Kelompok 10:
Mutiara Angel As Syifa 7311420078
Fahriza Naufal Yunus 7311420187
Reza Bahrul Zacky 7311420188
Ika Putri Ainurrizqi 7311420293
Lenny Novieta Dewi 7311420304
Puji syukur bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat dan hidayah-Nya
terutama nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga dapat menyelesaikan tugas makalah
mata kuliah Analisis Laporan Keuangan yang berjudul “ Analisis Kebangkrutan Usaha”.
Harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan bagi para
pembaca. Semoga untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi
makalah agar menjadi lebih baik lagi.Karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman
kami, masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu kami sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah
ini.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
BAB IV PENUTUP
KESIMPULAN
DAFTARPUSTAKA
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kebangkrutan merupakan masalah yang sangat esensial yang harus diwaspadai oleh perusahaan.
Jika perusahaan sudah terkena bangkrut, maka perushaan tersebut benar- benar mengalami kegagalan
usaha. Untuk itu perusahaan harus sedini mungkin melakukan berbagai analisis yang menyangkut
kebangkrutan perusahaan. Dengan analisis ini maka sangat bermanfaat bagi perusahaan untuk
melakukan antisipasi yang di perlukan.
C. TUJUAN
Analisis kebangkrutan dilakukan untuk mengambil keputusan bagi kreditur siapa yang akan diberi
pinjaman dan kemudian bermanfaat untuk memonitor pinjaman yang ada. Bagi investor saham atau
obligasi analisis kebangkrutan dilakukan untuk melihat adanya kemungkinan bangkrut atau tidaknya
perusahaan yang menjual surat berharga tersebut sehingga secepat mungkin dapat mengantisipasi
kemungkinan kebangrutan. Manfaat bagi pihak pemerintah dengan dilakukannya analisis kebangkrutan
adalah untuk mengawasi jalannya usaha yang berada dibawah pengawasan pemerintah dan sedini
mungkin mengantisipasi kemungkinan bangkrutnya suatu usaha.
1. Model Altman
Pada awalnya Altman memiliki sampel 66 perusahaan manufaktur yang terdiri dari 35 perusahaan
yang bangkrut dan 35 perusahaan yang tidak bangkrut. Selanjutnyadipilih pula 22 variabel (ratio) yang
potensial untuk dievaluasi yang dikelompokkan ke dalam 5 kelompok, yaitu liquidity, profitability,
leverage, solvency, dan activity. Dari 22 variabel tersebut kemudian dipilih 5 variabel yang merupakan
kombinasi terbaik untuk memprediksi kebangkrutan. Dari sampel perusahaan dan kelima ratio tersebut
terbentuklah fungsi diskriminan yang juga disebut Altman Z-Score sebagai berikut:
Mengingat bahwa tidak semua perusahaan melakukan go public dan tidak memiliki nilai
pasar, maka tahun 1984, Altman melakukan penelitian kembali di berbagai negara. Penelitian ini
memasukkan dimensi internasional. Formula yang dihasilkan adalah untuk perusahaan yang tidak
go public (privat manufacturer companies) dan (private general firm atau private non
manufacturting company) sebagai berikut:
Analisa Z-score Altman, terbagi menjadi 3 kategori. Hasil analisa ditentukan dengan nilai cut off sebagai
berikut:
Hasil penelitian Altman (1968) membuktikan bahwa model MDA oleh Altman sangat akurat dalam
memprediksi kebangkrutan, dengan tingkat kebenaran 95% pada keseluruhan sampel seluruh perusahaan
bangkrut dan perusahaan tidak bangkrut. Uji reliabilitas terhadap model ini dengan menggunakan sampel
kedua juga membuktikan bahwa model MDA Altman sangat akurat. Model ini akurat untuk memprediksi
2 tahun sebelum terjadinya kebangkrutan, dan tingkat keakuratannya akan berkurang untuk periode lebih
dari 2 tahun sebelum terjadinya kengangkrutan. Namun penelitian ini terbatas pada sampelnya yang
hanya meliputi perusahaan manufaktur yang go publik. Penelitian model MDA selanjutnya
dikembangkan oleh Altman pada tahun 1984 dengan memasukkan dimensi internasional yang merubah
formulasi Z-score.
Ohlson menggunakan analisis logistik untuk mengembangkan model prediksi kebangkrutan dengan
sembilan Indikator independen. Rasio yang digunakan adalah rasio laverage, likuiditas, dan profitabilitas
berdasarkan sempel 105 perusahaan bangkrut dan 2058 perusahaan tidak bangkrut (Grice dan
Dugan,2003:79).
Model logit merupakan perkembangan lebih lanjut dari model probabilitas linier yang
menjelaskan bahwa, analisis model logit digunakan untuk estimasi probabilitas dari suatu
fenomena dengan mereduksi kelemahan-kelemahan yang terdapat pada probabilitas linier.
Ohlson (1980) menyatakan bahwa model ini memiliki cutoff point optimal pada nilai 0,38.
Ohlson memilih cutoff ini karena dengan nilai ini, jumlah error dapat diminimalisasi.
Maksud dari cutoff ini adalah bahwa perusahaan yang memiliki nilai O di atas 0,38 berarti
perusahaan tersebut mengalami kondisi financial distress. Sebaliknya, jika nilai O perusahaan
dibawah 0,38, maka perusahaan dalam kondisi nonfinancial distress.
2. Model Springate
Menurut Syafrida Hani (2014) model springate adalah model rasio yang digunakan untuk
mengukur kondisi keuangan perusahaan. Model ini menggunakan lebih dari satu rasio keuangan
yang dianggap berkaitan dengan kondisi yang dapat mengukur tingkat kebangkrutan suatu
perusahaan. Untuk menentukan rasio-rasio mana saja yang dapat mendeteksi kemungkinan
kebangkrutan, Springate menggunakan model discriminantAnalisys (MDA) untuk memilih 4
rasio dari 29 rasio euangan yang popular dalam literature-literature yang mampu membedakan
perusahaan yang akan mengalami kebangkrutan dengan yang dalam kondisi baik. Model
Springate Adalah:
Keterangan:
B= Ebit/Total Asset
D= Sales/Total Asset
Variabel-variabel dan rasio keuangan yang digunakan dalam analisis diskriminan model
Springate dijelaskan sebagai berikut:
Rasio pertama ini dihitung dengan membandingkan rasio modal kerja terhadap total aktiva.
Rasio ini merupakan ukuran bersih aktiva lancar perusahaan terhadap modal perusahaan. Modal
kerja yang digunakan adalah modal kerja bersih yakni selisih antara aktiva lancar dikurangi
hutang lancar.
B=EBIT/Total Asset
Rasio kedua ini dihitung dengan membandingkan laba sebelum bunga dan pajak dengan total
aktiva. Rasio ini merupakan ukuran produktivitas yakni mengukur seberapa besar kemampuan
perusahaan menghasilkan kaba sebelum bunga dan pajak dolihat dari aktiva perusahaan yang
sesungguhnya.
Rasio ketiga ini dihitung membandingkan laba sebelum pajak dengan kewajiban lancar.
D=Sales/Total Asset
Rasio ini menggambarkan kemampuan perusahaan untuk meningkatkan penjualan dari aktiva
yang dimilikinya. Selain itu juga dapat digunakan untuk mengukur seberapa besar kemampuan
manajemen dalam menghadapi kondisi yang kompetitif. Rasio ini digunakan dengan cara
membandingkan penjualan dengan total aktiva.
Model Zmijewski menggunakan rasio keuangan yang mengukur dengan kinerja perusahaan, laverage,
dan likuiditas untuk mengembangkan modelnya. Dalam penelitiannya, Zmijewski (1984) mensyaratkan
satu hal yang krusial.
Proporsi dari sampel dan populasi harus ditentukan di awal, sehingga didapat besaran frekuensi
Financial Distress. Frekuensi ini diperoleh dengan membagi jumlah sampel yang mengalami
Financial Distress dengan jumlah sampel keseluruhan (Rismawati, 2012). Model Zmijewski
pertama kali digunakan dalam penelitian pada 40 perusahaan bangkrut dan 800 perusahaan non-
bangkrut 99% (Avenhuis, 2013).Tingkat akurasi model ini dalam mengestimasikan sampel yang
digunakan sebesar 99% (Avenhuis, 2013).
Dimana :
Nilai Cut-Off yang berlaku dalam model ini adalah 0. Hal ini berarti
perusahaan yang nilai X-nya lebih besar dari atau sama dengan 0 diprediksi akan
memiliki nilai X lebih kecil dari 0 diprediksi tidak akan mengalami Distress
(Rismawati, 2012).
Pada perhitungan diatas dapat diketahui bahwa dari seluruh aktiva yang dimiliki
perusahaan terdapat modal kerja bersih sebesar 90% pada Tahun 2014 artinya setiap Rp. 1
Aktiva dapat dijamin sebesar Rp. 0,9 Modal Kerja jangka pendek. Sedangkan pada Tahun
2015 terdapat modal kerja bersih sebesar 54% artinya setiap Rp. 1 Aktiva dapat dijamin
sebesar Rp. 0,54. Hal ini menunjukkan terjadi penurunan risiko jangka pendek dan likuiditas
pada Tahun 2015 sebesar 36%.
Rasio tersebut menunjukkan bahwa dari seluruh aktiva yang diinvestasikan dapat
menghasilkan laba operasi sebesar 45% pada Tahun 2014 artinya setiap Rp. 1 Aktiva dapat
dijamin oleh EBIT sebesar Rp. 0,45 sedangkan pada Tahun 2015, dapat menghasilkan laba
operasi sebesar 32%. Hal ini menunjukkan terjadi penurunan profitabilitas pada Tahun 2015
sebesar 13%.
Rasio ini menunjukkan bahwa struktur pendanaan yang dimiliki perusahaan adalah untuk
setiap Rp 1 utang berbanding Rp 4,69 ekuitas pada Tahun 2014 sedangkan pada Tahun 2015,
untuk setiap Rp 1 utang berbanding Rp 4,17 ekuitas. Hal ini menunjukkan terjadi
peningkatan risiko jangka panjang pada Tahun 2015.
Rasio tersebut menunjukkan bahwa untuk setiap Rp 1 aktiva yang diinvestasikan dapat
menghasilkan pendapatan bersih sebesar Rp 1,18 pada Tahun 2014 sedangkan pada Tahun
2015, dapat menghasilkan pendapatan bersih sebesar Rp 0,79. Hal ini menunjukkan terjadi
penurunan produktivitas pada Tahun 2015.
Ukuran Keterangan
Setelah semua rasio – rasio diketahui maka dapat dilakukan perhitungan kebangkrutan
seperti pada table 8.7.
Period
x1 x2 x3 x4 x5 Z-Score
e
2015 1.20 0.90 1.40 0.18 3.30 0.45 0.60 4.69 1.00 1.18 6.81
2014 1.20 0.54 1.40 0.18 3.30 0.32 0.60 4.17 1.00 0.79 5.24
Tabel 8.7 Penghitungan Z-Score Prediksi Kebangkrutan Perusahaan
Tabel 8.7 di atas menunjukkan bahwa pada Tahun 2014 dan 2015 PT. Sido Muncul tidak
mengalami kebangkrutan tetapi mengalami penurunan skor penilaian.
2. Metode Ohlson
Salah satu metode analisis yang digunakan untuk meprediksi kebangkrutan perusahaan adalah
metode Ohlson yang dikembangkan oelh James A. Ohlson dimana dengan memperhitungkan
Sembilan rasio keuangan dengan kofisien yang berbeda. Berikut adalah analisis kebangkrutan
metode ohlson PT. Sido Muncul Tbk.
a. Logaritma alam (ln) total aktiva terhadap Deflator GNP (natural log of (total assets to GNP
implicit Price Deflator Index = SIZE)
Perhitungan SIZE PT. Sidomuncul
d. Kewajiban lancar terhadap aktiva lancar (current liabilities to current assets = CLCA)
Period CL CA CLCA
2014 181,431 1,860,438 0.10
2015 184,060 1,707,439 0.11
Tabel 8.11 Perhitungan CLCA PT. Sido Muncul
Tabel diatas menunjukkan bahwa pada tahun 2014 setiap Rp. 1 Aktiva lancar perusahaan
dijamin oleh Rp. 0,10 Hutang lancar, sedangkan 2015 setiap Rp. 1 Aktiva perusahaan dijamin
oleh Rp. 0,01 Hutang. Hal ini menunjukkan terjadi peningkatan rasio.
e. Laba bersih terhadap total aktiva (net income to total assets = NITA)
Period Laba Bersih TA NITA
2014 417,511 1,860,438 0.22
2015 437,475 2,796,111 0.16
Tabel 8.12 Perhitungan NITA PT. Sido Muncul
Tabel diatas menunjukkan bahwa pada tahun 2014 setiap Rp. 1 Aktiva perusahaan
dijamin oleh Rp. 0,22 Laba Bersih , sedangkan 2015 setiap Rp. 1 Aktiva perusahaan dijamin
oleh Rp. 0,16 Laba Bersih . Hal ini menunjukkan terjadi penurunan profitabilitas perusahaan
2015.
f. Dana dari operasi terhadap total kewajiban (funds from operations to total liabilities =
FUTL)
Period DO TL FUTL
2014 369,322 195,093 1.89
2015 432,896 197,797 2.19
Tabel 8.13 Perhitungan FUTL PT. Sido Muncul
Tabel diatas menunjukkan bahwa pada tahun 2014 setiap Rp. 1 Hutang Lancar
perusahaan dijamin oleh Rp. 1,89 Dana dari Operasional perusahaan , sedangkan 2015 setiap
Rp. 1 Hutang Lancar perusahaan dijamin oleh Rp. 2,19 Dana dari Operasional perusahaan.
Hal ini menunjukkan terjadi peningkatan solvabilitas perusahaan di tahun 2015.
g. Variabel dummy yaitu bernilai satu jika laba bersih negatif selama dua tahun terakhir dan
bernilai nol jika tidak demikian (one if net income was negative for the last two years and
zero otherwise = INTWO)
1
p=
1+e− y
1
p= −(−9. 9247575 )
1+2 , 718282
p=0, 00005
Koefisien Variabel Nilai Fungsi Multivariat
Variabel Nilai Variabel Prediktor
Prediktor (y)
Konstanta Rp (1) Rp (1)
SIZE Rp (0) 9.99 Rp (4)
TLTA Rp 6 0.07 Rp 0
WCTA Rp (1) 0.54 Rp (1)
CLCA Rp 0 0.11 Rp 0
NITA Rp (2) 0.16 Rp (0)
FUTL Rp (2) 2.19 Rp (4)
INTWO Rp 0 Rp - Rp -
OENEG Rp (2) Rp - Rp -
CHIN Rp (1) 0.02 Rp (0)
TOTAL -10.1173032
Tabel 8.18 Perhitungan Prediksi Kebangkrutan Ohlson PT. Sido Muncul 2015
1
p=
1+e− y
1
p= −(−10. 1173032)
1+2 , 718282
p=0 , 00004
Berdasarkan perhitungan diatas maka diketahui bahwa pada tahun 2014 dan 2015 PT.
Sido Muncul Tbk, dikategorikan sehat atau tidak bangkrut karena probabilitasnya lebih kecil dari
3,8% yaitu hanya 0,005% pada tahun 2014 dan 0,004% pada tahun 2015.
3. Multivariat Model Springgate
Untuk prediksi model ini maka perlu dilakukan perhitungan rasio, sebagai berikut:
a. X1 = Working Capital to Total Aset
TCA TCL TWC TA
PERIOD X1
(Rp 000.000) (Rp 000.000) (Rp 000.000) (Rp 000.000)
14 1,860,438 181,431 1679007 1,860,438 0.90
15 1,707,439 184,060 1523379 2,796,111 0.54
Tabel 8.20 Perhitungan Rasio X1
Pada perhitungan diatas dapat diketahui bahwa dari seluruh aktiva yang dimiliki
perusahaan terdapat modal kerja bersih sebesar 90% pada Tahun 2014 artinya setiap Rp. 1
Aktiva dapat dijamin sebesar Rp. 0,9 Modal Kerja jangka pendek. Sedangkan pada Tahun
2015 terdapat modal kerja bersih sebesar 54% artinya setiap Rp. 1 Aktiva dapat dijamin
sebesar Rp. 0,54. Hal ini menunjukkan terjadi penurunan risiko jangka pendek dan likuiditas
pada Tahun 2015 sebesar 36%.
ROI/RO
PERIODE LABA BERSIH TOTAL AKTIVA
A
Total Kewajiban
Total Aktiva X2
Lancar
c. Current Ratio
Current Assets Current Liability Current Ratio Current
Tahun
(Rp 000.000) (Rp 000.000) (Rp 000.000) Ratio (%)
1,860,43 181,43
2014 8 1 10.25 1025%
2,366,91 324,74
2015 0 7 7.29 729%
Tabel 8.27 Perhitungan Current Ratio Pt. sidomuncul
Tabel diatas menunjukkan bahwa pada tahun 2014 setiap Rp. 1 Hutang Lancar perusahaan
dijamin oleh Rp. 10,25 aset lancar , sedangkan 2015 setiap Rp. 1 Hutang Lancar perusahaan
dijamin oleh Rp. 7,29 aset lancar perusahaan.
Setelah Mengetahui semua rasio, selanjutkan menghitung prediksi kebangkrutan PT. Sido
Muncul menggunakan model Zmijewski seperti table berikut.
x1 x2 x3
Periode koef Z
koef nilai koef nilai koef nilai
2014 -4.3 Rp 4.50 Rp 0.22 Rp 5.70 Rp0.098 Rp 0.004 10.254 -4.795
2015 -4.3 Rp4.50 Rp 0.16 Rp 5.70 Rp0.066 Rp 0.004 7.2885 -4.658
Tabel 8.28 Perhitungan Prediksi Kebangkrutan Model Zmijewski
Berdasarkan table diatas maka dapat disimpulkan, bahwa pada tahun 2014 dan 2015 PT.
Sido Muncul tidak mengalami kebangkrutan karena memperoleh nilai Z lebih besar dari nol yaitu sebsar -
4,975 pada tahun 2014 dan -4,658 ditahun 2015.
-Faktor Ekternal
1. Kesulitan bahan baku
2. Perubahan keinginan pelanggan
3. Debitur melakukan kecurangan dengan mengemplang utang
4. Hubungan tidak harmonis dengan kreditur
https://youtu.be/-UX49kMcUIM
https://www.kompasiana.com/dristia/5de66d92097f360aed6049a2/pentingnya-bagi-
perusahaan-untuk-melakukan-analisis-kebangkrutan