Ilham Anggit_24
Bagi para pemegang saham, apakah indikator penurunan deviden bisa dipastikan
sebagai indikasi kebangkrutan perusahaan? Bagaimana jika ternyata perusahaan tidak
mengalami kebangkrutan namun pemegang saham sudah terlanjur menjual
sahamnya? Langkah apa yang tepat dilakukan bagi pemegang saham agar terhindar
dari kesalahan ini?
Jawaban : A. A. Ayu Tirtamara (2280611029)
Bagi para pemegang saham, apakah indikator penurunan deviden bisa dipastikan
sebagai indikasi kebangkrutan perusahaan?
Penurunan deviden yang diberikan oleh perusahaan kepada pemegang
saham, bisa menjadi salah satu indikator bahwa suatu perusahaan sedang
menghadapi kesulitan keuangan (financial distress) jika disertai dengan kinerja
keuangan perusahaan yang semakin menurun, ketidak mampuan perusahaan
membayar kewajiban/hutang, dan masalah arus kas yang dihadapi perusahaan
yang menyebabkan arus kas bersih sangat sedikit atau bahkan minus, sehingga
tidak mampu memberikan deviden kepada pemegang saham.
Namun, penurunan deviden tidak selalu merupakan indikasi kebangkrutan
perusahaan, karena mungkin saja perusahaan mengalokasikan kas nya untuk
ekpsansi bisnisnya yang membutuhkan biaya seperti pembangunan gedung pabrik
baru dan peralatan untuk kegiatan operasinya. Sehingga mengurangi jumlah
deviden yang diberikan ke pemegang saham. Maka dari itu tidak bisa hanya
melihat dari satu sisi saja, tetapi harus diamati kondisi keuangan perusahaan
secara keseluruhan.
Langkah apa yang tepat di lakukan bagi pemegang saham agar terhindar dari
kesalahan ini?
Agar terhindar dari kesalahan di atas, sebaiknya pemegang saham
melakukan analisa terhadap laporan keuangan perusahaan secara detail terlebih
dahulu sebelum melakukan penjualan sahamnya. Jika kinerja keuangan
perusahaan masih bagus, perusahaan mampu membayar kewajiban/hutang, dan
arus kas bersih yang diterima perusahaan cukup besar, semua kegiatan
perusahaan masih berjalan dengan baik, dan tidak ada indikasi kesulitan
keuangan (financial distress) selain penurunan deviden, mungkin bisa menjadi
pertimbangan untuk tidak menjual sahamnya jika masih yakin dengan prospek
perusahaan ke depannya.
3. Karlina M Sidu_18
Bagaimana cara perusahaan contohnya goto saat ini yang harga per lembar sahamnya
itu mendekati Rp.50. dari yang sebelumnya Rp.123. ini menjadi risiko bagi
perusahaan. apa yang bisa dilakukan perusahaan menghadapi situasi ini?