Gabungan dari risiko inheren tinggi dengan sistem pengendalian risiko rendah
menghasilkan profil risiko yang tinggi. Untuk perusahaan tersebut, strategi optimal
barangkali tidak mengambil tawaran tersebut.
Sebagai ilustrasi lain, misal ada perusahaan keamanan profesional dari Amerika
Serikat, yang juga menyediakan jasa tentara bayaran. Perusahaan tersebut memperoleh
tawaran pekerjaan di Irak. Bagaimana evaluasi terhadap profil risiko tawaran tersebut?
Sama seperti di atas, risiko inheren yang dihadapi oleh perusahaan tersebut sangat besar.
Mereka bisa kena serangan bom setiap saat. Bagaimana dengan sistem pengendalian
risikonya? Karena perusahaan keamanan yang profesional, mempunyai tentara bayaran
yang terlatih, sistem pengendalian mereka terhadap risiko perang cukup baik. Misalkan
sistem pengendalian risiko mereka masuk dalam kategori strong (kuat). Gabungan dari
risiko inheren yang tinggi dengan sistem pengendalian risiko yang kuat adalah profil risiko
moderate to high. Strategi yang optimal barangkali adalah mengambil tawaran tersebut,
dan memperoleh keuntungan dari tawaran tersebut. Risiko yang dihadapi sangat tinggi,
tetapi pengendalian risiko yang kuat bisa mengoptimalkan profil risiko yang dihadapi.
Jika memungkinkan, risiko yang tidak perlu, risiko yang bisa dihilangkan tanpa ada
pengaruh negatif terhadap pencapaian tujuan, bisa dihindari. Misalkan saja perusahaan
mempunyai dua pilihan untuk gudangnya, satu di daerah rawan banjir, yang lainnya di
daerah aman banjir. Jika segala sesuatunya sama (misal harga sewanya sama), perusahaan
seharusnya memilih gudang yang di daerah aman banjir. Dalam kebanyakan situasi, risiko
tidak bisa dihindari. Perusahaan secara sengaja melakukan aktivitas bisnis tertentu untuk
memperoleh keuntungan. Dalam melakukan aktivitas bisnis tersebut, perusahaan
menghadapi risiko yang berkaitan dengan aktivitas tersebut. Karena itu risiko semacam itu
tidak bisa dihindari.
Alternatif lain dari manajemen risiko adalah perusahaan menanggung sendiri risiko
yang muncul (menahan risiko tersebut atau risk retention). Jika risiko benar-benar terjadi,
perusahaan tersebut harus menyediakan dana untuk menanggung risiko tersebut. Contoh
taksi PT Kelana pada bagian awal bab ini menunjukkan bahwa PT Kelana memilih untuk
menahan risiko operasi kendaraannya. Dalam contoh tersebut PT Kelana secara sadar
merencanakan untuk menahan risiko tersebut.
Alternatif lain dari manajemen risiko adalah memindahkan risiko ke pihak lain
(mentransfer risiko ke pihak lain). Pihak lain tersebut biasanya mempunyai kemampuan
yang lebih baik untuk mengendalikan risiko, baik karena skala ekonomi yang lebih baik
schingga bisa mendiversifikasikan risiko lebih baik, atau karena mempunyai kcahlian
untuk melakukan manajemen risiko lebih baik. Risk transfer bisa dilakukan melalui
beberapa cara:
1. Asuransi
2. Hedging
3. Incorporated (membentuk perseroan terbilas)
4. Teknik Lainnya
1.1.1. Asuransi
Asuransi meupaka metode ttansfer risiko yang paling umum, khususnya untuk
risiko murni (pure risk). Asuransi adalah kontrak perjanjian antara yang diasuransikan
(insured) dan perusahaan asuransi (insurer), di mana insurer bersedia memberikan
kompensasi atas kerugian yang dialami pihak yang diasuransikan, dan pihak
pengasuransi (insurer) memperoleh premi asuransi sebagai balasannya.
Empat hal diperlukan dalam transaksi asuransi: (1) perjanjian kontrak, (2)
pembayaran premi, (3) tanggungan (benefit) yang dibayarkan jika terjadi kerugian
seperti yang disebutkan dalam kontrak, dan (4) penggabungan (pool) sumber daya
oleh perusahaan asuransi yang diperulkan untuk membayar tanggungan.
Bisnis asuransi didasarkan pada prinsip mengumpulkan (pool) sumber daya,
bukannya mengumpulkan risiko. Melalui premi yang diterima oleh perusahaan
asuransi, perusahaan bisa mengumpulkan sumber daya, sehingga bisa memperkecil
probabilitas tidak bisa memenuhi kewajibannya. Penggabungan risiko untuk
memperkecil probabilitas ketidakmampuan membayar kewajiban menyaratkan
hubungan yang rendah (atau negatif) sehingga risiko tersebut akan saling
menghilangkan. Penggabungan risiko semacam itu merupakan prinsip diversifikasi,
bukannya asuransi.
Risiko yang bisa ditanggung oleh asuransi cukup beragam. Berikut ini beberapa
contoh risiko-risiko tersebut: (1) Risiko kecelakaan kerja, (2) Risiko kematian, (3)
risiko tabungan tidak terbayar oleh bank (asuransi deposito), (4) Risiko kebakaran
atau kerusakan property.
1.1.2. Hedging
Hedging atau lindung nilai pada dasarnya mentransfer risiko kepada pihak lain
yang lebih bisa mengelola risiko lebih baik melalui transaksi instrumen keuangan.
Sebagai contoh, perusahaan Indonesia mempunyai kewajiban untuk membayar cicilan
utang dalam dolar AS tiga bulan mendatang. Perusahaan tersebut menghadapi risiko
turunnya nilai rupiah terhadap dolar AS, atau naiknya nilai dolar AS terhadap rupiah.
Jika hal tersebut terjadi, maka perusahaan tersebut harus mcenyediakan rupiah yang
lebih banyak, dan bisa menyebabkan perusahaan tersebut mengalami kesulitan
kcuangan (ingat kasus perusahaan Indonesia yang mempunyai utang dalam dolar,
kemudian bangkrut ketika rupiah jatuh nilainya terhadap dolar pada saat krisis
ekonomi tahun 1997).
Dengan demikian cara kerja hedging mirip dengan asuransi, yaitu jika kita rugi
karena risiko tertentu, kita memperoleh kompensasi dari kontrak lainnya. Jika di
asuransi, asuransi diberikan oleh perusahaan asuransi. Sedangkan untuk hedging
dengan instrumen derivatif, kompensasi diberikan oleh pihak lain (counter party)
yang menjual kontrak derivatif tersebut.
1.1.3. Incorporated
Selain teknik transfer risiko yang disebutkan di atas, ada banyak teknik transfer
risiko lainnya. Berikut ini beberapa contoh bagaimana teknik transfer risiko bisa
digunakan dalam situasi tertentu. Misal perusahaan penjual komputer notebook ingin
menghindari risiko perubahan kurs. Biasanya komputer notebook diimpor atau banyak
komponennya yang diimpor dari luar negeri. Jika harga ditetapkan dalam rupiah,
maka harga akan berfluktuasi mengikuti perubahan kurs. Jika rupiah melemah
terhadap dolar, maka harga notebook akan naik, dan sebaliknya. Fluktuasi harga
tersebut membuat ketidakpastian menjadi tinggi. Penjual komputer notebook biasanya
mentransfer risiko perubahan kurs ke pembeli dengan cara menetapkan harga
notebook dalam dolar AS, bukannya rupiah.