggap gagal keuangan apabila tingkat
pengembalian yang diperoleh perusahaan lebih kecil dari total biaya yang
dikeluarkan dalam jangka panjang. Kesulitan keuangan yang terus-menerus
dihadapi perusahaan karena biaya yang dikeluarkan melebihi dari pendapatannya
akan mengancam kelangsungan usaha perusahaan dalam jangka panjang.
Analisis kebangkrutan diperlukan untuk memperoleh peringatan awal
kebangkrutan. Alat pendeteksi dini kebangkrutan dibutuhkan untuk melihat tanda
tanda awal kebangkrutan. Semakin awal tanda kebangkrutan diperoleh, semakin
baik bagi manajemen karena pihak manajemen dapat melakukan berbagai langkah
perbaikan sebagai upaya pencegahan. Kreditur dan pemegang saham dapat
melakukan persiapan untuk menghadapi berbagai kemungkinan buruk yang akan

B. Tujuan Analisis Kebangkrutan

Analisis kebangkrutan dilakukan untuk mengambil keputusan bagi kreditur siapa yang akan diberi
pinjaman dan kemudian bermanfaat untuk memonitor pinjaman yang ada. Bagi investor saham atau
obligasi analisis kebangkrutan dilakukan untuk melihat adanya kemungkinan bangkrut atau tidaknya
perusahaan yang menjual surat berharga tersebut sehingga secepat mungkin dapat mengantisipasi
kemungkinan kebangrutan. Manfaat bagi pihak pemerintah dengan dilakukannya analisis kebangkrutan
adalah untuk mengawasi jalannya usaha yang berada dibawah pengawasan pemerintah dan sedini
mungkin mengantisipasi kemungkinan bangkrutnya suatu usaha.

C. Metode Analisis Kebangkrutan

1. Model Altman

Pada awalnya Altman memiliki sampel 66 perusahaan manufaktur yang terdiri dari 35 perusahaan
yang bangkrut dan 35 perusahaan yang tidak bangkrut. Selanjutnyadipilih pula 22 variabel (ratio) yang
potensial untuk dievaluasi yang dikelompokkan ke dalam 5 kelompok, yaitu liquidity, profitability,
leverage, solvency, dan activity. Dari 22 variabel tersebut kemudian dipilih 5 variabel yang merupakan
kombinasi terbaik untuk memprediksi kebangkrutan. Dari sampel perusahaan dan kelima ratio tersebut
terbentuklah fungsi diskriminan yang juga disebut Altman Z-Score sebagai berikut:

Z = 0,012X1 + 0,014X2 + 0,033X3 + 0,006X4 + 0,999X5


Dengan keterangan sebagai berikut:
Z = over all index
X1 = working capital/total asset
X2 = retained earning/total asset
X3 = earning before interest and taxes/total asset
X4 = market value equity/book value of total liabilities
X5 = sales/total asset
Nilai cut-off :
Z < 1,81 bangkrut
1,81 <Z< 3 grey area
Z > 3 tidak bangkrut

Mengingat bahwa tidak semua perusahaan melakukan go public dan tidak memiliki nilai
pasar, maka tahun 1984, Altman melakukan penelitian kembali di berbagai negara. Penelitian ini
memasukkan dimensi internasional. Formula yang dihasilkan adalah untuk perusahaan yang tidak
go public (privat manufacturer companies) dan (private general firm atau private non
manufacturting company) sebagai berikut:

- Public companies: 1.2*X1 + 1.4*X2 + 3.3*X3 + 0.6*X4 + 1.0*X5


- Private companies: 0.717*X1 + 0.847*X2 + 3.107*X3 + 0.420*X4+0.998*X5
- Non-manufacturing companies: 6.56*X1 + 3.26*X2 + 6.72*X3 + 1.05*X4

Analisa Z-score Altman, terbagi menjadi 3 kategori. Hasil analisa ditentukan dengan nilai cut off sebagai
berikut:

1.1 Original Z-Score [For Public Manufacturer]


Z < 1,81 bangkrut
1,81 <Z< 3 grey area
Z > 3 tidak bangkrut

1.2 Model A Z'-Score [For Private Manufacturer]


Z < 1,23 bangkrut
1,23 <Z< 2,9 grey area
Z > 2,9 tidak bangkrut

1.3 Model B Z'-Score [For Private General Firm]


Z < 1,1 bangkrut
1,1 <Z< 2,6 grey area
Z > 2,6 tidak bangkrut

Hasil penelitian Altman (1968) membuktikan bahwa model MDA oleh Altman sangat akurat dalam
memprediksi kebangkrutan, dengan tingkat kebenaran 95% pada keseluruhan sampel seluruh perusahaan
bangkrut dan perusahaan tidak bangkrut. Uji reliabilitas terhadap model ini dengan menggunakan sampel
kedua juga membuktikan bahwa model MDA Altman sangat akurat. Model ini akurat untuk memprediksi
2 tahun sebelum terjadinya kebangkrutan, dan tingkat keakuratannya akan berkurang untuk periode lebih
dari 2 tahun sebelum terjadinya kengangkrutan. Namun penelitian ini terbatas pada sampelnya yang
hanya meliputi perusahaan manufaktur yang go publik. Penelitian model MDA selanjutnya
dikembangkan oleh Altman pada tahun 1984 dengan memasukkan dimensi internasional yang merubah
formulasi Z-score.

1. Model Ohlson (1980)

Ohlson menggunakan analisis logistik untuk mengembangkan model prediksi kebangkrutan dengan
sembilan Indikator independen. Rasio yang digunakan adalah rasio laverage, likuiditas, dan profitabilitas
berdasarkan sempel 105 perusahaan bangkrut dan 2058 perusahaan tidak bangkrut (Grice dan
Dugan,2003:79).
Model logit merupakan perkembangan lebih lanjut dari model probabilitas linier yang
menjelaskan bahwa, analisis model logit digunakan untuk estimasi probabilitas dari suatu
fenomena dengan mereduksi kelemahan-kelemahan yang terdapat pada probabilitas linier.
Ohlson (1980) menyatakan bahwa model ini memiliki cutoff point optimal pada nilai 0,38.
Ohlson memilih cutoff ini karena dengan nilai ini, jumlah error dapat diminimalisasi.
Maksud dari cutoff ini adalah bahwa perusahaan yang memiliki nilai O di atas 0,38 berarti
perusahaan tersebut mengalami kondisi financial distress. Sebaliknya, jika nilai O perusahaan
dibawah 0,38, maka perusahaan dalam kondisi nonfinancial distress.

2. Model Springate

Menurut Syafrida Hani (2014) model springate adalah model rasio yang digunakan untuk
mengukur kondisi keuangan perusahaan. Model ini menggunakan lebih dari satu rasio keuangan
yang dianggap berkaitan dengan kondisi yang dapat mengukur tingkat kebangkrutan suatu
perusahaan. Untuk menentukan rasio-rasio mana saja yang dapat mendeteksi kemungkinan
kebangkrutan, Springate menggunakan model discriminantAnalisys (MDA) untuk memilih 4
rasio dari 29 rasio euangan yang popular dalam literature-literature yang mampu membedakan
perusahaan yang akan mengalami kebangkrutan dengan yang dalam kondisi baik. Model
Springate Adalah:

S= 1,03 A + 3,07 B + 0,66 C + 0,4 D

Keterangan:

A= Working Capital / Total Assets

B= Ebit/Total Asset

C= Net Profit Before Taxs/ Current Liabilities

D= Sales/Total Asset

Adapun Kriterian yang ditetapkan untuk melihat kondisi perusahaan adalah:

1. Jika nilai S < 0,862 maka perusahaan yang bangkrut

2. Jika nilai S > 0,862 maka perusahaan dalam kondisi baik.

Variabel-variabel dan rasio keuangan yang digunakan dalam analisis diskriminan model
Springate dijelaskan sebagai berikut:

A= Working Capital /Total Asset

Rasio pertama ini dihitung dengan membandingkan rasio modal kerja terhadap total aktiva.
Rasio ini merupakan ukuran bersih aktiva lancar perusahaan terhadap modal perusahaan. Modal
kerja yang digunakan adalah modal kerja bersih yakni selisih antara aktiva lancar dikurangi
hutang lancar.
B=EBIT/Total Asset

Rasio kedua ini dihitung dengan membandingkan laba sebelum bunga dan pajak dengan total
aktiva. Rasio ini merupakan ukuran produktivitas yakni mengukur seberapa besar kemampuan
perusahaan menghasilkan kaba sebelum bunga dan pajak dolihat dari aktiva perusahaan yang
sesungguhnya.

C=Net Profit Before Tax/ Current Liabilities

Rasio ketiga ini dihitung membandingkan laba sebelum pajak dengan kewajiban lancar.

D=Sales/Total Asset

Rasio ini menggambarkan kemampuan perusahaan untuk meningkatkan penjualan dari aktiva
yang dimilikinya. Selain itu juga dapat digunakan untuk mengukur seberapa besar kemampuan
manajemen dalam menghadapi kondisi yang kompetitif. Rasio ini digunakan dengan cara
membandingkan penjualan dengan total aktiva.

3. Model Zmijewski (X-Score)

Model Zmijewski menggunakan rasio keuangan yang mengukur dengan kinerja perusahaan, laverage,
dan likuiditas untuk mengembangkan modelnya. Dalam penelitiannya, Zmijewski (1984) mensyaratkan
satu hal yang krusial.
Proporsi dari sampel dan populasi harus ditentukan di awal, sehingga didapat besaran frekuensi
Financial Distress. Frekuensi ini diperoleh dengan membagi jumlah sampel yang mengalami
Financial Distress dengan jumlah sampel keseluruhan (Rismawati, 2012). Model Zmijewski
pertama kali digunakan dalam penelitian pada 40 perusahaan bangkrut dan 800 perusahaan non-
bangkrut 99% (Avenhuis, 2013).Tingkat akurasi model ini dalam mengestimasikan sampel yang
digunakan sebesar 99% (Avenhuis, 2013).

Dimana :
Nilai Cut-Off yang berlaku dalam model ini adalah 0. Hal ini berarti

perusahaan yang nilai X-nya lebih besar dari atau sama dengan 0 diprediksi akan

mengalami Financial Distress di masa depan. Sebaliknya, perusahaan yang

memiliki nilai X lebih kecil dari 0 diprediksi tidak akan mengalami Distress

(Rismawati, 2012).

D. CONTOH ANALISIS KEBANGKRUTAN

1. Multivariat Model Altman


Model ini dikembangkan oleh Altman dengan meperhitungkan rasio-rasio keuangan sebagai
berikut:
a. (net working capital to total assets = X1)

Tahu Total Aktiva Total Kewajiban Rasio


Total Aktiva
n Lancar Lancar X1

  (Rp 000.000) (Rp 000.000) (Rp 000.000) (%)


2014 1,860,438 181,431 1,860,438 0.90
2015 1,707,439 184,060 2,796,111 0.54
Tabel 8.1 Penghitungan Rasio Modal kerja bersih terhadap total aktiva (X1)

Pada perhitungan diatas dapat diketahui bahwa dari seluruh aktiva yang dimiliki
perusahaan terdapat modal kerja bersih sebesar 90% pada Tahun 2014 artinya setiap Rp. 1
Aktiva dapat dijamin sebesar Rp. 0,9 Modal Kerja jangka pendek. Sedangkan pada Tahun
2015 terdapat modal kerja bersih sebesar 54% artinya setiap Rp. 1 Aktiva dapat dijamin
sebesar Rp. 0,54. Hal ini menunjukkan terjadi penurunan risiko jangka pendek dan likuiditas
pada Tahun 2015 sebesar 36%.

b. (retained earnings to total assets = X2)

Laba Ditahan Total Aktiva Rasio X2


Tahun
(Rp 000.000) (Rp 000.000)
2014 432,798 1,860,438 0.23
2015 510,695 2,796,111 0.18
Tabel 8.2 Penghitungan Rasio Laba Ditahan terhadap Total aktiva
Perhitungan rasio diatas menunjukkan bahwa dari seluruh aktiva yang dimiliki
perusahaan dapat dibiayai dari laba ditahan (saldo laba) sebesar 23% pada Tahun 2014
sedangkan pada Tahun 2015, dapat dibiayai dari laba ditahan sebesar 18%. Hal ini
menunjukkan terjadi penurunan profitabilitas pada Tahun 2015 sebesar 5%.

c. (earnings before interest and taxes to total assets = X3)

Tahun EBIT Total Aktiva Rasio X3


(Rp 000.000) (Rp 000.000) (%)
2014 Rp 839,565 Rp1,860,438 0.45
2015 Rp 883,365 Rp2,796,111 0.32
Tabel 8.3 Penghitungan Rasio Laba sebelum Bunga dan Pajakterhadap Total aktiva (X 3)

Rasio tersebut menunjukkan bahwa dari seluruh aktiva yang diinvestasikan dapat
menghasilkan laba operasi sebesar 45% pada Tahun 2014 artinya setiap Rp. 1 Aktiva dapat
dijamin oleh EBIT sebesar Rp. 0,45 sedangkan pada Tahun 2015, dapat menghasilkan laba
operasi sebesar 32%. Hal ini menunjukkan terjadi penurunan profitabilitas pada Tahun 2015
sebesar 13%.

d. (market value of equity to book value of liabilities = X4)

Market Capital Nilai Buku Kewajiban


Tahun Rasio X4
(Rp) (Rp)
2014 915,000,000,000 195,093,000,000 Rp 4.69
2015 825,000,000,000 197,797,000,000 Rp 4.17
Tabel 8.4 Penghitungan Rasio Nilai Pasar Ekuitas terhadap Nilai Buku Kewajiban (X 4)

Rasio ini menunjukkan bahwa struktur pendanaan yang dimiliki perusahaan adalah untuk
setiap Rp 1 utang berbanding Rp 4,69 ekuitas pada Tahun 2014 sedangkan pada Tahun 2015,
untuk setiap Rp 1 utang berbanding Rp 4,17 ekuitas. Hal ini menunjukkan terjadi
peningkatan risiko jangka panjang pada Tahun 2015.

e. Penjualan terhadap total aktiva (sales to total assets = X5)


Rasio
Penjualan Bersih Total Aktiva
Tahun X5
(Rp 000.000) (Rp 000.000)  
2014 Rp 2,197,907 Rp1,860,438 1.18
2015 Rp 2,218,536 Rp2,796,111 0.79
Tabel 8.5 Penghitungan Rasio Penjualan terhadap Total aktiva (X 5)

Rasio tersebut menunjukkan bahwa untuk setiap Rp 1 aktiva yang diinvestasikan dapat
menghasilkan pendapatan bersih sebesar Rp 1,18 pada Tahun 2014 sedangkan pada Tahun
2015, dapat menghasilkan pendapatan bersih sebesar Rp 0,79. Hal ini menunjukkan terjadi
penurunan produktivitas pada Tahun 2015.

Ukuran Keterangan

Z-Score < 1,81 Peluang bangkrut besar

Z-Score > 3,00 Peluang bangkrut kecil

1,81 ≤ Z-Score ≤ Daerah abu-abu


3,00

Tabel 8.6 Standar Penilaian (Cut off point) Model Z-Score

Setelah semua rasio – rasio diketahui maka dapat dilakukan perhitungan kebangkrutan
seperti pada table 8.7.
Period
x1 x2 x3 x4 x5 Z-Score
e
2015 1.20 0.90 1.40 0.18 3.30 0.45 0.60 4.69 1.00 1.18 6.81
2014 1.20 0.54 1.40 0.18 3.30 0.32 0.60 4.17 1.00 0.79 5.24
Tabel 8.7 Penghitungan Z-Score Prediksi Kebangkrutan Perusahaan
Tabel 8.7 di atas menunjukkan bahwa pada Tahun 2014 dan 2015 PT. Sido Muncul tidak
mengalami kebangkrutan tetapi mengalami penurunan skor penilaian.
2. Metode Ohlson
Salah satu metode analisis yang digunakan untuk meprediksi kebangkrutan perusahaan adalah
metode Ohlson yang dikembangkan oelh James A. Ohlson dimana dengan memperhitungkan
Sembilan rasio keuangan dengan kofisien yang berbeda. Berikut adalah analisis kebangkrutan
metode ohlson PT. Sido Muncul Tbk.
a. Logaritma alam (ln) total aktiva terhadap Deflator GNP (natural log of (total assets to GNP
implicit Price Deflator Index = SIZE)
Perhitungan SIZE PT. Sidomuncul

Period GNP TA SIZE


2014 109.3 1,860,438 9.74
2015 128.561 2,796,111 9.99

Tabel 8.8 Penghitungan SIZE PT. Sido Muncul


Perhitungan diatas menunjukkan bahwa pada tahun 2014 SIZE PT. Sidomuncul sebesar
9,74 dan 2015 sebesar 9,99 mengalami peningkatan tahun 2015.
b. Total kewajiban terhadap total aktiva (total liabilities to total assets = TLTA)
Period TL TA TLTA
2014 195,093 1,860,438 0.10
2015 197,797 2,796,111 0.07
Tabel 8.9 Perhitungan total kewajiban terhadap total aktiva
Tabel diatas diatas menunjukkan bahwa pada tahun 2014 setiap Rp. 1 Aktiva perusahaan
dijamin oleh Rp. 0,10 Hutang, sedangkan 2015 setiap Rp. 1 Aktiva perusahaan dijamin oleh
Rp. 0,07 Hutang. Hal ini menunjukkan terjadi penurunan rasio.
c. Aktiva lancar kurang kewajiban lancar terhadap total aktiva (current assets – current
liabilities to total assets = WCTA)
Period TCA TCL TA WCTA
2014 1,860,438 181,431 1,860,438 0.90
2015 1,707,439 184,060 2,796,111 0.54
Tabel 8.10 Perhitungan working capital to total aset
Pada perhitungan diatas dapat diketahui bahwa dari seluruh aktiva yang dimiliki
perusahaan terdapat modal kerja bersih sebesar 90% pada Tahun 2014 artinya setiap Rp. 1
Aktiva dapat dijamin sebesar Rp. 0,9 Modal Kerja jangka pendek. Sedangkan pada Tahun
2015 terdapat modal kerja bersih sebesar 54% artinya setiap Rp. 1 Aktiva dapat dijamin
sebesar Rp. 0,54. Hal ini menunjukkan terjadi penurunan risiko jangka pendek dan likuiditas
pada Tahun 2015 sebesar 36%.

d. Kewajiban lancar terhadap aktiva lancar (current liabilities to current assets = CLCA)
Period CL CA CLCA
2014 181,431 1,860,438 0.10
2015 184,060 1,707,439 0.11
Tabel 8.11 Perhitungan CLCA PT. Sido Muncul
Tabel diatas menunjukkan bahwa pada tahun 2014 setiap Rp. 1 Aktiva lancar perusahaan
dijamin oleh Rp. 0,10 Hutang lancar, sedangkan 2015 setiap Rp. 1 Aktiva perusahaan dijamin
oleh Rp. 0,01 Hutang. Hal ini menunjukkan terjadi peningkatan rasio.
e. Laba bersih terhadap total aktiva (net income to total assets = NITA)
Period Laba Bersih TA NITA
2014 417,511 1,860,438 0.22
2015 437,475 2,796,111 0.16
Tabel 8.12 Perhitungan NITA PT. Sido Muncul
Tabel diatas menunjukkan bahwa pada tahun 2014 setiap Rp. 1 Aktiva perusahaan
dijamin oleh Rp. 0,22 Laba Bersih , sedangkan 2015 setiap Rp. 1 Aktiva perusahaan dijamin
oleh Rp. 0,16 Laba Bersih . Hal ini menunjukkan terjadi penurunan profitabilitas perusahaan
2015.
f. Dana dari operasi terhadap total kewajiban (funds from operations to total liabilities =
FUTL)
Period DO TL FUTL
2014 369,322 195,093 1.89
2015 432,896 197,797 2.19
Tabel 8.13 Perhitungan FUTL PT. Sido Muncul
Tabel diatas menunjukkan bahwa pada tahun 2014 setiap Rp. 1 Hutang Lancar
perusahaan dijamin oleh Rp. 1,89 Dana dari Operasional perusahaan , sedangkan 2015 setiap
Rp. 1 Hutang Lancar perusahaan dijamin oleh Rp. 2,19 Dana dari Operasional perusahaan.
Hal ini menunjukkan terjadi peningkatan solvabilitas perusahaan di tahun 2015.

g. Variabel dummy yaitu bernilai satu jika laba bersih negatif selama dua tahun terakhir dan
bernilai nol jika tidak demikian (one if net income was negative for the last two years and
zero otherwise = INTWO)

Period Net Income INTWO


2014 417,511 0
2015 437,475 0
Tabel 8.14 Perhitungan INTWO PT. Sido Muncul
Rasio menunjukkan bahwa perusahaan menghasilkan laba bersih selama dua periode
berturut-turut.
h. Variabel dummy yaitu bernilai satu jika total kewajiban melebih total aktiva dan bernilai nol
jika tidak demikian (one if total liabilities exceed total asset and zero otherwise = OENEG)
Period TL TA OENEG
2014 195,093 1,860,438 0
2015 197,797 432,896 0
Tabel 8.15 Perhitungan OENEG PT. Sido Muncul

i. (Laba bersiht – Laba bersiht-1)/(│Laba bersiht│ +│Laba bersiht-1│) = CHIN


Period Laba Bersih PERUBAHAN TOTAL LABA CHIN
2014 417,511 (11,568) 823,454 (0.01)
2015 437,475 19,964 1,260,929 0.02
Tabel 8.16 Perhitungan CHIN PT. Sido Muncul

Setelah mengetahui hasil perhitungan Sembilan predektor, selanjutnya dimasukkan ke


rumus sperti berikut ini
Koefisien Variabel Nilai Variabel Nilai Fungsi
Variabel
Prediktor Prediktor Multivariat (y)
Konstanta Rp (1)   Rp (1)
SIZE Rp (0) 9.74 Rp (4)
TLTA Rp 6 0.10 Rp 1
WCTA Rp (1) 0.90 Rp (1)
CLCA Rp 0 0.10 Rp 0
NITA Rp (2) 0.22 Rp (1)
FUTL Rp (2) 1.89 Rp (3)
INTWO Rp 0 Rp - Rp -
OENEG Rp (2) Rp - Rp -
CHIN Rp (1) (0.01) Rp 0
Total   -9.9247575
Tabel 8.17 Perhitungan Prediksi Kebangkrutan Ohlson PT. Sido Muncul

1
p=
1+e− y
1
p= −(−9. 9247575 )
1+2 , 718282
p=0, 00005
Koefisien Variabel Nilai Fungsi Multivariat
Variabel Nilai Variabel Prediktor
Prediktor (y)
Konstanta Rp (1)   Rp (1)
SIZE Rp (0) 9.99 Rp (4)
TLTA Rp 6 0.07 Rp 0
WCTA Rp (1) 0.54 Rp (1)
CLCA Rp 0 0.11 Rp 0
NITA Rp (2) 0.16 Rp (0)
FUTL Rp (2) 2.19 Rp (4)
INTWO Rp 0 Rp - Rp -
OENEG Rp (2) Rp - Rp -
CHIN Rp (1) 0.02 Rp (0)
TOTAL   -10.1173032
Tabel 8.18 Perhitungan Prediksi Kebangkrutan Ohlson PT. Sido Muncul 2015

1
p=
1+e− y
1
p= −(−10. 1173032)
1+2 , 718282
p=0 , 00004
Berdasarkan perhitungan diatas maka diketahui bahwa pada tahun 2014 dan 2015 PT.
Sido Muncul Tbk, dikategorikan sehat atau tidak bangkrut karena probabilitasnya lebih kecil dari
3,8% yaitu hanya 0,005% pada tahun 2014 dan 0,004% pada tahun 2015.
3. Multivariat Model Springgate
Untuk prediksi model ini maka perlu dilakukan perhitungan rasio, sebagai berikut:
a. X1 = Working Capital to Total Aset
TCA TCL TWC TA
PERIOD X1
(Rp 000.000) (Rp 000.000) (Rp 000.000) (Rp 000.000)
14 1,860,438 181,431 1679007 1,860,438 0.90
15 1,707,439 184,060 1523379 2,796,111 0.54
Tabel 8.20 Perhitungan Rasio X1
Pada perhitungan diatas dapat diketahui bahwa dari seluruh aktiva yang dimiliki
perusahaan terdapat modal kerja bersih sebesar 90% pada Tahun 2014 artinya setiap Rp. 1
Aktiva dapat dijamin sebesar Rp. 0,9 Modal Kerja jangka pendek. Sedangkan pada Tahun
2015 terdapat modal kerja bersih sebesar 54% artinya setiap Rp. 1 Aktiva dapat dijamin
sebesar Rp. 0,54. Hal ini menunjukkan terjadi penurunan risiko jangka pendek dan likuiditas
pada Tahun 2015 sebesar 36%.

b. (X2) Ebit to Total Aset


EBIT TA
PERIOD X2
(Rp 000.000) (Rp 000.000)
14 417511 1,860,438 0.22
15 437475 2,796,111 0.16
Tabel 8.21 Perhitungan Rasio X2
Tabel diatas menunjukkan bahwa pada tahun 2014 setiap Rp. 1 Aktiva perusahaan
dijamin oleh Rp. 0,22 EBIT , sedangkan 2015 setiap Rp. 1 Aktiva perusahaan dijamin oleh
Rp. 0,16 EBIT. Hal ini menunjukkan terjadi penurunan profitabilitas perusahaan 2015.
c. (X3) EBT to Current Liabilities
EBT CL
PERIOD X3
(Rp 000.000) (Rp 000.000)
548,74 181,43
14 2 1 3.02
560,33 184,06
15 9 0 3.04
Tabel 8.22 Perhitungan Rasio X3
Tabel diatas menunjukkan bahwa pada tahun 2014 setiap Rp. 1 Aktiva perusahaan
dijamin oleh Rp. 3,22 EBT , sedangkan 2015 setiap Rp. 1 Aktiva perusahaan dijamin oleh
Rp. 3,04 EBT. Hal ini menunjukkan terjadi peningkatan solvabilitas perusahaan 2015.
d. (X4) Sales to Total Aset
SALES TA
PERIOD X4
(Rp 000.000) (Rp 000.000)
14 2,197,907 1,860,438 1.18
15 2,218,536 2,796,111 0.79 Tabel 8.23 Perhitungan
Rasio X4
Tabel diatas menunjukkan bahwa pada tahun 2014 setiap Rp. 1 Aktiva perusahaan
dijamin oleh Rp. 1,18 Penjulan , sedangkan 2015 setiap Rp. 1 Aktiva perusahaan dijamin
oleh Rp. 0,79 Penjualan.
Setelah mengetahui hasil perhitungan predektor, selanjutnya dimasukkan ke rumus sperti
table berikut ini

Variabel Koefisien Variabel Prediktor 2014 2015


X1 1.03 0.90 0.54
X2 3.07 0.22 0.16
X3 0.66 3.02 3.04
X4 0.4 1.18 0.79
S = 1,03 X1 + 3,07 X2 + 0,66 X3 + 0,4
Total
X4 4.07 3.38
HASIL SEHAT SEHAT
Tabel 8.24 Perhitungan Prediksi Kebangkrutan Metode Springate
Berdasarkan perhitungan diatas maka diketahui bahwa pada tahun 2014 dan 2015 PT.
Sido Muncul Tbk, dikategorikan sehat atau tidak bangkrut karena probabilitasnya lebih besar
dari 0,862 yaitu hanya 4,07 pada tahun 2014 dan 3,38 pada tahun 2015.
4. Model Zmijewski
Ada empat predictor kebangkrutan pada model ini yaitu:
a. Return Of Aset

ROI/RO
PERIODE LABA BERSIH TOTAL AKTIVA
A

2014 Rp 417,511 Rp 1,860,438 22%


2015 Rp 437,475 Rp 2,796,111 16%
Tabel 8.25 Perhitungan ROA PT. Sido Muncul
Tabel diatas menunjukkan bahwa pada tahun 2014 tingkat pengembalian investasi
perusahaan sebesar 22% atau setiap Rp. 1 Aktiva perusahaan dijamin oleh Rp. 0,22
EBITLaba Bersih , sedangkan 2015 tingkat pengembalian investasi perusahaan sebesar 16%
setiap Rp. 1 Aktiva perusahaan dijamin oleh Rp. 0,16 Laba Bersih. Hal ini menunjukkan
terjadi penurunan profitabilitas perusahaan 2015.
b. Debt Ratio

Total Kewajiban
Total Aktiva X2
Lancar

(Rp 000.000) (Rp 000.000)  


Rp 181,431 Rp 1,860,438 9.75%
Rp 184,060 Rp 2,796,111 6.58%
Tabel 8.26 Perhitungan debt ratio PT. Sido Muncul

c. Current Ratio
Current Assets Current Liability Current Ratio Current
Tahun
(Rp 000.000) (Rp 000.000) (Rp 000.000) Ratio (%)
1,860,43 181,43
2014 8 1 10.25 1025%
2,366,91 324,74
2015 0 7 7.29 729%
Tabel 8.27 Perhitungan Current Ratio Pt. sidomuncul
Tabel diatas menunjukkan bahwa pada tahun 2014 setiap Rp. 1 Hutang Lancar perusahaan
dijamin oleh Rp. 10,25 aset lancar , sedangkan 2015 setiap Rp. 1 Hutang Lancar perusahaan
dijamin oleh Rp. 7,29 aset lancar perusahaan.

Setelah Mengetahui semua rasio, selanjutkan menghitung prediksi kebangkrutan PT. Sido
Muncul menggunakan model Zmijewski seperti table berikut.
x1 x2 x3
Periode koef Z
koef nilai koef nilai koef nilai
2014 -4.3 Rp 4.50 Rp 0.22 Rp 5.70 Rp0.098 Rp 0.004 10.254 -4.795
2015 -4.3 Rp4.50 Rp 0.16 Rp 5.70 Rp0.066 Rp 0.004 7.2885 -4.658
Tabel 8.28 Perhitungan Prediksi Kebangkrutan Model Zmijewski
Berdasarkan table diatas maka dapat disimpulkan, bahwa pada tahun 2014 dan 2015 PT.
Sido Muncul tidak mengalami kebangkrutan karena memperoleh nilai Z lebih besar dari nol yaitu sebsar -
4,975 pada tahun 2014 dan -4,658 ditahun 2015.

Contoh SOAL ANALISIS KEBANGKRUTAN USAHA


1. Ada berapa macam model Z-Score? Sebutkan!
Jawaban :
- Ada 3 yaitu Z-Score, Z’-Score, Z’’-Score.

2. Apakah setiap Z-Score menggunakan batasan yang sama? Jelaskan!


Jawaban :
- Setiap model akan menggunakan batasan yang berbeda, karena data yang digunakan berbeda dan jumlah
variabel atau jenis variabelnya tidak sama juga sehingga masing-masing menggunakan batasan bankrupt
nonbankrupt dengan angka yang berbeda.
4. Model mana yang sebaiknya digunakan sekarang?
- Terdapat 2 alternatif, yaitu Z’-Score atau Z”-Score

5. Faktor penyebab kebangkrutan?


Jawaban :
- Faktor internal
1. Manajemen yang tidak efisien
2. Ketidakseimbangan modal dengan utang-piutang
3. Adanya kecurangan manajemen

-Faktor Ekternal
1. Kesulitan bahan baku
2. Perubahan keinginan pelanggan
3. Debitur melakukan kecurangan dengan mengemplang utang
4. Hubungan tidak harmonis dengan kreditur

6. Bagaimana cara memprediksi kebangkrutan? Jelaskan!


Jawaban :
1. Tingkat return (tingkat return yang lebih rendah)
2. Penggunaan utang (penggunaan utang tinggi)
3. Fluktuasi return saham (rata-rata return rendah, fluktuasi return sahan tinggi)
4. Model prediksi (altman Z-Score, Grover, Springate Zmijewaki)
BAB IV PENUTUP
KESIMPULAN
Dalam menganalisis laporan keuangan menggunakan rasio keuangan di butuhkan berbagai
metode seperti yang tertera pada pembahasan yang terpapar. Hubungan antara Analisis Diskriminan
dengan penentuan Kebangkrutan pada perusahaan dapat diketahui memlalui nilai Z.
Dengan analisis Z score management dapat memprediksi bagaimana prospek perusahaan di masa
mendatang dalam menjaga kelangsungan hidup perusahaan dan resiko kegagalan semakin berkurang.
DAFTAR PUSTAKA

https://youtu.be/-UX49kMcUIM

https://www.kompasiana.com/dristia/5de66d92097f360aed6049a2/pentingnya-bagi-
perusahaan-untuk-melakukan-analisis-kebangkrutan

Gamayuni, R. R. (2021). Berbagai Alternatif Model Prediksi Kebangkrutan. Jurnal Analisis


Kebangkrutan Usaha .

Sari, E. P. (2019). ANALISIS PREDIKSI KEBANGKRUTAN DENGAN METODE ALTMAN, DAN


SPRINGATE PADA PERUSAHAAN PERTAMBANGAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK
INDONESIA TAHUN 2016-2018. SKRIPSI PROGDI MANAJEMN FAKULTAS EKONOMI BISNIS DAN
ILMU SOSIAL UNIVERSITAS PELITA BANGSA BANGSA BEKASI .

Anda mungkin juga menyukai